• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Natuna merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Natuna merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kabupaten Natuna merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari 12 kecamatan. Secara geografis letak Kabupaten Natuna sangat strategis, karena berada diantara jalur perdagangan internasional. Kondisi geografis tersebut menjadikan kekuatan dan peluang terhadap pengembangan berbagai sektor seperti pengembangan berbagai industri perikanan, kelautan, transit, dan berbagai macam investasi usaha dan jasa lainnya.1 Jika dilihat berdasarkan kondisi geografinya, sebagian besar wilayah Kabupaten Natuna terdiri atas wilayah lautan sehingga potensi-potensi alam yang terdapat di Kabupaten Natuna sangatlah besar salah satunya untuk sektor pariwisata.

Adapun objek-objek wisata alam yaitu objek wisata Pantai Tanjung, Batu sindu, Pantai Batu Kasah, Pantai Sengiap, Pantai Sisi, Tanjung Datuk, Pulau Senoa, Pulau Sahi, Alif Stone Park, dan beberapa wisata lainnya seperti wisata religi seperti Masjid Agung Natuna disebut pula sebagai Taj Mahal Indonesia dan merupakan masjid terbesar dan termegah di Propinsi Kepulauan Riau. Nandi (2008) berpendapat bahwa pembangunan dan program pengembangan pariwisata memainkan peranan yang sangat penting dalam strategi pembangunan ekonomi di suatu negara atau

(2)

2

daerah. Dalam hal ini sektor Kepariwisataan diharapkan dapat memegang peran dalam menentukan pembangunan ekonomi secara keseluruhan, untuk itu diharapkan kepedulian dari Pemerintah Kabupaten Natuna untuk menyediaan sarana dan prasarana pendukung di setiap objek-objeknya. Pemerintah Kabupaten Natuna saat ini dirasakan masih kurang berupaya untuk memanfaatkan potensi-potensi daerah tersebut. Misalnya terdapat banyak pihak yang menyanyangkan karena potensi wisata yang bernilai tinggi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal oleh Pemerintah Kabupaten Natuna.2

Hal ini dirasa penting dilakukan, karena jika adanya upaya dari pemerintah dan masyarakat untuk mengembangkan potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Natuna, maka dengan begitu pariwisata di Natuna akan lebih di kenal di kalangan masyarakat luas baik di dalam maupun di luar negeri sehingga nanti akan meningkatkan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal tersebut sangat penting dilakukan, sehingga untuk kedepannya Pemerintah Kabupaten Natuna tidak terlalu tergantung dengan APBD dari Dana Bagi Hasil minyak dan gas bumi (migas) yang terdapat di Kabupaten Natuna. Adapun data jumlah wisatawan di Kabupaten / Kota Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2014 yaitu :

2 http://www.antarafoto.com/foto-cerita/v1442394017/natuna-mutiara-di-gerbang-utara Diakses pada

(3)

3 Tabel 1.1

Jumlah Wisatawan Kabupaten / Kota Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2014 No Kab / kota 2011 2012 2013 2014 1 Kota Batam 1.161.581 1.219.608 1.336.430 1.454.110 2 Kota Tanjung Pinang 106.180 103.785 99.593 97.672 3 Kab. Bintan 337.353 336.547 318.154 320.861 4 Kab. Karimun 104.397 107.499 104.889 100.782 5 Kab. Natuna 177.084 254.790 238.006 277.542 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau & Dinas Pariwisata

Kabupaten Natuna

Pada tabel 1.1 diketahui bahwa pada tahun 2011-2014, jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau lainnya, jumlah pengunjung di Kabupaten Natuna memiliki angka yang lebih tinggi jika di bandingkan dengan Kota tanjung pinang dan Kabupaten Karimun sedangkan untuk Kabupaten Bintan dan Kota Batam berada di atas Kabupaten Natuna terkait angka jumlah pengunjung setiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Bintan dan Kota Batam merupakan Kota / Kabupaten yang sudah lebih dikenal pada kalangan masyarakat luas.

(4)

4 Tabel 1.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Kabupaten Natuna Tahun 2011-2014 No Kab / kota 2011 2012 2013 2014 1 Pantai Kencana 29.915 31.951 33.353 34.658 2 Batu Sindu 7.387 7.567 7.861 7.019 3 Batu Rusia 401 547 138 252 4 Gunung Ranai 336 252 379 965

5 Air terjun gunung air hiu

20.640 21.240 27.970 28.809

6. Alif stone 1.363 1.412 1.561 1.707

7. Pulau Senoa 1.096 1.167 1.472 1.425

8. Pantai Teluk Selahang 109.857 180.215 154.395 188.699

9. Pantai Sengiap 792 936 614 816

10. Tanjung Datuk 900 1.044 512 773

11. Pantai Batu Kasah 900 1.080 3.977 4.277

12. Pantai Teluk Depeh 432 612 717 725

13. Pantai Sisi 612 3.534 1.543 1.872

14. Pantai Pasir Marus 1.296 1.476 1.536 2.457 15. Pantai Tanjung

Harapan

689 835 545 1.293

16. Pulau Setanau 468 922 1. 443 1.795

JUMLAH 177.084 254.790 238.006 277.542

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna

Jumlah wisatawan Kabupaten Natuna mengalami peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2012 yaitu dari 177.084 menjadi 254.790 wisatawan, akan tetapi terjadi sedikit penurunan tahun 2013 yaitu jumlah wisatawan menjadi 238.006 orang saja dan untuk untuk tahun 2014 kembali naik menjadi 277.542 jumlah wisatawan. Berdasarkan data pada tabel diketahui peningkatan jumlah wisatawan yang terjadi dirasa kurang signifikan, selain itu pada tahun 2013 terjadi penurunan dalam jumlah wisatawan. Dalam hal ini, sangat penting bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna

(5)

5

untuk lebih memanfaatkan dengan mengembangkan potensi pariwisata yang terdapat di Kabupaten Natuna sehingga objek wisata yang terdapat di Kabupaten Natuna akan lebih terkenal dikalangan masyarakat luas dan nantinya akan memberikan peningkatan terhadap jumlah wisatawan ke objek wisata Kabupaten Natuna. Jadi tidak menutup kemungkinan Jumlah wisatawan di Kabupaten Natuna akan terus mengalami peningkatan bahkan dapat melebihi jumlah wisatawan di Kabupaten Bintan. Selain jumlah wisatawan, salah satu penunjang utama dari kegiatan pariwisata adalah perhotelan. Peranan sub sektor hotel dalam perekonomian Kabupaten Natuna sampai saat ini memang masih belum terlalu besar. Adapun data jumlah hotel dan penyerapan tenaga kerja di bidang perhotelan Kabupaten Natuna tahun 2010-2014 yaitu :

Tabel 1.3

Jumlah hotel dan penyerapan Tenaga Kerja di bidang perhotelan Kabupaten Natuna 2010-2014 Tahun Jumlah Hotel Jumlah Tenaga Kerja 2010 34 113 2011 34 121 2012 36 111 2013 40 117 2014 41 129

(6)

6

Perkembangan hotel dan akomodasi yang ada di Kabupaten Natuna dapat dilihat terlihat dari jumlah hotel pada tahun 2014 yang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2010-2013 hal ini juga berdampak pada peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 129 orang yang mana di tahun sebelumnya berjumlah 117 orang saja. Meskipun dapat dilihat peningkatan jumlah hotel tidak terlalu signifikan. Adapun data statistik perhotelan Kabupaten Natuna tahun 2012-2014, yaitu :

Tabel 1.4

Statistik Perhotelan Kabupaten Natuna Tahun 2012-2014 Uraian 2012 2013 2014 Laju pertumbuhan (%) 12,08 5,07 7,46 Distribusi (%) 0,45 0,46 0,6

Sumber : BPS Kabupaten Natuna

Pertumbuhan di sektor perhotelan mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan tahun 2012 sebesar 12,08% melambat ditahun 2013 sebesar 5,07% meskipun mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2014 yaitu 7,46%. Jika dilihat distribusi pertahunnya, sektor perhotelan dan akomodasi pada tahun 2013 memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Natuna hanya 0,46% dan 0,6% pada tahun 2014. Hal ini bisa saja terjadi akibat Letak

(7)

7

geografis yang cukup jauh karena Kabupaten Natuna memiliki kawasan sangat kaya dengan berbagai objek wisata yang potensial, pantai yang menarik dan eksotis namun sayang sarana dan prasarana yang diperlukan belum cukup memadai. Oleh sebab itu pemerintah berupaya untuk membenahi berbagai objek dan melengkapi fasilitas dengan mengembangkan jaringan transfortasi.

Pariwisata di Kabupaten Natuna lebih mendominasi wisata pantai diketahui sudah mulai dikembangkan ditandai dengan adanya beberapa sarana penunjang kegiatan wisata seperti papan informasi, tempat berteduh, transportasi dan sarana penunjang lainnya. Akan tetapi seperti yang diketahui bahwa pemanfaatan wisata khususnya wisata pantai di Kabupaten Natuna belum sepenuhnya berkembang, yang mana masih bersifat lokal (belum komersial). Pemanfaatan wisata pantai saat ini di Kabupaten Natuna berdasarkan potensi, pengunjung, dan sarana dan prasarana baru sekitar 10% saja.3

Pengembangan pariwisata di Kabupaten Natuna diatur melalui Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Natuna atau RIPPDA yaitu pokok-pokok kebijaksanaan dan pengembangan yang merupakan perwujudan, pemanfaatan dan perencanaan pembangunan pariwisata yang didalamnya meliputi masalah tata

3

http://www.dkpkepri.info/index.php?option=com_content&view=article&id=202:wisata-bahari-kabupaten-natuna-pantai-dan-pulau-kecil&catid=48:data-wisata-bahari&Itemid=111 Diakses pada 24 februari 2016

(8)

8

ruang, tata guna tanah, dan rencana fisik serta penetapan wilayah yang mendapatkan prioritas untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristiknya sebagai arah dan pedoman pelaksanaan pembangunan, pengendalian dan pengawasan pengembangan kepariwisataan daerah.

Peraturan daerah tersebut dibuat sebagai dasar hukum dan dasar pertimbangan didalam menyusun program pembangunan daerah (properda) sektor pariwisata dan sebagai dasar penyusunan rencana pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Natuna. selain itu, peraturan daerah ini berupaya untuk menjadikan Kabupaten Natuna sebagai Kabupaten yang berupaya untuk melakukan pengembangan terhadap sektor pariwisata dengan berbagai potensi-potensi yang ada. Hal ini dilakukan dalam rangka menunjang pembangunan daerah pada umumnya dan pembangunan kepariwisataan secara khusus yang tidak mengutamakan segi ekonomi saja, akan melainkan segi budaya, pendidikan, lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Dalam rangka pengembangan dan peningkatan potensi kepariwisataan daerah yang tersebar di Kabupaten Natuna, maka diperlukan pula langkah-langkah pengaturan yang mampu mewujudkan keterpaduan dalam kegiatan penyelenggaraan kepariwisataan, serta memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan mutu lingkungan hidup dan objek daya tarik wisata.

Pengembangan yang nantinya dilakukan akan dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat Kabupaten Natuna dalam dalam bidang ekonomi. Hal tersebut dikarenakan nantinya masyarakat sekitar akan memiliki potensi yang

(9)

9

besar untuk menjadi pelaku usaha. Jika terjadi pengembangan potensi wisata di Kabupaten Natuna maka akan banyak berdatangan wisatawan baik lokal maupun asing yang mana usaha-usaha seperti hotel, restoran, sektor-sektor industri lainnya akan menjadi incaran oleh wisatawan-wisatawan tersebut. sehingga nantinya hal ini akan memberikan peluang yang besar oleh masyarakat Kabupaten Natuna karena akan banyak muncul kesempatan kerja dan masyarakat tidak tergantung pada pekerjaan di instansi pemerintahan saja, karena seperti yang diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Natuna bekerja di instansi Pemerintah Daerah.

Tercapainya upaya-upaya diatas tidak terlepas oleh andil yang besar dari pemerintah Kabupaten Natuna yang didasari dengan peraturan daerah Kabupaten Natuna Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Natuna, sehingga nantinya pariwisata yang terdapat di Kabupaten Natuna akan lebih berkembang dan untuk mencapai hal ini dibutuhkan pula kerjasama antara Pemerintah, masyarakat dan pihak-pihak terkait karena dengan begitu pariwisata di Kabupaten Natuna akan lebih jauh berkembang dan akan berdampak pula pada kesejahteraan masyarakat.

Teori dinamika dalam Santoso (2004 : 5) yaitu Dinamika diartikan sebagai tingkah laku seseorang secara langsung mempengaruhi orang lain secara timbal balik. Dengan kata lain dinamika dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau berkelompok dalam mempengaruhi seseorang atau berkelompok yang lainnya dan begitupun sebaliknya. Adapun terdapat hasil studi terkait dengan

(10)

10

Dinamika relasi aktor dalam "Memanfaatkan" TVRI Jogja sebagai ruang publik dalam Soegiharti (2007) Penelitian ini berusaha menjelaskan interaksi jaringan aktor dalam membangun ruang publik di TVRI Jogja melalui implementasi Kebijakan Penyiaran, menjelaskan klaim dan argumen pemihakan publik setiap aktor dan implikasi keduanya terhadap aktualisasi ruang publik di TVRI Jogja yang mana dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ada network di antara aktor. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa diperlukan keterlibatan diri masing-masing aktor dalam bentuk networking. Ketika otoritas di bidang penyiaran belum diwujudkan secara benar oleh KPID, semestinya DPRD menjalankan fungsi pengawasan dan kontrolnya dengan melakukan inisiasi, fasilitasi, membuat kebijakan lokal agar otoritas bisa diwujudkan. KPID sendiri seharusnya aktif melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan lembaga penyiaran, gencar melakukan sosialisasi dan literasi media ke publik. Pemerintah daerah harus merubah perspektif dalam mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan publik. Perubahan ini harus mendapat pengawasan dan tekanan dari DPRD yang secara politis dan moral.

Hasil studi selanjutnya terkait dengan “Dinamika aktor yang terjadi dalam Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Standar Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat” dalam Nanang (2016) yang mana hasil

penelitian menunjukan bahwa Dinamika yang terjadi antar aktor telihat ketika Masing-masing aktor yang terlibat mengerahkan sumber daya yang dimiliki untuk memperjuangkan kepentingannya. Interaksi kepentingan antar aktor tersebut

(11)

11

kemudian memunculkan relasi yang sifatnya informal yang membawa pengaruh pada output standar konstruksi yang dihasilkan. Proses interaksi kepentingan antar aktor tersebut akhirnya mendorong pihak-pihak yang terlibat untuk membuka ruang-ruang negosiasi dari para aktor sebagai upaya membangun pemahaman bersama yang berupaya untuk memperluas berbagai pilihan alternatif strategi dan inovasi bagi pengembangan kapasitas kelembagaan standar konstruksi.

Teori dari implementasi kebijakan menurut Lester dan Stewart (2000) dalam Solahuddin (2010:97) merupakan sebuah tahapan yang dilakukan setelah aturan hukum ditetapkan melalui proses politik. Implementasi dalam definisi tersebut lebih bermakna non politik atau dengan kata lain lebih bersifat administratif. Menurut Anderson (1979) menyatakan bahwa implementasi kebijakan atau program merupakan bagian dari proses administrasi. Dalam hal ini proses administrasi yang dimaksud yaitu dalam rangka menunjukan desain atau pelaksanaan sistem administasi yang terjadi pada setiap saat. Proses administrasi mempunyai konsekuensi terhadap pelaksanaan, isi dan dampak suatu kebijakan. Selain itu, diketahui pula bahwa implementasi kebijakan juga dipahamai sebagai suatu proses, output (Keluaran kebijakan), dan outcome (dampak kebijakan). Implementasi juga dapat dikonseptualisasikan sebagai proses karena didalamnya terjadi beberapa rangkaian aktivitas yang sifatnya berkelanjutan.

Implementasi kebijakan dalam Dwiyanto (2009:143) menunjukan aktivitas menjalankan kebijakan dalam ranah senyatanya, baik yang dilakukan oleh organisasi

(12)

12

pemerintah maupun pihak yang telah ditentukan dalam kebijakan. Implementasi kebijakan sendiri biasanya ada yang disebut sebagai pihak implementator, dan kelompok sasaran. Implementator kebijakan adalah mereka yang secara resmi diakui sebagai individu atau lembaga yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program di lapangan. Kelompok sasaran adalah menunjuk para pihak yang dijadikan sebagai objek kebijakan.

Upaya dari pemerintah Kabupaten Natuna untuk memanfaatkan potensi-potensi wisata sangat diperlukan, karena potensi-potensi-potensi-potensi wisata di Kabupaten Natuna memiliki peluang yang besar untuk peningkatan jumlah wisatawan, yang mana jika semakin banyak jumlah wisatawan yang datang ke Kabupaten Natuna, maka akan berujung pada peningkatan PAD sub sektor pariwisata, sehingga dalam hal ini sangat diperlukan upaya dari pemerintah daerah, sektor swasta dan kelompok masyarakat terkait untuk lebih memanfaatkan dengan mengembangkan Potensi pariwisata yang terdapat di Kabupaten Natuna.

Peneliti nantinya akan mengkaji lebih lanjut terkait dengan Dinamika antara aktor dalam pelaksanaan kebijakan Pariwisata Kabupaten Natuna. Dinamika yang terjadi antar aktor menjadi sesuatu yang penting dalam pelaksanaan kebijakan karena dengan adanya interaksi dari masing-masing aktor maka dalam pelaksanaan program dan kegiatan akan berjalan dengan keinginan dari masing-masing aktor tersebut. Jika masing-masing aktor kurang berinterkasi maka komunikasi yang terjalin antara

(13)

aktor-13

aktor tersebut akan cenderung kaku, sehingga pelaksanaan program dan kegiatan akan mendapatkan banyak kendala atau hambatan.

Hal tersebut dirasa menarik karena didasari oleh kebijakan pariwisata yang telah dibuat diyakini kurang mampu menjadi acuan dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna khususnya pengembangan objek dan masyarakat destinasi kawasan wisata. Selanjutnya, keberhasilan pelaksanaan kebijakan tidak terlepas oleh peran aktor-aktor yang ada didalamnya sehingga peneliti ingin mengetahui siapa saja aktor yang terlibat dan bagaimana peran dan interaksi dari masing-masing aktor seperti sektor pemerintah, sektor swasta atau kelompok masyarakat atau pihak-pihak lainnya yang juga ikut terlibat dan memberikan andil yang besar didalamnya dan bagaimana dinamika yang terjadi antar masing-masing aktor yang ikut terlibat dalam implementasi pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Dinamika yang terjadi antar aktor yang terlibat dalam implementasi pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna khususnya pada pengembangan objek dan masyarakat destinasi kawasan pariwisata Kabupaten Natuna yang dilihat berdasarkan keterlibatan aktor, pengaruh dan kepentingan dan interaksi masing-masing aktor?

(14)

14 1.3. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui aktor-aktor yang terlibat dalam implementasi pengembangan kawasan pariwisata unggulan Kabupaten Natuna

2. Untuk mengetahui Dinamika yang terjadi antara aktor-aktor dalam implementasi pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan tentang Dinamika antar aktor dalam implementasi pengembangan Pariwisata di Kabupaten Natuna yang memberikan saran tentang bagaimana keterlibatan dan interaksi yang seharusnya untuk aktor-aktor seperti masyarakat, sektor pemerintah dan sektor swasta dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Natuna sehingga dapat terjalin hubungan yang baik dari masing-masing aktor. Selain itu, dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan pembelajaran untuk akademisi pariwisata maupun yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.5. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian dengan judul “Dinamika Antar Aktor Dalam Implementasi

Pengembangan Pariwisata Kabupaten Natuna” belum pernah dilakukan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, adapun beberapa penelitian yang menjadi acuan peneliti dalam melakukan penelitian, yaitu :

(15)

15

Penelitian yang dilakukan oleh Nanang (2016) yaitu “Dinamika Relasi Aktor

dalam Kelembagaan Standar Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat” yang mana pada penelitian ini dilatarbelakangi dengan Melihat peran standar konstruksi yang terlalu strategis sehingga dengan begitu diperlukan penatakelolaan kelembagaan standar konstruksi yang lebih baik. Dalam menata kelola kepentingan para aktor tersebut agar sejalan dengan tujuan kegiatan standardisasi maka diperlukan suatu formulasi kelembagaan standar konstruksi yang paling tepat dalam rangka mengakomodir dinamikanya. Tujuan dari Penelitian ini untuk mengetahui dinamika relasi antar aktor dalam kelembagaan standar konstruksi serta interaksi kepentingan antar aktor dalam kelembagaan standar konstruksi yang membawa implikasi pada terhambatnya proses perumusan standar konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Selain itu, untuk mengetahui dinamika relasi antar aktor dalam upaya peningkatan kapasitas tata kelola kelembagaan standar konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Penelitian yang dilakukan oleh Mouw (2012) yaitu “Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Halmahera Barat ” yang mana pada penelitian dilatarbelakangi dengan adanya kebijakan Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat yang menempatkan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan yang akan dikembangkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis

(16)

16

setiap tahapan proses pelaksanaan kegiatan dan melihat manfaat jangka pendek dari kegiatan tersebut bagi pelaku usaha dan masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Fuadi (2014) yaitu “Peran dan Interaksi antar aktor dalam pengembangan Desa Wisata Kembangarum, Desa Donokerto, Kabupaten Sleman” Penelitian ini dilatarbelakangi dengan melihat salah satu yang masih tetap eksis dan memungkinkan untuk di kembangkan di Kabupaten Slemana adalah Desa Wisata. Dalam hal ini Desa wisara Kembang Arum merupakan Desa wisata yang terbilang cukup sukses di Kabupaten Sleman hal tersebut dibuktikan dari banyaknya penghargaan yang diperoleh. Pada penelitian Desa Wisata Kembangarum yang menjadi fokus utama, yang mana desa wisata ini diinisiasi dan dikelola oleh sanggar partista sebagai pihak ketiga. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran dan interaksi antar aktor dalam kegiatan pengembangan pariwisata di Desa Wisata Kembangarum.

Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2014) yaitu “Interaksi Antar Aktor Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Pasca Bencana Erupsi Merapi: Studi Kasus di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta” yang mana pada penelitian tersebut diketahui bahwa dengan mengetahui interaksi antar aktor yang terlibat seperti pemerintah, LSM, dan masyarakat peneliti bisa mengetahui secara jelas peran dari masing-masing aktor. Sehinga dengan diketahuinya peran dan interaksi antar aktor diharapkan dapat mengetahui lebih lanjut permasalahan belum terselesaikan sampai saat ini. Selain itu, tidak hanya mengetahui

(17)

17

peran dari masing-masing aktor, peneliti juga ingin menjelaskan mengenai peran yang hingga kini sudah dilakukan oleh masing-masing aktor sejak sebelum terjadi bencana, ketika terjadi bencana, dan setelah terjadi bencana.

Penelitian yang telah dilakukan Kosasih (2005) yaitu Interaksi antar aktor dalam Program Pengembangan Prasaranan Perdesaan (P2D) : Studi kasus di Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah yang mana disebutkan bahwa dalam paradigma tata pemerintahan yang baik pelaksanaan pembangunan tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja, akan tetapi perlu melibatkan swasta dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan interaksi antar aktor yang terlibat pada program Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D) yang dilaksanakan di Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara Propinsi Kalimantan Tengah. Dalam pembangunan yang melibatkan multiaktor seperti program P2D, perlu adanya pembagian peran yang adil dan proporsional antara pihak-pihak yang terlibat. Selain itu interaksi yang terjadi antar masing-masing aktor akan berdampak positif berupa timbulnya kemitraan, akan tetapi dapat juga berdampak negatif berupa terjadinya konflik.

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, adapun dalam penelitian yang akan peneliti akan lakukan ini terdapat perbedaan yang mendasar yaitu pada fokus kajian penelitian. Dalam hal ini fokus kajian pada penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang dinamika antar aktor dalam implementasi pengembangan pariwisata Kabupaten Natuna yang mana dengan melihat siapa saja

(18)

18

aktor yang terlibat dan dilibatkan dalam implementasi kebijakan pariwisata Kabupaten Natuna, Serta peneliti juga ingin mengetahui bagaimana keterlibatan dan sejauh mana keterlibatan dari aktor-aktor seperti sektor pemerintah seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pihak swasta dan kelompok masyarakat dalam prosesnya sehingga akan diketahui dinamika yang terjadi antar aktor. Dalam hal ini diketahui bahwa agar potensi wisata dapat berkembang yang diperlukan adalah keterlibatan stakeholders, tidak hanya dari pemerintah akan tetapi diperlukan pula keterlibatan berbagai pihak seperti dalam Jupir (2013) idealnya aktor implementasi kebijakan mencakup aktor-aktor utama seperti pemerintah (state), swasta(private), dan masyarakat (civil society). Hal ini dirasa penting oleh peneliti karena dengan memanfaatkan dan mengembangkan Potensi pariwisata yang terdapat di Kabupaten Natuna maka akan menambah daya tarik wisatawan sehingga pariwisata di Kabupaten Natuna menjadi lebih dikenal dikalangan masyarakat luas, yang mana nantinya akan terjadi peningkatan jumlah PAD sub sektor pariwisata.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mengembangkan ekosistem kewirausahaan sosial yang mengedepankan inovasi dan kolaborasi merupakan salah satu solusi yang

KRITERIA PENAPISAN JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TIDAK TERMASUK DALAM DAFTAR JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

Berdasarkan nilai akar ciri yang tertera pada Tabel 91 dan indeks pilihan lokasi perumahan oleh penghuni, ada tiga variabel dari komponen fisik yang memiliki nilai akar ciri

(2) Penyaluran laporan hasil penelaahan Pengaduan Masyarakat yang tidak berkadar pengawasan disampaikan dengan surat tertulis oleh Inspektur kepada pimpinan satuan kerja

Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pemirsa akan merespon stimuli yang terkandung dalam suatu iklan yang terdiri dari suara, musik, kata-kata, gambar, warna, dan gerakan

Tokoh liberal yang namanya tidak asing lagi bagi rakyat Malaysia ini adalah individu yang sangat aktif mempromosikan ideologi liberalisme, feminisme, hak sama rata jantina

Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan

CAMEL di bawah 81 memperlihatkan kondisi keuangan yang lemah yang ditunjukkan oleh neraca bank, seperti rasio kredit taklancar terhadap total aktiva yang