• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAKIKAT TEORI KEPRIBADIAN Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Kepribadian Dosen pengampu : Dr. Anwar Sutoyo, M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HAKIKAT TEORI KEPRIBADIAN Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Kepribadian Dosen pengampu : Dr. Anwar Sutoyo, M."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HAKIKAT TEORI KEPRIBADIAN

Makalah ini

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Teori Kepribadian

Dosen pengampu : Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd

Oleh :

Sai Handari

0105513048

PROGRAM PASCASARJANA

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

(2)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan 1.4. Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Hakikat teori kepribadian

2.1.1. Konsep dasar teori kepribadian 2.1.2. Tujuan mempelajari teori kepribadian

2.1.3. Tantangan dalam membangun teori kepribadian

2.2. Urgensi teori kepribadian bagi upaya memahami dan memprediksi tingkah laku manusia

2.2.1. Data psikologi kepribadian

2.2.2. Tujuan penelitian : Realibilitas, validitas dan etika perilaku 2.2.3. Teori kepribadian dan penelitian kepribadian

2.3. Isu – isu dalam teori kepribadian

BAB III PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1

(3)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Individu merupakan seseorang yang memiliki keunikan dalam dirinya. Berbagai macam ragam perilaku ditampakkan karena individu terdiri atas jiwa dan raga. Di dunia, tidak ada satu orang pun yang sama maupun persis, sehingga dalam pemahaman individu diperlukan suatu prediksi untuk dapat berspekulasi terhadap tingkah laku individu itu sendiri.

Para teoritikus lebih mendalami kepribadian dan dapat memberikan suatu analisa terkait dengan kepribadian dengan lebih memahami secara mendalam bagaimana kepribadian tersebut ada dan dilihat berdasarkan dengan teori yang telah dikembangkan oleh para ahli.

Perkembangan teori pun semakin beragam melihat kompleksnya permasalahan yang terjadi. Sehingga sebagai teoritikus kepribadian harus mampu memahami bagaimana hakikat teori kepribadian. Teori menjadi suatu isu dalam memahami perilaku, maka perilaku dapat dipahami dan diprediksi secara ilmiah menggunakan teori kepribadian.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka makalah ini akan membahas tiga hal utama yang terkait dengan kepribadian, dari hakikat teori kepribadian hingga isu-isu yang terkait dengan teori kepribadian.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan hakikat teori kepribadian?

1.2.2. Bagaimana urgensi teori kepribadian dalam upaya memahami dan memprediksi tingkah laku manusia?

1.2.3. Apa yang menjadi isu – isu penting dalam teori kepribadian?

1.3. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk :

(4)

1.3.2. Untuk memahami urgensi teori kepribadian dalam uaya memahami dan memprediksi tingkah laku manusia.

1.3.3. Untuk mengetahui isu – isu penting dalam teori kepribadian

1.4. Manfaat Penulisan

Dalam makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat: 1.4.1. Terpenuhinya salah satu tugas mata kuliah teori kepribadian.

1.4.2. Bertambahnya wawasan mengenai pembahasan hakikat teori kepribadian 1.4.3. Dari pembuatan laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai wawasan

untuk mengembangkan ilmu.

(5)

PEMBAHASAN

2.1. Hakikat teori kepribadian

2.1.1. Konsep dasar teori kepribadian

Manusia sebagai makhluk yang telah diciptakan memiliki berbagai karakteristik yang berbeda, tidak dapat dipungkiri bahwa manusia menjadi satu kesatuan yang utuh yang terdiri atas jasmani dan rohani, jiwa dan raga. Hal ini merupakan suatu gambaran yang secara utuh hendaknya dipelajari oleh seseorang yang berinteraksi dengan manusia.

Dalam banyak hal, psikologi kepribadian menjadi sangat akrab bagi sebagian besar orang. Pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh seorang psikolog professional mengenai individu memiliki kesamaan dengan pertanyaan yang biasa orang ajukan. Akan tetapi, akan terdapat perbedaan besar yang terjadi baik dalam pengajuan pertanyaan yang dikemukakan maupun bagaimana cara mencari jawaban.

Pencarian jawaban terkait dengan pertanyaan – pertanyaan yang mencakup kepribadian berdasarkan dengan teori. Teori kepribadian (Cervone & Pervin, 2011: 5) merupakan suatu gagasan yang digunakan dalam memahami orang, perkembangan mereka dan perbedaan diantara mereka. Hal ini berdasarkan berbagai macam sudut pandang tentang manusia.

Para psikologi kepribadian (Cervone & Pervin, 2011: 10) menggunakan istilah kepribadian untuk menggambarkan kualitas psikologi yang memberikan kontribusi terhadap ketahanan (enduring) individu dan pola khusus dari perasaan, pola fikir dan perilaku.

Teoritikus kepribadian mengembangkan teori kepribadian tersebut untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan mendasar dari individu. Pertanyaan – pertanyaan tersebut mencakup apa, bagaimana dan mengapa. Pertanyaan apa merujuk pada karakteristik seseorang dan bagaimana karakteristik ini diorganisasikan dalam kaitannya satu sama lain.

(6)

Bagaimana merujuk pada hal – hal yang menentukan kepribadian individu, dan mengapa merujuk pada penyebab dan alas an di balik perilaku individu

Untuk menjawab pertanyaan apa, bagaimana dan mengapa maka para psikologi kepribadian biasanya menggunakan empat topik yang berbeda: (1) struktur kepribadian – unit dasar atau building block kepribadian, (2) proses kepribadian – aspek kedinamisan kepribadian, (3) pertumbuhan dan perkembangan – bagaimana individu mampu untuk berkembang secara unik sesuai dengan diri kita masing – masing, dan (4) psikopatologi dan perubahan perilaku - bagaimana orang berubah dan mengapa mereka terkadang menolak perubahan atau tidak dapat berubah.

Suatu pertanyaan yang umumnya muncul kemudian adalah bagaimana mengevaluasi teori – teori ini dan membandingkannya antara yang satu sama lain? Bagaimana seseorang dapat menilai kekuatan dan keterbatasan dari berbagai teori ini? Dan kriteria apa yang digunakan untuk mengevaluasi teori ini?

Mengevaluasi suatu pertanyaan yang umum seperti halnya “apa yang seharusnya dilakukan oleh teori – teori tersebut?” sebaiknya dimulai dengan pembahasan awal yang terkait dengan fungsi yang harus diberikan oleh satu kesatuan ini. Melalui cara ini maka dapat dievaluasi sejauh mana masing – masing unit kesatuan memenuhi fungsi – fungsi tersebut.

Teori kepribadian memiliki tiga fungsi utama (Cervone & Pervin, 2011: 34), yaitu dapat (1) mengorganisasi informasi yang ada, (2) memberikan pengetahuan baru mengenai masalah – masalah yang penting, dan (3) secara keseluruhan mengidentifikasi keseluruhan masalah – masalah baru yang perlu dipelajari lebih jauh.

Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori kepribadian adalah gagasan yang digunakan dalam memahami orang, perkembangan mereka dan perbedaan diantara mereka. Teori tersebut hendaknya mampu untuk menjawab pertanyaan apa, bagaimana dan mengapa dengan mengacu empat topic yang berbeda sehingga

(7)

menghasilkan serangkaian jawaban yang koheren atas ketiga pertanyaan tersebut (apa, bagaimana dan mengapa).

2.1.2. Tujuan mempelajari teori kepribadian

Teoritikus kepribadian memiliki suatu kewajiban dalam mempelajari manusia secara ilmiah. Ini terkait tugas yang memiliki implikasi khususnya untuk mengembangkan teori ilmiah kepribadian. Teoritikus harus mencapai lima tujuan yang pada umunya tidak ditetapkan dalam kehidupan sehari – hari yang mencakup cara berfikir informal mengenai seseorang. Lima tujuan tersebut yaitu :

2.1.2.1. Pengamatan yang bersifat ilmiah

Teori ilmiah yang baik disusun berdasarkan pengamatan ilmiah yang cermat. Dengan mengamati orang secara ilmiah, psikolog kepribadian mendapatkan deskripsi yang sistematis mengenai kecenderungan dan perbedaan diantara manusia secara universal. Deskripsi ini perlu dijelaskan menggunakan teori yang ilmiah.

Pengamatan yang cermat memerlukan tiga persyaratan kunci, yaitu (1) mempelajarai kelompok manusia dalam jumlah besar dan beragam, (2) pengamatan yang dilakukan terhadap manusia benar – benar bersifat objektif, dan (3) psikolog menggunakan alat khusus untuk menjelaskan secara spesifik, reaksi emosional dan system biologis yang memberikan kontribusi pada fungsi kepribadian.

2.1.2.2. Teori yang sistematis

Pengamatan terhadap individu tidak cukup untuk merumuskan teori kepribadian, namun harus menghubungkan pernyataan – pernyataan antara yang satu dengan yang lainnya secara sistematis. Menghubungkan antara gagasan yang satu dengan lainnya dengan cara yang logis dan koheren akan menciptakan teori yang sistematis.

2.1.2.3. Teori yang dapat diuji

Psikologi kepribadian merupakan suatu gagasan – gagasan teori yang dapat diuji dengan bukti ilmiah yang objektif. Tentu saja, hal ini berlaku untuk setiap ilmu pengetahuan apapun. Tetapi, dalam psikologi kepribadian

(8)

untuk mencapai tujuan dari teori yang dapat diuji cukup menyulitkan. Hal ini disebabkan pokok bahasan bidang mencakup karakteristik kesehatan mental yang berisi tujuan, mimpi, harapan, impuls, konflik, emosi, pertahanan diri yang tidak disadari yang benar – benar kompleks dan pada dasarnya sulit untuk dipelajari secara ilmiah.

2.1.2.4. Teori yang komprehensif

Psikologi kepribadian adalah suatu ilmu yang dapat diuji dengan bukti ilmiah. Karena merupakan suatu ilmu maka dalam pembuktiannya harus dijaga kualitasnya. Sehingga, psikologi perkembangan harus memikirkan segalanya. Dibebankan pada teori yang berkembang secara komprehensif sehingga mampu mencakup semua aspek psikologis yang signifikan dari seseorang.

2.1.2.5. Aplikasi: dari teori menuju praktek

Tujuan dari sebuah teori adalah menyampaikan sesuatu yang menarik dan memberikan wawasan mengenai orang. Sehingga, tujuan dari psikologi kepribadian (1) mengamati orang secara ilmiah dan untuk mengembangkan teori yang (2) sistematis, (3) dapat diuji, (4) komprehensif, dan mengubah teori pusat data ini menjadi aplikasi yang dapat dipraktikkan.

Kelima hal tersebut yang dapat membedakan pekerjaan psikologi kepribadian dari para penyair, dramawan maupun mahasiswa yang menulis uraian singkat mengenai kepribadian pada hari pertama dalam kelas mereka. Sehingga, psikolog kepribadian secara unik memiliki tanggungjawab dalam mengembangkan teori yang komprehensif, dapat diuji, sistematis, mendasarkan teori tersebut atas pengamatan yang ilmiah, dan mengembangkan teori berbasis aplikasi yang dapat bermanfaat bagi manusia dan lingkungan sosial.

2.1.3. Tantangan dalam membangun teori kepribadian

Seperti yang telah dibahas sebelumnya terkait teori hendaknya menjadi suatu teori yang komprehensif dan untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah, bahkan sangat sukar dilakukan. Para ahli harus menghadapi serangkaian tujuan ilmiah yang menantang yang jauh melebihi

(9)

pemikiran intuitif seseorang mengenai kepribadian yang dimana mereka harus menjawab pertanyaan apa, bagaimana dan mengapa dengan membahas secara luas mengenai struktur, proses, perkembangan dan perubahan kepribadian.

Dan dalam pembahasan tersebut harus mempertimbangkan faktor – faktor penentu kepribadian yang beragam dari faktor genetis hingga faktor yag secara luas seperti faktor sosiabudaya dan masalah – masalah konseptual yang beragam dari pandangan filosofis tentang manusia yang tertanam dalam teori mereka hingga pertanyaan mengenai apakah seseorang dapat memiliki suatu teori ilmiah mengenai manusia yang utama.

2.2. Urgensi teori kepribadian bagi upaya memahami dan memprediksi tingkah laku manusia

2.2.1. Data psikologi kepribadian

2.2.1.1. LOTS of data (Data LOTS)

Sebagian besar seseorang mampu untuk memprediksi tingkah laku dan menetapkan secara kasat mata bahwa tingkah laku tersebut merupakan kepribadian yang dimiliki. Namun ada hal yang berbeda yang dilakukan oleh seorang ilmuwan kepribadian. Para teoritikus tersebut harus menggambarkan secara implisit agar mampu memahami tingkah laku individu secara objektif.

Dalam memahami individu ada lebih dari satu cara untuk mendapatkan informasi atau data ilmiah tentang individu. Dan sebagai teoritikus kepribadian akan memiliki pengamatan dengan melakukan “penelitian” dengan menjalanin prosedur yang ditetapkan untuk memastikan bahwa akan mendapatkan informasi yang seobjektif dan seakurat mungkin.

Psikolog penelitan telah mengakui pilihan tersebut dan telah mendefinisikan empat kategori data yang salah satunya dapat dipergunakan dalam peelitian (Block dalam Daniel, 2011: 46). Keempat tipe data tersebut adalah : (1) data catatan kehidupan (life record data / L-Data), (2) data

(10)

pengamat (Observer data/O-data), (3) data yang diuji (test data/ T – data), dan (4) data laporan diri (self-report data/ S-Data).

L – data adalah informasi yang dapat diperoleh dari sejarah atau catatan kehidupan. O – data adalah informasi yang disediakan oleh pengamat yang mengetahui banyak hal seperti orangtua, teman atau guru. Biasanya dilengkapi dengan kuisoner atau formulir skala lain tempat mereka memberikan nilai tentang karakteristik kepribadian individu yang bersangkutan.

T – data adalah informasi yang diperoleh dari prosedur eksperimental atau tes standarisasi. Dan yang terakhir adalah S – data merupakan informasi yang disediakan oleh subjek itu sendiri. Data yang seperti ini khususnya ada dalam bentuk respons kuesioner. Hanya saja self-report jelas memiliki keterbatasan namun pengukuran self-report tidak sulit dan relatif mudah untuk diperoleh data. Sehingga, self-report adalah data yang paling umum digunakan dalam psikologi kepribadian.

Kategori LOTS adalah system yang berguna untuk menetapkan sumber data alternative yang dilakukan oleh psikolog kepribadian. Namun patut diingat, ada dua poin penting yang harus diingat. Poin pertama, peneliti tidak perlu memilih hanya satu sumber data untuk penelitian mereka. Poin kedua adalah bahwa beberapa data tidak dengan mudah untuk dapat dicocokkan ke dalam empat skema kategori LOTS

2.2.1.2. Pengukuran menetap Versus pengukuran fleksibel

Cara lain untuk membuat sumber data mengenai kepribadian dapat menjadi berbeda dengan melibatkan pertanyaan apakah pengukuran tersebut menetap atau fleksibel. Jika psikolog ingin mengetahui karakteristik seseorang, biasanya akan memberikan butir tes yang sama persis kepada sejumlah kelompok orang dan menghitung nilai untuk masing – masing dengan cara yang sama.

Hal lainnya yaitu memberikan kepada seseorang tes kepribadian yang tidak terstruktur, yaitu tes dimana butir – butirnya memperbolehkan orang – orang tersebut untuk mendeskripsikan diri mereka sendiri dengan

(11)

kata – kata mereka dibandingkan memaksa mereka untuk memberi respon terhadap deskripsi pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.

Sehingga, psikolog kepribadian memiliki sebuah pembendaharaan teknis untuk mendeskripsikan pengukuran tetap atau fleksibel. Pengukuran tetap yang diterapkan dengan cara yang sama kepada semua orang disebut

nomotetik. Dan teknik pengukuran yang fleksibel yang dipelajari dan

disesuaikan dengan individu disebut idiografik.

Teknik nomotetik adalah kumpulan orang yang mendeskripsikan sebuah populasi yang berkenaan dengan serangkaian butir pertanyaan untuk mengukur mereka. Sebaliknya, teknik idiografik memiliki tujuan utama untuk mendapatkan gambaran mengenai potensi unik, yaitu perbedaan individu.

2.2.1.3. Teori dan pengukuran kepribadian

Dengan pilihan empat sumber data yang berbeda atau prosedur tes idiografik versus nomotetik, bagaimana seseorang untuk dapat memilihya? Tidak dapat dihindari bahwa pilihan – pilihan tersebut dibentuk dengan pertimbangan secara teori. Pandangan secara teori dari seseorang mengenai kepribadian menentukan apa yang dipikirkan seseorang mengenai prosedur pengukuran yang berbeda.

Beberapa psikolog kepribadian memandang hal yang penting diukur adalah pola khusus perilaku. Bagi sebagian yang lain, psikolog menaruh perhatian pada ketrampilan, kemampuan dan rencana masa depan yang merupakan tujuan hidup seseorang yang dapat tercerminkan dalam perilaku sekarang.

Hubungan antara teori dan prosedur penelitian ini merupakan suatu upaya untuk menegaskan teori untuk menetapkan tipe data yang paling bernilai untuk dikumpulkan dan bagaimana untuk menginterpretasikan data yang diperoleh tersebut untuk kemudian dapat mempelajari kepribadian seseorang.

(12)

Setelah membahas terkait bagaimana pemilihan metode / pengukuran yang dipergunakan dalam mempelajari kepribadian seseorang yang lebih penting adalah bagaimana pengukuran tersebut harus berhubungan dengan konsep secara teori dan minat dalam studi yang dimaksud. Dengan kata lain pengukuran tersebut harus reliabel dan valid (West & Finch dalam Cervone dan Pervin, 2011: 52).

1) Realibilitas

Konsep realibilitas mengacu pada tingkat dimana sebuah pengamatan dapat dicontoh. Bermacam faktor dapat mempengaruhi realibilitas dari tes psikologi. Respons individu dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor yang bersifat sementara, misalnya suasana hati. Faktor lain adalah melibatkan tes itu sendiri. Variasi instruksi yang diberikan dan ambiguitas dalam butir tes dapat merendahkan nilai realibilitas.

Gagasan mengenai realibilitas biasanya diukur dengan dua cara berbeda dengan teknik yang berbeda yang menyediakan jawaban untuk pertanyaan yang juga berbeda mengenai tes tersebut (West & Finch dalam Cervone dan Pervin, 2011: 52).

Satu pertanyaan realibilitas mencakup konsistensi internal: apakah butir yang berbeda dalam suatu tes berhubungan satu dengan yang lain, seperti yang diharapkan oleh seseorang bahwa setiap butir cerminan dari sebuah konstruk psikologi umum? Pertanyaan kedua seperti yang telah dicatatkan sebelumnya dinamakan realibilitas test-retes: jika seseorang mengikuti tes pada dua waktu yang berbeda, apakah nilai mereka akan berhubungan satu dengan yang lain? Perbedaan antara tipe – tipe realibilitas menjadi sederhana karena sebuah contoh sederhana.

Anggaplah seseorang menambahkan sedikit butir tes intelegensi kepada sebuah tes ekstraversi. Realibilitas test – retest dari suatu pengukuran akan tetap tinggi (karena individu kemungkinan akan memiliki performa yang sama pada butir tes intelegensi pada waktu yang berbeda). Tetapi, konsistensi internal dari tes akan menjadi menurun (karena respons – respons pada butir tes intelegensi pada waktu yang berbeda). Tetapi,

(13)

konsistensi internal dari tes akan menjadi menurun (karena respon – respon pada butir tes ekstraversi dan intelegensi kemungkinan tidak dikorelasikan)

2) Validitas

Selain harus realibel, sebuah pengamatan harus valid. Konsep validitas mengacu pada tingkat dimana pengamatan benar – benar mencerminkan fenomena dari keterkaitan studi yang dimaksud. Konsep validitas digambarkan secara baik dalam sebuah contoh dimana sebuah pengukuran tersebut tidak valid: seseorang dapat mengukur intelegensi individu dengan mengukur ukuran kepala mereka dan pengukuran tersebut dapat saja sangat sempurna dapat diandalkan, tetapi hal itu tidak akan valid karena ukuran kepala bukan indikator sebenarnya dari kemampuan mental yang kita sebut “intelegensi” (Gould dalam Cervone & Pervin, 2011: 53).

Secara singkat, reliabilitas menaruh perhatian pada pertanyaan apakah sebuah tes menyediakan kestabilan dan pengukuran yang dapat ditiru, sedangkan validitas menaruh perhatian pada pertanyaan apakah pengukuran benar – benar mencapai konstruk psikologis yang akan diukur. Realibilitas dibutuhkan untuk validitas. Jika sebuah tes realibel, hal tersebut berarti bahwa nilai tes dipengaruhi oleh faktor luar yang secara tidak langsung menyatakan bahwa nilai tersebut mencerminkan sesuatu yang lain daripada konstruk psikolog yang dimaksud.

3) Etika kepribadian dan kebijakan public

Sebagai sebuah kegiatan manusia, penelitian melibatkan masalah etika. Pertanyaan etika timbul dalam pelaksanaan penelitian dan melaporkan hasil penelitian. Pertanyaan – pertanyaan ini tetap menjadi perhatian bagi komunitas psikologi ilmiah (Smith dalam Cervone & Pervin, 2011: 55). Para psikolog memiliki prinsip bahwa dalam melakukan sebuah penelitian dilakukan dengan rasa hormat dan menaruh perhatian pada martabat dan kesejahteraan orang – orang yang berpartisipasi.

Hal tersebut akan mencakup evaluasi terhadap etika penelitian yang dapat diterima, menentukan apakah subjek dalam penelitian tersebut akan menghadapi resiko dalam beberapa cara dan membangun sebuah perjanjian

(14)

yang jelas dan adil dengan partisipan penelitian dengan memperhatikan kewajiban dan tanggungjawab masing – masing. Tanggungjawab etika dari psikolog mencakup interpretasi dan presentasi hasil yang sama dengan pelaksanaan penelitian.

Temuan penelitian telah mempengaruhi kebijakan pemerintah sehingga psikolog harus berhati – hati dalam mempresentasikan penemuan mereka dan memberikan informasi mengenai keterbatasan penemuan mereka kepada yang lainnya berkenaan dengan keputusan personal dan kebijakan. Hal tersebut hendaknya menjadi pengingat bagaimana peran penelitian dalam keputusan personal dan perumusan kebijakan publik.

2.2.3. Teori kepribadian dan penelitian kepribadian

Teori kepribadian dan penelitian kepribadian bukan merupakan dua hal yang terpisah atau usaha – usaha yang tidak berhubungan. Keduanya saling terkai secara inheren. Teori dan penelitian berhubungan dengan dua alasan, pertama konsep secara teori memberikan kesempatan untuk penggalian yang lebih luas serta kedua sebagai pengkhususan jenis data yang berkualitas sebagai “bukti” mengenai kepribadian.

Penelitian adalah sebuah usaha manusia dan sebuah pilihan adalah bagian dari penelitian sebagai usaha manusia. Semua peneliti sebisa mungkin berusaha untuk menjadi objektif dalam melakukan penelitian mereka dan pada umumnya mereka memberikan alasan “objektif” untuk mengikuti sebuah pendekatan yang khusus pada penelitian.

Oleh karena itu, kekuatan pendekatan penelitian didasarkan secara relatif pada kekuatan dan keterbatasan pendekatan alternatif, walaupun sebuah elemen personal memasukinya. Seperti yang psikolog rasakan saat mereka merasa nyaman dengan satu atau lebih jenis pendekatan pada penelitian.

Perbedaan teori – teori kepribadian berhubungan dengan perbedaan strategi – strategi penelitian dan akan membuat jenis data juga berbeda. Dengan kata lain, hubungan antara sejumlah teori, data, dan penelitian seperti hal tersebut yang menyebabkan pengamatan dihubungkan dengan

(15)

teori kepribadian sering kali merupakan sebuah perbedaan jenis fundamental dibandingkan dengan hubungan antar teori.

2.3. Isu – isu dalam teori kepribadian

Teori kepribadian tentunya membahas serangkaian masalah konseptual yang menjadi pusat dari bidang kepribadian ini. Tentu saja hal tersebut menjadi isu – isu penting yang akan dibahas dengan serangkaian pertanyaan dan bahwa satu pertanyaan harus dapat diterapkan pada beberapa sudut pandang secara teori. Isu – isu tersebut yaitu:

2.3.1. Pandangan filosofis terhadap diri sendiri

Teori – teori kepribadian memiliki sudut pandang yang sangat berbeda mengenai kualitas esensial dari manusia. Beberapa melibatkan suatu pandangan dimana manusia terlihat secara aktor – aktor rasional. Manusia beralasan mengenai dunia, mempertimbangkan kerugian dan keuntungan dari alternatif – alternatif perbuatan, dan berperilaku yang didasarkan pada perhitungan rasional ini. Menurut pandangan ini, perbedaan individual terutama mencerminkan perbedaan dalam proses berfikir yang menyertai proses kalkulasi ini.

Seseorang harus mengetahui bahwa perbedaan sudut pandang mengenai manusia telah tumbuh dalam lingkugan sosiohistoris yang berbeda. Pendukung dari poin – poin pandangan yang berbeda masing – masing memiliki pengalaman hidup yang berbeda dan telah dipengaruhi oleh tradisi sejarah yang berbeda pula. Oleh karena itu, di luar bukti – bukti ilmiah dan fakta yang ada, teori-teori epribadian dipengaruhi oleh faktor-faktor personal, semangat dari suatu waktu tertentu dan juga oleh karakteristik asumsi – asumsi filosofis dari para anggota suatu budaya tertentu (Pervin dalam Cervone dan Pervin, 2011: 27).

2.3.2. Faktor eksternal dan internal penentu perilaku

Perilaku manusia menitikberatkan pada hubungan antara faktor internal dan eksternal dan kepentingan relatif dari kedua faktor tersebut. Seluruh teori kepribadian setuju bahwa faktor – faktor dalam diri organisme dan kejadian – kejadian di lingkungan sekitarnya adalah merupakan hal

(16)

yang penting dalam menentukan perilaku. Meskipun demikian, masing – masing teori ini berbeda dalam pemberian bobot terhadap faktor eksternal dan internal.

Secara virtual, keseluruhan psikolog kepribadian saat ini mengetahui bahwa mempertimbangkan faktor eksternal dan internal dari perilaku manusia adalah penting. Meskipun demikian, teori – teori kontemporer terus berbeda secara signifikan dalam tingkat dimana mereka memberikan penekanan pada salah satu faktor atau yang lain.

2.3.3. Konsistensi antarsituasi dan sepanjang waktu

Kepribadian merupakan suatu hal yang dapat tergambar dari sisi luar sebagai perilaku. Dan hal ini menimbulkan spekulasi seberapa konsisten kepribadian dari satu situasi ke situasi yang lain? Bagi beberapa ahli, variasi dalam perilaku merupakan suatu pertanda ketidakkonsisten kepribadian. Bagi ahli yang lain, hal ini dapat merefleksikan suatu kapasitas personal yang konsisten untuk mengadaptasi perilaku seseorang pada kebutuhan yang berbeda dari situasi-situasi sosial yang berbeda juga (Mischel dalam Cervone & Pervin, 2011: 30).

Individu setuju tentang apa yang dipandang sebagai konsistensi namun mereka mungkin tidak setuju mengenai faktor – faktor yang menyebabkan kepribadian dapat menjadi konsisten. Hal ini karena konsistensi berubah seiring berjalannya waktu. Dan tidak diragukan lagi bahwa perbedaan antar-individu bersifat stabil pada tingkat tertentu dan selama periode waktu tertentu (Fraley, 2002; Roberts & Del Vecchio, 2000 dalam Cervone & Pervin, 2011: 29).

2.3.4. Kesatuan pengalaman dan tindakan serta konsep diri

Pengalaman psikologis secara umum memiliki suatu kualitas yang terintergrasi atau koheren didalamnya (Cervone & Shoda dalam Cervone & Pervin, 2011: 30). Perilaku kita terpola, terorganisasi dan bukan acak atau penuh kekacauan. Jika kita mempelajari isi dari pengalaman-pengalaman sadar maka akan menemukan bahwa mayoritas bersifat sementara.

(17)

Sangat sulit untuk menyimpan salah satu ide dalam pikiran untuk periode waktu yang cukup lama. Meskipun demikian, hal ini jarang membuat kita mengalami dunia yang terasa kacau dan tidak teratur. Dan hal ini dapat terjawab dengan dua macam alasan, yaitu (1) bermacam komponen pikiran berfungsi sebagai suatu system yang kompleks dan (2) melibatkan konsep diri.

2.3.5. Keberagaman tingkat kesadaran dan konsep ketidaksadaran

Satu sisi aktivitas otak yang terjadi lebih banyak di luar kesadaran. Para ahli kepribadian bertanya apakah aspek-aspek penting dari pemfungsian kepribadian-motivasi dan emosi- terjadi di luar kesadaran. Apabila hal tersebut benar adanya, para ahli mencoba untuk mengkonsepkan system mental yang tergugah oleh proses sadar dan tidak sadar (Kihlstrom dalam Cervone & Pervin, 2011: 31)

Fakta bahwa beberapa fungsi otak terjadi di luar kesadaran tidak mengimplikasikan bahwa mayoritas proses kepribadian yang signifikan terjadi tanpa kita sari. Manusia terlibat dalam berbagai refleksi diri dan secara khusus cenderung mencerminkan pada diri mereka ketika mereka menghadapi kejadian hidup yang dipandang penting ketika keputusan yang diambil.

2.3.6. Peranan masa lalu, masa kini dan masa depan terhadap perilaku

Para ahli memiliki berbagai pandangan terkait dengan peranan yang terjadi pada masa lalu sehingga mempengaruhi perilaku saat ini. Suatu prinsip dasar dari kausalitas adalah bahwa proses yang saat ini sedang aktif adalah penyebab dari kejadian-kejadian yang ada. Dalam pengertiannya hanya masa kini yang penting memahami perilaku masa kini.

Namun disisi lain, masa kini dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman jauh di masa lalu atau di masa yang baru saja dilewati. Demikian juga apa yang sedang dipikirkan oleh seseorang pada saat ini dapat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran mengenai masa depan baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.

(18)

BAB II

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori kepribadian adalah konsep – konsep dasar / gagasan – gagasan yang digunakan dalam memahami orang, perkembangan mereka dan perbedaan diantara mereka. Teori tersebut hendaknya mampu untuk menjawab pertanyaan apa, bagaimana dan mengapa dengan mengacu empat topic yang berbeda sehingga menghasilkan serangkaian jawaban yang koheren atas ketiga pertanyaan tersebut (apa, bagaimana dan mengapa).

Pertanyaan – pertanyaan tersebut dapat terjawab apabila diketahui dengan empat topic yang berbeda terkait (1) struktur kepribadian, (2) proses, (3) pertumbuhan dan perkembangan dan (4) psikopatologi dan perubahan tingkah laku. Sehingga mampu mencapai tujuandari sebuah teori sebagai upaya menyampaikan sesuatu yang menarik dan memberikan wawasan mengenai orang. Sehingga, tujuan dari psikologi kepribadian (1) mengamati orang secara ilmiah dan untuk mengembangkan teori yang (2) sistematis, (3) dapat diuji, (4) komprehensif, dan mengubah teori pusat data ini menjadi aplikasi yang dapat dipraktikkan

Selain itu, teori juga erat kaitannya dengan penelitian, karena teori adalah konsep yang harus diuji, dan pengujiannya tersebut harus melakukan penelitian. Sebuah penelitian dikatakan mampu untuk memberikan dampak apabila teruji validitas dan realibilitasnya serta mampu untuk tetap menjaga etika dan jug kebijakan public.

Isu-isu yang terkait dengan kepribadian adalah (1) pandangan filosofis terhadap diri, (2) faktor eksternal dan internal penentu perilaku, (3) konsistensi antar-situasi dan sepanjang waktu, (4) kesatuan pengalaman dan tindakan serta konsep diri, (5) keberagaman tingkat kesadaran dan konsep ketidaksadaran, serta (6) peranan masa lalu, masa kini dan masa depan.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Cervone, D, Pervin, L.A. (2011). Kepribadian : Teori dan Penelitian. Jakarta: Salemba Humanika

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada nasabah BSGPS sebagai responden, ditemukan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa

3. Terdapat tombol menu pada bagian atas untuk menuju layer yang diinginkan serta terdapat petunjuk penggunaan tombol.. Proses pembuatan pola celana pria. Ukuran standart pola

1) Ada hubungan yang bermakna antara kondisi fisik rumah dengan kejadian kusta di Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan. 2) Tidak ada hubungan yang bermakna antara

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

dari hasil analisis mengenai pengaruh stress kerja dengan kinerja karyawan, diketahui bahwa hasilnya adalah signifikan berpengaruh negatif, yang artinya bila tingkat stres

ekonomi suatu Negara dinyatakan dalam skala hingga 100 unutk masing-masing indicator tersebut, maka indeks kompositnya dapat dihitung dari rata-rata penilaian atas ketiga