• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh konsentrasi kepemilikan ukuran perusahaan dan mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "pengaruh konsentrasi kepemilikan ukuran perusahaan dan mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA

Abstract

The objectives of the research are to find out empirical evidence of the effect of ownership concentration, firms size, and corporate governance mechanisms on earnings management. The corporate governance mechanisms of this research are composition of board of commissioner and audit quality. Audit quality were measure by industry specialize audit firm. The target population was listed companies in the manufacturing sector at the Indonesia Stock Exchange. The sample determined based on purposive samping methode. There were 101 companies meeting the criteria. Data analysis was carried out in term cross section covering financial report during 2005. The research hyphotesis were tested using multiple regression analysis. The result of this research show that: (1) ownership concentration had significantly negative influence on earnings management (2) firms size had significantly negative influence on earnings management (3) composition of board of commissioner had no influence on earnings management. The additional result that earnings management of the firms which have competency independent commissioner are lower than earnings management of the firms which have uncompetency independent commissioner; (4) industry specialize audit firm had no influence on earnings management.

Keywords : ownerships concentration, firms size, corporate governance mechanisms, earnings management

1. Pendahuluan

Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target rekayasa

melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya, tetapi

dapat merugikan pemegang saham atau investor. Tindakan oportunis tersebut dilakukan

dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur,

dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keinginannya. Perilaku manajemen untuk

mengatur laba sesuai dengan keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen

(2)

U-Thai (2005) melakukan studi komparatif internasional tentang manajemen laba

dan proteksi investor dengan sampel 33 negara, Indonesia termasuk sebagai sampel,

periode pengamatan dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2003. Tujuan penelitiannya

untuk memberikan bukti empirik adanya perbedaan kualitas laba di berbagai negara,

perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan proteksi terhadap investor. U-Thai

menggunakan manajemen laba sebagai salah satu proksi kualitas laba. Proteksi investor

menggunakan tiga skor indikator yaitu: perlindungan terhadap pemegang saham

minoritas; law enforcement; dan seberapa penting pasar modal. Berdasarkan hasil penelitian ini, Indonesia berada pada kelompok negara dengan rata-rata manajemen laba

tinggi, dan tingkat proteksi investor di Indonesia dinilai relatif rendah.

Manajemen laba timbul sebagai dampak persoalan keagenan yaitu adanya ketidak

selarasan kepentingan antar pemilik dan manajemen (Beneish, 2001). Menurut teori

keagenan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan tata kelola perusahaan yang

baik (good corporate governance=GCG). Corporate Governance (CG) merupakan suatu mekanisme yang digunakan pemegang saham dan kreditor perusahaan untuk

mengendalikan tindakan manajer (Dallas, 2004). Mekanisme tersebut dapat berupa

mekanisme internal yaitu; struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, konpensasi

eksekutif, struktur bisnis multidivisi, dan mekanisme eksternal yaitu; pengendalian oleh

pasar, kepemilikan institusional, dan pelaksanaan audit oleh auditor eksternal (Babic

2001).

Tindakan oportunis manajemen laba dapat merugikan pemegang saham, dan

informasi laba yang disajikan dapat menyebabkan keputusan investasi yang salah. Karena

(3)

ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan

mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba. Mekanisme corporate governance dalam hal ini adalah komposisi dewan komisaris dan kualitas audit dengan proksi spesialisasi industri Kantor Akuntan Publik (KAP).

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam beberapa hal : (1)

penelitian ini menekankan pada konsentrasi kepemilikan oleh individu sebagai

mekanisme corporate governance, untuk mengendalian manajemen laba perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu di Indonesia lebih menekankan pengujian pada

kepemilikan saham oleh kelompok tertentu sebagai suatu mekanisme corporate governance; dan (2) penelitian ini menggunakan spesialisasi industri KAP sebagai proksi kualitas audit. Penggunaan ukuran KAP sebagai proksi kualitas audit pada penelitian

terdahulu, mendapat kritikan setelah merebaknya kasus Enron yang melibatkan KAP

besar.

Secara spesifik rumusan masalah penelitian ini yaitu: (1) apakah konsentrasi

kepemilikan berpengaruh terhadap manajemen laba; (2) apakah ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap manajemen laba; (3) apakah komposisi dewan komisaris

berpengaruh terhadap manajemen laba; dan (4) apakah spesialisasi industri KAP

berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

(4)

2. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di

antara pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan. Salah satu karakteristik

struktur kepemilikan adalah konsentrasi kepemilikan yang terbagi dalam dua bentuk

struktur kepemilikan: kepemilikan terkonsentrasi, dan kepemilikan menyebar.

Kepemilikan terkonsentrasi merupakan fenomena yang lazim ditemukan di negara

dengan ekonomi sedang bertumbuh seperti Indonesia dan di negara-negara continenal Europe. Sebaliknya, di negara-negara Anglo Saxon seperti Inggris dan Amerika Serikat, struktur kepemilikan relatif sangat menyebar (La Porta dan Silanez, 1999).

Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar saham dimiliki oleh

sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang saham tersebut memiliki

jumlah saham yang relatif dominan dibandingkan dengan lainnya. Kepemilikan saham

dikatakan menyebar, jika kepemilikan saham menyebar secara relatif merata ke publik,

tidak ada yang memiliki saham dalam jumlah sangat besar dibandingkan dengan lainnya

(Dallas, 2004).

Perbedaan pola kepemilikan ini memberi implikasi yang berbeda dalam penelitian.

Demsetz dan Villalonga (2001) melakukan penelitian dengan menggunakan sampel

perusahaan di Amerika Serikat dan Inggris tidak menemukan hubungan yang signifikan

antar struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Chen (2001) dengan mengambil

sampel perusahaan di negara berkembang menemukan hubungan positif antar struktur

kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Sedangkan Morck dan Shivdasani (1988)

menghasilkan kesimpulan bahwa hubungan konsentrasi kepemilikan dengan kinerja

(5)

Konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme internal pendisiplinan

manajemen, sebagai salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan

efektivitas monitoring, karena dengan kepemilikan yang besar menjadikan pemegang

saham memiliki akses informasi yang cukup signifikan untuk mengimbangi keuntungan

informasional yang dimiliki manajemen. Jika ini dapat diwujudkan maka tindakan moral hazard manajemen berupa manajemen laba dapat dikurangi (Hubert dan Langhe, 2002). Di negara-negara dengan derajat perlindungan terhadap investor rendah (seperti

halnya Indonesia), pemegang saham merasa khawatir akan kemungkinan berbedanya

pendapatan yang diperoleh dengan yang diekspektasikan. Akibatnya, mereka

memperbesar persentase kepemilikan atas perusahaan sebagai salah satu cara untuk

melindungi diri. Mereka dapat mengendalikan perusahaan melalui voting power, atau representasi mereka di manajemen sehingga hak-hak mereka terlindungi (La Porta dan

Silanez 1999).

Musnadi (2006) melakukan penelitian tentang struktur kepemilikan sebagai

mekanisme corporate govenrnance, serta dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan, dengan menggunakan emiten non financial yang berkapitalisasi menengah besar yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (sekarang BEI). Hasilnya menunjukan bahwa

kepemilikan terkonsentrasi terbesar memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Hasil ini bermakna bahwa kepemilikan saham terkonsentrasi dapat berperan

sebagai mekanisme corporate governance dalam mengurangi persoalan keagenan, sebab konsentrasi kepemilikan dapat menjadikan pemegang saham pada posisi yang kuat untuk

dapat mengendalikan manajemen secara efektip, sehingga mendorong manajemen

(6)

Hipotesis penelitian kesatu : Konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih

luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap

kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor, kebijakan

perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap besarnya pajak yang

akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara

umum.

Terdapat dua pandangan tentang bentuk hubungan ukuran perusahaan terhadap

manajemen laba. Pandangan pertama menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki

hubungan positif dengan manajemen laba, karena perusahaan besar memiliki aktivitas

operasional yang lebih kompleks dibandingkan perusahaan kecil, sehingga lebih

memungkinkan untuk melakukan manajemen laba. Moses (1997) mengemukakan bahwa

perusahaan - perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk

melakukan perataan laba (salah satu bentuk manajemen laba) dibandingkan dengan

perusahaan kecil, karena memiliki biaya politik lebih besar. Biaya politik muncul

dikarenkan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan

konsumen.

Pandangan kedua menyatakan ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan

manajemen laba. Penelitian Marachi (2001) di Amerika Serikat dengan menggunakan

data sampel perusahaan industri tahun 1996 menemukan bahwa ukuran perusahaan

(7)

memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan

perusahaan-perusahaan kecil, karena perusahaan-perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham

dan pihak luar. Perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih besar, sehingga

mendapat tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan pelaporan keuangan yang kredible.

Veronica dan Siddharta (2005) meneliti di BEJ (BEI) pada periode pengamatan

1995-1996 dan 1999-2002, menemukan ukuran perusahaan berhubungan negatif

signifikan dengan manajemen laba. Namun, penelitian Halim dkk (2005) dengan data LQ

45 di BEJ (BEI) menemukan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen

laba. Penelitian Halim memiliki kelemahan pada jumlah sampel, yang hanya

menggunakan 27 emiten sektor manufaktur.

Hipotesis penelitian kedua: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Corporate governance merupakan mekanisme pengendalian untuk mengatur dan mengelola perusahaan dengan maksud untuk meningkatkan kemakmuran dan

akuntabilitas perusahaan, yang tujuan akhirnya untuk mewujudkan shareholders value

(Monk dan Minow, 2001). Pengendalian diarahkan pada pengawasan perilaku manajer,

sehingga tindakan yang dilakukan manajer dapat bermanfaat bagi perusahaan dan

pemilik. Fan dan Claessens (2002) mengemukakan terdapat beberapa mekanisme

corporate governance untuk perusahaan dengan kepemilikan saham terkonsentrasi: (1) Menghadirkan outside directors dalam komposisi board of directors; dan (2) Audit oleh Auditor eksternal.

Kao dan Chen (2004) melakukan penelitian di Taiwan. Mereka mengemukakan

(8)

inside directors, sehingga lebih efektif dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap manajemen. Hasil penelitinnya menunjukan semakin besar proporsi outside directors

semakin berkurang earnings management. Hasil penelitian Chen dkk (2005a) di China, menunjukkan bahwa proporsi outside directors, prekuensi pertemuan anggota dewan dalam setahun, lamanya top of director menduduki posisi tersebut, berpengaruh terhadap kecurangan dalam laporan keuangan. Sarkar dkk (2006) melakukan penelitian di India,

hasil temuannya menunjukkan bahwa keberadaan board of director independence dapat membatasi earnings management, jika Board of director tersebut memiliki kompetensi dan tidak sibuk.

Penelitian di BEJ (BEI) oleh Budiwitjaksono (2005) dengan data periode

pengamatan Tahun 2003, menyimpulkan komposisi Dewan Komisaris berpengaruh yang

sangat lemah terhadap manajemen laba. Penelitian Veronica dan Siddharta (2005) di BEI

dengan data periode pengamatan 1995-1996, 1999-2002, menyimpulkan bahwa

komposisi dewan komisaris tidak terbukti memiliki pengaruh negatif yang signifikan

terhadap manajemen laba. Kedua penelitian tersebut dilakukan saat aturan dari BEI

tentang keharusan memiliki komisaris independen masih relatif baru, sehingga diduga

emiten belum melaksanakannya secara optimal. Salah satu butir Keputusan Direksi

PT.Bursa Efek Jakarta No.Kep-315/BEJ/06-2000, bahwa emiten sekurang-kurangnya

harus memiliki 30% Komisaris independen dari seluruh jumlah anggota Komisaris

(www.Bapepam.com, 2005).

Hipotesis penelitian ketiga: Komposisi anggota Dewan Komisaris berpengaruh negatif

(9)

Peran eksternal auditor yaitu memberikan penilaian secara independen dan

profesional atas keandalan dan kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan.

Auditor eksternal dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap manajemen agar

manajemen menyajikan informasi keuangan secara andal, dan terbebas dari praktik

kecurangan akuntansi. Peran ini dapat dicapai jika auditor eksternal memberikan jasa

audit yang berkualitas. Terdapat dua proksi diantaranya yang dapat digunakan untuk

menggambarkan variable kualitas audit yaitu: ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), dan

spesialisasi industri KAP.

Zou dan Elder (2001) menyatakan bahwa spesialisasi industri KAP merupakan

dimensi dari kualitas audit, sebab pengetahuan dan pengalaman auditor tentang industri

merupakan salah satu elemen dari keahklian auditor. Penelitian mereka menggunakan

data perusahaan antara Tahun 1996 sampai dengan 1998 di Amerika Serikat,

menyimpulkan: (1) besaran manajemen laba perusahaan yang diaudit oleh Big six audit firms lebih rendah dibandingkan dengan perusahaaan yang diaudit oleh non-Big six audit firm; (2) besaran manajemen laba perusahaan yang diaudit oleh spesialis industri KAP lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh non-spesialis industri

KAP. Penelitian Carcello dkk (2004) pada periode 1990 sampai dengan 2001 di

Amerika Serikat, hasilnya menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antar

spesialisasi industri KAP dengan kecurangan pada pelaporan keuangan, dan hubungan

negatif tersebut lebih lemah untuk ukuran perusahaan yang semakin besar.

Penelitian terdahulu di Indonesia tentang kualitas audit sebagai mekanisme

(10)

manajemen laba dengan return saham. Mayangsari (2003) meneliti pengaruh spesialisasi industri KAP terhadap integritas laporan keuangan. Integritas laporan keungan diukur

dengan menggunakan indeks konservatisme, hasilnya menunjukkan spesialisasi industri

KAP berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan penelitian

Veronica dan Siddharta (2005) pada periode pengamatan 1995-1996, dan 1999-2002,

menyimpulkan bahwa ukuran KAP memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap

manajemen laba.

Hipotesis penelitian keempat : Spesialisasi industri KAP berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

3. Metodologi Penelitian 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi sasaran penelitian ini adalah perusahaan publik sektor manufaktur yang

aktif selama Tahun 2005, yaitu sebanyak 137 perusahaan (www.Bapepam.com). Dari

Populasi tersebut sampel ditentukan yang memenuhi empat kriteria sebagai berikut: (1)

Emiten mempunyai tahun buku yang berakhir 31 Desember 2005; (2) Emiten mempunyai

nilai ekuitas positif untuk 2005; (3) Tersedia Laporan keuangan tahunan emiten 2005 di

BEJ; dan (4) Terdapat minimal 30 perusahaan dalam setiap kelompok industri

(11)

3.2. Definisi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian 1) Konsentrasi Kepemilikan Saham

Kepemilikan saham terkonsentasi (KS) adalah suatu kondisi di mana sebagian besar

saham dimiliki oleh sebagian kecil individu/kelompok, sehingga individu atau kelompok

tersebut memiliki jumlah saham relatif dominan dibandingkan dengan pemegang saham

lainnya. Konsentrasi kepemilikan saham pada penelitian ini diproksi dengan jumlah

kepemilikan terbesar oleh individu.

2) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan (LOG PNJ) adalah besar kecilnya perusahaan. Pada penelitian ini

ukuran perusahaan menggunakan nilai log total penjualan perusahaan pada akhir tahun.

Penggunaan nilai log penjualan dimaksudkan untuk menghindari problem data natural

yang tidak berdistribusi normal (Chen, 2005)

3)Komposisi Dewan Komisaris

Komposisi Dewan Komisaris (BOD) adalah susunan keanggotaan yang terdiri dari

komisaris dari luar perusahaan (komisaris independen) dan komisaris dari dalam

perusahaan. Variabel ini dihitung dengan membagi jumlah komisaris independen

terhadap jumlah total anggota komisaris.

4) Spesialisasi Industri KAP

Spesialisasi industri KAP (AUDIT) menggambarkan keahlian dan pengalaman audit

KAP pada bidang industri tertentu, yang diproksi dengan konsentrasi jasa audit KAP

pada bidang industri tertentu. Spesialisasi industri KAP pada penelitian ini

adalah KAPi yang memiliki volume klien minimal 15 % dari jumlah klien

(12)

dan Chen, 2005b). Pengukuran variabel ini yaitu beri nilai 1 jika perusahaan diaudit

oleh KAP spesialis, dan 0 jika lainnya (variabel dummy). Berdasarkan definisi Craswell (1995) industri manufaktur di BEJ (BEI) terklasifikasi dalam tiga kelompok yaitu

industri: (1) dasar dan kimia; (2) aneka industri; dan (3) barang konsumai. Kemudian

pada masing-masing kelompok tersebut, suatu KAP akan ditetapkan sebagai KAP

spesialis jika KAP tersebut memiliki klien minimal 15% dari jumlah klien perusahaan

pada masing-masing kelompok industri manufaktur.

5) Manajemen Laba

Manajemen laba (ML) adalah suatu kondisi di mana manajemen melakukan

intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi fihak eksternal sehingga

dapat meratakan, menaikan, dan menurunkan pelaporan laba. Manajemen dapat

menggunakan kelonggaran penggunaan metoda akuntansi, membuat kebijakan-kebijakan

(discreationary) yang dapat mempercepat atau menunda biaya-biaya dan pendapatan, agar laba perusahaan lebih kecil atau lebih besar sesuai dengan yang diharapkan.

Dechow dkk (1995) menyatakan bahwa model modified Jones memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mendeteksi manajemen laba dibandingkan model Healy, De

Angelo, Jones, dan model Dechow and Sloan. Penelitian ini menggunakan model

modified Jones untuk menentukan earnings management, dengan menggunakan pendekatan cross section yang dikembangkan oleh Peasnell dkk (2000). Pendekatan ini digunakan untuk menentukan nilai abnormal accruals, dengan memfokuskan pada komponen working capital accruals . Abnormal akrual dihitung sebagai berikut :

AA i = WC i – [ ŵ0 + ŵ1( Δ REV i - Δ REC i )]

keterangan :

(13)

ŵ0 , ŵ1 = estimasi regresi dari ŵ0, ŵ1 pada persamaan estimasi akrual modal kerja Δ REC i = Perubahan piutang dalam satu tahun

Δ REV i = Perubahan penjualan dalam satu tahun

Estmasi parameter wo dan w1 diperoleh dari persamaan sebagai berikut :

WC i = ŵ0 + ŵ1 Δ REV i + vi

keterangan :

WC i = akrual modal kerja perusahaan , sebagai proksi dari total akrual Δ REV i = Perubahan penjualan

ŵ0 + ŵ1 = Koefisien regresi

vi = Error (residual regression).

Akrual modal kerja (WCi) didefinisikan sebagai perubahan non-cash current asset

dikurangi perubahan current liabilities. Dengan demikian : WCi = (∆ AL - ∆ Kas) - ∆ HL

keterangan :

WCi = Modal kerja perusahaan , sebagai proksi total akrual pada periode t ∆ AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t

∆ HL = Perubahan hutang lancar pada periode t

∆ Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t

Dikarena ukuran perusahaan di BEI bervariatif, maka nilai akrual diskresi (AA)

dirasiokan terhadap nilai penjualan, model modifikasi Friedlan. Utami (2005)

berdasarkan hasil penelitiannya, pengukuran manajemen laba di BEI disarankan

menggunakan model modifikasi Friedlan, karena model ini memberikan explanatory power terbaik. Pengukuran variabel manajemen laba pada penelitian ini adalah :

Manajemen laba = Rasio abnormal karual (AAi) dengan penjualan

Mengingat penelitian ini tidak meneliti tipe manajemen laba (positif atau negatif) , maka

(14)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data kuantitatif yang

diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal di BEI, berupa laporan keuangan dan laporan

tahunan 2005 perusahaan industri sektor manufaktur yang tersedia.

3.4. Rancangan Model Analisis.

MLi = a1 + b1 KSi + b2 LOG PNJ i + b3 BOD i + b4 AUDIT i + ε1.i keterangan :

ML =Rasio nilai absolut residual error dengan penjualan. Digunakan nilai absolut karena yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah besaran dari manajemen laba , bukan arahnya (positif atau negatif)

a1 = Konstanta

b1,2,3,4 = Koefisien variabel

KS = Persentase kepemilikan saham terbesar dari total saham beredar LOG PNJ = Log dari nilai total penjualan, yaitu proksi dari ukuran perusahaan BOD = Proporsi komisaris independen dari total anggota Dewan Komisaris

AUDIT =1 jika perusahaan diaudit oleh KAP spesialis, yaitu KAPi yang memiliki minimal 15% dari total klien pada kelompok industri ke i, dan 0 jika lainnya.

ε1 = residual of error i = perusahaan ke i

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Statistik Deskriptif

Seperti disajikan pada Tabel 1, sampel penelitian ini berjumlah 101 perusahaan atau

73,7 % dari 137 emiten manufaktur populasi target penelitin ini. Jumlah ini ditentukan

sesuai dengan laporan tahunan yang berhasil diperoleh penulis, serta memenuhi kriteria

sampel seperti yang ditetapkan. Pada Tabel 2 terlihat bahwa konsentrasi kepemilikan

saham di industri manufaktur relatif tinggi. Rata-rata konsentrasi kepemilikan saham

sebesar 50,11 %, dengan standar deviasi 23,03 %. Statistik deskriptif ukuran perusahaan

(15)

deviasi 0,61. Rata-rata komposisi dewan komisaris (BOD) sebesar 35,88 % dengan

standar deviasi 11,34 %. komposisi minimun 0 % dan komposisi maksimum 66,66 %.

Penelitian Budiwijaksono (2005) melaporkan rata-rata komposisi dewan komisaris pada

Tahun 2001 dan 2002 masing-masing 35,03 % dan 37,35 %. Jika komposisi tersebut

diperbandingkan, nampak komposisi dewan komisaris pada emiten industri manufatur

tidak mengalami perubahan signifikan. Tabel 3 menunjukkan terdapat 75 perusahaan

(74,3%) diaudit oleh KAP non spesialis (dummy,audit=0), dan 26 perusahaan (25,7%) diaudit oleh KAP spesialis (dummy,audit=1). Tabel 2 menunjukan nilai rata-rata abnormal akrual (ML) sebesar 0, 1304 atau 13,04 % dari penjualan dengan nilai minimum 0, 00043

atau 1,0043 % dan nilai maksimum 1,67 atau 167% dari penjualan. Angka standar deviasi

manajemen laba 21,9 %, angka ini relatif tinggi yang mencerminkan manajemen laba di

perusahaan bervariatif.

4.2. Pengujian Hipotesis

Untuk mendapatkan hasil regresi yang efisien dan akurat, data harus terbebas dari

pelanggaran asumsi klasik. Berdasarkan pengujian data terhadap ketiga kaedah yang

mendasari asumsi klasik diperoleh hasil sebagai berikut : (a) pada tabel 4 nampak nilai

tolerance (TOL) lebih besar dari 0,10 (TOL > 0,10) dan nilai variance inflation factor

(VIF) yang kurang dari 10 ( VIF < 10). Maka dapat disimpulkan model analisis tersebut

tidak terjadi multikolinieritas; (b) Uji heteroskedatisitas menggunakan uji Glejser

(Gujarati, 2003). Pada tabel 5 nampak bahwa seluruh koefisien regresi variabel

independen tidak signifikan, karena nilai SIG > 0,05. Dengan demikian dapat

disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas; (c) selanjutnya uji normalitas menggunakan

(16)

0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data penelitian relatif berdistribusi

normal.

Tabel 4 menunjukkan bahwa adjusted R square sebesar 0,048 artinya bahwa variable independen konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, komposisi dewan komisaris,

dan variabel dummy spesialisasi indusri KAP mampu menjelaskan 4,80 % variasi dari manajemen laba. Jika dilihat F test-nya yang menunjukan tingkat signifikansi 0,067, atau

signifikan pada tingkat 0,1 sehingga analisis dapat dilanjutkan.

1)Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap Manajemen Laba

Dari Tabel 4 tersebut menunjukan bahwa koefisien regresi variabel konsentrasi

kepemilikan adalah -0,002 dengan tingkat signifikansi 0,051. Koefisien tersebut bertanda

negatif menunjukan arah hubungan negatif, sesuai dengan teori yang dihipotesiskan. Jika

memperhatikan tingkat signifikansi maka hipotesis kesatu yang menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba diterima pada tingkat signifikansi 0,051. Hasil penelitian ini bermakna bahwa konsentrasi kepemilikan

saham dapat menjadi mekanisme corporate governance dalam rangka pengendalian terhadap tindakan manjemen laba di perusahaan. Kehadiran pemegang saham pengendali

atau mayoritas dapat membatasi perilaku opotunis manajemen, manajemen laba.

2)Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba

Koefisien regresi ukuran perusahaan (Tabel 4) menunjukan sebesar -0,074 dengan

tingkat signifikansi 0,037. Dengan memperhatikan tingkat signifikansi, maka ukuran

perusahaan berpengaruh kuat terhadap manajemen laba pada tingkat signifikansi 0,05.

Koefisien bertanda negatif menunjukan semakin besar ukuran perusahaan, maka

(17)

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba diterima.

Hasil temuan penelitian ini konsisten dengan temuan Marrakchi ( 2001), serta temuan

Veronica dan Siddarta (2005) yang menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan kecil

cenderung melakuan manajemen laba dibandingkan perusahaan besar. Hasil penelitian ini

tidak mendukung temuan Halim (2005) yang menyatakan ukuran perusahaan

berhubungan positif dengan manajemen laba.

3)Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba

Koefisien regresi komposisi dewan komisaris (Tabel 4) menunjukan sebesar 0,001

dengan tingkat signifikansi 0,695. Koefisien bertanda positif, menunjukkan variabel

komposisi dewan komisaris mempunyai hubungan positif dengan manajemen laba, tidak

sesuai dengan teorinya. Jika memperhatikan tingkat signifikansi berarti komposisi dewan

komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak pada tingkat signifikansi 0,1.

Beberapa alasan mengapa komposisi dewan komisaris tidak memberikan pengaruh

terhadap manajemen laba adalah : (1) bukti empirik menunjukkan rata-rata komposisi

dewan komisaris saat ini relatif rendah yaitu 35,88%, sehingga secara kolektif komisaris

independen tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan dewan komisaris,

(2) Banyak perusahaan menempatkan komisaris independen yang tidak memiliki

kompetensi pada bidang akuntansi dan atau keuangan. Berdasarkan data 46 perusahaan

yang melaporkan status latar belakang pendidikan dan pengalaman komisaris

(18)

memiliki komisaris independen yang kompetensi pada bidang akuntansi dan atau

keuangan.

Analisis selanjutnya, penulis mengelompokkan besaran manajemen laba atas dasar

perusahaan yang memiliki komisaris independen yang kompeten pada bidang akuntansi

dan atau keuangan (variabel dummy BOD =1) dengan perusahaan yang tidak memiliki komisaris independen yang kompeten (dummy BOD=0). Berdasarkan data 46 perusahaan yang melaporkan latar belakang kompetensi komisaris independen, diketahui terdapat 26

emiten yang memiliki komisaris independen yang kompeten, dan 20 emiten sebaliknya.

Tabel 6 menunjukan bahwa rata-rata manajemen laba perusahaan dengan komisaris

independen dan kompeten adalah 6,33% dari penjualan, lebih rendah dibandingkan

dengan besaran manajemen laba perusahaan dengan komisaris independen tidak

kompetensi 15,89%. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan besaran manajemen laba

kelompok emiten yang memiliki komisaris independen dan kompeten berbeda dengan

kelompok emiten yang tidak memiliki komisaris independen dan kompeten pada tingkat

signifikansi 5%. Ini mengindikasikan bahwa komisaris independen dan kompetensi pada

bidang akuntansi dan atau keuangan dapat mengendalikan manajemen laba perusahaan.

4) Pengaruh Kualitas Audit dengan proksi Spesialisasi Industri KAP terhadap Manajemen Laba

Koefisien regresi spesialisasi industri KAP (Tabel 4) menunjukkan sebesar -0.028

dengan tingkat signifikansi 0,572. Koefisien bertandan minus, menunjukkan bahwa

spesialisasi industri KAP berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sesuai dengan

teori. Jika memperhatikan tingkat signifikansinya berarti spesialisasi industri KAP

(19)

manajemen laba ditolak pada tingkat signifikansi 0,1. Hal ini membuktikan bahwa kualitas audit dengan proksi spesialisasi industri KAP tidak dapat membatasi besaran

manajemen laba, ini menggambarkan bahwa audit oleh KAP besar atau KAP yang

memiliki pangsa pasar yang besar tidak menjadikan jaminan memberikan kualitas audit

lebih tinggi, sehingga tidak dapat menurunkan besaran manajemen laba secara signifikan.

Beberapa alasan yang mungkin menyebabkan tidak terdapatnya pengaruh negatif

spesialisasi industri KAP terhadap manajemen laba adalah: (1) Spesialisasi industri KAP

mungkin bukan merupakan proksi yang baik untuk kualitas audit di Indonesia. (2)

Direktur Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai Departemen Keuangan (2005),

berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap KAP dan Akuntan publik (AP) periode Tahun

2003 dan 2004 melaporkan bahwa masih sering ditemukan terdapatnya: (a) kelemahan

pemahaman Akuntan Publik terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK);

(b) kelemahan Akuntan Publik dalam melakukan pengujian secara memadai terhadap

transaksi maupun saldo; (c) kelemahan Akuntan Publik dalam melakukan review

kesesuaian laporan keuangan dengan PSAK. Kelemahan tersebut dapat menghambat

KAP dalam mengungkap dan membatasi praktik manajemen laba di perusahaan.

5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan

1) Konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, Ini

mengindikasikan bahwa konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme

(20)

2) Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Ini

mengindikasikan bahwa perusahaan besar kecenderungan melakukan tindakan

manajemen labanya lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang

ukurannya lebih kecil.

3) (i) Komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal

ini dapat disebabkan oleh : (a) masih rendahnya komposisi dewan komisaris,

sehingga secara kolektif komisaris independen tidak memiliki kekuatan untuk

dapat mempengaruhi berbagai keputusan dewan komisaris, dan (b) masih banyak

emiten menempatkan komisaris independen yang tidak memiliki kompetensi

pada bidang akuntansi dan atau keuangan. (ii) Temuan ikutan menunjukkan,

manajemen laba perusahaan yang menempatkan komisaris independen yang

kompeten pada bidang akuntansi dan atau keuangan lebih kecil dibandingkan

dengan manajemen laba perusahaan yang menempatkan komisaris independen

yang tidak memiliki kompetensi pada bidang akuntansi dan atau keuangan.

4) Kualitas audit dengan proksi spesialisasi Industri Kantor Akuntan Publik (KAP)

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba. Ini bermakna

bahwa audit oleh KAP besar yaitu KAP yang memiliki pangsa pasar besar,

ternyata tidak menjadikan jaminan memberikan audit yang kualitasnya lebih

tinggi. Dalam konteks hubungan kualitas audit dengan manajemen laba, kualitas

audit yang diproksi dengan menggunakan spesialisasi industri KAP mungkin

(21)

5.2. Saran

1) Untuk Peneliti yang akan datang

1) Peneliti selanjutnya disarankan menambah sampel penelitian dengan periode

yang berbeda, atau jenis indiustri yang lain sehingga diharapkan jumlah data

emiten dengan komposisi dewan komisaris yang dominan lebih banyak.

2) Peneliti yang akan datang disarankan menganalisis karakteristik lain komisaris

independen selain karakteristik komposisi dewan, diantaranya kompetensi dewan

komisaris dan atau tingkat kesibukan dewan komisaris.

3) Untuk menguji hubungan kualitas audit dengan manajemen laba, peneliti yang

akan datang disarankan menggunakan proksi lain dari kualitas audit, misalnya

dengan proksi kegagalan audit.

2) Untuk Kepentingan Operasional

1) Konsentrasi kepemilikan saham oleh pemegang saham mayoritas dapat dijadikan

mekanisme corporate governance terhadap praktik manajemen laba.

2) Untuk mendukung efektivitas peran Dewan Komisaris, diperlukan Dewan

Komisaris yang memiliki karakteristik independen, dan kompeten dalam bidang

akuntansi dan atau keuangan.

3) Kepada para akuntan praktisi atau Kantor Akuntan Publik disarankan untuk dapat

meningkatkan kompetensi, melalui penyelenggaraan berbagai pelatihan terhadap

auditor atau memberikan tambahan pengalaman di lapangan, termasuk di

(22)

Daftar Pustaka

Ardiati, Aloysia,Y. 2003. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Return saham dengan kualitas audit sebagai variabel moderating. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Babic, Verica. 2001. The Key Aspects of the Corporate Governance Restructuring in the Transition Process”. Ekonomist, Vol.33.No.2.

Beneish, M.D. 2001. Earnings Management. A Perspective Management Finance, vol.27. Number 12.

Budiwitjaksono, Gideon,S.2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan dampak manajemen laba dengan menggunakan analisis jalur.

Simposium Nasional Akuntansi VIII.,Solo.

Badan Pengawas Pasar Modal.2005.Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-315/BEJ/06/2000.Tertanggal 30 Juni 2000. www.Bapepam.com

Carcello, Joseph V. and Albert L.Nagy. 2004. Client size, Auditor Specialization and Fraudulent Financial Reporting. Managerial Auditing journal Vol.19 No.5. pp 651-658

Chen, J (2001). Ownership Structure as Corporate Governance Mechanism: Evidance from Chinese Listed Companies. Economic of Planning 34, pg 53-72.

Chen, Gongmeng, Michael Firth, Daniel N.Gao and Oliver M.Rui. 2005a. Ownership structure, Corporate Governance, and Fraud: Evidence from China. Journal of Corporate finance , XX (2005) , XXX-XXX

Chen, Key,Y, Kuen Lin Lin, Jian Zhou. 2005b. Audit Quality and Earnings Management for Taiwan IPO Firms. Managerial Auditing Journal, Vol 20.1.pp.86-104.

Craswell, Allen T., Jere R. Francis dan Stephen L. Taylor. 1995. Auditor Brand Name and Reputations and Industry Specialization. Journal of Accounting and Economics (20). 297-322.

Dallas, George .2004. Governance and Risk. Analytical Hand books for Investors, Managers, Directors and Stakeholders, p.21. Standard and Poor. Governance Services, MC. Graw Hill. New York

(23)

Demsetz, H. and B.Villalonga.2001. Ownership Structur and Corporate Performance. Journal of Corporate Finance 7, pg.209-233

Direktur Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (DPAJP), Evaluasi Kinerja Akuntan Publik. Media Akuntansi, Edisi 49/Tahun XII/ September 2005.

Fan, Joseph.P.H and Stijin Claessens. 2002. Corporate Governance in Asia: A Survey.

International Review of Finance, 3:2, 2002:pp71-103.

Gujarati, Damodar dan Sumarno Zain. 1993. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga Jakarta.

Halim, Julia, Carmel Meiden, Rudolf Lumban Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang termasuk pada LQ-45. SNA VIII Solo. Ikatan Akuntan Indonesia.

Hubert Ooghe and Tine De Langhe. 2002. The Anglo-American Versus The Continental European Corporate Governance Model: Empirical Evidance of Board Composition in Belgium. Europen Business Review, volume 14, number 6-2002-pp.437-449

Kao, Lanfeng and Anlin Chen. 2004. The Effects of Board Characteristics on Earnings Management. Corporate Ownership and Control, Volume 1,Issue 3, Spring.

La Porta R,.F. and Lopez-De Silanez. 1999. Corporate Ownership around the word. Journal of Finance 54, 471-518.

Marrakchi S., Chtourou. Corporate Governance and Earning Management . 2001. Social Science Research Network (SSRN). http://paper.ssrn.com/abstract=275053

Mayangsari, Sekar. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan.

Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.

Monks, R.A.G and N.Minow. 2001. Corporate Governance, 2nd ed, Blackwell

Publishing

Morck, R,.M. Nakamura and A.Shivdasani.1988. Management Ownership and Market Valuation : An empirical analysis. Journal of Financial Economics 20.293-315 Moses, Douglas O, 1997, Income Smooting and Incentives: Empirical Using Accounting

(24)

Musnadi, Said. 2006. Kajian tentang Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi,Tipe Kepemilikan dan Tipe Pengendalian sebagai Mekanisme Corporate Governance, serta Dampaknya terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Disertasi. Universitas Padjadjaran Bandung.

Peasnell, Ken, Peter Pope, Steve Young. 2001. Board Monitoring and Earnings Management: Do Outside Directors Influence Abnormal Accruals ?. Working Paper. The Department of Accounting and Finance Lancaster University Management Scholl, Lancaster, UK.

http://www.lums.co.uk/publications

Sarkar et al .2006. Board of Directors and Opportunistic Earnings Management : Evidence from India. Indira Gandhi Institute of Development Research and Lubin Scholl of Business Pace University,USA. Jayati@igidr.ac.in, ssarkar@igidr.ac.in,

ksen@pace.edu

Utami, Wiwik. 2005. Dampak Pengungkapan Sukarela dan Manajemen laba terhadap Biaya Modal Ekuitas dengan Asimetri Informasi sebagai Variabel Intervening, Disertasi, Universitas Padjadjaran, Bandung

U-Thai, Kriengkrai Boonlert. 2005. Earning Attributes and Investor Protection :International Evidance, Working paper , http:// papers.ssrn.com Schol of Accounting Oklahoma State

Veronica N.P Siregar, Sylvia dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba. Simpsium Nasional Akuntansi VIII. Ikatan Akuntan Indonesia. Zou, Jian and Elder, Randal. 2001. Audit Firm Size, Industry Specialization and

Earnings Management by Initial Public Offering Firms. Working paper. School of Management, State University of New York at Bringhamtom,

(25)

Lampiran-Lampiran

Tabel 1. :Presentase Perusahaan Sampel Menurut Jenis Industri

No. Kelompok & Sub Industri

Manufaktur JumlahPerusahaan JumlahSampel PersentaseSampel

Kel. Industri Dasar dan Kimia

1. Semen 3 2 66, 70

2. Keramik dan Porselin 5 4 80

3. Logam dan Sejenisnya 10 9 90

4. Kimia 10 10 100

5. Plastik dan kemasan 11 8 72,73

6. Pakan ternak 4 3 75

7. Kayu & pengolahannya 5 4 80

8. Pulp & kertas 5 3 60

Kel. Aneka Industri

9. Otomotif & komponennya 15 11 80

10. Tekstil dan garmen 21 9 42,86

11. Alas kaki 3 1 33,33

12. Kabel 6 4 66,67

Kel. Barang Konsumsi

13. Makanan & minuman 17 14 82,35

14. Rokok 4 3 75

15. Farmasi 10 8 80

16. Kosmetik dan Keperluan rumah tangga

3 3 100

17. Peralatan rumah tangga 5 5 100

Jumlah Total 137 101 73,7 %

(26)

Tabel 2 : Statistik Deskriptif Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Komposisi Dewan Komisaris, dan Manajemen Laba.

Descriptive Statistics

101 3.14 99.50 50.1070 23.02721

101 4.25 7.79 5.7913 .61267

101 .00 66.66 35.8843 11.34982

101 .00 1.67 .1304 .21974

101 KS

LOG.PNJ BOD ML

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Tabel 3 : Statistik Deskriptif Spesialisasi Industri Kantor Akuntan Publik.

Firm Frequency

Percent Valid Percent CumulativePercent

Non Spesialis KAP 75 73.5 74.3 74.3

Spesialis KAP 26 25.5 25.7 100.0

Total 101 99.0 100.0

Missing System 1 1.0

(27)

Tebel 4 : Hasil Regresi Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Komposisi Dewan Komisaris, Spesialisasi industri KAP terhadap Manajemen Laba

Model Summary

.294a .086 .048 .21437

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), AUDIT, LOG.PNJ, BOD, KS a.

ANOVAb

.417 4 .104 2.268 .067a

4.412 96 .046

4.829 100

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), AUDIT, LOG.PNJ, BOD, KS a.

(28)

Coefficientsa

.636 .211 3.019 .003

-.002 .001 -.200 -1.975 .051 .931 1.075

-.074 .035 -.207 -2.111 .037 .987 1.013

.001 .002 .040 .393 .695 .938 1.067

-.028 .049 -.056 -.567 .572 .979 1.022

(Constant) KS LOG.PNJ BOD AUDIT Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: ML a.

b. KS = Konsentrasi Kepemilikan, LOG.PNJ = Ukuran Perusahaan, BOD=Komposisi Dewan Komisaris, Audit= Kualitas Audit, ML = Manajemen Laba.

Tabel 5 : Uji Heterokedastisitas dan Normalitas

Coefficientsa

.448 .235 1.908 .059

.000 .001 -.031 -.299 .765

-.016 .039 -.042 -.417 .678

-.003 .002 -.153 -1.477 .143

.014 .055 .026 .256 .799

(Constant) KS LOG.PNJ BOD AUDIT Model 1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: EROR.ML a.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ERRORML .036 101 .352 .264 101 .257

a Lilliefors Significance Correction

Tabel 6 : Statistik Deskriptif dan Hasil uji beda Manajemen laba menurut Kelompok Kompetensi Komisaris independen

(29)

Hasil Uji Mann-Whiteny perbedaan besaran manajemen laba menurut kompetensi

komisaris independen.

KELOMPOK N Mean Rank Sum of Ranks

KOMPTNSI KOM.BOD 0 20 28.90 578.00

KOM.BOD 1 26 19.35 503.00

Total 46

Test Statistik KOMPTNSI

Mann-Whitney U 152.000

Wilcoxon W 503.000

Z -2.393

Asymp. Sig. (2-tailed) .017

Keterangan : a) Tabel ini adalah hasil pengolahan data manajemen laba menurut kompetensi komisaris independen.

b) KOM.BOD 1 = Emiten dengan komisaris independen yang memiliki kompetensi pada bidang akuntansi dan atau keuangan.

c) KOM.BOD 0 = Emiten dengan komisaris independen yang tidak memiliki kompetensi pada bidang akuntansi dan atau keuangan.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KOM.BOD 0 20 .01 .91 .1589 .20827

KOMM.BOD 1 26 .00 .26 .0633 .06477

Gambar

Tabel 3 : Statistik Deskriptif  Spesialisasi Industri Kantor Akuntan Publik.
Tabel 6 : Statistik Deskriptif dan Hasil uji beda Manajemen laba menurut KelompokKompetensi Komisaris independen

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dengan perencanaan ini diharapkan sistem alur pengelolaan sampah mulai dari sampah masuk, letak penampungan sampah, tempat pemilahan sampah, tempat

1) Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran memenyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, ketrampilannya telah bertambah, ia lebih

HASIL UJIAN TULIS CALON ANGGOTA PANITIA PEMUNGUTAN SUARA (PPS) PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI PIDIE JAYA TAHUN

Fungsi otentikasi yang dibangun pada sistem yaitu sebagai sarana untuk membangun sebuah sistem database yang bersifat parallel (parallel DBMS) , dimana proses

Etiket menelepon, tata cara yang sopan dan pantas seorang sekretaris dalam menelepon; (3) etiket bertelepon seorang sekretaris meliputi: a)segera mengangkat gagang telepon

Kabupaten Bantul yang tidak mengandung yodium sesuai standar, maka perlu mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah Kabupaten Bantul, produsen garam, Pedagang Garam dan semua

ditegaskan dalam pasal 24C ayat 2 MK hanya memberikan putusan atas pendapat DPR terkait dugaan pelanggaran oleh presiden dan/atau wakil presiden menurut UUD 1945, sehingga

Judul : Karakterisasi dan Peningkatan Ketahanan Retak Lelah Sekrap Aluminium yang Telah Mengalami Proses Tuang Ulang (Remelting)2. Program : Hibah Pekerti Tahun : 2005 Status :