• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PASCASARJANA DANA ITS TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN PASCASARJANA DANA ITS TAHUN 2020"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN PASCASARJANA

DANA ITS TAHUN 2020

STUDI KARAKTERISTIK LIPID DARI PENGGUNAAN NUTRIEN

KOMERSIAL DALAM KULTUR MIKROALGA Botryococcus braunii

TERMUTASI SINAR UV-C

Tim Peneliti:

Prof. Dr. Ir. Arief Widjaja, M.Eng (Teknik Kimia / FTI / ITS)

Thea Prastiwi Soedarmodjo (Teknik Kimia / FTI / ITS)

Dibiayai oleh:

Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

sesuai dengan Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Pascasarjana Dana ITS

Tahun 2020

Nomor : 914/PKS/ITS/2020, tanggal 02 April 2020

DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2020

(2)

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I. RINGKASAN

BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III. STATUS LUARAN

BAB IV. PERAN MITRA

BAB V. KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB VI. RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA

BAB VII. DAFTAR PUSTAKA

BAB VIII. LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Tabel Daftar Luaran

(3)

3

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Kurva Pertumbuhan B.braunii Pre-Kultur 6 Hari

Gambar II.2 Kurva Pertumbuhan B.braunii Alami dan Termutasi UV-B

Selama 7 hari

Gambar II.3 Grafik Pertumbuhan Sel B.braunii Alami dan Mutasi UV-B

dengan Variabel Normal Nutrien dan Pengurangan Kadar

Nitrogen Dalam Nutrien Waktu Kultur 7 Hari dan 20 Hari

Gambar II.4 Grafik Perbandingan Konsentrasi Biomassa Variabel Kadar

Nitrogen dalam Nutrien dan Waktu Kultur

Gambar II.5 Grafik Perbandingan Produktivitas Lipid Variabel Kadar

Nitrogen dalam Nutrien dan Waktu Kultur

Gambar II.6 Grafik Perbandingan Lipid Content Variabel Kadar Nitrogen

dalam Nutrien dan Waktu Kultur

Gambar II.7 Hasil Analisa GC Lipid B.braunii Alami dengan Pengurangan

Kadar Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 7 Hari

Gambar II.8 Hasil Analisa GC Lipid B.braunii Mutasi dengan Pengurangan

Kadar Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 7 Hari

Gambar II.9 Hasil Analisa GC Lipid B.braunii Alami dengan Pengurangan

Kadar Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 20 Hari

Gambar II.10 Hasil Analisa GC Lipid B.braunii Mutasi dengan Pengurangan

(4)

4

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Jumlah Sel B.braunii Selama Pre-Kultur 6 Hari

Tabel II.2 Jumlah Sel B.braunii Sebelum dan Sesudah Mutasi Menggunakan Sinar

UV-B

Tabel II.3 Jumlah Sel B.braunii Alami dan Termutasi UV-B

Tabel II.4 Pertumbuhan Sel B.braunii Alami dan Termutasi UV-B Variabel

Waktu Kultur 7 Hari dan 20 Hari dengan Penambahan Normal Nutrien

dan Pengurangan Kadar Nitrogen dalam Nutrien

Tabel II.5 Perubahan pH Kultur Selama 7 Hari dan 20 Hari

Tabel II.6 Perhitungan Konsentrasi Biomassa Variabel Kadar Nitrogen dalam

Nutrien dan Waktu Kultur

Tabel II.7 Perhitungan Lipid Content dan Produktivitas Lipid Variabel Kadar Lipid

dalam Nutrien dan Waktu Kultur

Tabel II.8 Komposisi Senyawa Lipid B.braunii Alami dengan Pengurangan

Kadar Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 7 Hari

Tabel II.9 Komposisi Senyawa Lipid B.braunii Mutasi dengan Pengurangan

Kadar Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 7 Hari

Tabel II.10 Komposisi Senyawa Lipid B.braunii Alami dengan Pengurangan

Kadar Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 20 Hari

Tabel II.11 Komposisi Senyawa Lipid B.braunii Mutasi dengan Pengurangan

(5)

5

BAB I

RINGKASAN

Kebutuhan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia terus mengalami

kenaikan seiring dengan berkurangnya bahan bakar fosil. Pemerintah memanfaatkan

Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai opsi penyediaan EBT. Salah satu jenis BBN berbasis

biofuel yang telah diterapkan adalah biodiesel. Mikroalga penghasil lipid memiliki

potensi karena lipid dapat dikonversi menjadi biodisel. Mikroalga air laut dapat tumbuh

bebas di pantai sehingga lahan pertumbuhannya tidak berkompetisi dengan tanaman lain,

serta memiliki kecepatan pertumbuhan yang jauh lebih tinggi dibanding tanaman

penghasil lipid yang tubuh di darat seperti kelapa sawit dan jarak pagar. Didukung dengan

kondisi geografis Indonesia yang mempunyai garis pantai terpanjang di dunia (lebih dari

80 ribu Km), budidaya mikroalga penghasil lipid dalam rangka pengadaan biodisel sangat

layak untuk dikembangkan. Akan tetapi beberapa faktor lingkungan seperti turunnya pH

karena terbentuknya HCO

3-

, kecilnya kandungan lipid dalam kondisi normal serta daya

tahan terhadap perubahan suhu menjadi kendala bagi budidaya mikroalga yang perlu

diatasi.

Sebelumnya pengusul melakukan teknik mutasi pada mikroalga Botryococcus

braunii dan mampu meningkatkan produktifitas sel dan lipid, serta kemampuan

beradaptasi pada pH rendah. Tetapi belum dilakukan optimasi untuk hal ini. Dengan jenis

mikroalga air tawar, pengusul juga menemukan perpaduan yang tepat antara kadar N

rendah dan waktu kultivasi yang meningkatkan produksi lipid dan kualitasnya.

Penerapannya pada B. braunii perlu dilakukan.

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan produktifitas lipid mikroalga air laut

B. braunii melalui optimasi kondisi operasi baik strain alami maupun termutasi.

Mikroalga B. braunii termutasi sinar UV-C dibudidaya dalam media nutrien komersial

berupa kombinasi dari pupuk pertanian ZA (ammonium sulfat), Urea, dan TSP (triple

super phophate). Mikroalga hasil mutasi yang memiliki laju pertumbuhan sel dan kadar

lipid terbaik dikultivasi pada berbagai pH medium untuk mengetahui daya tahan terhadap

pH. Hal ini sebagai persiapan pembuatan biodiesel yang efektif diaplikasikan pada

budidaya mikroalga skala besar.

Dari penelitian didapatkan bahwa produktivitas lipid paling tinggi dihasilkan oleh

B. braunii termutasi UV-C dengan pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien waktu

kultur 7 hari yaitu sebesar 0,09 (mg/mL)/ hari. Hal ini menunjukkan bahwa pengurangan

kadar nitrogen dalam nutrien dapat meningkatkan produktivitas lipid mikroalga.

(6)

6

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

II.1 Pre-Kultur B.braunii Alami

Telah dilakukan pre-kultur selama 6 hari pada Tabel.II.1

Tabel. II.1 Jumlah Sel B.Braunii Selama Pre-Kultur 6 Hari

Jam ke

Jumlah Sel (Sel/mL)

0

27.500.000

24

39.666.666

48

40.666.666

72

43.000.000

96

43.666.666

120

44.166.666

144

49.833.333

Gambar II.1 Kurva Pertumbuhan B.braunii Pre-Kultur 6 Hari

Berdasarkan Tabel II.1 diketahui bahwa pertumbuhan mikroalga B.braunii setiap

harinya meningkat dilihat dari jumlah sel dan kurva pada Gambar II.1. Pada perhitungan

jumlah sel dengan metode counting chamber, hanya sel yang hidup yang dihitung

jumlahnya. Perbedaan sel yang hidup dan mati dapat diketahui pada warna mikroalga.

Pada kondisi pertumbuhan optimal mikroalga berwarna hijau tua pekat, sedangkan dalam

kondisi pertumbuhan tidak optimal mikroalga berwarna hijau kekuningan, dan pada

keadaam mati mikroalga cenderung berwarna kuning. Kultur B.braunii alami dengan

jumlah sel 49.833.333 sel/mL selanjutnya digunakan sebagai bibit untuk mutasi B.braunii

dengan menggunakan sinar UV-B.

0 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 0 2 4 6 8 J um la h sel / m L Waktu Kultur

(7)

7

II.2

Mutasi B.braunii Alami dan Mutasi Menggunakan Lampu UV-B

Perlakuan mutasi dilakukan untuk menghasilkan mutasi mikroalga B.braunii yang

memiliki karakteristik serupa dengan mutasi yang telah dilakukan dalam penelitian

sebelumnya oleh Cecil-Wahyu (2017) agar hasil produktivitas lipid yang diperoleh

nantinya dapat dibandingkan. Karakteristik mutasi serupa yang dimaksud dalam hal ini

adalah mutasi yang memiliki persentase kematian sel sebesar 26 – 30%. Jumlah sel

B.braunii awal dengan jumlah sel yang hidup setelah pemaparan sinar UV-B dan

persentase kematiannya disajikan dalam Tabel II.2. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi

penurunan persentase sel yang hidup setelah pemaparan sinar UV-B. Sel yang masih

hidup setelah pemaparan sinar UV-B disebut sebagai mutasi.

Tabel II.2 Jumlah Sel B.braunii Sebelum dan Sesudah Mutasi Menggunakan Sinar

UV-B

Pemaparan

Sinar UV-B

(Menit)

Run

Jumlah Sel

B.braunii (sel/mL)

%

Kematian

Rata-rata

Sebelum Mutasi

Setelah Mutasi

3 Menit

Penelitian

sebelumnya

11.833.333

8.666.667

26,29

3 Menit

Run 1

49.833.333

26.500.000

29,76

Run 2

49.833.333

39.000.000

Run 3

49.833.333

39.500.000

Mutasi dilakukan dengan waktu pemaparan selama 3 menit dengan persentase

kematian sel rata-rata sebesar 29,76 % dari 3 kali pengulangan. Waktu pemaparan selama

3 menit dipilih berdasarkan kesimpulan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Cecil-Wahyu (2017) dimana waktu pemaparan 3 menit merupakan waktu pemaparan

terbaik jika dibandingkan dengan waktu pemaparan 1,5 menit dan 30 menit. Sinar UV-B

memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup, pigmentasi, metabolisme

maupun fotosintesis dari mikroalga. Peningkatan radiasi UV-B secara umum akan

menurunkan kandungan klorofil dan menurunnya fotosintesis (efek pada fotosistem).

Penurunan kandungan klorofil dan fotosintesis ini menghasilkan biomassa yang lebih

rendah (Xue et al, 2005).

(8)

8

II.3

Pre-Kultur B.braunii Alami dan Termutasi UV-B

B.braunii

yang

telah

dimutasi

selanjutnya

dilakukan

kultur

atau

pengembangbiakkan B.braunii alami dan termutasi UV-B selama 7 hari

dan

dilakukan

counting chamber setiap hari. Hasil pertumbuhan sel B.braunii alami dan termutasi

UV-B selama 7 hari disajikan dalam Tabel II.3 berikut :

Tabel II.3 Jumlah Sel B.braunii Alami dan Termutasi UV-B Selama 7 Hari Kultur

Hari ke

Jumlah Sel B.braunii (sel/mL)

Alami

Mutasi UV-B

0

49.833.333

35.000.000

1

57.000.000

49.833.333

2

58.500.000

52.333.333

3

71.000.000

57.166.667

4

72.500.000

58.666.667

5

77.666.667

63.000.000

6

81.666.667

73.833.333

7

100.833.333

90.166.667

Gambar II.2 Kurva Pertumbuhan B.braunii Alami dan Termutasi UV-B Selama 7 Hari

Pada perhitungan jumlah sel dengan metode counting chamber, hanya sel yang

hidup yang dihitung jumlahnya. Hal ini dapat diketahui pada warna mikroalga. Pada

kondisi pertumbuhan optimal, mikroalga berwarna hijau tua pekat sedangkan mikroalga

akan berwarna hijau kekuningan bila kondisi pertumbuhannya tidak optimal dan

cenderung berwarna kuning bila mati.

0 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 120,000,000 0 2 4 6 8 Ju m lah s el (s el/m l) Waktu (hari) Mutasi Alami

(9)

9

Berdasarkan Tabel II.3 dan Gambar II.2 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan

sel B.braunii alami dan mutasi mengalami penigkatan setiap harinya. Pertumbuhan sel

B.braunii alami pada hari ke 0 dengan jumlah sel sebesar 49.833.333 sel/mL dan pada

hari ke 7 naik menjadi 100.833.333 sel/mL. Sedangkan pertumbuhan sel B.braunii mutasi

UV-B menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan pada hari ke 0 sebesar

35.000.000 sel/mL dan pada hari ke 7 naik menjadi 90.166.667 sel/mL.

II.4

Pengaruh Kadar Nitrogen Dalam Nutrien dan Pengaruh Waktu Kultur

II.4.1 Pertumbuhan Sel B.braunii Alami dan Termutasi UV-B Dengan

Pengurangan Kadar Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 7 Hari dan 20 Hari

Nitrogen merupakan unsur fungsional dan struktural pembentuk protein dalam sel

alga dan menyumbang 7-20% berat kering sel. Defisiensi nitrogen dalam kultur alga

adalah meningkatkan biosintesis dan akumulasi lipid. Keterbatasan nitrogen dapat

dianggap sebagai tekanan lingkungan yang efisien untuk meningkatkan akumulasi lipid.

Mikroalga dapat memanfaatkan sumber nitrat, ammonia, atau nitrogen. Secara garis besar

nitrogen mempengaruhi pertumbuhan dari sel mikrolaga seperti kandungan lipid dan

protein. Pada kondisi dimana kadar nitrogen kecil, maka produksi lipid pada sel akan

bertambah banyak, keadaan ini biasa disebut Nitrogen Starvation.

Pada tahap ini mikroalga B.braunii alami dan termutasi UV-B dikultur selama 7

hari dan 20 hari, kemudian ditambahkan nutrien dengan kadar nitrogen dalam nutrien

yang berbeda yaitu 100 mg/L untuk kadar nitrogen Normal Nutrien dan 0,03 mg/L untuk

pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien. Mikroalga B.braunii alami dan termutasi

UV-B yang dikultur selama 7 hari dan 20 hari kemudian dilakukan perhitungan jumlah selnya

setiap hari untuk mengetahui pertumbuhan sel yang ditandai dengan semakin keruhnya

warna media kultur mikroalga. Dalam analisa perhitungan jumlah sel digunakan metode

counting chamber dengan menggunakan hemasitometer dan mikroskop.

Jumlah sel awal B.Braunii alami pada hari ke-0 sebesar 51.000.000 sel/mL, lebih

besar jika dibandingkan dengan jumlah sel awal mutasi UV-B. Sehingga kondisi awal

jumlah sel B.braunii alami harus dibuat sama dengan jumlah sel mutasi UV-B yaitu

sebesar 47.250.000 sel/mL dengan pengenceran pada kultur B.braunii alami.

Pengenceran dilakukan dengan menambahan air laut untuk mendapatkan jumlah sel awal

yang mendekati jumlah sel awal mutasi UV-B. Tujuan dari membuat jumlah sel B.braunii

alami dan mutasi UV-B sama pada hari ke-0 adalah untuk membandingkan laju

(10)

10

pertumbuhan sel B.braunii alami dan mutasi UV-B dengan mudah. Data pertumbuhan sel

mikroalga B.braunii alami dan mutasi UV-B setelah dikultur selama 7 hari dan 20 hari

dengan pemberian normal nutrien dan pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel II.4 Pertumbuhan Sel B.braunii Alami dan Termutasi UV-B Variabel Waktu

Kultur 7 Hari dan 20 Hari Dengan Penambahan Normal Nutrien dan Pengurangan

Kadar Nitrogen Dalam Nutrien

Hari

ke

Jumlah sel (10

6

sel/mL) pada Variabel Waktu Kultur 7 dan 20 Hari

Alami

Mutasi UV-B

Normal nutrient

(N=.. )

Rendah

nitrogen (N=..)

Normal nutrien

Rendah

nitrogen (N=..)

0

47,250

47,250

47,250

47,250

1

50,500

53,000

51,625

52,750

2

52,375

62,625

58,125

54,500

3

57,875

89,000

67,625

71,625

4

62,000

120,375

69,250

96,875

5

64,250

144,750

70,500

110,500

6

68,000

98,125

75,625

758,75

7

91,750

73,750

87,750

67,875

8

97,375

73,000

91,875

58,875

9

122,250

68,250

91,250

55,375

10

151,000

67,125

101,750

51,625

11

154,250

66,000

117,250

50,125

12

153,250

65,125

75,250

47,625

13

103,000

61,375

57,125

46,875

14

92,625

61,000

53,625

45,125

15

84,000

58,870

47,375

44,375

16

81,125

56,375

46,000

43,375

17

73,250

51,500

45,375

42,750

18

68,500

49,375

45,125

41,250

19

66,625

44,750

44,875

39,375

20

62,500

38,500

44,375

34,500

Berdasarkan Tabel II.4 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan sel B.braunii

alami dan mutasi UV-B untuk variabel normal nutrien naik secara signifikan setiap

harinya sampai hari ke-11 dan mengalami penurunan pada hari ke-12 sampai hari ke-20.

Jumlah sel pada hari ke-7 untuk variabel alami sebesar 91.750.000 sel/mL, sedangkan

(11)

11

jumlah sel untuk variabel mutasi UV-B sebesar 87.750.000 sel/mL. Variabel alami dan

mutasi UV-B mencapai jumlah sel tertinggi pada hari ke-11 yaitu masing-masing sebesar

154.000.000 sel/mL untuk variabel alami dan 170.750.000 sel/mL untuk variabel mutasi

UV-B. Jumlah sel akhir pada hari ke-20 variabel alami sebesar 62.500.000 sel/mL dan

44.375.000 sel/mL untuk variabel mutasi UV-B. Penurunan jumlah sel dengan normal

nutrien dari hari ke-12 sampai hari ke-20 tidak sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Helmi-Dinny (2016) dimana sel yang diberi nutrien setiap harinya tidak

mengalami penurunan jumlah karena kebutuhan nutrisi yang tercukupi. Penurunan

jumlah sel pada penelitian ini diakibatkan terkontaminasinya media kultur oleh

kontaminan lain sehingga jumlah sel mengalami penurunan.

Sedangkan untuk variabel alami dan mutasi UV-B dengan pengurangan kadar

nitrogen dalam nutrien mengalami kenaikan jumlah sel sampai hari ke-5 dan penurunan

jumlah sel terjadi dari hari ke-6 sampai hari ke-20. Variabel alami memiliki jumlah sel

pada hari ke-7 sebesar 73.750.000 sel/mL dan 67.750.000 sel/mL untuk variabel mutasi

UV-B. Variabel alami dan mutasi UV-B mencapai jumlah sel tertinggi pada hari ke-6

yaitu masing-masing sebesar 144.750.000 sel/mL untuk variabel alami dan 110.500.000

sel/mL untuk variabel mutasi UV-B. Jumlah sel akhir pada hari ke-20 variabel alami

sebesar 38.500.000 sel/mL dan 44.500.000 sel/mL untuk variabel mutasi UV-B. Dapat

dilihat bahwa variabel pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien berpengaruh terhadap

penurunan jumlah sel. Hal ini sesuai dengan kutipan Chrismada et al (2006) yang

menyebutkan bahwa kadar nitrogen yang rendah dalam media kultur dapat menyebabkan

penurunan jumlah sel. Kadar nitrogen tersebut terkait dengan hilangnya kemampuan sel

untuk membangun struktur fungsional yang terkait dengan unsur hara yang jumlahnya

terbatas tersebut.

(12)

12

Gambar II.3 Grafik Pertumbuhan Sel B.braunii Alami dan Mutasi UV-B dengan

Variabel Normal Nutrien dan Pengurangan kadar Nitrogen Dalam Nutrien Waktu

Kultur 7 Hari dan 20 Hari

Gambar II.3 merupakan grafik perbandingan pertumbuhan sel B.braunii alami

dan mutasi UV-B untuk kedua variabel yaitu kadar nitrogen dalam nutrien dan waktu

kultur, dimana data yang dipaparkan merupakan data rata-rata untuk 2 kali run yang telah

dilakukan.

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa B.braunii alami menunjukkan

hasil terbaik untuk pertumbuhan jumlah sel dari semua variabel pada hari ke-7 maupun

jumlah sel akhir pada hari ke-20. Jumlah sel akhir B.braunii pada hari ke-7 sebesar

95.625.000 sel/ml dan pada hari ke-20 sebesar 62.500.000 sel/mL. Hal ini tidak sesuai

dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Helmi-Dinny (2016) yang

menyatakan bahwa mutasi UV-B dengan persentase kematian 29-30% memiliki

pertumbuhan sel yang lebih baik dibanding B.braunii alami.

II.4.2 Perubahan pH selama 7 Hari dan 20 Hari Kultur

pH memiliki pengaruh pada pertumbuhan mikroalga. Tiap – tiap spesies

mikroalga memiliki nilai minimum pH yang memungkinkan untuk kelangsungan

hidupnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Czeslawa (1996), menyimpulkan

mikroalga tidak dapat tumbuh optimal pada pH di bawah 4,8 sebab dinding sel mikroalga

sudah tidak mampu lagi mempertahankan dirinya untuk bertahan hidup.

0 20000000 40000000 60000000 80000000 100000000 120000000 140000000 160000000 180000000 0 5 10 15 20 25 Jumlah sel (sel/ml) Waktu (hari)

Jumlah Sel B.braunii Alami dan Mutasi UV-B Variabel Normal

Nutrien dan Penurunan Kadar Nitrogen Dalam Nutrien Waktu Kultur

7 Hari dan 20 Hari

Alami Normal Nutrien Mutasi Normal Nutrien Alami no-N

(13)

13

Dinding sel mikroalga berfungsi sebagai lapisan buffer atau lapisan untuk

menjaga pH dalam tubuh mikroalga. Pada pH asam (pH<7), mikroalga akan

mengkonsumsi karbon dari HCO

3-

(CO

2

yang terlarut di dalam air) untuk membentuk

lapisan buffer yang berfungsi melindungi dirinya dari kondisi lingkungannya sehingga

mengakibatkan menurunnya kadar CO

2

terlarut dalam air sehingga pH media berangsur

– angsur naik.

Pada pH yang terlampau tinggi, mikroalga akan mengkonsumsi CO

2

langsung

dari udara. Dalam hal ini CO

2

sangat mudah larut dalam air, akibatnya kadar CO

2

terlarut

meningkat dan membentuk H

2

CO

3

yang bersifat asam sehingga pH media berangsur –

angsur turun (Czeslawa, 1996).

Dalam penelitian ini pH kultur tidak dikontrol, namun tetap diukur setiap harinya

menggunakan kertas pH. Perubahan pH selama 7 hari dan 20 hari kultur untuk semua

variabel disajikan dalam Tabel II.5.

Tabel II.5 Perubahan pH Kultur Selama 7 Hari dan 20 Hari

Hari

ke

pH Kultur

Alami

Mutasi UV-B

Normal nutrien

Pengurangan

kadar nitrogen

dalam nutrien

Normal nutrien

Pengurangan

kadar nitrogen

dalam nutrien

0

8,5

8,5

8,6

8,5

1

8,5

8,3

8,5

8,5

2

8,3

8,3

8,5

8,5

3

8,3

8,3

8,5

8,3

4

8,3

8,2

8,2

8,3

5

8,3

8,2

8,2

8,3

6

8,2

8,1

8,2

8,3

7

8,2

8,1

8,2

8,2

8

8

8,1

8,2

8,1

9

8

8,1

8

8

10

8

8,1

8

8

11

7,6

8,1

8

8

12

7,6

8,1

8

8

13

7,5

8,1

7,6

8

14

7,5

8

7,5

7,5

15

7,5

8

7,5

7,5

16

7,5

7,5

7,2

7,2

17

7,3

7,5

7,2

7,2

(14)

14

18

7,3

7,3

7

7

19

7,3

7,3

7

7

20

7,3

7,3

7

7

Berdasarkan Tabel II.5 diatas terlihat bahwa pH kultur turun untuk semua

variabel. Penurunan pH untuk semua variabel cenderung sama yaitu dari pH 8,5 pada hari

ke-0 menjadi pH 7,2 pada hari ke 20. Namun, terjadinya penurunan pH ini tidak terlalu

berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroalga. Meskipun pH kultur berubah antara 6 –

8, B.braunii tetap tumbuh dengan baik tanpa adanya hambatan tertentu. Telah dilaporkan

juga oleh Dayananda et al (2007) bahwa pH kultur tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap yield biomassa dan produksi hidrokarbon dari B.braunii saat rentang

pH 6 – 8,5 (Yaming Ge et al, 2011).

II.4.3 Produktivitas Biomassa Variabel Kadar Nitrogen dalam Substrat dan

Waktu Kultur

Pada tahap ini semua variabel baik variabel kadar nitrogen dalam nutrien maupun

waktu kultur dipanen untuk selanjutnya dilakukan ekstraksi dan distilasi dimana nantinya

akan diperoleh lipid yang berasal dari mikroalga B.braunii. Untuk ekstraksi lipid pada

tahap ini digunakan biomassa kering mikroalga alami dan mutasi UV-B semua variabel.

Ekstraksi lipid dilakukan selama 6 jam dengan menggunakan pelarut n-heksan setelah

melalui pre-treatment. Proses pre-treatment meliputi, masing-masing mikroalga

disentrifugasi untuk didapatkan endapan alga basah. Selanjutnya mikroalga basah

dikeringkan di dalam oven pada suhu 60

o

C selama 2 jam, setelah pengeringan biomassa

mikroalga kering ditimbang. Berat biomassa B.braunii alami untuk variabel normal

nutrien dan pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien waktu kultur 7 hari berturut-turut

sebesar 1,69 gram dan 1,58 gram. Berat mikroalga kering B.braunii alami variabel normal

nutrien dan pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien waktu kultur 20 hari berturut-turut

sebesar 1,58 gram dan 1,53 gram. Sedangkan berat mikroalga kering untuk mutasi UV-B

variabel normal nutrien dan pengurangan kadar nitrogen waktu kultur 7 hari

berturut-turut sebesar 1,62 gram dan 1,59 gram. Berat mikroalga kering untuk mutasi UV-B

variabel normal nutrien dan pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien waktu kultur 20

hari berturut-turut sebesar 1,52 gram dan 1,45 gram. Dari berat kering mikroalga

diperoleh konsentrasi biomassa dalam 500 mL volume kultur sehingga massa sel dapat

(15)

15

ditentukan. Hasil konsentrasi biomassa dan massa sel untuk semua variabel disajikan

dalam Tabel II.6 dimana data yang dipaparkan merupakan data rata-rata untuk 2 kali run

yang telah dilakukan.

Tabel II.6 Perhitungan Konsentrasi Biomassa Variabel Kadar Nitrogen dalam Nutrien

dan Waktu Kultur

Kondisi

Variabel

Waktu

Kultur

Variabel Kadar

Nitrogen dalam

Nutrien

Konsentrasi

Biomassa

(mg/mL)

Konsentrasi

Sel (sel/mL)

Massa Sel

(mg/sel)

Alami

7 Hari

Normal Nutrien

3,39

91.750.000

3,694 x 10

-8

Nutrien no-N

3,17

73.750.000

4,298 x 10

-8

20 Hari

Normal Nutrien

3,17

62.500.000

5,072 x 10

-8

Nutrien no-N

3,07

38.500.000

7,948 x 10

-8

Mutasi

UV-B

7 Hari

Normal Nutrien

3,24

87.750.000

3,699 x 10

-8

Nutrien no-N

3,18

67.875.000

4,567 x 10

-8

20 Hari

Normal Nutrien

3,04

44.375.000

6,850 x 10

-8

Nutrien no-N

2,90

34.500.000

8,405 x 10

-8

Gambar II.4 Grafik Perbandingan Konsentrasi Biomassa Variabel Kadar Nitrogen

dalam Nutrien dan Waktu Kultur

2.60 2.70 2.80 2.90 3.00 3.10 3.20 3.30 3.40 3.50

Alami Normal Alami No N Mutasi Normal Mutasi No N

Ko n sen tr asi B io m ass a (m g /m L ) 7 hari 20 hari

(16)

16

Berdasarkan Tabel II.6 dan Gambar II.4 dapat dilihat bahwa konsentrasi

biomassa tertinggi didapatkan pada variabel normal nutrien dan waktu kultur 7 hari yang

masing-masing sebesar 3,39 mg/mL untuk B.braunii alami dan 3,24 mg/mL untuk

B.braunii mutasi UV-B. Sedangkan konsentrasi biomassa terendah didapatkan pada

variabel pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien dan waktu kultur 20 hari yang

masing-masing sebesar 3,07 mg/mL untuk B.braunii alami dan 2,90 B.braunii mutasi

UV-B. Sedangkan dari semua variabel, konsentrasi biomassa tertinggi didapatkan pada

B.braunii alami variabel normal nutrien waktu kultur 7 hari sebesar 3,90 mg/mL.

Konsentrasi biomassa yang diperoleh dipengaruhi oleh laju pertumbuhan masing-masing

variabel, dimana laju pertumbuhan yang paling baik akan menghasilkan konsentrasi

biomassa yang lebih besar. Seperti yang telah disajikan dalam grafik pada Gambar II.3

bahwa sel akhir B.braunii alami variabel normal nutrien waktu kultur 7 hari memiliki

pertumbuhan sel yang terbaik jika dibanding variabel lainnya.

Dari Tabel II.6 diatas juga dapat diketahui massa sel untuk setiap variabel, yang

mana jika dibandingkan antara B.braunii alami dan mutasi UV-B akan diperoleh massa

sel B.braunii alami dengan normal nutrien dengan waktu kultur 7 hari lebih besar jika

dibandingkan dengan variabel lainnya. Sedangkan massa sel terkecil didapat pada

B.braunii mutasi UV-B variabel pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien dengan waktu

kultur 20 hari. Mengutip dari Neha Kalla (2016) bahwa pengurangan kadar nitrogen

berpengaruh terhadap penurunan pertumbuhan jumlah sel dan biomassa mikroalga,

dimana dalam keadaan pengurangan kadar nitrogen mikroalga akan mengalami kondisi

stress sehingga mengakitbatkan penurunan jumlah sel dan produktivitas biomassa.

II.4.4 Lipid Content dan Produktivitas Lipid Variabel Kadar Nitrogen dalam

Substrat dan Waktu Kultur

Berdasarkan data produktivitas biomassa, konsentrasi biomassa, jumlah sel, dan

massa sel dapat ditentutan lipid content dan produktivitas lipid dari mikroalga. Lipid

content dapat diperoleh dari berat lipid yang dihasilkan dari proses ekstraksi dan berat

mikroalga kering, produktivitas lipid dapat diperoleh dari lipid content dalam gram

per-liter tiap harinya dan produktivitas biomassanya. Data lipid content dan produktivitas

lipid disajikan pada Tabel II.7, dimana data yang dipaparkan merupakan data rata-rata

(17)

17

untuk 2 kali run yang telah dilakukan. Sedangkan perbandingan Produktivitas lipid dan

lipid content disajikan dalam Gambar II.5 dan Gambar II.6

Gambar II.5 Grafik Perbandingan Produktivitas Lipid Variabel Kadar Nitrogen dalam

Nutrien dan Waktu Kultur

Gambar II.6 Grafik Perbandingan Lipid content Variabel Kadar Nitrogen dalam

Nutrien dan Waktu Kultur

0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070 0.080 0.090 0.100

Alami Normal Alami No N Mutasi Normal Mutasi No N

P ro d u tiv itas L ip id ( m g /m L )/ h ar i 7 hari 20 hari 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000

Alami Normal Alami No N Mutasi Normal Mutasi No N

L ip id C o n ten t (g /L )/ h ar i 7 hari 20 hari

(18)

18

Tabel II.7 Perhitungan Lipid Content dan Produktivitas Lipid Variabel Kadar Nitrogen dalam Nutrien dan Waktu Kultur

Parameter

Satuan

Alami

sebelum

pre-kultur

Alami

Mutasi

7 hari waktu kultur

20 hari waktu kultur

7 hari waktu kultur

20 hari waktu kultur

Normal

Nutrien

No-N

Normal

Nutrien

No-N

Normal

Nutrien

No-N

Normal

Nutrien

No-N

Jumlah Sel

awal

Sel/mL

27.500.000 47.250.000 47.250.000

47.250.000

47.250.000 47.250.000 47.250.000 47.250.000 47.250.000

Jumlah Sel

akhir setelah

20 hari

Sel/mL

46.500.000 91.750.000 73.750.000

62.500.000

38.500.000 87.750.000 67.875.000 44.375.000 34.500.000

 sel/ hari

(Juta

Sel/mL)/hari

3,1

6,357

3,785

0,762

0,437

5,785

3,196

0,143

0,637

Massa sel

10

-8

mg/sel

5,849

3,694

4,298

5,072

7,948

3,699

4,567

6,850

8,405

Produktivitas

Biomassa

Harian

(mg/mL)/hari

0,185

0,235

0,163

0,039

0,035

0,214

0,146

0,010

0,054

Lipid Content

(Lipid

extract/sampel)

% (w/w)

38,23

33,92

54,89

51,42

67,42

41,89

55,97

50,32

70,03

Produktivitas

lipid

(mg/mL)/hari

0,071

0,080

0,089

0,003

0,034

0,082

0,090

0,005

0,036

(19)

19

Jumlah sel akhir paling tinggi didapatkan mikroalga B.braunii alami dengan normal

nutrien waktu kultur 7 hari yaitu sebesar 91.750.000 sel/mL, dan jumlah sel akhir paling

rendah didapatkan mikroalga mutasi UV-B dengan pengurangan kadar nitrogen dalam

nutrien waktu kultur 20 hari. Pertumbuhan sel per hari paling rendah didapatkan oleh

B.braunii mutasi dengan normal nutrien waktu kultur 20 hari jika dibandingkan dengan

variabel lainnya yaitu hanya sebesar 0,143 juta sel/mL per hari. Pertumbuhan sel per hari

ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan B. braunii alami normal nutrien waktu kultur

7 hari yang mencapai 6,357 juta sel/mL per hari.

Berdasarkan Tabel II.7 Produktivitas lipid paling tinggi dihasilkan oleh B.braunii

mutasi dengan pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien waktu kultur 7 hari yaitu

sebesar 0,090 (mg/mL)/ hari. Dan disusul oleh B.braunii alami dengan pengurangan

kadar nitrogen dalam nutrien waktu kultur 7 hari yaitu sebesar 0,089 (mg/mL)/ hari. Pada

kondisi pertumbuhan normal, mikroalga yang memproduksi biomassa dalam jumlah

besar belum tentu memiliki produktivitas yang optimal. Sehingga untuk memperoleh

produktivitas lipid yang tinggi mikroalga perlu dibuat dalam kondisi stress, dalam hal ini

dengan pengurangan kadar nitrogen (Ruangsomboon, 2015).

Dapat dilihat pada Tabel II.7 bahwa pertumbuhan B.braunii yang paling baik

adalah B.braunii alami dengan normal nutrien waktu kultur 7 hari yaitu sebesar

91.750.000 sel/mL per hari, akan tetapi B.braunii mutasi UV-B dengan pengurangan

kadar nitrogen dalam nutrien waktu kultur 7 hari mempunyai lipid content terbesar

dengan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan B.braunii alami dengan normal

nutrien waktu kultur 7 hari, yaitu sebesar 3,196 juta sel/mL per hari. Dapat dilihat juga

pada variabel lain yaitu B.braunii alami dengan pengurangan kadar nitrogen dalam

nutrien waktu kultur 7 hari yang memiliki pertumbuhan yang lebih rendah tetapi

produktivitas lipid yang lebih tinggi dibandingkan dengan B.braunii alami normal nutrien

waktu kultur 7 hari. Sehingga berdasarkan data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan mikroalga yang lebih baik tidak selalu menghasilkan lipid yang lebih

banyak, begitu pula sebaliknya.

Pertumbuhan sel mikroalga paling tinggi yaitu B.braunii alami dengan normal

nutrien waktu kultur 7 hari sebesar 6,357 juta sel/ml. Kandungan lipid (Berat Lipid

extract/ berat sampel) tertinggi yaitu B.braunii alami dengan pengurangan kadar nitrogen

(20)

20

(Berat Lipid extract/ berat sampel) tertinggi juga diperoleh oleh B.braunii mutasi dengan

pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien waktu kultur 20 hari yaitu sebesar 67,224%.

Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien pada

waktu kultur paling optimum dapat meningkatkan kualitas mikroalga B.braunii yang

dibuktikan dengan hasil produktivitas lipid dan lipid content dari B.braunii dengan

variabel pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien.

II.5

Analisa GC (Gas Chromatography)

Analisa GC digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa dari lipid B.braunii

alami dan mutasi. Hasil analisa pada B.braunii alami dan mutasi dengan pengurangan

kadar nitrogen dalam nutrien waktu kultur 7 hari serta B.braunii alami dan mutasi dengan

pengurangan kadar nitrogen dalam nutrien waktu kultur 20 hari terlihat pada Gambar

II.6 berikut.

Gambar II.7 Hasil Analisa GC Lipid B.braunii Alami dengan Pengurangan Kadar

Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 7 Hari

Hasil analisa GC menunjukkan adanya beberapa senyawa yang terkandung dalam

lipid B.braunii alami seperti yang terdapat pada Tabel II.8 berikut.

Tabel II.8 Komposisi Senyawa Lipid B.braunii Alami dengan Pengurangan Kadar

Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 7 Hari

2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0 27.5 30.0 32.5 35.0 min -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0uV(x10,000)

(21)

21

No

Nama Komponen

Range Retention

Time

% Area

1. Asam lemak bebas (FFA)

11,009 – 14,126

15,810 %

2. Monoacylglycerol (MAG)

14,341 – 15,735

19,986 %

3. Diacylglycerol (DAG)

20,059 – 21,864

9,096 %

4. Triacylglycerol (TAG)

26,756 – 35,687

1,487 %

Untuk hasil analisa GC pada B.braunii mutasi dengan pengurangan kadar nitrogen

dalam nutrient waktu kultur 7 hari terlihat pada Gambar II.7 berikut.

Gambar II.8 Hasil Analisa GC Lipid B.braunii Mutasi dengan Pengurangan Kadar

Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 7 Hari

Hasil analisa GC menunjukkan adanya beberapa senyawa yang terkandung dalam

lipid B.braunii mutasi seperti yang terdapat pada Tabel II.9 berikut.

Tabel II.9 Komposisi Senyawa Lipid B.braunii Mutasi dengan Pengurangan Kadar

Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 7 Hari

2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0 27.5 30.0 32.5 35.0 min -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0uV(x10,000)

(22)

22

No

Nama Komponen

Range Retention

Time

% Area

1.

Asam lemak bebas (FFA)

11,009 – 14,126

22,544 %

2.

Monoacylglycerol (MAG)

14,341 – 15,735

33,289 %

3.

Diacylglycerol (DAG)

20,059 – 21,864

1,496 %

4.

Triacylglycerol (TAG)

26,756 – 35,687

0,761 %

Sedangkan untuk hasil analisa GC pada B.braunii alami dengan pengurangan

kadar nitrogen dalam nutrient waktu kultur 20 hari terlihat pada Gambar II.8 berikut.

Gambar II.9 Hasil Analisa GC Lipid B.braunii Alami dengan Pengurangan Kadar

Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 20 Hari

Hasil analisa GC menunjukkan adanya beberapa senyawa yang terkandung dalam

lipid B.braunii alami seperti yang terdapat pada Tabel II.9 berikut.

Tabel II.10 Komposisi Senyawa Lipid B.braunii Alami dengan Pengurangan Kadar

Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 20 Hari

2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0 27.5 30.0 32.5 35.0 min -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0uV(x10,000)

(23)

23

No

Nama Komponen

Range

Retention Time

% Area

1.

Asam lemak bebas (FFA)

11,009 – 14,126

22,446 %

2.

Monoacylglycerol (MAG) 14,341 – 15,735

38,289 %

3.

Diacylglycerol (DAG)

20,059 – 21,864

0,631 %

4.

Triacylglycerol (TAG)

26,756 – 35,687

1,006 %

Untuk hasil analisa GC pada B.braunii mutasi dengan pengurangan kadar nitrogen

dalam nutrien waktu kultur 20 hari terlihat pada Gambar II.9 berikut.

Gambar II.10 Hasil Analisa GC Lipid B.braunii Mutasi dengan Pengurangan Kadar

Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 20 Hari

Hasil analisa GC menunjukkan adanya beberapa senyawa yang terkandung dalam

lipid B.braunii mutasi seperti yang terdapat pada Tabel II.10 berikut.

Tabel II.10 Komposisi Senyawa Lipid B.braunii Mutasi dengan Pengurangan Kadar

Nitrogen dalam Nutrien Waktu Kultur 20 Hari

2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0 27.5 30.0 32.5 35.0 min -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0uV(x10,000)

(24)

24

No

Nama Komponen

Range

Retention Time

% Area

1.

Asam lemak bebas (FFA)

11,009 – 14,126

20,170 %

2.

Monoacylglycerol (MAG)

14,341 – 15,735

35,992 %

3.

Diacylglycerol (DAG)

20,059 – 21,864

1,298 %

4.

Triacylglycerol (TAG)

26,756 – 35,687

1,906 %

Dari keempat hasil analisa GC di atas, kandungan TAG yang terbesar diantara

keempat hasil analisa tersebut adalah B.braunii mutasi dengan pengurangan kadar

nitrogen dalam nutrien waktu kultur 20 hari. Hasil analisa GC untuk B.braunii alami

maupun B.braunii mutasi menunjukkan kandungan asam lemak bebas (FFA) yang lebih

besar dibanding kandungan TAG. Jenis FFA yang terdapat B.braunii didominasi oleh

asam oleat (C18) dan asam palmiat (C16). Hal ini sesuai dengan literatur yang

menyatakan bahwa lipid yang dihasilkan dari mikroalga memiliki kandungan FFA yang

besar. Meskipun kandungan FFA yang paling tinggi, mikroalga B.braunii ini dapat

digunakan sebagai bahan baku biodiesel melalui proses esterifikasi menggunakan katalis

asam dan transesterifikasi menggunakan katalis basa (Ashokkumar, 2014).

(25)

25

BAB III

STATUS LUARAN

Luaran Wajib:

1. Jurnal Internasional Published:

Judul: The effect UV-B mutation on biodiesel from microalgae Botryococcus

braunii

using esterification, transesterification and combination of esterification

transesterification

Published di: AIP Conference Proceedings 2217, 030021 (2020);

https://doi.org/10.1063/5.0000554

2. Jurnal Internaional under review:

Judul: Effect of Reducing Nitrogen Levels on Growth and Lipid Productivity of

Microalgae Botryococcus braunii Exposed by UV-C Rays

Luaran tambahan:

Seminar Internasional: di 2

nd

International Conference on Engineering, Technology and

Social Science, 31 October 2020

(26)

26

BAB IV

PERAN MITRA

(27)

27

BAB V

KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN

Pandemi covid 19 menyebabkan aktifitas eksperimen di Lab menjadi sangat terganggu

sehinnga data yang dihasilkan tidak sesuai dengan rencana. Akan tetapi diupayakan

dengan data yang ada berhasil published di Jurnal dan presentasi di seminar internasional

bereputasi

(28)

28

BAB VI

RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA

Melanjutkan penelitian mutasi mikroalga dengan sinar UV-C dengan menggunakan

pupuk sehingga biaya operasi menjadi lebih murah. Serta direncanakan meningkatkan

kapasitas menjadi skala yang lebih besar (pilot scale) dan akhirnya penerapan pada skala

komersial.

(29)

29

BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

Amini, Sri., et al. 2014. “Effect of Cell Wall Disruption Treated by using Microwave

and Sonicator of Botryococcus braunii and Nannochloropsis on The Amount of

Oil Produced”. 41-49.

Ashokkumar, Veeramuthu.

, et al.

2014. “Optimization and Characterization of

Biodiesel Production From Microalgae Botryococcus Grown at Semi-Continuous

System”. Energy Conversion and Management, 936-946.

Benson. 2001. “Microbiological Application”. New York: McGraw Hill Publisher.

Bharathiraja, B., et al. 2015. “Aquatic Biomass (Algae) as A Future Feedstock for

Bio-Refineries: A Review on Cultivation, Processing and Products”. Renewable and

Sustainable Energy Reviews, 634-653.

Chrismadha, Tjandra., et al. 2006. “Pengaruh Konsentrasi Nitrogen Dan Fosfor

Terhadap Pertumbuhan, Kandungan Protein, Karbohidrat dan Fikosianin Pada

Kultur Spirulinafusiformis”. Pusat Penelitian Limnologi-LIPI, Bogor.

Chisti, Yusuf. 2007. “Biodiesel from microalgae”. Biotechnology Advances, 294-306.

Dayananda, Chandrappa., et al. 2007. “Isolation and Characterization of Hydrocarbon

Producing Green Alga Botryococcus braunii from Indian Freshwater Bodies”.

Electronic Journal of Biotechnology.

Eugenia J. Olguín, S. G. 2003. “Annual Productivity of Spirulina (Arthrospira) and

Nutrient Removal in a Pig Wastewater Recycling Process Under Tropical

Conditions”. Journal of Applied Phycology, 249-257.

Faried, M., et al. 2017. “Biodiesel Production from Microalgae: Processes, Technologies

and Recent”. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 894.

Ge, Yaming., et al. 2011. “Growth Characteristics of Botryococcus braunii 765 Under

High CO

2

Concentration in Photobioreactor”. Bioresource Technology, 132-133.

Gunzler, H., et al. 2001. “Handbook of Analytical Technique”. Weinheim: Wiley-VCH.

Hadiyanto., et al. 2012. “Mikroalga, Sumber Pangan dan Energi Masa Depan”.

(30)

30

Isnansetyo, Alim., et al. 1995. ”Teknik Kultur Phytoplankton Zooplankton”. Pakan

Alam untuk Pembenihan Organism Laut. Kanisius. Yogyakarta.

Kalla, Neha., et al. 2016. “Effect of Nitrogen, Phosphorus Concentrations, pH and

Salinity Ranges on Growth, Biomass and Lipid Accumulation of Chlorella

Vulgaris”. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research,

397-405.

Kawaroe, Mujizat., et al. 2010. ”Mikroalga, Potensi dan Pemanfaatannya Untuk

Produksi Bio Bahan Bakar”. Bogor. IPB Press.

Lee, S.J., et al. 1998. ”Effects of Harvesting Method and Growth Stage on the

Flocculation of the Green Alga Botryococcus braunii”. Letters in Applied

Microbiology, 14-17.

Li Fen Wu., et al. 2013. “The Effects of Nitrogen Sources and Temperature on Cell

Growth and Lipid Accumulation of Microalgae”. International Biodeterioration

& Biodegradation, 1-5.

Nalewajko, Czeslawa., et al. 1997. “Effect of pH on Growth, Photosynthesis,

Respiration, and Copper Tolerance of Three Scenedesmus Strains”.

Environmental and Experimental Botany, 153-160.

Prastowo, Bambang., et al. 2014. ”Biodiesel Generasi-1 Generasi-2”. Jakarta. IAARD

Press, 1-9.

Ruangsomboon, S. 2012. “Effect of Light, Nutrient, Cultivation Time and Salinity on

Lipid Production of Newly Isolated of the Green Microalga, Botryococcus braunii

KMITL 2”. Bioresource Technology, 261-265.

Ruangsomboon, S., et al. 2017. “Enhanced Growth and Hydrocarbon Production of

Botryococcus braunii KMITL 2 by Optimum Carbon Dioxide Concentration and

Concentration-Dependent Effects on its Biochemical Composition and Biodiesel

Properties”. Bioresource Technology, 14-16.

Saputro, Bintoro Rudi., et al. 2015. “The Growth of Botryococcus braunii Microalgae

as a Lipid Producer in a Mixed Medium of Coconut Water and Seawater”. Jurnal

Sains dan Matematika, 94-100.

Sharma, Kalpesh K., et al. 2012. ”High Lipid Induction in Microalgae for Biodiesel

(31)

31

Smith, R. C., et al. 1992. “Ozone Depletion: Ultraviolet Radiation and Phytoplankton

Biology in Antartic Waters”. JSTOR, 952-959.

Su, Yujie., et al. 2015. “Progress of Microalgae Biofuel’s Commercialization”.

Renewable and Sustainable Energy Reviews, 403.

Susilowati,

Rini.,

et

al.

2010.

”Produksi Biodiesel dari

Mikroalga

Botryococcus

braunii”.Squalen, 27.

Verma, Narendra M., et al. 2009. ”Prospective of Biodiesel Production Utilizing

Microalgae as the Cell Factories : A Comprehensive Discussion”.African Journal

of Biotechnology, 1403.

Widaja, Arief., et al. 2009. ”Study of Increasing Lipid Production from Fresh Water

Microalgae Chlorella vulgaris”. Journal of the Taiwan Institute of Chemical

Engineers 40, 13-20.

Zhang, Kai., et al. 1998. “Effect of Light Intensity on Colony Size of Microalga

Botryococcus braunii in Bubble Column Photobioreactors. "Journal of

Fermentation and Bioengineering (86), 573-576.

Zhila, N.O., et al. 2004. “Effect of Nitrogen Limiation on the Growth and Lipid

Composition of the Green Alga Botryococus braunii Kütz IPPAS H-252”.

Russian Journal of Plant Physiology, 311-319.

Zul, Delita., et al. 2003. ”Mutagenesis pada Kluyveromyces Marxianus T-2 Penghasil

Inulinase Ekstraselular dengan Sinar Ultra Violet”. Jurnal Natur Indonesia,26.

ix

(32)

32

BAB VIII

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Tabel Daftar Luaran

Program

: Hibah Dana Lokal ITS Pasca Sarjana Master

Nama Ketua Tim

: Prof. Dr. Ir. Arief Widjaja

Judul

: KARAKTERISTIK LIPID DARI PENGGUNAAN

NUTRIEN KOMERSIAL DALAM KULTUR

MIKROALGA Botryococcus braunii TERMUTASI

SINAR UV-C

1.Artikel Jurnal

No

Judul Artikel

Nama Jurnal

Status

Kemajuan*)

1

The effect UV-B mutation on biodiesel

from microalgae Botryococcus braunii

using esterification, transesterification

and combination of esterification

transesterification

AIP Conference

Proceedings 2217,

030021 (2020);

Published

2

Effect of Reducing Nitrogen Levels on

Growth and Lipid Productivity of

Microalgae Botryococcus braunii

Exposed by UV-C Rays

Under review untuk

selected ke Jurnal

Under review

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, published

2. Artikel Konferensi

No

Judul Artikel

Nama Konferensi (Nama

Penyelenggara, Tempat,

Tanggal)

Status

Kemajuan*)

Effect of Reducing Nitrogen

Levels on Growth and Lipid

Productivity of Microalgae

Botryococcus braunii Exposed

by UV-C Rays

2

nd

International

Conference on Engineering,

Technology and Social

Science, 31 October 2020

Presented

(33)

33

3. Paten

No Judul Usulan Paten

Status Kemajuan

1

Peningkatan Lipid Mikroalga dengan metode

Mutasi dengan sinar UV-C

Draft

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review

4. Buku

No

Judul Buku

(Rencana) Penerbit

Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: Persiapan, under review, published

5. Hasil Lain

No

Nama Output

Detail Output

Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: cantumkan status kemajuan sesuai kondisi saat ini

6. Disertasi/Tesis/Tugas Akhir/PKM yang dihasilkan

No Nama Mahasiswa

NRP

Judul

Status*)

1

Theia Prastiwi S

02211950010004

Tesis S2 berjudul:

Studi Karakteristik Lipid dari

Penggunaan Nutrien Komersial

dalam Kultur Mikroalga

Botryococcus braunii Termutasi

Sinar UV-C

In progres

(34)

AIP Conference Proceedings 2217, 030021 (2020); https://doi.org/10.1063/5.0000554 2217, 030021

© 2020 Author(s).

The effect UV-B mutation on biodiesel

from microalgae Botryococcus braunii

using esterification, transesterification

and combination of

esterification-transesterification

Cite as: AIP Conference Proceedings 2217, 030021 (2020); https://doi.org/10.1063/5.0000554

Published Online: 14 April 2020

Anggia Putri Ramadhani, Muhammad Hafizh Prashantyo, Thea Prastiwi Soedarmodjo, and Arief Widjaja

ARTICLES YOU MAY BE INTERESTED IN

Detection of forest fire used multi sensors system for peatland area in Riau Province AIP Conference Proceedings 2217, 020003 (2020); https://doi.org/10.1063/5.0000493

(35)

The Effect UV-B Mutation on Biodiesel from Microalgae

Botryococcus braunii using Esterification,

Transesterification and Combination of

Esterification-Transesterification

Anggia Putri Ramadhani

1,a)

, Muhammad Hafizh Prashantyo

1,b)

, Thea Prastiwi

Soedarmodjo

1,c)

, and Arief Widjaja

1,d)

1Chemical Engineering Department, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia

d)Corresponding author: arief_w@chem-eng.its.ac.id a)anggiapr99@gmail.com

b)muhammad.hafizhp@gmail.com c)theasoedarmodjo@gmail.com

Abstract. Biodiesel from microalgae as a third-generation fuel is promising due to its sustainability and eco-friendly

energy source. The objective of this study was comparing conversion of lipid from microalgae Botryococcus braunii mutated with UV-B using esterification, transesterification and combination of esterification-transesterification processes. In this study, Ultraviolet (UV-B) light was used to perform mutation of microalgae. It was used to damage the cell walls of microorganism. The conversion of lipid to biodiesel from UV-mutated and native microalgae using esterification method were 2.05% and 1.11%, respectively, under 1 : 10 molar ratio of algae lipid and methanol at 60oC,

1.5% w/w H2SO4, 200 rpm stirring speed for 2 h. Transesterification method did not produce biodiesel under 1 : 7 molar

ratio of algae lipid and methanol with 0.5% w/w NaOH catalyst at 60oC, 200 rpm stirring speed for 1 h. Furthermore, the

combination esterification-transesterification method resulted in 24.82% and 3.87% yield for mutated and native algae, respectively. In the first stage, esterification of the mutated and native algae decreased acid value from 24.13 to 0.567 mg KOH/g and from 23.21 to 0.486 mg KOH/g, respectively, under 1 : 8 molar ratio of algae lipid and methanol, 1.5% w/w H2SO4 catalyst, 60oC, 400 rpm stirring speed for 2 h. The next stage of transesterification was conducted at a molar ratio

of 9 : 1, 0.75% wt KOH catalyst concentration, 65oC at 600 rpm for 1 h. The results showed that combination

esterification-transesterification was the best method to convert lipid to biodiesel.

INTRODUCTION

Recently, the needs of renewable energy in Indonesia continue to increase along with the reduction in fossil fuel reserves. In 2025, the need for renewable energy is targeted to reach 23% of the total energy demand [1]. Therefore, the government prepares various options for utilizing renewable energy, one of these by utilizing biofuels. One of biofuel type that has been implemented by the government is biodiesel. However, lately the feedstocks of biodiesel are edible oil. The use of edible oil to fulfill energy demand makes some problems like the sustainability of this practice due to its competition with food. Microalgae is one of candidates that can be practically grown anywhere with enough sunshine as they do not compete with food crops for land and water. In addition, microalgae biomass productivity is several folds higher than terrestrial crops. Indonesia has been widely known as a maritime country whose two thirds of its territory is the ocean as the longest coastline in the world, it is about ± 80,791.42 Km.

B braunii is one of the largest microalgae containing lipids, about 20-75% dry weight. Microalgae lipids contain

high free fatty acids (FFA). The types of fatty acids found in B. braunii lipids are dominated by oleic and palmitic acids [2]. Through the process of esterification and transesterification of biomass, lipid microalgae can be converted

The 5th International Conference on Industrial, Mechanical, Electrical, and Chemical Engineering 2019 (ICIMECE 2019) AIP Conf. Proc. 2217, 030021-1–030021-8; https://doi.org/10.1063/5.0000554

Published by AIP Publishing. 978-0-7354-1971-1/$30.00 030021-1

(36)

into biodiesel [3]. Mutation in microorganisms is carried out to improve the nature of microorganisms. In research using UV-B mutagen, it was explained that microbes that were irradiated with UV-B light at the right dosage would produce higher activity than natural ones, because UV radiation would change in gene composition resulting in mutant genes that could cause increases certain microorganisms [4].

The use of alkaline catalyst in the transformation process to biodiesel has several disadvantages, such as the occurrence of saponification reactions, hydrolysis reactions, increased catalyst consumption, reduced effectiveness of catalysts and reduced amount of biodiesel production [5]. In addition, the separation of glycerin is very difficult due to the formation of soap which requires large amounts of alkaline water to wash the soap [6]. When an acid catalyst is used to overcome this problem, it takes longer to complete because the reaction rate is lower than the alkaline catalyst [7].

Therefore, the process of combining a two-stages was developed for biodiesel production from microalgae. Lipid from microalgae B. braunii can be esterified with acid catalyst in the first stage to convert FFA into biodiesel followed by transesterification with alkali catalyst to convert triglyceride content to biodiesel. So, that the biodiesel yield becomes maximal. This study aims to produce biodiesel from mutated microalgae B. braunii by combined esterification and transesterification.

MATERIALS AND METHODS

Materials

Microalgae strain of B. braunii was collected in Balai Budidaya Air Payau, Jepara, Central Java. The materials used in this study were aquadest, sea water from Balai Budidaya Air Payau Situbondo, East Java, phenolphthalein indicator, KOH, CH3OH, NaOH, H2SO4, CH3CH2OH, normal Walne nutrient, which has a composition per 1 Liter of solvent refers to Isnansetyo & Kurniastuty (1995): 100 mg / L NaNO3, 45 mg / L Na2EDTA; 33.6 mg / L H3BO3;

20 mg / L NaH2PO4.2H2O; 1.3 mg / L FeCl3.6H2O; 0.36 mg / L MnCl2.4H2O; 0.1 mg / L vitamin B1; 0.005 mg / L

vitamin B12, n-hexane solvent [8].

Methods of Biodiesel Microalgae B braunii

Pre-culture microalgae B braunii

Figure 1 shows the equipment design of microalgae cultivation. The first step was to gently shake the microalgae seeds contained in the bottle until homogeneous (there were no microalgae attached to the bottle walls). Then pouring 250 mL of microalgae seeds into Erlenmeyer slowly then mixing sea water with microalgae seeds to reach a concentration of 1 : 1. The purpose of the optimal temperature of microalgae growing media, where microalgae can grow optimally at a temperature of 23-30oC. This preculture microalgae was according to the method used by Widjaja et. al. (2009) [9].

FIGURE 1. Cultivation equipment design

(37)

Microalgae Mutation Process with UV-B Rays

Petridish containing microalgae B. braunii referring to Zul et.al. (2003), mutation was carried out with germicidal UV-B lamps with treatment in the darkened space, showed on Fig. 2. During radiation, the petrid lid was opened so that UV-B light transmission was not blocked [4]. Before being transferred using UV-B, microalgae were sampled to analyze the initial cell count. Furthermore, microalgae were exposed to UV-B light with the position of UV-B rays straight above the target cell with a distance of 3 cm for 3 minutes. To find out the number of cells that survived from the UV-B mutation process, the counting chamber was analyzed again.

FIGURE 2. Installing the UV-B Mutation Tool

Lipid Extraction

According to Widjaja et. al. (2009), the first step for lipid extraction was filtering microalgae. The extraction process was carried out for 6 hours until the color of the solvent becomes clear. The extracted n-hexane and lipids were separated by distillation. Distillation was carried out for approximately 2 hours using a distillation flask and Liebig condenser. The temperature of the distillation operation is maintained at 70oC [9].

Biodiesel Conversion with Esterification Method

This research was carried out in batch mode. The reactor was immersed in a thermostatic bath at 60oC. The ratio of lipid algae and methanol was 1 : 10 using a 1,8 wt% H2SO4 . Stirring intensity with magnetic stirrer was 200 rpm for 2 hours [10]. This process had two variables that were native and UV-B mutated algae. The reaction of native consisted of 0,2011 g lipid and methanol of 0,237 g or 0,29 ml with a density of methanol was 0,792 g/ml. In this reaction H2SO4 catalyst was needed as much as 0,002 ml or 0,0036 g with a density of 1,84 g/ml. While mutation variable using 0,2035 g and added methanol of 0,303 ml. In this reaction H2SO4 catalyst of 0,002 ml. The heating and stirring was stopped, and the reactor was removed from water bath. Then the reaction products were biodiesel and glycerol that transferred to a separator funnel and allowed to settle down for 2 hours. The difference in layers based on level of polarity of each compound. In this case biodiesel had non-polar characteristic while H2SO4 catalyst, methanol and H2O are polar that formed in 2 layers.

Biodiesel Conversion with Transesterification Method

This experiment was conducted in batch mode with a glass reactor. The glass reactor was immersed in a thermostatic bath at 60oC and agitated at 500 rpm using a magnetic stirrer for 2 hours. This process had 2 variables that were native and mutation UV-B. The ratio of lipid algae and methanol is 1: 7 using a 0,5 wt% NaOH [11]. This reaction of native consisted of 0,2044 g lipid and methanol of 0,0529 g or 0,068 ml with a density of methanol was 0,792 g/ml. In this reaction 0,5% NaOH catalyst was needed as much as 0,0013 g. While mutation variable using 0,1957 g and added methanol of 0,0515 g or 0,065 ml with a density of methanol was 0,792 g/ml. In this reaction 0,5% wt NaOH catalyst of 0,00124 g.

The heating and stirring was stopped, and the reactor was removed from water bath. Then the reaction products were biodiesel and glycerol that transferred to a separator funnel and allowed to settle down for 2 hours. The difference in layers based on level of polarity of each compound. In this case biodiesel had non-polar characteristic while NaOH Catalyst, methanol and H2O are polar that formed in 2 layers.

Gambar

Gambar II.1 Kurva Pertumbuhan B.braunii Pre-Kultur 6 Hari
Tabel II.3 Jumlah Sel B.braunii Alami dan Termutasi UV-B Selama 7 Hari Kultur  Hari ke  Jumlah Sel B.braunii (sel/mL)
Tabel II.4 Pertumbuhan Sel B.braunii Alami dan Termutasi UV-B Variabel Waktu  Kultur 7 Hari dan 20 Hari Dengan Penambahan Normal Nutrien dan Pengurangan
Gambar II.3 Grafik Pertumbuhan Sel B.braunii Alami dan Mutasi UV-B dengan  Variabel Normal Nutrien dan Pengurangan kadar Nitrogen Dalam Nutrien Waktu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun demikian, tidaklah selalu kita bisa menjumpai kondisi dua barisan seperti yang ada pada hipotesis Teorema 3.24, sehingga kita tidak dapat mengaplikasikan teorema

Sinyal persegi dengan 4 zero padding (atas) dan hasil transformasi Fouriernya (bawah).. Sinyal persegi dengan 12 zero padding (atas) dan hasil transformasi

Pengaruh nutrisi serta respon imun pada infeksi STH merupakan beberapa faktor yang menyebabkan gangguan perkembangan kognitif anak secara tidak langsung.. Gangguan

Data kepegawaian merupakan salah satu asset penting perusahaan salah satunya data gaji pegawai.Hampir semua perusahaan ataupun instansi pemerintah mempunyai data

Lingkungan: (1) minimalkan jumlah pintu masuk dan keluar dalm sebuah kawasan/ blok; (2) desain jalan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi keberanian atau rasa bebas para pengguna

Guru menyampaikan materi pada classroom berupa Bahan Ajar hadits riwayat Abu Daud dan at-Tirmidzi tentang hewan-hewan yang haram dimakan dan hikmah memakan

Penurunan harga (diskon spesial) pada World hanya tercatat sebesar 11% dari total penjualan per tahun, jauh lebih rendah dari rata-rata perusahaan serupa di Amerika yaitu

Narasumber dalam acara Seminar Dosen/Diskusi Dosen Fakultas Teologi UKDW yang akan diselenggarakan pada tanggal 2l Februari 2014 dengan tema &#34; Let Her Head be Covered