• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PEKERJAAN Kegiatan Pilot Project Restorasi Gambut Badan Restorasi Gambut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PEKERJAAN Kegiatan Pilot Project Restorasi Gambut Badan Restorasi Gambut"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Tim Plaksana:

Prof. Ir. Rujito Agus Suwignyo, M.Agr., Ph.D

Ir. Sabaruddin Kadir, M.Sc., Ph.D.

Tengku Zia Ulqodry, ST, M.Si., Ph.D.

Drs. Sarno, M.Si.

Agus Dwi Saputra, S.Si

“PILOT PROJECT IMPLEMENTASI UJI COBA

RESTORASI GAMBUT TERINTEGRASI DI DESA

PERIGI, KECAMATAN PANGKALAN LAMPAM,

KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, PROPINSI

SUMATERA SELATAN”

LAPORAN AKHIR PEKERJAAN

Kegiatan Pilot Project Restorasi Gambut

Badan Restorasi Gambut

(2)

ii

RINGKASAN

Ekosistem lahan gambut merupakan ekosistem yang sangat penting karena berbagai fungsinya. Keberadaan lahan gambut di Indonesia mendapat perhatian yang tinggi ketika sering terjadinya kebakaran, khususnya bila ada musim kemarau yang panjang. Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan gambut yang luas dan juga mendapat masalah ketika terjadi kebakaran, ekstrimnya terjadi pada tahun 2015. Lahan-lahan gambut yang telah tergedradasi sangat perlu dikembalikan fungsinya melalui kegiatan restorasi. Kegiatan ini berupaya untuk menjawab permasalahan tersebut dan membantu kegiatan restorasi gambut di Indonesia melalui “Implementasi Pilot Project Restorasi Gambut Terintegrasi”. Kegiatan restorasi ini dilaksanakan di Desa Perigi, Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan. Desa ini merupakan desa yang selalu mengalami kebakaran lahan pada saat terjadinya kemarau panjang. Salah satu faktor pemicunya adalah kegiatan budidaya padi sonor. Implementasi kegiatan menggunakan konsep 3R (Rewetting, Revegetation dan Revitalization). Implementasi kegiatan tersebut sudah dapat diimplementasikan sesuai dengan target yang direncanakan. Kegiatan Rewetting telah dilakukan melalui pembuatan dan perbaikan saluran hidrologi dalam lokasi pilot project. Pemetaan sudah dilakukan dan telah diperoleh peta lokasi dan zonasi tanaman yang sesuai juga dengan keiginan masyarakat. Kegiatan Revegetation telah dilakukan melalui pembersihan lahan, pembuatan guludan tanaman, penanaman tanaman sesuai dengan zonasi, dan pemeliharaan tanaman. Kegiatan Revitalization telah dilakukan melalui penyuluhan dan FGD dengan masyarakat tentang perlunya kegiatan restorasi gambut, penghentian pembakaran lahan untuk kegiatan pertanian, dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam potensi kegiatan yang dapat mendukung peningkatan pendapatan masyarakat. Rencana tindak lanjut dari kegiatan ini adalah pemeliharaan tanaman dari kegiatan restorasi, peningkatan teknologi budidaya padi, dan peningkatan kegiatan anyaman purun. Implementasi tindak lanjut ini diharapkan tetap melalui pendanaan dari Badan Restorasi Gambut, dan juga melalui rintisan kerjasama yang akan dilakukan dari lembaga-lembaga seperti CIFOR Bogor, Dinas Pertanian Kabupaten Ogan Komering Ilir, WRI, Mongabay Palembang dan dengan melibatkan masyarakat setempat melalui Gapoktan Sinar Baru.

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Kuasa, alhamdulillah kegiatan restorasi gambut terintegrasi di Desa Perigi Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun sebagai bagian dari implementasi kegatan restorasi gambut terintegrasi tersebut.

Tim pelaksana kegiatan menghaturkan banyak terima kasih kepada Pimpinan BRG yang telah memberikan kepercayaan dan pendanaan untuk kegiatan ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pimpinan Universitas Sriwijaya dan Pimpinan Fakultas Pertanian dan Fakulta MIPA Universitas Sriwijaya yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk kelancaran kegiatan ini. Kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak ada kerjasama yang baik dari masyarakat desa Perigi, khususnya Gapoktan Sinar Baru. Untuk itu disampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga. Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini, tak lupa disampaikan ucapan terimasih yang tak terhingga.

Akhirnya, semoga kegiatan yang telah dilakasanakan ini akan memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya bagi masyarakat Desa Perigi. Semoga kegiatan ini akan tetap terjaga keberlangsungannya sehingga masyarakat di sekitar kegiatan restorasi ini akan semakin menyadari pentingnya kegiatan restorasi gambut.

Palembang, 14 Desember 2017 Tim Pelaksana Kegiatan

(4)

iv

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1. Latar Belakang ... 2. Pemilihan Lokasi Kegiatan ... 3. Tujuan Kegiatan ... II. METODOLOGI ... III. III. LUARAN ... IV. IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN ... V. 1. Koordinasi Internal di Universitas Sriwijaya ... VI. 2. Koordinasi internal Tim Restorasi Gambut Terintegrasi ... VII. 3. Implementasi Kegiatan Pilot Project ... 1 1 6 8 9 10 11 11 14 15 V. KEGIATAN MONEV BRG DAN GELAR HASIL RISET AKSI ... 31

VI. RENCANA TINDAK LANJUT ... 33

(5)

v

DAFTAR TABEL

No hal

1. Sebaran hotspot dari tahun 2003 sampai 2015 di PropinsI

Sumatera Selatan ... 3 2. Luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di Propinsi

Sumatera Selatan ... 5 3. Tingkat keberhasilan tumbuh bibit tanaman setelah satu bulan tanam 26

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

No. hal

1. Peta rawan kebakaran Propinsi Sumatera Selatan ... 5

2. Peta lokasi kegiatan restorasi di Desa Perigi, Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera Selatan... 7

3. Kondisi eksisting lahan yang akan dilakukan kegiatan restorasi ... 8

4. Rapat koordinasi lengkap Tim Restorasi Gambut BRG Unsri ... 14

5. Rapat internal Tim Restorasi Gambut Terintegrasi ... 14

6. Beberapa dokumentasi saat tim berkunjung ke lokasi Pilot Project ... 16

7. Peta lokasi kegiatan pada KHG Sungai Sugihan-Sungai Saleh ... 17

8. Lokasi kegiatan restorasi gambut terintegrasi di Desa Perigi pada KHG Sungai Sugihan-Sungai Saleh ... 18

9. Peta lokasi sekat kanal dan perhitungan area dampak sekat kanal pada catchment area di lokasi kegiatan ... 19

10.Peta lokasi eksisting lahan di area kegiatan restorasi terintegrasi (kiri) dan tipe sekat kanal yang digunanakan dengan modifikasi (kanan)... 19

11.Titik lokasi pengambilan sampel air dan tanah (kiri) dan titik pantau muka air (kanan) di area kegiatan restorasi terintegrasi ... 20

12.Pemasangan pipa titik pantau muka air di area kegiatan restorasi terintegrasi dan kondisi pipa setelah dipasang ... 21

13.Bibit yang tiba di lokasi dan pemeliharaan bibit ... 23

14.Kegiatan penanaman bibit di lapang ... 24

15.Tata letak zonasi tanaman tanaman di lapang ... 24

16.Tampilan tanaman padi di lapang dan penyuluhan di lapang bersama petani padi ... 27

17.Kegiatan FGD tentang rewetting, revegetation dan budidaya padi .... 28

18.Kegiatan revitalisasi masyarakat melalui penyuluhan dan diskusi ... 29

19.Kegiatan FGD revitalisasi masyarakat melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam kegiatan anyaman purun ... 29

20.Kegiatan Monev BRG Pusat tanggal 6-8 November 2017 ... 32

21.Gelar Hasil Riset Aksi dan Sarasehan Masyarakat Peneliti Nusantara tanggal 6-8 Desember 2017 ... 32

(7)

1

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lahan gambut merupakan lahan dengan tanah jenuh air yang terbentuk dari endapan yang berasal dari penumpukan sisa-sisa material organik atau “peat” (Joosten, 2008; Schumann and Joosten, 2008) dengan ketebalan 50 cm atau lebih, dan kandungan karbon organik sekurang-kurangnya 12 %. Luas lahan gambut di Indonesia sekitar 14,91 juta ha, yang tersebar di Sumatera 6,44 juta ha (43 %), Kalimantan 4,78 juta ha (32 %), dan Papua 3,69 juta ha (25 %) (Osaki et al., 2016). Lahan gambut Indonesia diperkirakan mencakup separuh dari seluruh wilayah lahan gambut di seluruh daerah tropis dan setara dengan 84 % lahan gambut di asia Tenggara (Page et al., 2011; Dommain et al., 2014). Ekosistem yang berada pada sekitar lahan gambut pada umumnya merupakan daerah yang terdapat diantara 2 sungai besar sehingga luapan air sungai dapat menggenangi daerah tersebut dalam periode waktu yang lama. Keberadaan ekosistem ini menyebabkan lahan gambut dipetakan berdasarkan pada Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG).

Cuaca merupakan faktor kunci utama penentu distribusi, pembentukan dan kapasitas penyimpanan lahan gambut, yang selanjutnya mempengaruhi kondisi air, produktivitas tumbuhan dan laju penguraian bahan organik (Parish et al., 2008). Lahan gambut menimbulkan permasalahan yang sulit terkendali ketika terjadi cuaca sangat ekstrim akibat adanya el-Nino seperti pada tahun 1997 dan 2015. Cuaca ekstrim tersebut menyebabkan terjadinya kemarau panjang yang memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut. Hal ini yang kemudian menimbulkan permasalahan emisi GRK lahan gambut. Upaya mengatasi permasalahan ini harus dilakukan dengan kegiatan yang terintegrasi dan berkelanjutan dengan mematangkan kegiatan yang bersumber pada konsep KHG. Upaya mengatasi permasalahan ini harus dilakukan dengan kegiatan yang

(8)

2

terintegrasi dan berkelanjutan dengan mematangkan kegiatan yang bersumber pada konsep KHG. Badan Restorasi Gambut (BRG) kemudian menginisiasi kegiatan yang berbasis 3R (Rewetting, Revegetation, dan

Revitalitation) dalam mengimplementasikan program restorasi dan

mengatasi kebakaran di lahan gambut.

Peristiwa kebakaran di lahan gambut yang selalu terjadi pada saat kondisi cuaca musim kemarau yang ekstrim menyebabkan perlunya penanganan ekosistem lahan gambut yang terintegrasi dan berkelanjutan. Permasalahan ini selalu terulang dan menjadi permasalahan yang sangat serius di Propinsi Sumatera Selatan (Suwignyo et al., 2017b). Desa Perigi, Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan merupakan salah satu lokasi di Propinsi Sumatera Selatan yang ditengarai sebagai sumber titik api pada saat terjadi kebakaran lahan gambut.

Data selama 13 tahun (2003 sampai 2015) pada Tabel 1 menunjukkan telah terjadi kebakaran setiap tahun di Propinsi Sumatera Selatan. Peristiwa kebakaran hutan dan lahan secara masif juga telah terjadi pada tahun 2015. Selanjutnya, dengan mengkaji sebaran jumlah hotspot dapat diketahui lokasi-lokasi yang menjadi sumber kebakaran lahan rawa gambut di Propinsi Sumatera Selatan. Dari data sebaran hotspot selama periode 2003–2015, telah teridentifikasi tingkat kerawanan kebakaran lahan di Propinsi Sumatera Selatan seperti terlihat pada peta rawan kebakaran Sumsel (Gambar 1) dan luas daerah rawan kebakaran Sumsel (Tabel 2)

(9)

3

Tabel 1. Sebaran hotspot dari tahun 2003 sampai 2015 di Propinsi Sumatera Selatan

Sumber: Satelit Terra Aqua MODIS NASA. * = Data sampai Nopember 2015

No Kab/Kota 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 1 Banyuasin 267 722 140 1.624 227 126 372 40 646 799 57 436 1.404 2 Lahat 104 206 179 478 328 150 216 56 184 208 104 127 230 3 Lubuk Linggau 17 14 6 17 27 10 22 10 4 0 18 7 18 4 Muara Enim 330 289 298 1.196 569 432 534 150 932 936 252 494 809 5 Musi Banyuasin 483 1.078 275 1.731 476 326 648 139 1.166 1.320 339 617 4.669 6 Musi Rawas 380 452 312 1.614 561 423 803 136 581 1.105 413 317 647 7 OKU 107 186 148 526 208 115 187 26 214 278 81 215 356 8 OKUS 99 240 94 316 243 62 193 33 243 245 64 183 289 9 OKUT 59 135 48 425 120 39 126 19 115 154 21 57 254 10 Ogan Ilir 87 178 105 435 204 102 215 54 267 267 74 153 197 11 OKI 387 2.100 185 8.362 523 377 2.827 103 2.452 2.761 238 4.229 13.256 12 Pagar Alam 1 0 2 6 1 3 4 3 6 0 1 12 5 13 Palembang 3 6 2 17 5 5 8 4 11 4 0 6 11 14 Prabumulih 10 13 28 16 30 28 46 25 21 0 25 25 20 15 Empat Lawang - - - 79 112 16 PALI - - - 115 192 17 Muratara - - - 162 553 TOTAL 2.334 5.619 1.822 16.763 3.522 2.198 6.201 798 6.842 8.077 1.662 7.234 23.022

(10)

4

Jika ditelusuri secara cermat dan mendalam, maka dapat diketahui bahwa akar persoalan kebakaran lahan gambut adalah berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Eksploitasi lingkungan dengan tidak memikirkan daya dukung yang dimiliki menyebabkan terabaikannya keberlanjutan lingkungan. Fenomena ini seharusnya lebih menyadarkan kita untuk mengoreksi pola pikir dan tindakan sosio-ekologis selama ini dengan tetap memperhatikan masa depan sosio-ekologis lahan gambut melalui tindakan di tingkat afektif, kognitif, psikomotorik maupun tindakan yang bersifat teoritis dan praktis. Langkah ini penting karena persoalan-persoalan lingkungan yang muncul merupakan produk interaksi antara manusia dengan alam/lingkungan. Karena kebakaran lahan gambut berkaitan dengan banyak dimensi (ekonomi, politik, sindikat kejahatan, birokrat, pengusaha, masyarakat, dan aparat keamanan), maka penting untuk merumuskan strategi yang bersifat komprehensif demi menyelamatkan masa depan lingkungan. Untuk itu, perlu dilakukan kaji tindak yang mendalam untuk menjawab dan mencari tindakan konkrit dalam pencegahan kebakaran lahan gambut di Provinsi Sumatera Selatan.

Pemerintah menargetkan 2,4 juta ha lahan gambut yang perlu direstorasi dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2016 sampai tahun 2020. Upaya restorasi lahan gambut ini melalui pendekatan 3R yaitu rewetting atau pembasahan kembali lahan gambut, revegetasi atau penanaman kembali areal yang terbakar, dan revitalisasi mata pencaharian masyarakat. Hasil modifikasi muka air tanah gambut menunjukkan bahwa muka air tanah kritis berada pada kedalaman -10 sampai -20 cm jika ditinjau dari sisi emisi CO2 (Lastuti et al., 2016). Menurut Joosten et al. (2012), kegiatan rewetting

dan restorasi yang didukung oleh pemberdayaan masyarakat sangat penting dalam keberhasilan dan keberlanjutan rehabilitasi lahan basah di daerah tropis. Selain itu, diperlukan juga berbagai strategi dalam pemilihan dan pengelolaan vegetasi dalam kegiatan restorasi dan pencegahan kebakaran ekosistem gambut (Suwignyo et al., 2017a).

(11)

5

Gambar 1. Peta rawan kebakaran Propinsi Sumatera Selatan

Tabel 2. Luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di Propinsi Sumatera Selatan

No Kabupaten Tidak

Rawan Rendah Sedang Rawan

Sangat Rawan Luasan Per Kabupaten 1 Banyuasin 295 311.212 372.484 417.964 74.174 1.176.128 2 Empat Lawang 167.473 55.330 1.379 1.915 226.097 3 Lahat 178.412 160.327 36.238 39.328 414.304 4 Lubuklinggau 3.442 30.353 914 34.710 5 Muara Enim 107.180 360.778 118.183 82.219 24.795 693.154 6 Musi Banyuasin 766.054 344.604 265.516 40.344 1.416.517 7 Musi Rawas 72.229 351.291 144.550 57.584 54 625.710

8 Musi Rawas Utara 181.405 323.316 45.966 32.424 3.591 586.703

9 Ogan Ilir 71.273 84.061 68.954 224.289

10 Ogan Komering Ilir 319.234 249.918 642.915 475.281 1.687.348

11 Ogan Komering Ulu 83.134 168.461 80.238 32.635 364.468

12 Ogan Komering Ulu

Selatan 159.853 154.826 100.311 1.081 416.070

13 Ogan Komering Ulu

Timur 161.204 57.885 113.518 332.607 14 Pagar Alam 60.832 2.496 63.328 15 Palembang 19.238 15.045 740 35.022 16 Penukal Abab Lematang Ilir 111.022 26.586 24.656 19.413 181.677 17 Prabumulih 38.589 4.089 2.888 45.566

Luasan Per Tingkat Rawan

1.014.256 3.405.005 1.682.449 1.784.338 637.652 8.524.176 Sumber: BNPB Sumsel (2016)

(12)

6

Strategi pendekatan 3R tersebut penerapannya tergantung dari target kawasan yang akan direstorasi. Dari target tersebut ada sekitar 400 ribu ha areal yang direstorasi di kawasan APL yang melibatkan masyarakat. Kawasan ini merupakan areal yang secara umum sudah dibuka dan dikelola serta menjadi sumber mata pencaharian masyarakat. Untuk kawasan ini maka pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan sistem paludikultur dan agroforestry multi tanaman.

2. Pemilihan lokasi kegiatan

Berdasarkan data dalam Tabel 2 di atas jelas terlihat bahwa Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) merupakan kabupaten dengan luas lahan yang rentan terhadap kebakaran (Rendah sampai Sangat Rawan) terluas, yaitu mencapai 1.687.348 ha. Lahan yang rentan tersebut menyebar di 212 desa dan 16 kecamatan, yaitu Air Sugihan, Cengal, Jejawi, Kayu Agung, Lempuing, Mesuji, Mesuji Makmur, Mesuji Raya, Pampangan, Pangkalan Lampam, Pedamaran, Pedamaran Timur, Sirah Pulau Padang, Sungai Menang, Tanjung Lubuk, dan Tulung Selapan. Oleh karena itu, kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten OKI, khususnya di Desa Perigi, Kecamatan Pangkalan Lampam (Gambar 2). Pemilihan lokasi ini didasarkan kepada:

1. Lokasi terdapat pada areal dengan multi fungsi kawasan: a. Kawasan konservasi: HSM Padang Sugihan,

b. Kawasan hutan produksi (Areal Tanaman Kehidupan) perusahaan HTI, c. Areal Penggunaan Lain (APL): Masyarakat lokal.

2. Berada pada Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Sugihan–Sungai Saleh, Kabupaten Ogan Komering Ilir,

3. Dekat dengan lokasi titik pantau Sesame yang terdapat di desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam.

4. Dalam upaya mencegah kebakaran lahan akibat adanya budidaya padi sonor, di desa Perigi sudah dibangun pencetakan sawah baru seluas 562,7

(13)

7

ha (Gambar 3). Sawah ini sudah dicoba untuk budidaya padi pada tahun 2016 lalu tetapi pertumbuhan tanaman tidak baik dan tidak dapat menghasilkan.

5. Desa Perigi termasuk dalam kategori desa yang sangat rawan kebakaran. Dalam pertemuan pada tanggal 6 Mei 2017 dengan kelompok Masyarakat Perigi Bersatu yang dipimpin oleh Sdr. Edi Saputra, masyarakat berkomitmen untuk tidak melakukan pembakaran lahan lagi. Biasanya bila terjadi kemarau panjang, desa ini melakukan budidaya padi sonor seluas lebih dari 1.000 ha.

6. Lokasi relatif mudah dijangkau melalui jalan darat:

a. Palembang ke Desa Perigi sekitar 2,5 jam, tetapi pada saat musim penghujan sebaiknya menggunakan mobil double gardan.

b. Desa Perigi ke lokasi kegiatan restorasi: jalan kaki sekitar 10 menit dan juga menggunakan perahu (perahu ketek) 30 menit.

Gambar 2. Peta lokasi kegiatan restorasi di Desa Perigi, Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera Selatan

Lokasi Kegiatan: Desa Perigi, Kecamatan Pangkalan Lampam, OKI Sumsel

(14)

8

Gambar 3. Kondisi eksisting lahan yang akan dilakukan kegiatan restorasi dan kanal yang dibuat masyarakat (A: lahan sonor yang telah dicetak sawah, 562,7 ha; B: lahan sonor yang belum dicetak sawah, 302,3 ha; C: lokasi restorasi gambut terintegrasi; D: lokasi HSM Padang Sugihan)

3. Tujuan kegiatan

a. Tujuan Umum:

i. Memanfaatkan hasil riset dan inovasi untuk dapat dirangkai menjadi

pilot project restorasi gambut yang terintegrasi.

ii. Pembangunan pilot project yang bersinergi dengan beberapa pihak untuk mendukung pelaksanaan restorasi gambut oleh BRG.

b. Tujuan Khusus:

i. Melaksanakan kegiatan dengan melibatkan kelompok masyarakat Desa Perigi Kecamatan Pangkalan Lampam OKI Sumsel sebagai pengelola ekosistem lahan gambut.

ii. Meimplementasikan kegiatan dengan pendekatan 3R yang dilaksanakan dalam satu hamparan.

iii. Melakukan kegiatan dan bangunan restorasi terintegrasi dalam satu hamparan.

iv. Meningkatkan dinamika pendapatan masyarakat Desa Perigi dengan mengoptimalkan produksi berbagai komoditi setempat.

A

B

C

D: HSM Padang Sugihan

Saluran kanal yang dibuat masyarakat 17 km

(15)

9

II. METODOLOGI

Implementasi kegiatan restorasi gambut terintegrasi di Desa Perigi Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir dilaksanakan berbasis 3R (Rewetting, Revegetation, dan Revitalitation).

1. Rewetting: restorasi hidrologi yang dilaksanakan dengan memperbaiki tata

air ekosistem gambut yang ada di lokasi. Proses rewetting melalui perbaikan kanal dan canal blocking berperan penting dalam mencegah pengeringan gambut dan pengurangan nutrien karbon (Jaenicke et al., 2010; Shiodera et

al., 2016). Kegiatan ini dilakukan melalui beberapa tahap:

a. Pembuatan peta lokasi kegiatan restorasi:

i. Peta kondisi eksisting: Peta kondisi eksisting merupakan peta dasar dari kondisi yang ada sebelum kegiatan restorasi dilakukan. Karakterisasi dan identifikasi dilakukan pada masing-masing area sesuai peruntukan lahan.

ii. Peta kondisi yang direncanakan: Pembuatan peta rancangan kegiatan restorasi, khususnya untuk menggambarkan peta lapang yang berisi informasi tentang rencana pengaturan air, petak tanaman, dan kompisisi jenis tanaman.

b. Implementasi rewetting melalui perbaikan hidrologi dan tata air mikro: i. Penyekatan eksisting kanal.

ii. Pembuatan saluran baru dalam petakan lahan untuk pengaturan drainase.

iii. Perbaikan tata air mikro dalam petakan-petakan.

2. Revegetation: restorasi berperan penting untuk mitigasi hilangnya

biodiversitas gambut dan musnahnya fungsi gambut (Simila et al., 2014). Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengembalikan vegetasi di lokasi restorasi adalah:

(16)

10

a. Menyusun beberapa alternatif pola vegetasi untuk kegiatan restorasi gambut secara terintegrasi.

b. Menentukan pola restorasi terintegrasi terpilih dengan diskusi secara bersama-sama dengan masyarakat.

c. Melaksanakan penanaman sesuai pola yang terpilih.

d. Melakukan pendampingan implementasi budidaya Sonor++ pada lahan

sawah baru.

3. Revitalization: Restorasi manusia dengan mengembalikan fungsi masyarakat

dalam mengelola gambut melalui keterlibatan masyarakat desa Perigi secara aktif dalam kegiatan restorasi. Kegiatan ini dilakukan juga dengan melaksanakan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat. a. Dampak kebakaran lahan, implementasi pola budidaya sonor++,

alternatif kegiatan yang dapat dilakukan tanpa pembakaran lahan. b. Pendekatan dan diskusi dengan kelompok masyarakat tentang potensi

kegiatan yang dapat mendukung peningkatan ekonomi/pendapatan masyarakat.

c. Peningkatan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan potensi ekonomi yang telah ada.

III. LUARAN

1. Mendapatkan plot Pilot Project yang dapat direplikasi untuk penyempurnaan implementasi restorasi gambut oleh BRG.

2. Menjadi show window IPTEK pengelolaan lahan gambut yang bisa digunakan untuk diseminasi.

3. Menjadi model/prototipe kegiatan restorasi yang terintegrasi.

4. Mendapatkan data beberapa parameter yang diterapkan pada Pilot Project. 5. Memahami faktor-faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

(17)

11

IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Koordinasi Internal di Universitas Sriwijaya

Universitas Sriwijaya mendapatan mandat dari Badan Restorasi Gambut untuk melaksanakan 7 kegiatan, yaitu:

a. Kegiatan Penelitian, yang terdiri dari:

i. Penelitian Eksplorasi Daerah Baseline sebagai Referensi; ii. Penelitian Komoditi Lokal Potensial di Lahan Gambut; dan

iii. Penelitian Analisis mata pencaharian masyarakat di lahan gambut. b. Kegiatan Pembangunan Pilot Project, yang terdiri dari:

i. Pilot project implementasi perluasan dan evaluasi sekat kanal;

ii. Pilot project implementasi paludikultur dan agroforestry;

iii. Pilot project uji coba restorasi gambut terintegrasi; dan

iv. Pilot project pengembangan ekonomi masyarakat melalui

budidaya perikanan rawa.

Untuk hal tersebut, pada tanggal 1 Mei 2017 telah dilakukan kegiatan koordinasi secara internal di lingkungan Universitas Sriwijaya untuk mendapatkan kesepakatan internal tentang tim pelaksana kegiatan melalui pemilihan tim untuk masing-masing kegiatan. Kegiatan ini dilakukan untuk (1) rapat koordinasi persiapan penyusunan proposal, (2) informasi tentang kegiatan dari BRG, dan (3) pembagian kelompok Riset dan Pilot Project (3 Riset dan 4 Pilot Project). Kegiatan ini kemudian menghasilkan 7 proposal yang telah disubmit ke BRG pada tanggal 18 Mei 2017. Keseluruhan tim kemudian mengikuti kegiatan presentasi proposal kegiatan yang dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 19-20 Mei 2017. Tindak lanjut dari presentasi proposal ini adalah perbaikan proposal sesuai dengan masukan dan komentar dari Reviewer. Proposal yang telah diperbaiki, kemudian disampaikan ke BRG sebelum penandatanganan kontrak tanggal 2 Juni 2017.

(18)

12

Berdasarkan kontrak yang ditandatangani tersebut, Rektor Universitas Sriwijaya memberikan komitmen dengan mengeluarkan Surat Keputusan Tim Pelaksana Kegiatan Restorasi Gambut Universitas Sriwijaya No. 0471/UN9/KP/2017 tanggal 2 Juni 2017. Surat Keputusan Rektor tersebut menyebutkan personalia kegiatan adalah sebagai berikut:

Tim Pengarah:

1. Rektor: Prof. Dr. Anis Saggaff 2. WR 1: Prof. Dr. Zainuddin Nawawi, 3. WR 2: Mukhtaruddin, SE, Ak., M.Si., 4. WR 4: Dr. A. Muslim,

Narasumber:

1. (Alm. Prof. Dr. Ir. Robiyanto H.S., M.Agr.Sc.) 2. Dr. Ir. Najib Asmani, M.Si.

Penanggung Jawab:

1. Dekan FP: Prof. Dr. Andy Mulyana, 2. Dekan FMIPA: Prof. Iskhaq Iskandar, PhD.

Koordinator Kegiatan:

Direktur CoE Place: Prof. Ir. Rujito Agus Suwignyo, M.Agr., Ph.D

Sekretaris:

Irmawati, Ph.D.

Bendahara:

Dr. Yulia Saftiana, SE., Ak., M.Si. Frisiska Oktarini, S.E.

Fitriyani

Sekretariat:

Lianawati, SP.,

Sandra Nurma Jashinta, SE.

A.1. Riset Eksplorasi Daerah Baseline sebagai Referensi

Ketua: Dr. M. Yusup,

Anggota: Dr. Indra Yustian, Dr. Edward Saleh, Dr. Risfidian Mohadi, Dr. Ari Siswanto, Sutopo, M.Si., M. Fuad, M.Kom.

(19)

13

A.2. Riset Komoditi Lokal Potensial di Lahan Gambut

Ketua Dr. M. Umar Harun,

Anggota: Prof. Dr. Imron Zahari, Dr. Salni, Dr. Yakup Parto, Dr. Dwi P. Priadi, Dr. Chandra Irsan, Dr. Laila Hanum, Doni Setiawan, M.Si., Yulisman, M.Si.

A.3. Riset Analisis mata pencaharian masyarakat di lahan gambut

Ketua: Dr. M. Yazid,

Anggota: Dr. Riswani, Dr. Dessy Adriani, Yulius, M.M., Dr. Firdaus Sulaiman, Fitra Yosi, M.Sc., Dr. Indah Widiastuti, Dr. Fitri Maya Puspita)

B.1. Pilot project implementasi perluasan dan evaluasi sekat kanal

Ketua Dr. Ngudiantoro,

Anggota: Dr. Bakri, Dr. Momon S. Imanuddin, Dr. Satria Jaya Priatna, M. Baitullah, M.Eng., Wijaya Mardiansyah, M.Si.

B.2. Pilot project implementasi paludikultur dan agroforestry

Ketua Dr. Erizal Sodikin,

Anggota: Dr. Arum Setiawan, Dr. Munandar, Dr. M. Bambang Prayitno, Dr. Suwandi

B.3. Pilot project uji coba restorasi gambut terintegrasi

Ketua Prof. Dr. Rujito,

Anggota: Dr. Sabarudin, Dr. T. Zia Ulqodri, Agus Dwi Saputra, S.Si., Dr. Sarno.

B.4. Pilot project pengembangan ekonomi masyarakat melalui budidaya perikanan rawa di OKI

Ketua Dr. Moh. Rasyid Ridho,

Anggota: Dr. M. Amin, Dr. Dade Jubaidah, Yulisman,M.Si., Yulian Junaidi, M.Si.

Menindaklanjuti SK Rektor tersebut, tim pelaksana telah melakukan beberapa kali rapat koordinasi dalam rangka memantapkan program dan melakukan koordinasi. Dokumentasi kegiatan-kegiatan koordinasi internal dalam Universitas Sriwijaya dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.

(20)

14

Gambar 4. Rapat koordinasi lengkap Tim Restorasi Gambut BRG Universitas Sriwijaya

2. Koordinasi Internal Tim B.3. Pilot project uji coba restorasi gambut terintegrasi

Secara internal tim pelaksana kegiatan uji coba restorasi gambut terintegrasi telah mengadakan rapat internal tim. Rapat internal ini antara lain membahas standar upah/biaya petugas di lapangan, pengaturan kunjungan ke lokasi, koordinasi pembelian bibit, persiapan penanaman, penyulaman bibit, persiapan pembuatan kanal, persiapan penyuluhan dan FGD, pembuatan laporan kegiatan dan lain-lain.

(21)

15

3. Implementasi Kegiatan Pilot Project 3.1. Kunjungan ke Lokasi Pilot Project

Tim pelaksana kegiatan Pilot project Restorasi Gambut terintegrasi telah melakukan kunjungan ke lapang dalam rangka berkoordinasi dengan masyarakat yang terlibat dalam implementasi kegiatan ini. Masyarakat desa Perigi Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir yang terlibat dalam kegiatan ini berada dalam kelompok Masyarakat Perigi Bersatu yang berada dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sinar Baru dibawah pimpinan Sdr. Edi Rusman. Beberapa kunjungan kegiatan di lokasi restorasi yang telah dilakukan adalah tanggal 1-2 Juli 2017 untuk sosialisasi kegiatan dengan masyarakat Desa Perigi, 3-5 Agustus 2017 untuk survei lokasi untuk menentukan lokasi Pilot Project, 5-7 Oktober 2017 untuk survei lokasi pemetaan kondisi eksisting lokasi Pilot Project, 25-27 Oktober 2017 untuk pengukuran terestrial lokasi pilot project untuk pembuatan zonasi penanaman, tanggal 6 November 2017 kunjungan Monev dari Tim BRG Pusat, tanggal 8-10 November 2017 dalam rangka pemeriksaan bibit tanaman yang tiba di lokasi dari Jambi, tanggal 16-18 November 2017 FGD I dan kegiatan penyulaman bibit, tanggal 13-15 Desember 2017 FGD II, penyuluhan, dan penyulaman tanaman.

(22)

16

Gambar 6. Beberapa dokumentasi saat tim berkunjung ke lokasi Pilot Project

3.2. Kegiatan Rewetting

Sesuai dengan rencana yang telah disusun, kegiatan rewetting dalam pelaksaan pilot project restorasi gambut terintegrasi ini terdiri dari pembuatan peta lokasi kegiatan restorasi berupa pembuatan peta kondisi eksisting dan peta kondisi yang akan dilaksanakan, dan implementasi rewetting melalui perbaikan hidrologi dan tata air mikro. Lokasi kegiatan terdapat di KHG Sungai Sugihan-Sungai Saleh Kabupaten Ogan Komering Ilir. Peta lokasi KHG dapat dilihat pada Gambar 7. KHG ini merupakan salah satu KHG yang ada di Sumatera Selatan dan merupakan salah satu KHG yang cukup luas. Pada tahun 2015 ketika terjadi

(23)

17

kebakaran lahan gambut, KHG ini memberikan kontribusi yang cukup besar, dan Desa Perigi merupakan salah satu lokasi yang kejadiann kebakarannya cukup luas. Potensi kebakaran ini terjadi karena adanya kebakaran lahan akibat adanya berbagai aktivitas pembukaan lahan, baik karena pembukaan lahan oleh perusahaan kelapa sawit, perusahaan HTI ataupun karena kebakaran yang terjadi karena adanya budidaya padi sonor.

Gambar 7. Peta lokasi kegiatan pada KHG Sungai Sugihan-Sungai Saleh

Lokasi kegiatan restorasi gambut terintegrasi dapat dilihat pada Gambar 8. Lokasi kegiatan ini terdapat di Desa Perigi, Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan berada tepat di KHG Sungai Sugihan-Sungai Saleh. Kegiatan restorasi ini hanya merupakan demplot yang kecil dibandingkan

(24)

18

dengan KHG yang sangat luas. Tetapi melalui implementasi restorasi yang sepenuhnya melibatkan masyarakat, diharapkan akan ada dampak positif yang berkelanjutan. Melalui kegiatan ini, masyarakat cukup antusias melaksanakan kegiatan dan pemberdayaan masyarakat cukup memberikan hasil yang baik.

Gambar 8. Lokasi kegiatan restorasi gambut terintegrasi di Desa Perigi pada KHG Sungai Sugihan-Sungai Saleh

Gambar 9 menunjukkan peta lokasi sekat kanal di lokasi kegiatan restorasi terintegrasi. Melalui pembuatan sekat kanal ini, diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan muka air pada area terdampak seluas 3.728 Ha. Areal ini merupakan bagian dari catchment area Sungai Sugihan seluas 10.069 Ha. Pembuatan sekat kanal ini diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan muka air, khususnya pada musim kemarau.

(25)

19

Gambar 9. Peta lokasi sekat kanal dan perhitungan area dampak sekat kanal pada catchment area di lokasi kegiatan dan KHG Sungai Sugihan-Sungai Saleh

Gambar 10. Peta lokasi eksisting lahan di area kegiatan restorasi terintegrasi (kiri) dan tipe sekat kanal yang digunanakan dengan modifikasi (kanan)

(26)

20

Dalam rangka melakukan kegiatan restorasi terintegrasi, tim pelaksana telah melakukan pemetaan lokasi secara lebih detil seperti terlihat pada Gambar 10. Pada lokasi kegiatan terpilih, terdapat kanal utama dengan lebar 4 meter dalam 3 meter. Pada sisi selatan terdapat sub kanal buatan dengan lebar 2 meter dalam 2 meter. Pada sisi utara terdapat kanal alami dengan lebar 2 meter dalam 2 meter. Untuk memperlancar aliran air dalam kegiatan ini, telah dibuat sodetan aliran air yang menembus sub kanal sisi utara dan selatan. Di bagian tengah areal, telah dibuat juga saluran air untuk mempermudah penyerapan air pada saat musim kemarau. Sodetan aliran air ini dibuat dengan lebar 1 meter dan dalam 1 meter. Pada sisi utara dan selatan, dibangun 2 buah sekat kanal. Sekat kanal yang dibuat merupakan sekat kanal dua lapis dengan sistem peluap yang dimodifikasi. Sistem peluap dibuat secara sederhana dengan mempertimbangkan bahwa subkanal ini masih dapat digunakan oleh masyarakat untuk keluar masuk saluran menggunakan perahu kecil.

Gambar 11. Titik lokasi pengambilan sampel air dan tanah (kiri) dan titik pantau muka air (kanan) di area kegiatan restorasi terintegrasi

(27)

21

Untuk menunjang kegiatan restorasi, telah dilakukan kegiatan pengamatan kualitas air dan tanah. Titik lokasi pengamatan kualitas air dan tanah dapat dilihat apada Gambar 11. Data-data tersebut sedang dianalisis pada Laboratorium Tanah dan Air, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Melalui data yang diperoleh diharapkan akan diperoleh gambaran kualitas lokasi yang akan menunjang program pengembangan dan pemeliharaan kegiatan restorasi ini. Pada Gambar 11 (kanan) dapat dilihat titik pantau muka air. Dalam lokasi kegiatan restorasi ini, ditempatkan 6 titik muka air yang mewakili keseluruhan areal restorasi. Titik pantau muka air dibuat dari pipa paralon berukuran 4 inchi dan dibenamkan ke dalam tanah sedalam 1,5 meter. Pada bagian dalam pipa yang terbenam dalam tanah, pipa dilubangi dan pada bagian tengah pipa diletakkan alat pantau yang dapat diamati setiap waktu pengamatan. Pemasangan pipa titik pantau muka air dan kondisi titik pantau dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah ini.

Gambar 12. Pemasangan pipa titik pantau muka air di area kegiatan restorasi terintegrasi dan kondisi pipa setelah dipasang

(28)

22

3.3. Kegiatan Revegetation

Implementasi kegiatan revegetasi dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti: penyusunan pola vegetasi, penentuan pola vegetasi terpilih dengan diskusi secara bersama-sama dengan masyarakat, penanaman sesuai pola yang terpilih, pemeliharaan tanaman, dan pendampingan implementasi budidaya padi sawah Sonor++. Dalam pemilihan tanaman, telah diupayakan untuk mencari bibit

tanaman dari Bangka dan Jambi. Jenis-jenis tanaman yang tersedia dan telah diperoleh adalah: Sagu dari Bangka; Jelutung, Meranti Merah, Meranti Kijang, dan Pulai dari Jambi; dan bibit Gelam dari Perigi. Bibit tanaman tersebut pada saat tiba di lokasi dan penanaman bibit dapat dilihat pada Gambar 13 dan Gambar 14. Sementara menunggu bibit-bibit tersebut ditanam, bibit dipelihara di sekitar lokasi penanaman.

Sebelum kegiatan penanaman, lahan dibersihkan dari rumput dan tunggul sisa tanaman yang ada di lapang. Selanjutnya dilakukan penancapan ajir bambu sebagai penanda tempat tanaman. Jarak tanam untuk untuk jenis Sagu, Jelutung, Meranti, dan Pulai adalah 8x4 m, sedangkan tanaman Gelam adalah 2x2 m. Pada titik ajir bambu, dilakukan pembuatan guludan yang berukuran tinggi, panjang dan lebarnya masing-masing 60 cm. Pembuatan guludan ini bertujuan untuk menempatkan tanaman agar dapat terhindar dari cekaman tergenang air pada saat air meninggi.

Seperti terlihat pada Gambar 15, tata letak zonasi tanaman terdiri dari tanaman Sagu dan Meranti Merah 1,6 Ha, tanaman Pulai 2 Ha, tanaman Gelam 1 Ha, tanaman Jelutung 2,5 Ha, dan tanaman Meranti Kijang 1 Ha. Diantara tanaman pohon yang ditanam tersebut, petani pemilik lahan juga melakukan penebaran benih padi. Pada ujung barat laut, juga terdapat lokasi tanaman padi seluas 4 Ha. Kombinasi tanaman tersebut seperti yang semula direncanakan, dengan mempertimbangkan kombinasi jenis tanaman merupakan kombinasi dari berbagai kegunaan dan fungsi tanaman, yaitu tanaman Sagu sebagai tanaman penghasil pangan dan bioenergi, tanaman Gelam sebagai tanaman penghasil serat, tanaman Jelutung sebagai tanaman penghasil getah/lateks, serta tanaman

(29)

23

Pulai dan Meranti sebagai tanaman penghasil kayu bernilai konservasi. Apabila jenis-jenis tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka diharapkan akan menjadi salah satu contoh bagi masyarakat dalam mengembangkan jenis tanaman melalui pola restorasi yang cocok di sekitar lokasi.

Gambar 13. Bibit yang tiba di lokasi dan pemeliharaan bibit sementara belum ditanam

(30)

24

Gambar 14. Kegiatan penanaman bibit di lapang

Gambar 15. Tata letak zonasi tanaman tanaman di lapang

Data hasil pengamatan tingkat hidup tanaman setelah satu bulan ditanam dapat dilihat pada Tabel 3. Terdapat gradasi tingkat hidup tanaman, yang tertinggi adalah tanaman Gelam (100 %) dan yang terendah adalah Sagu (56,4 %). Dari hasil pengamatan tanaman, diperoleh gambaran sebagai berikut:

(31)

25

• Bibit tanaman Sagu yang ditemukan mati dalam kondisi busuk pada bagian akar sehingga tidak memungkinkan untuk tumbuh tunas baru, tetapi banyak juga yang ditemukan dengan kondisi kering pada bagian atas atau pucuk. Salah satu penyebab kematian tanaman adalah pengadaan bibit yang kurang baik, khususnya karena pemotongan bagian pucuk yang terlalu banyak sehingga tidak ada bagian daun yang tersisa, dan juga pemotongan bagian akar yang tidak menyisakan akar pada abagian bonggol tanaman.

• Bibit tanaman Pulai yang ditemukan mati dalam kondisi kering seluruh bagian organ tanaman, dan ada juga bibit yang kering pada bagian atas namun pada bagian bawahnya masih terdapat tunas baru, lalu di kategorikan ke dalam bibit tanaman yang masih hidup.

• Bibit tanaman Jelutung secara keseluruhan masih hidup, tumbuh, dan berkembang dengan baik. Namun, di temukan beberapa bibit yang mati karena kering dan ada juga yang busuk.

• Bibit tanaman Meranti Merah cukup banyak di temukan dalam kondisi kering dengan teknik penanaman yang salah, seperti wadah polybag yang ikut tertanam secara utuh dan tingkat kedalaman menanam yang tidak semestinya.

• Bibit tanaman Meranti Kijang sama halnya dengan kondisi Meranti Merah. Begitu banyak penanaman yang salah sehingga menyebabkan bibit banyak yang mati.

• Bibit tanaman Gelam dapat tumbuh dengan baik. Bibit gelam dapat berhasil khususnya karena bibit yang digunakan merupakan bibit yang berasal dari sekitar lokasi dan dari bibit anakan cabutan.

Tanaman yang mati telah disulam dengan bibit yang baru. Penanaman bibit baru diharapkan dapat membantu pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik pada areal pertanaman restorasi ini.

(32)

26

Tabel 3. Tingkat keberhasilan tumbuh bibit tanaman setelah satu bulan tanam No Jenis Tanaman Jumlah Bibit Ditanam % hidup

1 Sagu 315 56,4 2 Pulai 492 88,8 3 Jelutung 799 90,3 4 Meranti Merah 284 89,7 5 Meranti Kijang 362 79,2 6 Gelam 500 100

Kegiatan restorasi gambut terintegrasi ini juga mempunyai maksud untuk membantu petani dalam melaksanakan kegiatan penanaman padi di lahan sawah baru seluas 562,7 Ha. Lahan sawah ini sebelumnya merupakan areal penanaman padi sonor yang ditanami setiap ada kemarau panjang. Sistem budidaya padi sonor merupakan sistem budidaya padi tradisional mengacu pada tradisi sistem pertanian ladang berpindah (Gambar 16). Walaupun sudah dibentuk menjadi lahan sawah, petani masih melakukan kegiatan dengan cara-cara budidaya sonor, yaitu melalui penyebaran benih tanpa transplanting dan penambahan input yang minimum. Kegiatan petani tampaknya masih belum berhasil dengan baik. Faktor penyebab utamanya adalah karena pada saat pembuatan sawah, top soil ikut tergerus ke arah galengan sehingga pada lahan sawahnya menjadi sangat tidak subur dan sangat masam. Kegiatan pendampingan masih belum menunjukkan keberhasilan, walaupun pertumbuhan tanaman sebagian sudah lebih baik dari tanaman tahun 2016. Kegiatan pendampingan produksi padi akan terus dilanjutkan walaupun kegiatan restorasi gambut 2017 telah selesai.

Dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman padi, telah dilakukan diskusi dengan Ketua kelompok tani dan disepakati untuk melakukan kegiatan lanjutan dengan pendanaan dari Dinas Pertanian Kabupaten Ogan Komering Ilir. Kegiatan yang akan dilakukan meliputi: uji coba beberapa varietas toleran dengan kondisi spesifik lahan gambut di Perigi, teknologi priming benih, teknologi budidaya (pemupukan, metode pembibitan, dan metode penanaman), perbaikan tata air mikro dan tata lahan dan sebagainya.

(33)

27

Gambar 16. Tampilan tanaman padi di lapang dan penyuluhan di lapang bersama petani padi

Dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat Perigi terkait dengan restorasi ekosistem gambut, telah dilakukan kegiatan Focus Group

Discussion (FGD) pada tanggal 17 November 2017. Kegiatan ini dilakukan dengan

mengundang Nara Sumber yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam kaitan dengan restorasi gambut, khususnya dalam konteks Rewetting dan

(34)

28 Revegetation. Disamping dilakukan pemberian materi, masyarakat juga diajak

untuk berdiskusi tentang pengalaman yang selama ini telah dilakukan.

Dalam kegiatan ini, telah dilakukan juga penyampaian materi tentang sistem budidaya padi, khususnya untuk merubah mindset masyarakat dari sistem budiaya padi sonor menjadi sistem budidaya padi sonor++. Dalam diskusi yang dilakukan, masyarakat telah menyampaikan pengalaman-pengalaman mereka selama ini. Dari beberapa pertanyaan yang diberikan tampak masyarakat sangat antusias untuk meningkatkan produksi padi dan melakukan perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang.

Gambar 17. Kegiatan FGD tentang rewetting, revegetation dan budidaya padi

3.4. Kegiatan Revitalization

Implementasi kegiatan revitalisasi masyarakat dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam perlunya melakukan restorasi lahan gambut dan peningkatan sumber-sumber ekonomi potensial yang ada di masyarakat. Untuk hal tersebut, maka telah dilakukan kegiatan berupa penyuluhan dan pelatihan dampak kebakaran lahan, implementasi pola budidaya padi sonor++, dan alternatif kegiatan yang dapat dilakukan tanpa pembakaran

lahan, diskusi dengan kelompok masyarakat tentang potensi kegiatan yang dapat mendukung peningkatan ekonomi/pendapatan masyarakat, dan upaya peningkatan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan potensi ekonomi yang telah ada. Disamping itu, telah dilakukan juga kegiatan penyuluhan dan pelatihan dampak kebakaran lahan, implementasi pola budidaya padi sonor++

(35)

29

serta alternatif kegiatan yang dapat dilakukan tanpa pembakaran lahan. Pendekatan dan diskusi dengan kelompok masyarakat tentang potensi kegiatan yang dapat mendukung peningkatan ekonomi/pendapatan masyarakat.

Gambar 18. Kegiatan revitalisasi masyarakat melalui penyuluhan dan diskusi

Gambar 19 Kegiatan FGD revitalisasi masyarakat melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam kegiatan anyaman purun

(36)

30

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat, khususnya dalam kegiatan anyaman purun dilakukan melalui kegiatan FGD yang dilakukan pada tanggal 13 Desember 2017 (Gambar 19). Kegiatan ini khususnya dilakukan kepada para Ibu-ibu yang telah berpengalaman melakukan kegiatan anyaman purun. Kemampuan dan pengalaman para ibu-ibu di Desa Perigi untuk melakukan kegiatan anyaman purun sudah dilakukan secara turun temurun. Secara teknis, para ibu ini sudah terbiasa melakukan anyaman purun. Hanya saja kualitas produk dan pemasaran yang masih perlu sekali ditingkatkan. Dalam diskusi dengan para ibu tersebut, tercetus ide untuk memperbaiki kualitas produk dan disain sehingga produknya mampu menembus pasar yang lebih luas. Disamping itu, momentum kegiatan Asian Games yang akan dilakukan di Palembang pada bulan Agustus 2018 akan dijadikan bagian dalam pemasaran produk tersebut.

Untuk hal tersebut, tim restorasi telah melakukan pertemuan dengan staf peneliti dari World Resources Indonesia (WRI) Jakarta (Sdr. Satrio) dan pegiat lingkungan dari LSM Mongabay Palembang (Sdr. Tomi Wijaya). Dalam pertemuan ini telah disepakati untuk melakukan kegiatan terkait dengan peningkatan produk hasil anyaman purun di Desa Perigi. Kegiatan tersebut antara lain berupa exchange pengalaman antara Ibu-ibu di Perigi dengan Ibu-ibu dari lokasi lain dengan melibatkan pakar yang kompeten dalam desain produk anyaman. Kegiatan lain yang akan dilakukan adalah melalui market assesment dan value chain analysis dari produk anyaman purun. Kegiatan ini direncanakan berlangsung pada quarter 1 tahun 2018.

(37)

31

V. KEGIATAN MONEV BRG DAN GELAR HASIL RISET AKSI

Dalam implementasi kegiatan restorasi gambut, Tim restorasi gambut terintegrasi telah mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh BRG Pusat. Kegiatan tersebut adalah Monev implementasi restorasi yang dilaksanakan pada tanggal 6-8 November 2017 dan kegiatan gelar hasil riset aksi pada tanggal 7-8 Desember 2017. Pada saat kegiatan monev, Tim restorasi gambut terintegrasi telah mempresentasikan kemajuan hasil kegiatan pada tanggal 6 November 2017 dihadapan evaluator Bp. Dr. Ir. Ahmad Kurnain, M.Sc. Selanjutnya pada tanggal 7 November 2017 dilakukan kunjungan ke lapang bersama evaluator Bp. Drs. Darmae Nasir, M.Si., M.A., Ph.D., Ibu Ir. Hanni Adiati, M.Si., dan Bp. Dr. Ah,ad Kurnain, MSc. (Gambar 20). Dalam kesempatan monev ini, implementasi kegiatan restorasi telah dievaluasi dan para evaluator menyampaikan banyak masukan untuk perbaikan penyelesaian kegiatan restorasi.

Selanjutnya tim restorasi gambut terintegrasi juga telah mengikuti kegiatan Gelar Hasil Riset Aksi di Jakarta. Dalam kegiatan ini, Tim restorasi terintegrasi menyampaikan poster hasil kegiatan yang penempatannya bersamaan dengan poster kegiatan tim restorasi gambut Universitas Sriwijaya pada booth yang disediakan panitia. Dalam kesempatan ini, Tim restorasi gambut terintegrasi tidak menyampaikan presentasi karena tidak diminta panitia. Pada saat kegiatan ini, lokasi poster telah mendapat kunjungan dari Bapak Kepala Badan Restorasi Gambut Ir. Nazir Foead, MSc., dan Bapak Deputi Penelitian dan Pengembangan BRG Dr. Haris Gunawan (Gambar 21).

(38)

32

Gambar 20 Kegiatan Monev BRG Pusat tanggal 6-8 November 2017

Gambar 21 Gelar Hasil Riset Aksi dan Sarasehan Masyarakat Peneliti Nusantara tanggal 6-8 Desember 2017

(39)

33

VI. RENCANA TINDAK LANJUT

Dalam kegiatan ini, tidak terlalu ditemui kendala yang berarti. Masyarakat lokal di Desa Perigi sudah sangat aktif membantu implementasi kegiatan. Keinginan masyarakat untuk memperbaiki keadaan dan antusiasme dalam kegiatan ini patut mendapaat apresiasi yang tinggi. Melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sinar Baru, masyarakat sangat antusias untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan.

Rencana tindak lanjut kegiatan restorasi gambut terintegrasi ini akan dilakukan melalui tiga kegiatan, yaitu:

1. Pemeliharaan tanaman

Kegiatan pemeliharaan tanaman sangat perlu untuk terus dilanjutkan, mengingat tanaman yang ditanam masih berusia muda dan rawan terhadap gangguan. Kegiatan ini selayaknya tetap didanai oleh BRG pusat. Namun demikian, telah ada komunikasi dengan Dr. Himlal Baral peneliti dari CIFOR Bogor untuk melakukan kegiatan restorasi gambut. Tim Restorasi Gambut Unsri telah diundang ke kantor CIFOR di Bogor untuk mendiskusikan kerjasama kegiatan restorasi gambut. Tim CIFOR rencananya akan berkunjung ke lokasi pada bulan Februari 2018. Melalui kunjungan ini diharapkan ada kegiatan baru terkait dengan restorasi gambut atau melanjutkan kegiatan yang telah dilaksanakan di Desa Perigi.

2. Tindak lanjut perbaikan budidaya padi sonor

Budidaya padi sonor yang selama ini dilakukan petani sangat perlu di-shifting menjadi sistem budidaya padi secara optimal. Dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman padi, telah dilakukan diskusi dengan Ketua Gabungan Kelompok Tani Sinar Baru dan disepakati untuk melakukan kegiatan lanjutan dengan pendanaan dari Dinas Pertanian Kabupaten Ogan Komering Ilir. Kegiatan yang akan dilakukan meliputi: uji coba beberapa varietas toleran dengan kondisi spesifik lahan gambut di Perigi, teknologi priming benih, teknologi budidaya (pemupukan, metode pembibitan, dan metode penanaman), perbaikan tata air mikro dan tata lahan dan sebagainya.

(40)

34

3. Peningkatan kegiatan anyaman purun

Anyaman purun yang sudah menjadi tradisi turun temurun sangat perlu untuk dibantu, khususnya untuk meningkatkan kemampuan ekonomi rumah tangga melalui kegiatan ibi-ibu. Tm restorasi telah melakukan pertemuan dengan staf peneliti dari World Resources Indonesia (WRI) Jakarta (Sdr. Satrio) dan pegiat lingkungan dari LSM Mongabay Palembang (Sdr. Tomi Wijaya). Dalam pertemuan ini telah disepakati untuk melakukan kegiatan terkait dengan peningkatan produk hasil anyaman purun di Desa Perigi. Kegiatan tersebut antara lain berupa exchange pengalaman antara Ibu-ibu di Perigi dengan Ibu-ibu dari lokasi lain dengan melibatkan pakar yang kompeten dalam desain produk anyaman. Kegiatan lain yang akan dilakukan adalah melalui market assesment dan value chain analysis dari produk anyaman purun. Kegiatan ini direncanakan berlangsung pada quarter 1 tahun 2018.

REFERENSI

Dommain, R., Couwenberg, J., Glaser, P.H., Joosten, H., Suryadiputra, I.N.N. 2014. Carbon storage and release in Indonesian peatlands since the last deglaciation. Quaternary Science Reviews, 97: 1–32.

Jaenicke, J., Wosten, H., Budiman, A., Siegert, F. 2010. Planning hydrological restoration of peatlands in Indonesia to mitigate carbon dioxide emissions. Mitig Adapt Strateg Glob Chang, 15: 223–239

Joosten, H. 2008. What are peatlands?. in Parish, F., Sirin, A., Charman, D., Joosten, H., Minayeva, T., Silvius, M. and Stringer, L. (Eds.). 2008. Assessment on Peatlands, Biodiversity and Climate Change: Main Report. Global Environment Centre, Wetlands International, Wageningen.

Joosten, H., Biström, M.L.T., and Tol, S. 2012. Peatlands - guidance for climate change mi ga on through conserva on, rehabilita on and sustainable use. FAO and and Wetlands International.

Lastuti, D., S. Kadir and D. Budianta. 2016. Microcosmic study on heterotrophic CO2 emission from tropical as related to water table modification. Sriwijaya

Journal of Environmental Sci, 1(1): 5-9.

Osaki, M., Nursyamsi, D., Noor, M., Wahyunto, and Segah H. 2016. Peatland in Indonesia. In Osaki M and Tsuji N (Eds). 2016. Tropical Peatland Ecosystems. Springer Japan.

(41)

35

Page, S.E., Rieley, J.O., Banks, C.J., 2011. Global and regional importance of the tropical peatland carbon pool. Glob. Change Biol. 17: 798-818.

Parish, F., Sirin, A., Charman, D., Joosten, H., Minayeva, T., Silvius, M. and Stringer, L. 2008. Assessment on Peatlands, Biodiversity and Climate Change: Main Report. Global Environment Centre, Wetlands International, Wageningen.

Schumann, M. and Joosten, H. 2008. Global Peatland Restoration Manual. Institute of Botany and Landscape Ecology, Greifswald University. Germany.

Shiodera, S., Atikah, T.D., Apandi, I., Seino, T., Haraguchi, A., Rahajoe, J.S., and Kohyama, T.S. 2016. Peat-Fire Impact on Forest Structure in Peatland of Central Kalimantan. In Osaki M and Tsuji N (Eds). Tropical Peatland Ecosystems. Springer Japan.

Similä, M., Aapala, K., and Penttinen, J. 2014. Ecological restoration in drained peatlands – best practices from Finland. Metsähallitus – Natural Heritage Services and Finnish Environment Institute SYKE.

Suwignyo, R. A., Erizal Sodikin, Munandar, dan Bastoni. 2017a. Pemanfaatan dan pengelolaan gambut di Indonesia, “Strategi Pengelolaan Tanaman dalam Restorasi dan Pencegahan Kebakaran Ekosistem Gambut”. Pertemuan Kepala Bappeda Wilayah Kerja Kemakmuran Hijau. Yayasan BaKTI, MCA-Indonesia. Hotel Borobudur, 14 Maret 2017.

Suwignyo, R.A., Sabaruddin Kadir, and Iskhaq Iskandar. 2017b. Fires, Peatland and the Connection with Peatland Conservation and Productivity Improvement. Lokakarya Media (Meet the Press), “Kebakaran Hutan, Lahan Gambut dan bioenergi: Peran bentang alam bagi hutan berkelanjutan”. CIFOR & SIEJ. Hotel Aryaduta Palembang, 5-6 May 2017.

Gambar

Tabel 2.  Luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di Propinsi Sumatera  Selatan
Gambar 2.  Peta  lokasi  kegiatan restorasi  di Desa  Perigi,  Kecamatan  Pangkalan  Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera Selatan Lokasi Kegiatan: Desa
Gambar 5. Rapat internal Tim Restorasi Gambut Terintegrasi
Gambar 7. Peta lokasi kegiatan pada KHG Sungai Sugihan-Sungai Saleh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan kegiatan program keluarga dampingan KKN-PPM dimulai dari tanggal 28 Juli 2016 hingga tanggal 27 Agustus 2016 Dalam rentan waktu tersebut,

Laporan Pelaksana Kegiatan (LPK) Individu Mahasiswa KKN-PPM Universitas Palangka Raya Periode I Tahun 2017 di Lokasi

Berdasarkan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang telah dilakukan mulai tanggal 23 Maret sampai dengan 10 Agustus 2017 di Sekolah Terbuka Tingkat Sekolah Menengah

Saat peneliti melakukan kegiatan magang di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Musi Banyuasin, Tanggal 5 Juli 2017 pembina Badan Usaha Milik Desa

Disadari bahwa riset tentang restorasi telah dilakukan oleh beberapa pihak dan hasil-hasilnya telah tersedia, namun kajian penerapan hasil Litbang yang terangkai untuk

Kegiatan KKN IAIN Raden Fatah Palembang Ankatan 52 Tahun 2008 dilaksanakan pada tanggal 31 Juli s/d 28 Agustus 2008 bertempat di Desa Palu Kecamatan Pemulutan.. Kabupaten

Pilot project ini memfokuskan pada revitalisasi sumber kehidupan lokal, yang dilaksanakan dengan kegiatan berbasis air (perikanan), dan berbasis lahan yaitu

Lampiran II Jadwal Kegiatan 18 Juli – 18 Agustus 2023 Hari/Tanggal Wakt u Kegiatan Penanggungjawab/ Pelaksana Selasa, 18 Juli 08:00 Penerimaan mahasiswa KKM di kantor Kecamatan