• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan bank atau lembaga keuangan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan bank atau lembaga keuangan."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri perbankan mempunyai peranan yang kompleks terhadap perekonomian yang dapat kita rasakan seperti sekarang, dimana hampir seluruh aspek kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan bank atau lembaga keuangan. Perkembangan perbankan dengan menggunakan prinsip Syari’ah di Indonesia, bukan merupakan hal yang asing lagi. Mulai awal tahun 1990 telah terealisasi ide tentang adanya Bank Islam di Indonesia, yang merupakan bentuk penolakan terhadap sistem riba yang bertentangan dengan hukum Islam. Riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.

Pada prinsipnya kinerja bank konvensional maupun Bank Syariah mempunyai beberapa kesamaan dalam sistem operasional, yaitu mengenai cara menghimpun dana dan menanamkan dana. Umumnya jasa yang ditawarkan oleh Bank Syariah untuk menghimpun dan menanamkan dananya adalah dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito berjangka. Namun dalam prinsip operasionalnya bank syariah terdapat ciri khusus, yaitu pemilik dana menyimpan dan menanamkan dananya pada Bank Syariah tidak dengan motif untuk mendapatkan bunga.

(2)

2

Secara umum Bank Syariah dapat diartikan sebagai media intermediasi yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya dilandasi oleh Syariat-Syariat Islam baik dalam bentuk jual-beli, bagi hasil maupun sewa-menyewa. Namun secara eksplisit konsep bagi hasil lah yang benar-benar mewakili konsep Islam dalam perbankan, karena selain ia bisa menggerakkan sektor riil secara berimbang, ia juga berindikasi jangka panjang sehingga akan mempunyai kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.

Permasalahan yang dihadapi Bank Syariah ini dikarenakan krisis global yang ditandai dengan jatuhnya Bursa Efek Amerika karena adanya subprime mortgage atau surat kredit perumahan (KPR) yang berbunga rendah di tahun 2001-2005 menyebabkan meningkatnya permintaan rumah. Ketidakmampuan masyarakat dalam membayar kredit cicilan rumah akibat suku bunga yang semakin tinggi, maka terjadilah kredit bermasalah meningkat yang membawa implikasi pada kondisi ekonomi global secara menyeluruh. Hampir setiap negara, baik kawasan Amerika, Eropa, maupun Asia Pasifik merasakan akibat krisis keuangan global tersebut. Dampak krisis yang dihadapi negara-negara tersebut pada umumnya adalah meningkatnya inflasi, turunnya nilai tukar, turunnya pertumbuhan ekonomi, runtuhnya indeks bursa dan sejumlah bank/institusi keuangan/korporasi mengalami kesulitan keuangan atau bangkrut (Nuh, 2008).

(3)

3

Krisis yang melanda Asia khususnya Indonesia telah membuat perekonomian Indonesia terpuruk, peristiwa itu diawali dengan terdepresiasinya nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap Dollar AS yang diprediksi berlangsung hingga 2014 yang membuat para pelaku pasar dan berdampak ke banyak sektor, khususnya industri perbankan dan bukan hanya perbankan konvensional saja tetapi perbankan syariah juga ikut gelisah menghadapi krisis yang sedang dialami saat ini (InfoBank Syariah, 2013).

Krisis keuangan ini menyebabkan Bank Indonesia meningkatkan BI rate untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Kenaikan BI rate direspon dengan kenaikan tingkat bunga Bank Konvensional, namun kenaikan tingkat bunga ini tidak mempengaruhi Bank Syariah secara langsung. Sistem jual beli (ba’i) di Bank Syariah, dimana pembayaran margin didasarkan fixed rate dimana ketetapan didasarkan kontrak tidak bisa berubah sewaktu-waktu seperti hanya dengan bunga. Namun bagi produk bagi hasil dimungkinkan krisis keuangan ini akan mempengaruhi return Bank Syariah karena krisis keuangan akan mempengaruhi bagi hasil pengusaha untuk mendapatan laba optimal (Sudarsono, 2009).

Perolehan laba perbankan syariah secara nasional di 2008 mengalami penurunan. Tak hannya Bank Syariah, Bank Konvensional pun mengalami penurunan laba karena krisis ekonomi yang menghantamdi kuartal keempat tahun 2007 www.Okezone.com.

(4)

4

Perbankan Syariah telah menunjukkan kekuatannya dalam menghadapi krisis ekonomi dan mampu memberikan kontribusi dalam menghadapi krisis ekonomi global. Perbankan Syariah memang sudah lama dipercaya sebagai obat mujarab untuk menghadapi krisis dan mengalami kemajuan yang pesat di Indonesia dan terbukti pada saat krisis moneter tahun 1997/1998 hingga krisis 2008 bukan hanya Perbankan Syariah tetapi industri keuangan syariah mengalami kemajuan pesat di Indonesia tetap kokoh berdiri ditengah ambruknya industri lain, kekuatan dan kekokohannya dalam menghadapi ujian krisis membuat Perbankan Syariah maupun lembaga yang berbasis syariah semakin populer (InfoBank Syariah, 2013).

Kondisi Bank Syariah dalam krisis keuangan global yang ditunjukkan dalam perkembangan dari tahun 2005 sampai 2009 menunjukkan adanya kenaikan pada tingkat imbalan/fee/bonus/bagi hasil di akhir tahun 2008. Seiring dengan kenaikan tingkat imbalan/fee/bonus/bagi hasil, tingkat penyaluran pembiayaan semakin tinggi namun masih dalam batas yang aman (Sudarsono, 2009).

Pembiayaan adalah faktor penting dalam menentukan margin laba yang dihasilkan oleh suatu bank. Pembiayaan yang diberikan bank kepada nasabah adalah pembiayaan produktif dan konsumtif. Pembiayaan produktif merupakan pembiayaan yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Sedangkan pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi

(5)

5

kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan Antonio (2012:160).

Pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang dinilainya diukur dengan uang, menurut Kashmir (2009:31) dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah yaitu pembiayaan berdasarkan bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarka prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntunga (murabahah), pembiayaan modal berdasarkan sewa mrni tanpa pilihan (ijarah) dan pembiayaan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah waiqtina).

Selain pembiayaan, faktor lain yang perlu mendapat perhatian khusus dalam menilai tingkat kesehatan bank adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan suatu angka yang menunjukkan kemampuan suatu entitas usaha untuk menghasilkan laba. Kegiatan bisnis bank umum dapat dikatakan berhasil apabila mencapai sasaran bisnis yang telah ditetapkan dengan tujuan mendapatkankan keuntungan yang layak. Bank dapat dikatakan sehat apabila dapat menjaga keamanan dana masyarakat yang dititipkan kepada mereka, dapat berkembang dengan baik serta mampu memberikan keuntungan yang berarti terhadap perkembangan ekonomi nasional.

Hal yang demikian menjadikan pembayaran yang macet atau pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing). Pembiayaan bermasalah merupakan rasio

(6)

6

keuangan yang menunjukkan total pembiayaan bermasalah dalam suatu bank syariah. Beberapa pakar perbankan mengasumsikan bahwa pembiayaan yang diragukan menjadi macet sebagai pembiayaan bermasalah. Tingkat NPF (Non Performing Financing) yang tinggi suatu bank syariah menunjukkan kualitas suatu bank yang tidak sehat. Hal tersebut dapat menjadikan profitabilitas pada bank syariah menjadi turun. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pada bank syariah yang mengalami penurunan rasio profitabilitas.

Melihat masalah di atas penulis melakukan analisis sejauhmana tingkat pembiayaan bagi hasil dan pembiayaan jual beli dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah, maka penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian yang berjudul

“Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Pembiayaan Jual Beli terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012”

(7)

7 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah – masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perkembangan tingkat bagi hasil dan pembiayaan jual beli terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012 ?

2. Bagaimana pengaruh tingkat bagi hasil dan pembiayaan jual beli terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012 secara simultan ? 3. Bagaimana pengaruh tingkat bagi hasil terhadap profitabilitas Bank

Umum Syariah Periode 2008-2012 secara parsial ?

4. Bagaimana pengaruh tingkat pembiayaan jual beli terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012 secara parsial ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data, mengolah, serta menganalisis laporan keuangan pada bank syariah yang kemudian akan dilihat apakah terdapat pengaruh signifikan antara tingkat pembiayaan jual beli dan bagi hasil terhadap tingkat profitabilitas bank syariah,

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang telah diidentifikasikan di atas yaitu :

(8)

8

1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat bagi hasil dan pembiayaan jual beli terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012. 2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan tingkat bagi hasil dan

pembiayaan jual beli terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012.

3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial tingkat bagi hasil terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012.

4. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial tingkat pembiayaan jual beli terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak lain yang bersangkutan.

1. Bagi Dunia Perbankan

Dapat memberikan masukan yang berguna bagi pihak manajemen perbankan syariah terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil terutama prioritas jenis produk pembiayaan yang dipilihnya.

2. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi bank syariah dalam menentukan jenis produk pembiayaan yang dipilihnya.

(9)

9 3. Bagi peneliti lain

Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengkaji lebih dalam permasalahan yang terjadi di bank syariah.

1.5 Kerangka Pemikiran

Bank syariah pada dasarnya memiliki peran yang sama dengan bank konvensional yaitu sebagai lembaga penghimpun dana kemudian menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan. Lahirnya perbankan syariah pertama kali di Indonesia secara hukum diatur dengan Undang-Undang No.7 tahun 1992. Bank dan bank umum didefinisikan dalam UU No.21 tahun 2008 pasal 1 tentang perubahan pokok perbankan sebagai berik “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat”.

Berdasarkan pengertian tersebut, bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan dan bank merupakan suatu pranata social yang bersifat finansial, yang melaksanakan jasa-jasa keuangan. Adapun pengertian Bank Syariah dalam UU No.21 tahun 2008 disebutkan bahwa “Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan

(10)

10

usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”.

Prinsip utama operasional bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah hukum Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist. Kegiatan operasional bank harus memperhatikan perintah dan larangan kedua sumber tersebut. Larangan terutama berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai riba. Perbedaan utama antara kegiatan bank berdasarkan Prinsip Syariah dengan Bank Konvensional pada dasarnya terletak pada sistem pemberian imbalan atau jasa atas dana.

Dalam menjalankan operasionalnya, bank berdasarkan Prinsip Syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan sitem imbalan atas dana yang digunakan atau ditipkan oleh suatu pihak. Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum Islam. Perlu diakui bahwa ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa sistem bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional merupakan pelanggaran terhadap prinsip syariah. Larangan terhadap riba tersebut seperti tercantum dalam Al-Quran sebagai berikut : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu makan atau mengambil riba dengan berlipat-lipat ganda, dan hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah supaya kamu berjaya”. (Qs.Ali Imran ayat 130)

Sebagai sebuah lembaga keuangan, Bank Syariah mempunyai peran yang cukup penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis tersebut selain sebagai

(11)

11

wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat dan sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar pembayaran, juga mempunyai beberapa fungsi lain yaitu :

1. Sebagai manajer investasi yang dapat mengelola investasi atas dana nasabah.

2. Sebagai investor yang menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah dengan menggunakan alat investasi yang sesuai syariah. 3. Sebagai penyedia jasa keuangan sepanjang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah.

4. Sebagai pelaksana kegiatan social dalam bentuk pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah, serta penyaluran dana kebijakan (Al qardh)

Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan.

Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, rugi-laba, arus kas dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi

(12)

12

keuangan perusahaan. Didalam laporan keuangan itu akan terlihat data kuantitatif dari harta, utang, modal, pendapatan dan biaya-biaya dari perusahaan yang bersangkutan.

Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam Keranka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (2009:1) adalah sebagai berikut : “laporan keuangan merupakan bagian dari proses laporan keuangan, laporan keuangan biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.

Pengertian rentabilitas itu sendiri menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:304) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

Berkaitan dengan profitabilitas/rentabilitas sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan bank, beberapa faktor mempengaruhi profitabilitas bank adalah kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliannya, jumlah modal, mobilisasi dana masyarakat dalam memperoleh sumber dana yang murah, perpencaran bunga bank, manajemen pengalokasian dalam aktiva likuid serta efisiensi dalam menekan biaya operasi.

Dalam pengukuran profitabilitas ini penulis memilih dengan pendekatan Return On Equity (ROE). Penggunaan Return on Equity sebagai indikator dari tingkat

(13)

13

profitabilitas Bank Syariah adalah karena dapat mengetahui kemampuan manajemen dalam mengelola capital yang tersedia untuk menghasilkan net income. Pengelolaan capital yang baik dapat menunjukkan bahwa penggunaan capital tersebut digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan seperti murabahah, musyarakah dan mudharabah dengan baik dan tanggung jawab.

Menurut Agnes Sawir (2001:20) : “Return on Equity mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan”. Return on Equity mengukur berapa presentase laba bersih terhadap total ekuitas yang ada di perusahaan tersebut.

Menurut Ricky W .Griffin dan Ronald J .Ebert dalam buku Fahmi & Hadi, (2009:10) risiko adalah uncertainly about futue events, bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan.

Risiko dibedakan menjadi dua, yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk), risiko sistematis (systematic risk) atau risiko pasar (market risk) adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan strateg diversifikasi. Ketika suatu portofolio berisikan semakin banyak aset maka risiko portofolio akan cenderung turun, namun risiko tersebut tidak dapat dihilangkan dengan strategi diversifikasi. Risiko yang dapat dihilangkan dengan strategi diversifikasi dinamakan risiko tidak sistematis (unsystematic risk) Arifin (2005:28).

(14)

14

Systematic risk disebut juga risiko pasar karena berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar secara keseluruhan, risiko ini terjadi karena kejadian diluar kegiatan perusahaan, seperti: risiko kurs mata uang dan tingkat suku bunga.

Ibarat suatu koin, imbas hasil dan risiko akan senatiasa melekat pada suatu bisnis. Islam mengakui adanya keuntungan sebagaimana diakuinya risiko. Dalam suatu kaidah fikih disebutkan “alghunnu bil ghurmi” dan “al khajaru bidh dhamani” atau dikenal dalam istilah keuangan modern dengan “risk-return trade-off” Wahyudi,dkk. (2012:81), Arti dari keduanya adalah apabila ingin mendapatkan return, harus bersedia menanggung risiko semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat return yang diharapkan, semakin tinggi risiko yang dihadapi.

Setiap return selalu beriringan dengan risiko, sehingga risiko dominan dalam Pebankan Syarih adalah risiko yang terkait dengan pembiayaan. Dalam syariah risiko tidak dapat dihilangkan, namun dapat ditransfer atau dibagi atau dikelola. Oleh karena itu ekonomi syariah lebih mendorong pembiayaan berbasis bagi hasil, dimana return maupun risiko dibagi kepada para pihak yang bekerjasama.

Pemberian pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah oleh bank mengandung risiko kegagalan atau kemacetan pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank. Dalam dunia perbankan, pembiayaan yang mengalami masalah ini dinamakan pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF). Tingkat NPF ini secara otomatis akan mempengaruhi operating income, jika NPF semakin tinggi maka operating income semakin rendah dan sebaliknya. Beberapa pakar perbankan mengasumsikan bahwa pembiayaan bermasalah meliputi

(15)

pembiayaan-15

pembiayaan yang tergolong dalam perhatian khusus, kurang lancer, diragukan dan macet.

Pada Bank Syariah sama halnya seperti Bank Konvensional, penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan kredit biasanya mendominasi sebagian besar pengalokasian dana bank. Berdasarkan UU No.21 tahun 2008 tentang perubahan atas UU No.7 tahun 1992 dan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit atau pembiayaan pada Pasal 1 ayat 25 “Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’, transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil”.

Oleh karena itu Bank Syariah tetap didorong untuk menghasilkan laba tanpa harus melanggar prinsip syariah dan tanpa harus meninggalkan kontribusinya dalam peningkatan kualitas perekonomian umat (masyarakat muslim). Selain itu sebagaimana halnya Bank Konvensional, Bank Syariah juga merupakan lembaga perantara (intermediary). Sebagai lembaga intermediasi keuangan, Bank Syariah

(16)

16

dituntut untuk memenuhi kriteria demand, brand image, dan pangsa pasar dalam penciptaan usahanya. Karena itu Bank Syariah harus mampu membangun kepercayaan dan emosi umat bahwa keberadaannya akan bermanfaat bagi masyarakat umum, sehingga harus dikelola atas dasar visi yang kuat untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan. Maka upaya yang dilakukan Bank Syariah adalah melalui pembiayaan.

Pembiayaan murabahah merupakan jenis produk yang memiliki porsi terbesar dalam banyak bank syariah di seluruh dunia. Murabahah itu sendiri adalah akad jual beli antara bank dengan nasabah. Dalam prakteknya, bank akan memberikan barang yang diperlukan nasabah dan nasabah berkewajiban mengembalikannya sebesar harga pokok ditambah keuntungan yang disepakati. Beberapa alasan transaksi murabahah mendominasi penyaluran dana bank syariah yang dikemukakan oleh Wiroso (2005:12) yaitu mudah diimplementasikan, pendapatan bank dapat diprediksi, tidak perlu mengenal nasabah secara mendalam, dan menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif.

Dalam murabahah, pembayaran dapat dilakukan secara tunai dan dapat dilakukan dengan cara angsuran/tunda atau tangguh. Dan cara pembayaran yang banyak dilakukan nasabah adalah pembayaran angsuran atau tunda. Namun pembayaran dengan cara demikian tidak selamanya dilakukan dengan tepat oleh nasabah.

(17)

17

Pembiayaan musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan Antonio (2012:90)

Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola, seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut Antonio (2012:95).

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan mengenai pembiayaan murabahah, pembiayaan musyarakah, pembiayaan mudharabah, dan ROE adalah sebagai berikut :

(18)

18 Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti ( tahun) Judul Indikator Penelitian

Variabel

Hasil

X1 X2 X3 Y

Murab Musy Mudh ROE

Hutami Kusumawati (2010) Pengaruh Tingkat Risiko Murabahah dan Musyarakah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah   -  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko pembiayaan murabahah dan musyarakah secara bersama-sama X berpengaruh positif terhadap Y dan secara parsial bahwa X1 & X2 berpengaruh secara positif Shendi amelia (2012) Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah Devisa Per Triwulan Periode 2008-2010 -   - Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko pembiayaan mudharabah dan musyarakah secara bersama-sama X berpengaruh positif terhadap Y dan secara parsial bahwa

(19)

19 X1 & X2 berpengaruh secara positif Marlina Ramdani (2014) Pengaruh Bagi Hasil Pembiayaan musyarakah, Pembiayan Mudharabah, BI Rate Rp-USD Terhadap Laba Bersih Pada Bank Muamalat Indonesia (BMI) Sebelum dan Sesudah Krisis Periode 2005-2012 -   - Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pengaruh Bagi Hasil Pembiayaan musyarakah, Pembiayan Mudharabah, BI Rate Rp-USD Terhadap Laba Bersih Pada Bank Muamalat Indonesia (BMI) berpengaruh secara simultan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disusun bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

(20)

20 Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran

(21)

21 1.6 Metode Penelitian

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif. Menurut Sugiyono (2007:11), metode deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel maupun lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain.

Sedangkan metode verifikatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis. Menurut Sugiyono (2008:55), metode verifikatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Metode ini juga digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis.

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tingkat bagi hasil dan pembiayaan jual beli terhadap profitabilitas Bank Syariah, maka digunakan analisis statistik, yaitu analisis korelasi, regresi linier sederhana, regresi berganda, koefisien determinasi dan uji t.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian BMI dan BMS yang terdaftar di BEI. Melalui data yang diperoleh dari situs http://www.muamalatbank.com dan http://www.mandirisyariah.com, adapun penelitian ini dilakukan dari bulan desember 2013 sampai dengan selesai.

Referensi

Dokumen terkait

Manusia merupakan makhluk individu sekaligus juga makhluk sosial. Ketika menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan

Faktor pendukung mendorong keberhasilan program, sedangkan faktor penghambat mengakibatkan adanya kesenjangan antara kenyataan dan harapan terhadap program yang

Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut

Pada proses daur air terjadi beberapa perubahan wujud air, yaitu peristiwa berubahnya air dari wujud cair menjadi gas (menguap), wujud gas menjadi

Daftar P

Informasi lebih rinci yang disampaikan adalah Variabel Utama, Periodisasi, Tahun Data, Cakupan, Unit Observasi, Pengumpulan Data, Nomor Kode Contoh Kuesioner, Level Terendah

Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat disimpulkan risk behavior adalah suatu bentuk perilaku yang berpotensi untuk memberikan dampak positif maupun negatif

Abstrak: Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang penggunaan media flash card untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf