• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan suatu nilai tambah (added value) guna menghasilkan nilai yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan suatu nilai tambah (added value) guna menghasilkan nilai yang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Wirausaha

Wirausaha adalah sebuah proses yang disebut creative destruction untuk menghasilkan suatu nilai tambah (added value) guna menghasilkan nilai yang lebih tinggi (Hendro, 2011: 29). Dalam hal ini, seorang wirausahawan harus selalu berfikir untuk mencari peluang, memanfaatkan peluang, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan.

Menurut Suryana (2008: 2) kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Dengan adanya kreativitas dan inovasi yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas dan inovasi tersebut pada akhirnya mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat.

Wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu (Kasmir, 2006: 15).

Menurut Meredith (2000: 5) para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,

(2)

keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Seorang wirausaha tidak akan berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan. Ada kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan tidak akan membuat seseorang menjadi wirausaha yang sukses. Sebaliknya, memiliki kemampuan dan pengetahuan tetapi tidak disertai kemauan tidak akan membuat wirausaha mencapai kesuksesan.

Zimmerer dan Scarborough (2003: 4) menyatakan seorang wirausahawan

(entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil

resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang serta menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.

Berbagai kendala yang dapat mucul seperti, ketidakpastian pendapatan karena membuka dan menjalankan suatu usaha tidak memberi jaminan bahwa seorang wirausaha akan memperoleh pendapatan yang cukup untuk hidup. Resiko kehilangan seluruh investasi dapat dialami seorang pengusaha jika mereka tidak memiliki pengetahuan, pemgalaman, dan keahlian dalam mengelola usahanya.

(3)

Tabel 2.1

Ciri dan WatakSeorang Wirausaha

Ciri – ciri Watak

Percaya diri yang kuat 1. Kepercayaan (keteguhan) 2. Ketidaktergantungan,

kepribadian mantap 3. Optimisme

Berorientasikan tugas dan hasil 1. kebutuhan atau harus akan berprestasi

2. berorientasikan laba atau hasil

3. tekun dan tabah

4. tekad , kerja keras, motivasi 5. energik

6. penuh inisiatif

Pengambilan resiko 1. mampu mengambil risiko 2. suka pada tantangan

Kepemimpinan 1. mampu memimpin

2. dapat bergaul dengan orang lain

3. menanggapi saran dan kritik Keorisinilan 1. inovatif (pembaharu)

2. kreatif 3. fleksibel 4. banyak sumber 5. serba bisa Sumber: Alma dalam B. Tanjung (2012: 7)

Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha yaitu :

1. Tahap memulai, tahap dimana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang memungkin untuk membuka usaha baru. 2. Tahap melaksanakan usaha, tahap ini seorang entrepreneur mengelola

berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.

3. Mempertahankan usaha, tahap dimana entrepreneur berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

(4)

4. Mengembangkan usaha, tahap dimana jika hasil yang diperoleh positif, mengalami perkembangan, dan dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.

Dewasa ini banyak wirausaha-wirausaha yang telah berhasil dengan bisnisnya dan mewariskan bisnisnya itu kepada anak-anaknya atau generasi berikutnya. Peran adalah seperangkat pola prilaku yang diharapkan pada seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam suatu unit sosial (Robbins, 2008: 304), dan keluarga biasanya terdiri dari keluarga inti dan non inti. Keluarga inti terdiri dari orang tua dan anak, sedangkan keluarga non inti mulai dari sanak keluarga, saudara sepupu, keponakan, adik/kakak ipar, dan lain-lain. Dalam bisnis keluarga banyak peran-peran seperti orang tua sebagai pendiri, peran antar saudara, peran pasangan dari wirausaha yang akan dimainkan oleh setiap anggota keluarga dan mereka bekerja sama untuk memajukan bisnis keluarga dan kemudian mewariskan usaha keluarga kepada generasi berikutnya.

2.1.2 Faktor – faktor yang mendorong entrepreneur dalam berwirausaha Faktor – faktor yang mendorong wirausahawan untuk berwirausaha antara lain:

1. Faktor Modal

Untuk memulai usaha terlebih dahulu diperlukan sejumlah uang. Modal dapat diartikan sebagai keahlian seseorang. Dengan keahlian tertentu seseorang dapat bergabung dengan mereka yang memiliki modal uang untuk menjalankan usaha.

(5)

2. Faktor Pengalaman

Pengalaman dalam hal ini yakni pengalaman pribadi pengusaha tersebut atau pengalaman orang lain yang telah berhasil dalam melakukan usaha. pengalaman ini merupakan pedoman atau guru agar tidak melakukan kesalahan dalam menjalankan usaha.

3. Faktor Pendidikan

Latar belakang pendidikan seseorang terutama yang terkait dengan bidang usaha, seperti bisnis dan manajemen atau ekonomi dipercaya akan mempengaruhi kesuksesan seseorang dalam mengembangkan usahanya. Tanpa adanya pendidikan seorang wirausaha tidak mempunyai pengetahuan tentang bagaimana menyusun laporan keuangan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal, seperti: dari SMA atau Perguruan Tinggi, dan pendidikan non formal, seperti: pelatihan tentang UKM atau kursus.

4. Minat dan Bakat

Minat atau bakat sudah ada dan dapat timbul dari dalam diri seseorang. Artinya ketertarikan pada suatu bidang usaha tertanam dalam dirinya. Namun, seseorang yang memiliki minat dari dalam atau bakat dari keturunan akan lebih mudah dan lebih cepat beradaptasi dalam mengembangkan usahanya.

5. Faktor keluarga

Karena terlahir dan dibesarkan dari keluarga yang memiliki tradisi kuat dalam berwirausaha, sehingga secara sengaja atau tidak sengaja seseorang

(6)

dapat menjiwai pekerjaan dalam berwirausaha. Biasanya usaha tersebut akan diwariskan dari satu generasi berikutnya. Berkiprah dalam dunia usaha bukan suatu hal yang baru dirasakan karena semuanya telah terbiasa sedari kecil. Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri yang kuat dalam mengelola usaha.

Fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu secara mikro dan makro. Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran yaitu sebagai penemu (innovator) dan perencana (planner). Sebagai penemu wirausaha menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Sedangkan sebagai perencana, wirausaha berperan merancang tindakan dan usaha baru, merencanakan strategi usaha yang baru, merencanakan ide – ide dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan organisasi perusahaan yang baru, dan lain – lain. Secara makro, peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu negara.

Seorang wirausaha tidak akan berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan. Ada kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan tidak akan membuat seseorang menjadi wirausaha yang sukses. Sebaliknya, memiliki kemampuan dan pengetahuan tetapi tidak disertai kemauan tidak akan membuat wirausaha mencapai kesuksesan.

(7)

Menurut Suryana (2008: 4) wirausaha harus memiliki beberapa pengetahuan, yakni :

1. Pengetahuan mengenai usaha yang akan dimasuki/dirintis dan lingkungan usaha yang ada.

2. Pengetahuan tentang peran dari tanggung jawab. 3. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.

Menurut Suryana (2008: 5) Keterampilan yang harus dimiliki wirausaha diantaranya:

1. Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko.

2. Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah. 3. Keterampilan dalam memimpin dan mengelola. 4. Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi. 5. Keterampilan teknik usaha yang akan dilakukan.

Kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Menurut Zimmerer dalam Suryana (2008: 10) kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin serta proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.

Definisi kewirausahaan dapat dipandang dari berbagai sudut dan konteks, yaitu Ahli Ekonomi, Ahli Manajemen, Pelaku Bisnis, dan Psikologi:

(8)

1. Pandangan Ahli Ekonomi

Menurut Ahli Ekonomi, wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya. Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi, dan perbaikan produksi lainnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengorganisasikan faktor-faktor produksi, sumber daya alam, tenaga, modal, dan keahlian untuk tujuan memproduksi untuk tujuan memproduksi barang dan jasa (Suryana, 2008: 15).

2. Pandangan Ahli Manajemen

Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan untuk memperhatikan produk, proses produksi, dan organisasi usaha baru (Suryana, 2008: 15).

3. Pandangan Pelaku Bisnis

Menurut Scorborough dan Zimmerer dalam Suryana (2008: 15) wirausaha adalah orang yang menciptakan suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dan pertambahan dengan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan sumber-sumber daya yang di perlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut.

(9)

4. Pandangan Psikolog

Wirausaha adalah orang yang memiliki dorongan kekuatan dari dalam dirinya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka bereksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya diluar kekuasaan orang lain (Suryana, 2008: 16).

5. Pandangan Pemodal

Wirausaha adalah orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain, menemukan cara-cara baru untuk menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja yang disenangi masyarakat (Suryana, 2008: 16).

Beberapa faktor-faktor penyebab keberhasilan dalam berwirausaha adalah: 1. Kemampuan dan kemauan

2. Tekad yang kuat dan jelas

3. Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada kesempatan.

Kebanyakan wirausahawan membuka usahanya sendiri untuk kepuasaan diri. Rutinitas yang membosankan, kreativitas yang dihambat-hambat, birokrasi yang panjang dan kaku, atau suasana kerja yang tidak menyenangkan, budaya perusahaan yang tidak cocok merupakan hal-hal yang bisa menciptakan motif dan mendorong orang untuk segera mencari kebebasan. Sebagai pekerja yang bergaji, maka semua yang mereka lakukan hanya untuk bos atau pimpinan perusahaan. Sedangkan dengan berwirausaha, semua pekerjaan yang dilakukan untuk diri sendiri, di perusahaan milik sendiri (Sarosa, 2003:5).

(10)

Menurut Sulipan dalam Suhela (2010: 22) Ciri-ciri wirausahawan secara umum adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai kemauan yang kuat untuk berwirausaha.

2. Mempunyai perjuangan yang tidak mengenal lelah dalam berwirausaha. 3. Percaya pada keyakinan terhadap diri sendiri untuk maju.

4. Bertanggung jawab atas kemampuan, dan kemajuan dalam bidang usahanya.

5. Pandai dalam cara bernegosiasi untuk memajukan bidang usahanya. 6. Berfikir positif untuk maju dalam bidang usahanya.

7. Berinisiatif, kreatif, dan disiplin terhadap kegiatan usahanya.

2.1.3 Wirausaha Keluarga

Lambing dan Kuehl (2003: 35) mendefenisikan wirausaha keluarga adalah usaha yang mayoritas modal dan pengawasannya adalah dua atau lebih anggota keluarga didasarkan pada perasaan, pemeliharaan, dan keamanan tetapi bisnis berkisar seputar produktifitas, prestasi dan keuntungan. Bisnis keluarga adalah sebuah perusahaan yang anggota keluarganya secara tidak langsung terlibat didalam menjalankan bisnis keluarga sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan yang akan dicapai oleh keluarga tersebut agar bisnis keluarga dapat terus diwariskan pada generasi berikutnya.

Bisnis keluarga memiliki kelebihan dari bisnis yang lain dimana keluarga berbagi suka dan duka bersama dalam membangun perusahaan. Mengatasi masalah dan memecahkan masalah dari waktu ke waktu secara bersama baik di

(11)

Keluarga merupakan aset yang dapat menjadi sumber daya unik dan sulit ditiru (inimitable) yang dapat menjadi keunggulan bersaing tersendiri. Kesuksesan berasal dari sebuah keluarga, bila dalam keluarga terbiasa saling menyayangi dan mendukung, akan menghasilkan individu yang optimis dan sukses. Faktor-faktor seperti cinta, komitmen, kepercayaan, dan proses percaya diri pada anggota keluarga akan menjadi senjata ampuh sebuah keluarga dalam menjalankan bisnis.

Ada berbagai alasan bisnis keluarga dapat berjalan di Indonesia. Pertama, bisnis keluarga tidak dibebani oleh tuntutan para pemegang saham yang selalu mendikte operasi bisnis. Kedua, anggota keluarga dapat mengorbankan keuntungan jangka pendek untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang. Ketiga, tingkat fleksibilitas dari bisnis untuk memberikan respon terhadap tantangan maupun peluang tanpa banyak hambatan.

Menurut Marpa (2012: 32) Perusahaan keluarga pada intinya terdiri dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan, yakni:

1. Unsur keluarga (family),

2. Unsur perusahaan (business), dan 3. Kepemilikan (ownership)

Ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan yang saling bersinggungan dan dalam hal-hal tertentu saling mempengaruhi satu sama lain.

Menurut Hisrich dan Peters dalam Susanto (2009: 31) banyak hal yang menjadi latar belakang seorang wirausaha keluarga, namun beberapa hal yang telah dipastikan berpengaruh besar dalam pembentukan bisnis keluarga adalah berasal dari:

(12)

1. Lingkungan keluarga, mayoritas terdiri dari: a. Orang tua

b. Anak Sulung

c. Saudara dari pihak ayah dan ibu. 2. Pendidikan terdiri dari:

a. Pendidikan dalam keluarga. b. Pendidikan formal.

c. Pendidikan informal (luar sekolah). 3. Nilai pribadi

Nilai pribadi biasanya berskala pada kepemimpinan, semangat, agresif, perbuatan baik, kecocokan, kreatifitas, dan kejujuran.

4. Umur, terdapat perbedaan antara:

a. Wirausaha pria biasanya memulai berwirausaha pada awal usia 30 tahun. b. Wirausaha wanita biasanya memulai berwirausaha pada pertengahan usia

30 tahun.

c. Secara umum wirausaha memulai kariernya antara usia 22 hingga 55 tahun.

Perusahaan keluarga dicirikan terutama dengan kepemilikan dan keterlibatan yang signifikan dari keluarga dalam manajemen. Dengan sendirinya anggota keluarga akan mengantisipasi bahwa kepemimpinan (leadership) dan pengawasan (control) dilakukan oleh keluarga dan akan diturunkan pada generasi penerus. Kepemilikan yang signifikan dari keluarga terjadi tatkala suatu keluarga memiliki semua porsi pengawasan perusahaan dan berperan aktif dalam menetapkan

(13)

strategi dan menjalankan bisnis setiap hari. Berikut ini beberapa karakteristik lain perusahaan keluarga:

a. Keterlibatan anggota keluarga

b. Lingkungan pembelajaran yang saling berbagi c. Tingginya saling keterandalan

d. Kekuatan emosi e. Kekaburan fungsi f. Kepemimpinan ganda

2.1.4 Kekuatan dan Kelemahan Sebagai Perusahaan Keluarga

Perusahaan keluarga memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan jenis perusahaan lainnya, yakni:

1. Tingginya tingkat kemandirian tindakan (independen of action). Artinya hanya sedikit atau bahkan tidak ada tekanan burs saham (stock market) serta resiko yang kecil terhadap pengambilalihan perusahaan.

2. Dari sisi budaya perusahaan, kultur keluarga merupakan suatu kebanggaan tersendiri yang menunjukkan adanya stabilitas, identitas, motivasi, komitmen yang kuat, serta kontinuitas dalam kepemimpinan.

3. Adanya kemauan untuk menginvestasikan kembali profit sesuai kesepakatan bersama untuk mengembangkan perusahaan.

4. Manfaat-manfaat secara financial berupa kemungkinan memperoleh sukses besar.

(14)

Tabel 2.2

Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Keluarga

Dimensi Kekuatan Kelemahan

Infrastruktur Informal, fleksibel,

entreprenural, inovatif

Tidak ada kepastian, resisten terhadap perubahan, kurangnya pengembangan manajemen, tidak ada struktur organisasi.

Peran Sering memainkan peran ganda, fleksibel,

dual relationship,

pengambilan keputusan yang tepat.

Kebingungan peran, pekerjaan tidak selesai, memungkinkan masuknya anggota keluarga yang tidak qualifiedke dalam

perusahaan. Kepemimpinan Kreatif, ambisius,

otoritas informal,

entrepreneurial.

Otokrasi, resisten terhadap struktur dan sistem.

Keterlibatan keluarga

Komitmen karyawan, loyal, sistem keyakinan dan nilai yang sama, semangat keluarga, nama keluarga, impian keluarga, visi dan misi yang kuat.

Tidak dapat melepaskan isu – isu keluarga dalam bisnis,

pengambilan keputusan yang diubah secara emosional, tidak dapat memisahkan urusan bisnis dan keluarga.

Waktu Perspektif jangka panjang, kepercayaan terbangun sepanjang waktu.

Sulit berubah, sejarah keluarga mempengaruhi keputusan bisnis , kepercayaan dipengaruhi oleh kekecewaan awal.

Suksesi Pelatihan dapat dimulai lebih awal, dapat memilih waktu meninggalkan perusahaan.

Isu – isu keluarga, ketidakinginan untuk melepas bisnis,

ketidakmampuan memilih pengganti. Kepemilikan atau pengelolaan Kepemilikan keluarga, tingkat pengendalian yang tinggi, pendapatan sebagai motivasi.

Dapat mengorbankan pertumbuhan demi pengendalian, tidak harus bertanggung jawab kepada pemegang saham.

Budaya Inovatif, informal, fleksibel, kreatif,

adaptable, komunikasi

yang efisien.

Tidak efisien, emosional, resisten terhadap perubahan, reaktif, resiko tinggi terjadinya konflik.

Kompleksitas Dapat menumbuh-kembangkan kreativitas.

Harus dikelola untuk menghindari kebingungan.

(15)

2.2 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suhela (2010) dengan judul Penelitian “Analisis Faktor – faktor yang mendorong Entrepreneur dalam berwirausaha (Studi Kasus Pada pengusaha Bengkel Sepeda Motor di Jalan Setiabudi Medan)”,penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor yang mendorong entrepreneur dalam berwirausaha khususnya yang berada di jalan setia budi dan dapat disimpulkan bahwa ada lima alasan yang mendorong entrepreneur dalam berwirausaha yaitu alasan modal, pengalaman, pendidikan, minat dan bakat, serta keluarga. dari kelima alasan tersebut, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor modal merupakan alasan yang utama yang mendorong entrepreneur dalam berwirausaha.

Koranti (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap minat berwirausaha mahasiswa Universitas Gunadarma”, diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel lingkungan eksternal maupun internal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa Universitas Gunadarma, baik secara parsial maupun simultan.Hasil analisis regresi memperlihatkan sejumlah unsur dari faktor eksternal (lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar) sesuai dengan hipotesis yang dirumuskan, terdukung dalam penelitian ini. Kedua variabel tersebut terbukti berpengaruh secara positif terhadap minat berwirausaha dengan tingkat signifikansi 5% dan 1%. Lingkungan keluarga merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang lebih kuat dibanding lingkungan sekitar terhadap minat ber-wirausaha.

(16)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antara variabel yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari perumusan masalah yang telah di identifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survei literatur (Kuncoro, 2003: 44).

Bisnis keluarga adalah sebuah perusahaan yang anggota keluarganya secara langsung terlibat dalam kepemilikan, jabatan, dan fungsi. Hubungan antara keluarga dan nilai-nilai dalam keluarga merupakan hal terpenting yang mendasari suatu bisnis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan melewati segala tantangan yang ada, yaitu bagaimana setiap anggota keluarga memainkan peran dalam hubungan mereka dalam keluarga untuk mencapai tujuan yang diinginkan, adalah memfokuskan penelitian kepada ada atau tidaknya, dan besar atau tidaknya pengaruh turunan (keluarga) dalam minat berwirausaha. Keberhasilan tidak akan tercapai tanpa adanya kerja keras dan pengorbanan tenaga dan pikiran.

(17)

Berdasarkan teori – teori yang telah dikemukakan, maka model kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber: (Pandji, 2002) dan Khasmir, 2006), diolah penulis Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 menunjukkan hubungan antara faktor keluarga berpengaruh terhadap pilihan menjadi seorang wirausaha. Variabel yang dimiliki diharapkan mampu mempengaruhi minat seseorang untuk menjadi seorang wirausaha.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2005: 306). Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada rumusan masalah, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Faktor keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pilihan menjadi seorang wirausaha di Pajak Pasar Bengkel Jln. Medan – Tebing Tinggi Km. 45 Serdang Bedagai’’.

Faktor Keluarga (X) Pilihan Menjadi Seorang Wirausaha (Y)

Gambar

Gambar 2.1  menunjukkan  hubungan antara faktor keluarga  berpengaruh  terhadap pilihan menjadi seorang wirausaha

Referensi

Dokumen terkait

NABI YUNUS NIOME BAU BETE YUNUS DITELAN IKAN BESAR Bahasa Da’a Sultawesi Tengah... NABI YUNUS NIOME BAU BETE YUNUS DITELAN IKAN BESAR Bahasa Da’a Edisi Pertama

Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soerjono, 2006: 263), perubahan-perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara- cara hidup yang telah diterima, baik karena

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan.Perundang-undangan yang akan dibahas dalam

Nurul Isnaini Lutviana (2010) dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat yang dilaksanakan di LAZIS Masjid

Pemberian kuasa dan wewenang kepada Direksi Perseroan dengan hak subsitusi untuk melaksanakan segala tindakan yang diperlukan berkaitan dengan Penawaran Umum

Berdasarkan latar belakang yang telah telah dipaparkan pada halaman sebelumnya, maka pokok masalah pada penulisan skripsi ini lebih spesifik tentang bagaimana Pola

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita bilangan pecahan berdasarkan kriteria Watson di kelas VII SMP NU

Setelah menganalisis data objek penelitian, tema besar yang penulis angkat mengenai fenomena perokok di kalangan remaja SMP dalam film ini adalah “perokok