• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UMUR PINDAH TANAM DAN JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) SKRIPSI OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH UMUR PINDAH TANAM DAN JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) SKRIPSI OLEH"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

SKRIPSI

OLEH

MUHAMMAD AMIN

09C10407157

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH - ACEH BARAT

(2)

PENGARUH UMUR PINDAH TANAM DAN JUMLAH BIBIT

PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

SKRIPSI

OLEH

MUHAMMAD AMIN

09C10407157

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH - ACEH BARAT

(3)

Judul : Pengaruh Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Per Lubang

Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Nama Mahasiswa : Muhammad Amin NIM : 09C10407157 Jurusan : Agroteknologi Menyetujui, Komisi pembimbing Pembimbing Utama, Muhammad Jalil, SP, MP NIDN 0115068302 Pembimbing Anggota, Diswandi Nurba, S.TP, M. Si NIDN 0128048202 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Ir. Rusdi Faizin, M. Si NIP. 19630811 199203 1 001

Ketua Program Studi Agroteknologi

Jasmi, SP, M.Sc NIDN 0127088002 Tanggal Lulus : 05 Desember 2014

(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi/tugas akhir dengan judul :

Pengaruh Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Yang disusun oleh:

Nama : MUHAMMAD AMIN

N I M : 09C10407157

Fakultas : Pertanian Program Studi : Agroteknologi

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 05 Desember 2014 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI : 1 Muhammad Jalil, SP, MP

Pembimbing I/ Ketua TIM Penguji 2 Diswandi Nurba, S.TP, M.Si

Pembimbing II

3 Mita Setyowati, SP, M.Sc Penguji Utama

4 Ir. H. T. Sarwanidas, M.Si Penguji Anggota

Meulaboh, 05 Desember 2014 Ketua Prodi Agroteknologi,

(5)

Sepercik ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku, hanya saja aku mengetahui sebagian

“sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat

kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.

Dengan iringan do’amu hari ini telah ku gapai cita dan harapkan. Ayah….hari ini ku

Lelahmu menanti keberhasilanku, do’

menjadikan aku tegar, hingga ku dapatkan hidup dengan penuh kesabaran yang tersisa dariku selain terus berdo’a dan berusaha untuk selalu bisa

Dengan penuh keikhlasan dan segenap kasih sayang yang diiringi tulusnya do’a, kupersembahkan k

Ibunda tercinta Tibidah

dan Abangku Muhammad Latif. melimpahkan rahmat dan

Terimakasih yang tak terhingga ku ucapkan kepada rekan selalu setia dalam mengisi hari

kepada kekasihku tercinta Adinda Siti Maulida Nova, SP. Terimakasih semuanya karena telah menjagaku dalam iringan do’amu, kasih sayang dan keikhlasanmu yang tiada berujung masanya sehingga senantiasa memberiku semangat untuk lebih maju ke

depan dan menyongsong hari depan yang cerah,,,,,,,, Ya Allah…..

Sepercik ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku, hanya saja aku mengetahui sebagian kecil dari yang Engkau miliki sebagaimana firman “sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh

habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (Al-Kahfi : 109)

Ayahanda...

o’amu hari ini telah ku gapai cita-citaku yang engkau amanahkan an. Ayah….hari ini ku buktikan segala usahamu, terima

Do’aku selalu mengiringi langkahmu... Ibunda...

Lelahmu menanti keberhasilanku, do’amu membuat aku semangat, kasih sayangmu menjadikan aku tegar, hingga ku dapatkan hidup dengan penuh kesabaran

yang tersisa dariku selain terus berdo’a dan berusaha untuk selalu bisa membahagiakanmu...

Dengan penuh keikhlasan dan segenap kasih sayang yang diiringi tulusnya do’a, kupersembahkan karya tulis ini kepada Ayahanda M.

Tibidah juga kepada orang-orang yang kusayangi Kakakku Nurullah Muhammad Latif. Terimakasih atas do’anya, semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya untuk kita semua, Amin Ya Rabbal

’Alamin…….

asih yang tak terhingga ku ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan yang selalu setia dalam mengisi hari-hariku; H. TR. Malikul berserta keluarga

kepada kekasihku tercinta Adinda Siti Maulida Nova, SP. Terimakasih semuanya karena telah menjagaku dalam iringan do’amu, kasih sayang dan keikhlasanmu yang tiada berujung masanya sehingga senantiasa memberiku semangat untuk lebih maju ke

dan menyongsong hari depan yang cerah,,,,,,,, Thank’s for Attention.

Muhammad Amin

Sepercik ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku, hanya saja

kecil dari yang Engkau miliki sebagaimana firman-Mu : kalimat Tuhanku, sungguh kalimat Tuhanku, meskipun

Kahfi : 109)

citaku yang engkau amanahkan buktikan segala usahamu, terimakasih ayah

kasih sayangmu menjadikan aku tegar, hingga ku dapatkan hidup dengan penuh kesabaran, tiada lagi

yang tersisa dariku selain terus berdo’a dan berusaha untuk selalu bisa

Dengan penuh keikhlasan dan segenap kasih sayang yang diiringi M. Ubat dan Kakakku Nurullah , semoga Allah , Amin Ya Rabbal rekan seperjuangan yang berserta keluarga, terspesial kepada kekasihku tercinta Adinda Siti Maulida Nova, SP. Terimakasih semuanya karena telah menjagaku dalam iringan do’amu, kasih sayang dan keikhlasanmu yang tiada berujung masanya sehingga senantiasa memberiku semangat untuk lebih maju ke

Thank’s for Attention.

(6)

iii RINGKASAN

MUHAMMAD AMIN “Pengaruh Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.)”

(dibawah bimbingan Muhammad Jalil sebagai pembimbing utama dan Diswandi Nurba sebagai pembimbing anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pindah dan jumlah bibit per lubang tanam terhadap pertumbuhan tanaman padi, serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya mulai dari tanggal 10 Januari sampai dengan 08 Mei 2014.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa benih padi varietas Ciherang, pupuk Urea, SP-36, KCl, Insektisida Poksindo dan Fungisida Dithane M-45. Sedangkan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, hand traktor, parang, cangkul, hand spayer, meteran, jaring dan alat tulis menulis.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 4 x 3, dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti meliputi umur pindah tanam yang terdiri empat taraf, yaitu 10, 15, 20 dan 25 HSS. Faktor Jumlah bibit terdiri atas 3 taraf, yaitu : 1, 2 dan 3 bibit per lubang tanam.

Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan produktif dan umur berbunga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur pindah tanam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan umur 15 dan 45 HST, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan per rumpun umur 30 HST, umur berbunga dan jumlah anakan produktif per rumpun. Pertumbuhan tanaman padi terbaik di jumpai pada umur pindah tanam 10 HSS.

Jumlah bibit berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan umur 15 HST, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan per rumpun umur 30 dan 45 HST, umur berbunga dan jumlah anakan produktif per rumpun. Pertumbuhan tanaman padi terbaik di jumpai pada penggunaan 1 bibit per lubang tanam.

Terdapat interaksi yang sangat nyata antara umur pindah tanam dan jumlah bibit per lubang tanam terhadap jumlah anakan umur 15 HST dan terdapat interaksi yang nyata terhadap jumlah anakan umur 45 HST. Jumlah anakan terbaik dijumpai umur pindah tanam 10 HSS dengan 3 bibit per lubang tanam dan pada umur pindah tanam 10 HSS dengan 1 bibit per lubang tanam.

(7)

Puj penulis te Pindah Pertumbu janjungan dari alam Uc 1. Mu S.T bim 2. Ir. Um pra Pe 3. Ay pen me Ak amal dan Amin. uji syukur k elah dapat Tanam d uhan Tana alam Nabi kebodohan capan terima uhammad J TP. M.Si. se mbingan sam Rusdi Faiz mar dan C asarana sel rtanian Uni yahanda da ngorbanan enyelesaikan khirnya den bantuan m ke hadirat A menyelesa dan Jumla man Padi ( Besar Muh ke alam ya a kasih penu Jalil, SP. MP elaku pemb mpai selesa zin, M.Si. se Civitas Ak lama penul iversitas Teu an Ibunda, dan do n studi. ngan segala mereka men Allah SWT, aikan skrip ah Bibit (Oryza sativ hammad SA ang berilmu , karena den psi dengan Per Lub va L.)”. Sel AW yang tel pengetahua ngan limpa judul “Pe bang Tan lawat beririn ah membaw an. ahan rahmat engaruh U nam Terh ng salam ke wa umat ma t-Nya Umur hadap epada anusia

ulis sampaikan kepadaa : P. selaku pe bimbing ang ainya penuli embimbing ggota yang t isan skripsi utama dan telah memb ini. Diswandi N beri masukan Nurba n dan elaku Dekan ademika y lis terdafta uku Umar. n Fakultas P yang telah ar sebagai Pertanian U menyediak mahasiswa Universitas T kan sarana a pada Fak Teuku a dan kultas serta sauda orongan s kerendahan ndapat bala ara-saudarak emangat n hati penu asan yang Meu ku atas doa sehingga ulis berharap setimpal d ulaboh, M Penuli a, kasih sa penulis p semoga s dari Allah S Maret 2015 is ayang, dapat segala SWT. iv

(8)

v DAFTAR ISI

RINGKASAN ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Hipotesis ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Botani Tanaman Padi ... 4

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Padi ... 6

2.3. Pertumbuhan Tanaman Padi ... 7

2.4. Umur Pindah Bibit ... 9

2.5. Jumlah Bibit ... 10

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 11

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 11

3.3 Rancangan Percobaan ... 12

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 14

3.5 Pengamatan ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1. Pengaruh Umur Pindah Tanam ... 17

4.2. Pengaruh Jumlah Bibit... 22

4.3. Interaksi ... 27

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1. Kesimpulan ... 30

5.2. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 33

(9)

vi

Nomor Teks Halaman

1. Susunan kombinasi perlakuan antara umur pindah dan jumlah bibit per lubang tanam ... 12

2. Rata-rata tinggi tanaman padi umur 15, 30 dan 45 HST pada berbagai umur pindah tanam ... 17

3. Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur 15, 30 dan 45 HST pada berbagai umur pindah tanam ... 18

4. Rata-rata umur berbunga pada berbagai umur pindah tanam ... 20

5. Rata-rata jumlah anakan produktif pada berbagai umur pindah tanam ... 21

6. Rata-rata tinggi tanaman padi umur 15, 30 dan 45 HST pada berbagai jumlah bibit ... 22

7. Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur 15, 30 dan 45 HST pada berbagai jumlah bibit ... 23

8. Rata-rata umur berbunga pada berbagai jumlah bibit ... 25

9. Rata-rata jumlah anakan produktif pada berbagai jumlah bibit ... 26

10. Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur 15 dan 45 HST pada berbagai umur pindah tanam dan jumlah bibit ... 27

(10)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Pengolahan lahan dan membuat plot... 43

2. Lahan yang sudah siap tanam ... 43

3. Penanaman ... 43

4. Lahan siap tanam ... 44

5. Pengamatan jumlah anakan umur 15 HST ... 44

6. Pengamatan tinggi tanaman umur 15 HST ... 44

7. Pengamatan umur 30 HST ... 45

(11)

viii

Nomor Teks Halaman

1. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 15 HST (cm) ... 33

2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 15 HST ... 33

3. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 30 HST (cm) ... 34

4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 30 HST ... 34

5. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 45 HST (cm) ... 35

6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 45 HST ... 35

7. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 15 HST (anakan) ... 36

8. Analisis Ragam Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 15 HST ... 36

9. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 30 HST (anakan) ... 37

10. Analisis Ragam Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 30 HST ... 37

11. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 45 HST (anakan) ... 38

(12)

ix

12. Analisis Ragam Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam

Umur 45 HST ... 38

13. Rata-rata Umur Berbunga Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (hari) ... 39

14. Analisis Ragam Umur Berbunga Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam ... 39

15. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam ... 40

16. Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam ... 40

17. Deskripsi varietas ... 41

18. Bagan percobaan ... 42

(13)

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan bahan pangan pokok sebagian besar

masyarakat Indonesia. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya,

manusia berusaha memenuhi kebutuhan primer yaitu makan. Seiring tingginya

laju pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan beraspun semakin meningkat

(Humaedah et al., 2010). Beras adalah salah satu bahan makanan yang

mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi.

Padi termasuk genus Oryza yang meliputi lebih kurang 25 spesies, padi

merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno

berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti

sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai

pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar

Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal

padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.

Berdasarkan tempat tumbuh dan karakteristiknya tanaman padi dapat

digolongkan kedalam 3 tipe yaitu Indica, Japonica dan Javanica. Penggolongan

varietas ini didasarkan kepada morfologi, aspek fisiologis dan daya adaptasi

terhadap lingkungan. Berdasarkan daya adaptasinya “Japonica” merupakan padi

yang umumnya hidup dan diusahakan di daerah beriklim subtropis, sedangkan

padi “Javanica” umumnya adalah padi yang hidup di pulau Jawa dengan bulir

yang merupakan bentuk intermediate dari Indica dan Japonica (Anonymous,

1992).

(14)

2

Kebutuhan beras setiap tahun mulai bertambah, seiring dengan laju

pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2002 penduduk Indonesia berjumlah 210 juta

jiwa dan produksi padi mencapai 51,4 juta ton gabah kering giling (Anonymous,

2003). Dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,7 % pertahun dan

kebutuhan per kapita sebanyak 134 kg, maka pada tahun 2005 Indonesia harus

mampu menghasilkan padi sebanyak 78 juta ton untuk mencukupi kebutuhan

beras nasional (Abdullah, 2004).

Salah satu faktor terpenting yang menentukan tinggi rendahnya produksi

padi adalah mutu benih baik serta umur bibit yang sesuai. Umur bibit sangat

menentukan jumlah anakan per rumpun sehingga akan membentukan anakan

produktifnya lebih banyak. Dalam upaya meningkatkan produksi padi dan

pendapatan petani yaitu dengan cara pola tanam salah satunya penggunaan umur

bibit dan jumlah bibit yang ditanam per lubang tanam.

Penggunaan umur bibit yang masih muda (5-15 hari) sangat beresiko karena masih lemah dan perakaran yang belum kuat namun berpotensi anakan dan

pertumbuhan tanaman yang tinggi, sedangkan umur bibit yang jauh lebih tua (> 25 hari) akan menurunkan produksi (Siregar, 1981). Pada umumnya petani memindahkan bibit dari persemaian ke tempat penanaman padi atau sawah

berkisar antara umur 21-25 hari (Prasetiyo, 2002). Secara umum jarak tanam dan umur bibit pada padi sawah diketahui berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun hasil padi sawah. Walaupun demikian umur bibit dan jarak tanam yang optimum

masih belum diketahui dengan tepat, oleh karena itu penelitian mengenai jarak tanam dan umur bibit masih sangat penting untuk dilakukan.

Selain itu, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi adalah

(15)

lubang tanam. Sistem budidaya secara konvensional umumnya memakai bibit

3 - 7 bibit per lubang tanam sehingga terjadi persaingan unsur hara serta ruang

gerak untuk perkembangan akar dan anakan kurang stabil yang pada akhirnya

produktivitas rendah (Uphoff, 2001).

Hasrizart (2008) mengungkapkan bahwa metode penanaman padi dengan

pemakaian bibit yang lebih sedikit yaitu satu bibit per lubang tanam mampu memberikan hasil panen yang jauh lebih tinggi dari pada metode tradisional menanam 3 bibit per lubang tanam. Penelitian ini juga sejalan dengan metode SRI

(System Rice off Intensification) yang menerapkan teknologi penanaman satu bibit per lubang tanam dengan umur 7 hari setelah semai memberikan jumlah anakan lebih banyak bila dibandingkan dengan penanaman konvensional 7 bibit per

lubang.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui umur pindah tanam dan jumlah bibit per

lubang tanam yang tepat agar diperoleh pertumbuhan tanaman padi yang baik.

I.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pindah tanam

dan jumlah bibit per lubang tanam terhadap pertumbuhan tanaman padi, serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.

I.3. Hipotesis

1. Umur pindah tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi.

2. Jumlah bibit per lubang tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman padi.

3. Terdapat interaksi antara umur pindah tanam dan jumlah bibit per lubang tanam terhadap pertumbuhan tanaman padi.

(16)

II. T

Morfologi

INJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Padi 2.1.1. Sistematika

Menurut Suparyono dan Agus (1993), tanaman padi merupakan tanaman

semusim yang berupa rumput - rumputan yang dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Class : Monocotyledone

Ordo : Poales

Famili : Gramineae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L.

2.1.2.

Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat

makanan serta unsur hara dari dalam tanah. Pertumbuhan akar pada padi dimulai

dari proses perkecambahan benih. Akar yang pertama muncul yaitu akar tunggang

kemudian setelah 5 - 6 hari akan tumbuh akar serabut. Akar ini hanya dapat

menembus lapisan tanah bagian atas/lapisan olah tanah yaitu berkisar antara

10 - 12 cm. Pada umur 30 hari setelah tanam, akar akan dapat menembus hingga

kedalaman 18 cm dan pada umur 50 hari akar sudah mulai dapat menembus

lapisan tanah di bawahnya (sub soil) yaitu berkisar 25 cm (Anonymous, 1990).

(17)

Batang padi itu terdiri dari susunan beberapa ruas. Tiap-tiap dimulai dan

diakhiri dengan buku. Pada setiap buku nampaklah satu mata atau sukma. Letak

mata itu pada batang tanaman adalah silih berganti. Fungsi mata ini adalah

penting karena setiap mata yang tampak pada batang akan menghasilkan satu

anakan. Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian.

Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan muncul anakan sekunder. Anakan

ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Siregar, 1981).

Daun padi mula-mula muncul pada saat perkecambahan dan dinamakan

coleoptil. Coleptile keluar dari benih yang disebar dan akan memanjang terus

sampai ke permukaan air. Setelah coleoptile membuka, maka akan diikuti dengan

keluarnya daun pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak

yang disebut daun bendera. Sedangkan daun terpanjang biasanya terdapat pada

daun ketiga. Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek dari pada daun

yang di bawahnya, namun lebih lebar dari pada daun sebelumnya (Grist, 1960).

Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 8 – 10

buku yang menghasilkan cabang – cabang primer selanjutnya menghasilkan

cabang – cabang sekunder. Dari buku pangkal malai akan muncul hanya satu

cabang primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan

2 – 3 cabang primer. Jumlah cabang setiap malai berkisar antara 15 - 20 buah dan

setiap malai bisa mencapai 100 - 120 bunga (Tobing et al., 1995).

Gabah atau buah padi adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan

lemma dan palea. Buah ini merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan yang

mempunyai yang terdiri dari embrio (lembaga), endosperm dan bekatul

(18)

6

Biji ditempati oleh sebagian besar endoperm yang mengandung aleuro

yakni butir-butir yang mengandung protein terdapat pada vacuola. Endosperm

umumnya terdiri atas zat tepung yang terdiri dari selaput protein, gula, lemak, dan

zat organik (Luh, 1991).

2.2. Syarat Tumbuh 2.2.1. Iklim

Tanaman padi akan berproduksi dengan baik di daerah yang berhawa

panas dan banyak mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan

berkisar 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan

curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500 - 2000 mm. Tanaman padi

dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi

dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 650 m dpl dengan temperatur 22,5 0C – 26,5 0C

sedangkan di dataran tinggi padi dapat tumbuh baik pada ketinggian antara

650 – 1.500 m dpl dan membutuhkan temperatur berkisar 18,7 0C – 22,5 0C

(Anonymous, 1990).

Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang

rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu

proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi

akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah pada waktu bunting

juga dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari

(19)

2.2.2. Tanah

Tidak semua jenis tanah cocok untuk dijadikan areal persawahan. Hal ini

dikarenakan tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Padahal

dalam sistem tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air

tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Oleh karena itu, jenis tanah yang

sulit menahan air (tanah dengan kandungan air pasir tinggi) kurang cocok untuk

dijadikan lahan persawahan. Sebaliknya, tanah yang sulit dilewati air (tanah

dengan kandungan lempung tinggi) cocok untuk dibuat lahan persawahan.

Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang mampu

memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk

pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi

topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah

dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta modifikasi sistem

alam oleh kegiatan manusia (Suprayono dan Setyono, 1997).

Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya atasnya

antara 18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4 – 7. Pada lapisan tanah atas

untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10 - 30 cm dengan

warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan

kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing

25 % (Anonymous, 1990).

2.3. Pertumbuhan Tanaman Padi

Tumbuhan padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang

yang tersusun dari beberapa ruas. Tanaman padi membentuk rumpun dengan

(20)

8

anakan terjadi secara tersusun yaitu pada batang pokok atau batang - batang utama

akan tumbuh anakan pertama, anakan kedua tumbuh pada batang bawah anakan

pertama, anakan ketiga tumbuh pada buku pertama pada batang anakan kedua dan

seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa dan membentuk

perakaran sendiri (Luh, 1991).

Batang padi tersusun dari rangkaian ruas – ruas dan diantara ruas yang

satu dengan ruas yang lainnya dipisahkan oleh satu buku. Ruas batang padi

didalamnya berongga dan bentuknya bulat, dari atas ke bawah ruas buku itu

semakin pendek. Ruas yang terpendek terdapat dibagian bawah dari batang dan

ruas – ruas ini praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas – ruas yang berdiri

sendiri. Sumbu utama dari batang dibedakan dari bagian pertumbuhan embrio

yang disertai pada coleopotil pertama (Grist, 1960).

Pada buku bagian bawah dari ruas tanaman padi tumbuh daun pelepah

yang membalut ruas sampai buku bagian atas. Tepat pada buku bagian atas ujung

dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek

menjadi ligula (lidah) daun, dan bagian yang terpanjang dan terbesar menjadi

daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan. Daun

kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang disebut

daun bendera. Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligula dan daun

bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir padi (Siregar, 1981).

Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.

Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada

6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua

(21)

putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu

(Anonymous, 1983).

Pada dasar bunga terdapat ladicula (daun bunga yang telah berubah

bentuknya). Ladicula berfungsi mengatur dalam pembuahan palea, pada waktu

berbunga menghisap air dari bakal buah, sehingga mengembang. Pengembangan

ini mendorong lemma dan palea terbuka (Hasyim, 2000).

2.4. Umur Pindah Bibit

Keberhasilan pengelolaan suatu tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Taslim et al., (1985) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

tanaman diantaranya adalah teknik budidaya. Salah satu usaha yang diterapkan

antara lain melalui penggunaan umur bibit muda. Penanaman bibit dapat

dilakukan dengan cara tanam pindah maupun tanam benih langsung. Cara tanam

pindah lebih banyak diterapkan di lapangan karena memiliki beberapa

keuntungan.

Menurut Vergara (1985) cara tanam (pindah) lebih tahan terhadap rebah

karena pangkal tanaman lebih kuat tertambat dalam tanah dari pada tabur

langsung. Keuntungan lain cara tanam pindah bahwa bibit lebih cepat melekat

dengan tanah, sehingga apabila turun hujan bibit tetap ditempatnya. Letak benih

yang satu dengan lainnya lebih teratur karena ada pengaturan jarak tanam. Adanya

jarak tanam antara dua bibit dengan sendirinya akan mempunyai ukuran yang

lebih seragam (Siregar, 1981).

Umur bibit pindah tanam harus tepat dan sesuai untuk mengantisipasi

perkembangan akar yang umumnya berhenti pada umur 42 hari setelah semai,

(22)

10

hari sesudah semai (Thangaraj dan Toole, 1985). Di Indonesia sejak lama

dianjurkan menanam bibit berumur 3 minggu, dengan tinggi sekitar 22 - 25 cm

(Utomo dan Nazarudin, 2007).

2.5. Jumlah Bibit

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi adalah teknik

pengelolaan secara baik, diantaranya adalah jumlah bibit yang ditanam per lubang

tanam. Sistem budidaya secara konvensional umumnya memakai bibit 3 - 7 bibit

per lubang tanam sehingga terjadi persaingan unsur hara serta ruang gerak untuk

perkembangan akar dan anakan kurang stabil yang pada akhirnya produktivitas

rendah (Uphoff, 2001).

Hasrizart (2008) mengungkapkan bahwa metode penanaman padi dengan

pemakaian bibit yang lebih sedikit yaitu satu bibit perlubang tanam mampu

memberikan hasil panen yang jauh lebih tinggi dari pada metode tradisional

menanam 3 bibit per lubang tanam. Penelitian ini juga sejalan dengan metode SRI

(System Rice off Intensification) yang menerapkan teknologi penanaman 1 bibit

per lubang tanam dengan umur 7 hari setelah semai memberikan jumlah anakan

lebih banyak bila dibandingkan dengan penanaman konvensional 7 bibit per

(23)

11 3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya mulai dari tanggal 10 Januari sampai dengan 08 Mei

2014.

3.2. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Benih

Benih padi yang digunakan adalah varietas Ciherang yang diproduksi oleh

PT. Pertani (persero).

b. Pupuk

Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea sebanyak

250 kg ha-1 (375 gr plot-1), SP 36 sebanyak 100 kg ha-1 (150 gr plot-1) dan KCl

sebanyak 50 kg ha-1(75 gr plot-1).

c. Pestisida

Insektisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah Poksindo,

Fungisida yang digunakan adalah Dithane M-45, masing-masing disediakan

sebanyak 200 ml/l air-1.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik,

(24)

12

3.3. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 4 x 3, dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti meliputi umur pindah tanam dan jumlah bibit per lubang tanam.

Faktor Umur Pindah Tanam (U) terdiri atas 4 taraf, yaitu :

U1 = 10 HSS (Hari Setelah Semai)

U2 = 15 HSS (Hari Setelah Semai)

U3 = 20 HSS (Hari Setelah Semai)

U4 = 25 HSS (Hari Setelah Semai)

Faktor Jumlah Bibit Per Lubang Tanam (B) terdiri atas 3 taraf, yaitu :

B1 = 1 Bibit per lubang tanam

B2 = 2 Bibit per lubang tanam

B3 = 3 Bibit per lubang tanam

Dengan demikian tedapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan maka tedapat 36 unit perlakuan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel .1

Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan antara umur pindah tanam dan jumlah bibit per lubang tanam.

No. Kombinasi Perlakuan Umur Pindah (Hari Setelah Semai)

Jumlah Bibit per lubang tanam (Bibit) 1. 2. 3. 4. U1B1 U2B1 U3B1 U4B1 10 15 20 25 1 1 1 1 5. 6. 7. 8. U1B2 U2B2 U3B2 U4B2 10 15 20 25 2 2 2 2 9. 10. 11. 12. U1B3 U2B3 U3B3 U4B3 10 15 20 25 3 3 3 3

(25)

Model Matematis yang digunakan adalah:

Yijk= +i + Uj+ Bk+ (UB)jk+

ijk

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor umur pindah tanam taraf ke-j, faktor

jumlah bibit taraf ke-k dan ulangan ke-i  = Nilai tengah umum

i = Pengaruh ulangan ke-i ( i = 1,2 dan 3)

Uj = Pengaruh faktor umur pindahtanam ke-j ( j = 1,2, 3 dan 4)

Bk = Pengaruh faktor jumlah bibitper lubang tanam ke-k ( k = 1,2 dan 3)

(UB)jk = Interaksi umur pindah tanam dan jumlah bibit pada taraf umur pindah

ke-j, taraf jumlah bibit ke-k

ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor umur pindah taraf ke-j,

faktor jumlah bibit taraf ke-k.

Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan

dengan uji lanjutan yaitu Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Dengan

persamaan sebagai berikut:

BNT0,05= t0,05;dbgටଶ ௄்௚

Dimana :

BNT0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5 %

t0,05dbg = Nilai baku t pada taraf 5 %; derajat bebas galat

KTg = Kuadrat tengah galat

(26)

14

3.4. Pelaksanaan Penelitian

1. Perlakuan dan penyemaian benih

Sebelum penyemaian benih masukkan dalam goni kecil, dan dilakukan

perendaman dengan air bersih selama 12 jam kemudian ditiriskan. Benih

dikecambahkan selama 2 hari. Setelah berkecambah benih tersebut ditabur ke

lahan persemain yang telah disiapkan terlebih dahulu. Media persemaian benih

yang digunakan langsung disemai pada lahan sawah. pemberian pupuk pada

persemaian hanya diberikan pupuk Urea sebanyak 1 kg.

2. Pengolahan tahan

Pengolahan tanah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan hand traktor dengan cara dibajak atau dicangkul, 3 hari sebelum

dilakukan pembajakan lahan terlebih dahulu digenangi air untuk melunakkan

tanah. Pengolahan pertama dilakukan untuk membalikkan tanah, selanjutnya

sawah digenangi air lagi selama 3-4 hari, selang beberapa hari kemudian diadakan

pembajakan kedua untuk meratakan tanah. Kemudian dibuat plot dengan ukuran

3 x 5 m. Dengan jarak antar plot 50 cm, selanjutnya dilakukan pelumpuran dan

lahan siap ditanam.

3. Pemindahan bibit

Pemindahan bibit dilakukan pada umur 10, 15, 20 dan 25 Hari Setelah

Semai (HSS). Bibit yang dipindahkan harus tepat dan sesuai perlakuan, untuk

mengantisipasi perkembangan akar yang umumnya berhenti pada umur 42 Hari

(27)

4. Penanaman

Penanaman diawali dengan pencabutan bibit di persemaian dengan umur

bibit sesuai dengan perlakuan. Penanaman dilakukan dengan jumlah bibit setiap

lubang tanam yaitu 1 bibit, 2 bibit, dan 3 bibit per lubang tanam dengan jarak

25 cm x 25 cm. Keadaan lahan saat tanam bentuk berlumpur. Tanaman yang

diambil sebagai tanaman sampel adalah 10 rumpun dalam satu plot.

5. Pemupukan

Pemupukan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea diberikan 2 kali, pertama sebagai pupuk dasar sebanyak 150 kg ha-1 (225 gr plot-1), SP-36 100 kg ha-1 (150 gr plot-1) dan KCl 50 kg ha-1 (75 gr plot-1). Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam. Sedangkan pupuk susulan adalah pupuk Urea 100 kg ha-1 (150gr plot-1) diberikan waktu tanaman berumur 35 HST (Anonymous, 1990).

6. Pemeliharaan

Adapun pemeliharaan tanaman padi yang dilakukan meliputi :

a. Pengairan

Pengairan dilakukan dengan cara dialirkan air melalui saluran irigasi ke

saluran drainase yang dibagikan ke areal persawahan.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada umur 1 Minggu Setelah Tanam (MST),

dengan bibit yang sama pada tanaman yang mati.

c. Penyiangan gulma

Penyiangan gulma dilakukan terhadap rumput-rumput liar yang tumbuh

disekitar tanaman padi. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara mencabut

(28)

16

2 kali yaitu pada umur 20 HST dilakukan penyiangan pertama dan pada umur

42 HST dilakukan penyiangan kedua.

3.5. Pengamatan

Adapun peubah - peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diamati pada umur 15, 30 dan 45 HST. Pengukuran

dilakukan mulai dari pangkal batang tanaman sampai ujung daun tertinggi dengan

menggunakan meteran dalam satuan cm.

2. Jumlah Anakan Per Rumpun

Pengamatan jumlah anakan dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 HST

dengan menghitung jumlah anakan per rumpun.

3. Umur Berbunga

Pangamatan umur berbunga dihitung dari hari pertama tanam sampai

keluar malai sebanyak 80 % dari populasi tanaman per satu percobaan.

4. Jumlah Anakan Produktif Per Rumpun

Pengamatan jumlah anakan produktif dilakukan pada saat panen dengan

(29)

4.1. Pengaruh Umur Pindah Tanam

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai

dengan 16) menunjukkan bahwa umur pindah tanam berpengaruh sangat nyata

terhadap jumlah anakan umur 15 dan 45 HST, berpengaruh tidak nyata terhadap

tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan perumpun umur 30 HST,

umur berbunga dan jumlah anakan produktif per rumpun.

4.1.1. Tinggi Tanaman

Rata-rata tinggi tanaman padi umur 15, 30 dan 45 HST pada berbagai

umur pindah tanam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman padi umur 15, 30 dan 45 HST pada berbagai umur pindah tanam

Umur Pindah Tanam (hari setelah semai)

Tinggi Tanaman (cm) 15 HST 30 HST 45 HST 10 HSS (U1) 30.53 58.28 68.90 15 HSS (U2) 31.23 58.34 67.71 20 HSS (U3) 30.98 54.73 65.14 25 HSS (U4) 30.83 56.61 67.07

Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 15 dan 30 HST

dijumpai pada umur pindah tanam 15 HSS (U2) sedangkan pada umur 45 HST

dijumpai pada umur pindah tanam 10 HSS (U1) meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Dari berbagai umur pindah tanam yang dicobakan, tanaman tertinggi umur

15 dan 30 HST dijumpai pada umur pindah tanam 15 HSS sedangkan pada umur

45 HST dijumpai pada umur pindah tanam 10 HSS. Hal ini diduga karena pada

(30)

18

umur pindah yang masih muda akan membuat tanaman lebih cepat pulih dan

mampu beradaptasi cepat dengan lingkungan sehingga proses pertumbuhan

tanaman kearah yang lebih baik. Umur pindah tanam dengan bibit muda relatif

mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan umur pindah

tanam lebih tua. Hal ini sejalan dengan pendapat Vergara (1985) yang

menjelaskan bahwa umur pindah dengan bibit muda lebih cepat beradaptasi

dengan lingkungan karena akar tanaman lebih cepat menyesuaikan diri dengan

tanah dibandingkan dengan bibit tua yang sudah mempunyai akar lebih panjang.

4.1.2. Jumlah Anakan Per Rumpun

Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur 15 dan 45 HST pada berbagai

umur pindah tanam setelah diuji dengan BNT0,05 pada berbagai umur pindah

tanam dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur 15 dan 45 HST pada berbagai umur pindah tanam

Umur Pindah Tanam (hari setelah semai)

Jumlah Anakan Per Rumpun (Batang)

15 HST 45 HST 10 HSS (U1) 7.22 a 33.41 b 15 HSS (U2) 8.01 b 31.85 a 20 HSS (U3) 8.18 b 29.77 a 25 HSS (U4) 8.40 b 29.99 a BNT 0.05 0.55 1.65

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNT ).

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah anakan per rumpun terbanyak umur

15 HST dijumpai pada umur pindah tanam 25 HSS (U4) yang berbeda nyata

dengan umur pindah tanam 10 HSS (U1) namun berbeda tidak nyata dengan umur

(31)

ambar 1. Jumlah Anakan Per Rumpun dengan Berbagai Umur Pindah Tanam

Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah anakan per rumpun tanaman padi

umur 15 meningkat pada umur pindah tanam 25 HSS (U4), umur 30 dan 45 HST

meningkat pada umur pindah tanam 10 HSS (U1) dan menurun pada umur pindah

tanam 20 HSS (U3).

Dari berbagai umur pindah tanam yang dicobakan, meningkatnya jumlah

anakan per rumpun dijumpai pada umur pindah tanam 25 HSS (U4) dan umur

pindah tanam 10 HSS (U1). Hal ini diduga umur pindah tanam yang lebih muda

dapat meningkatkan jumlah anakan dan berpengaruh pada pertumbuhan maupun

hasil tanaman padi. Hal ini sesuai yang dikemukakan (Anonymous, 2009) bahwa

penanaman bibit muda memiliki beberapa keunggulan, antara lain tanaman dapat

tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak dan perakaran 45 HST jumlah anakan per rumpun terbanyak dijumpai pada umur pindah tanam

10 HSS (U1) yang berbeda nyata dengan umur pindah tanam 15 HSS (U2), 20

HSS (U3) dan 25 HSS (U4). Hubungan antara jumlah anakan per rumpun pada

berbagai umur pindah tanam umur 15 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.

7,22 8,01 8,18 8,40 33,41 30,20 29,77 29,99 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 10 15 20 25 Jumlah Anakan Per Rumpun (Batang)

Umur Pindah Tanam (Hari Setelah Semai)

15 HST 45 HST

G

(32)

20

4.1.3. Umur Berbunga

rbunga pada berbagai umur pindah tanam dapat dilihat

pada T

ta umur berbunga pada berbagai umur pindah tanam

bibit berumur kurang dari 15 hari lebih cepat beradaptasi dan cepat pulih dari

cekaman lingkungan akibat dipindahkan dari persemaian ke lahan pertanaman.

Secara umum, sistem tanam dan umur bibit pada tanaman padi sawah diketahui

berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun hasil padi sawah.

Rata-rata umur be

abel 4.

Tabel 4. Rata-ra

Umur Pindah Tanam

(hari setelah semai) Umur Berbunga (Hari)

10 HSS (U ) 1 64.94

15 HSS (U2) 65.11

20 HSS (U3) 64.66

25 HSS (U4) 64.86

Tabel 4 menunjukkan bahwa umur berbunga dijumpai pada umur pindah

tanam

tanam yang dicobakan, umur berbunga tercepat

dijump

20 HSS (U3) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata dengan perlakuan lainnya.

Dari berbagai umur pindah

ai pada umur pindah tanam 20 HSS (U3). Hal ini diduga umur pindah

tanam yang lebih muda tanaman tidak mengalami stagnasi yang lama dimasa

pemindahan dari tempat persemain ke lahan pertanaman. Gani (2002) dan

Anonymous (2003) menyatakan bahwa dengan menggunakan bibit yang muda

akan mempersingkat waktu stagnasi bibit di lapangan, sehingga umur berbunga

dan umur panen dapat lebih dipercepat dibanding dengan penggunaan bibit yang

(33)

mempunyai tingkat adaptasi yang lebih cepat dibanding dengan yang lebih tua

(25 HSS).

4.1.4. Jumlah Anakan Produktif

uktif pada berbagai umur pindah tanam dapat

dilihat

lah anakan produktif pada berbagai umur pindah tanam Rata-rata jumlah anakan prod

pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata jum Umur Pindah Tanam

(hari setelah semai) Jumlah Anakan Produktif

10 HSS (U ) 1 25.29

15 HSS (U2) 23.11

20 HSS (U3) 23.57

25 HSS (U4) 23.76

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif dijumpai pada umur

pindah

yang dicobakan, jumlah anakan

produk

tanaman seperti

akar, batang, dan daun dapat mencerminkan produktivitas tanaman. Berbeda tanam 10 HSS (U1) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan

yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Dari berbagai umur pindah tanam

tif terbanyak dijumpai pada umur pindah tanam 10 HSS (U1). Hal ini

diduga tanaman lebih banyak pertumbuhan anakan sejak pertama pindah lapang

dan membutuhkan banyak energi pada masa pemulihan. Kondisi ini berpengaruh

pada laju pertumbuhan vegetatif yang relatif lebih rendah sehingga jumlah anakan

produktif menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Masdar (2006) yang

menyatakan tingkat laju pertumbuhan tanaman yang rendah akan menurunkan laju

pertumbuhan hasil dan distribusi bahan kering dari daun ke biji.

(34)

22

dengan

4.2. Pengaruh Jumlah Bibit

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai

jumlah bibit berpengaruh sangat nyata terhadap

jumlah

4.2.1. Tinggi Tanaman

Rata-rata tinggi tanaman padi umur 15, 30 dan 45 HST pada berbagai

ada Tabel 6.

Tabel 6

jumlah bibit

Tinggi Tanaman (cm)

bibit umur 10 dan 15 hari, bibit umur 20 dan 25 hari sudah terpisah dari

biji dan tidak mempunyai cadangan makanan lagi saat dilakukan pindah lapang.

dengan 16) menunjukkan bahwa

anakan umur 15 HST, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan perumpun umur 30 dan 45 HST, umur

berbunga dan jumlah anakan produktif per rumpun.

jumlah bibit dapat dilihat p

. Rata-rata tinggi tanaman padi umur 15, 30 dan 45 HST pada berbagai

Jumlah Bibit

Lubang Tanam (Bibit) 15 HST 30 HST 45 HST

1 bibit (B1) 31.00 56.53 67.12

2 bibit (B2) 30.89 57.28 67.25

3 bibit (B3) 30.79 57.17 67.25

T njukkan bah aman tertinggi umur 15 HST dijumpai

pada 1 b lubang tana tanaman tertinggi umur 30 dan 45 HST

dijump

an tertinggi

umur 30 dan 45 HST dijumpai pada 2 bibit (B2) per lubang tanam. Hal ini diduga

abel 6 menu wa tan

ibit (B1) per m dan

ai pada 2 bibit (B2) per lubang tanam meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Dari berbagai jumlah bibit yang dicobakan, meningkatkan tinggi tanaman

(35)

karena

4.2.2. Jumlah Anakan Per Rumpun

Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur 15 HST pada berbagai jumlah

bibit setelah diuji dengan BNT0,05 dan jumlah anakan per rumpun 45 HST pada

Tabel 7.

Tabel 7

jumlah bibit per lubang tanam.

pada penggunaan bibit yang terlalu sedikit akan lebih baik untuk

pertumbuhan tanaman karena lebih rendah persaingan dalam penyerapan unsur

hara dibandingkan dengan penggunaan bibit yang terlalu banyak. Hal ini sejalan

dengan pendapat Uphoff (2001) yang menyatakan bahwa sistem budidaya secara

konvensional umumnya memakai 3 - 7 bibit per lubang tanam sehingga terjadi

persaingan unsur hara serta ruang gerak untuk perkembangan akar dan anakan

kurang stabil yang pada akhirnya produktivitas rendah.

berbagai jumlah bibit dapat dilihat pada

. Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur 15 dan 45 HST pada berbagai

Jumlah Bibit Lubang Tanam (Bibit)

Jumlah Anakan Per Rumpun (Batang)

15 HST 45 HST

1 bibit (B1) 7.57 a 31.69

2 bibit (B2) 7.83 a 30.35

3 bibit (B3) 8.47 b 30.48

BNT 0.05 0.63 -

Ke kuti oleh sama pada bari a berbeda taraf 5% ).

T njukkan bahwa anakan umur 15 H mpai pada

3 bibit (B ng tanam yang berbeda nyata dengan penggunaan 1 bibit (B1)

per lubang ta am. Umur 45 HST dijumpai pada

1 bibit

terangan : Angka yang dii a pada

huruf yang T

s yang sam tidak nyat (uji BN

abel 7 menu jumlah ST diju

3) per luba

nam dan 2 bibit (B2) per lubang tan

(B1) per lubang tanam meskipun secara statistik tidak menunjukkan

(36)

24

Gambar 2. Jumlah Anakan Per Rumpun dengan Berbagai Jumlah Bibit per lubang tanam Umur 15 HST.

Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah anakan per rumpun tanaman padi

eningkat pada pemakaian 1 bibit (B1) per lubang tanam dan menurun pada

pemakaian 2 bibit (B2) per lubang tanan.

Dari berbagai jumlah bibit yang dicobakan, meningkatnya jumlah anakan

per rumpun dijumpai pada penanaman 3 bibit per lubang tanam. Hal ini diduga

karena penggunaan bibit yang lebih sedikit akan meningkatkan jumlah anakan per

rumpun lebih banyak sehingga hasil panen meningkat dan tidak boros akan

penggunaan bibit per lubang tanam. Hasrizart (2008) menyatakan bahwa cara

penanaman padi dengan pemakaian bibit yang lebih sedikit yaitu 1 bibit per

lubang tanam mampu memberikan hasil panen yang jauh lebih tinggi dari pada

cara tradisional menanam 3 bibit per lubang tanam secara nyata kebutuhan bibit

lebih banyak serta persaingan unsur hara yang dibutuhkan lebih tinggi.

per rumpun dengan berbagai jumlah bibit umur 15 dan 45 HST dapat dilihat pada

Gambar 2. 7,57 7,83 8,47 8,2 8,40 8,60 Rumpun 7,00 7,20 7,40 7,60 7,80 8,00 0 1 2 3

Jumlah Anakan Per

(B

atang)

Jumlah Bibit Per Lubang Tanam (Batang)

umur 15 meningkat pada pemakaian 3 bibit (B3) per lubang tanam, umur 45 HST

(37)

rbunga pada berbagai jumlah bibit per lubang tanam.

Lub

4.2.3. Umur Berbunga

Rata-rata umur berbunga pada berbagai jumlah bibit per lubang tanam

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata umur be Jumlah Bibit

ang Tanam (Bibit) Umur Berbunga (hari)

1 bibit (B1) 64.97

2 bibit (B ) 2 64.84

3 bibit (B3) 64.87

an bahwa umu a pemakaian

2 bibit ( g tanam meskipun secara stat nunjukkan perbedaan

yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

anyak menyinari pada tanaman padi

sehingg

Tabel 8 menunjukk r berbunga dijumpai pad

B ) per luban2 istik me

Dari berbagai jumlah bibit yang dicobakan, umur berbunga tercepat

dijumpai pada pemakain 2 bibit (B2) per lubang tanam. Hal ini diduga tanaman

yang lebih sedikit cahaya matahari lebih b

a pertumbuhan dan umur berbunga lebih cepat dibandingkan dengan

penggunaan bibit yang terlalu banyak. Selain itu tinggi rendahnya pertumbuhan

tanaman dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal merupakan faktor yang dipengaruhi oleh sifat genetik atau sifat

turunan seperti umur tanaman, morfologi tanaman, daya hasil, kapasitas

menyimpan cadangan makanan, ketahanan terhadap penyakit dan lain-lain.

Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor lingkungan, seperti iklim, tanah dan

faktor biotik (Gardner et al., 1991). Disamping itu, penggunaan bibit sebanyak

1 batang/rumpun memberikan jumlah anakan yang relatif lebih sama dibanding

(38)

26

keseragaman tanaman yang relatif lebih baik tersebut menyebabkan umur

berbunga dan panen juga relatif lebih cepat dan lebih seragam.

4.2.4. Jumlah Anakan Produktif

Rata-rata jumlah anakan produktif pada berbagai jumlah bibit per lubang

tanam dapat dilihat pada Tabel 9.

produktif pada berbagai jumlah bibit per rumpun.

J

Jumlah Anakan Produktif Tabel 9. Rata-rata jumlah anakan

umlah Bibit Per Lubang Tanam (Bibit)

1 bibit (B1) 24.79

2 bibit (B2) 23.38

3 bibit (B3) 23.62

n bahwa jum i dijumpai

pada pe bibit (B1) per lubang tanam ipun secara statistik

menunju an yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

per rumpun

lebih b

Tabel 9 menunjukka lah anakan produktif tertingg

nanaman 1 mesk

kkan perbeda

Dari berbagai jumlah bibit yang dicobakan, jumlah anakan produktif

terbanyak dijumpai pada pemakaian 1 bibit (B1) per lubang tanam. Hal ini diduga

pengunaan bibit yang lebih sedikit akan meningkatkan jumlah anakan

anyak sehingga jumlah anakan produktif juga lebih banyak maka produksi

tanaman padi meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Suriapermana et al.

(1990) bahwa padi yang ditanam dengan bibit yang sedikit atau dalam bentuk

tegel jumlah anakan lebih banyak. Karena penggunaan bibit yang lebih sedikit

memberikan kondisi yang sama pada setiap tanaman padi untuk mendapat ruang

dan sinar matahari secara optimum, sehingga jumlah anakan produktif mencapai

(39)

n bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata terhadap

ur 15 HST. Berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan

45 HST

4.3.1. Jumlah Anakan

Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur 15 dan 45 HST pada berbagai

umur pindah tanam dan jumlah bibit setelah diuji dengan BNT0,05 dapat dilihat

Tabel

berbagai umur pindah tanam dan jumlah bibit per lubang tanam. BNT 0.05

4.3. Interaksi

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai

dengan 16) menunjukka

jumlah anakan um

, namun berpengaruh tidak nyata terhadap perlakuan lainnya.

pada Tabel 10.

10. Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur 15 dan 45 HST pada

Umur Pindah Tanam

Jumlah Bibit Per lubang tanam (bibit) 1 bibit 2 bibit 3 bibit

15 HST 1.10 U1 7.30 b 8.00 b 10.43 d U2 7.13 a 8.43 b 9.23 c U3 7.23 ab 6.13 a 8.20 b U 4 7.60 b 7.97 b 7.77 b 45 HST 3.30 U1 36.50 cd 29.77 a 28.63 a U2 32.83 bc 30.37 a 29.17 a U3 30.90 ab 30.63 a 28.77 a U4 30.47 a 30.03 a 32.03 b

Keterangan : Angka yang hur sama pada baris yang sama berbeda sangat nyata pada taraf 5% (uji BNT ).

el 1 enun hwa j akan ur 15 HST

dijumpai pada 10 (U an 3

yang berbeda nyata dengan perlakuan lain. Umur 45 HST dijumpai pada umur

pindah

diikuti oleh uf yang

Tab 0 m jukkan ba umlah an per rumpun um

umur pindah tanam 1) HSS d bibit (B3) per lubang tanam

tanam 15 (U2) HSS dan 1 bibit (B1) yang berbeda nyata dengan perlakuan

lain. Hubungan antara jumlah anakan per rumpun dengan berbagai umur pindah

(40)

28

Gambar 3. Jumlah Anakan Per Rumpun dengan Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit per rumpun Umur 15 dan 45 HST.

Gambar 4. Jumlah Anakan Per Rumpun dengan Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit per rumpun Umur 15 dan 45 HST.

Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa jumlah anakan per rumpun tanaman

padi umur 15 HST meningkat pada umur pindah tanam 10 (U1) HSS dan

pindah tanam 10 HSS dan pemakaian 1 bibit (B1) per lubang tanam dan menurun

pada u 7,30 7,13 7,23 7,60 8,00 8,43 7,97 9,23 8,20 8,00 10,00 11,00 Per 15 HST 6,13 10,43 7,77 5,00 6,00 7,00 9,00 U1 U2 U3 U4 Jumlah Anakan Rumpun umur

Umur Pindah Tanam (HSS)

B1 B2 B3 36,50 32,83 30,90 30 29,77 30,37 32,03 32,50 45 HST ,47 30,63 30,03 28,63 29,17 28,77 25,00 27,50 30,00 35,00 37,50 40,00 U1 U2 U3 U4 Jumlah Anakan Per Rumpun umur

Umur Pindah Tanam (HSS)

B1 B2 B3

pemakaian 3 bibit (B3) per lubang tanam, umur 45 HST meningkat pada umur

(41)

ST umur

pindah tanam

lapang, semakin sedikit jumlah phyllochron yang dihasilkan, sedang

Dari berbagai umur pindah tanam dan jumlah bibit yang dicobakan, meningkatnya jumlah anakan per rumpun dijumpai pada umur pindah tanam 10 HSS dengan 1 bibit per lubang tanam. Pada pengamatan 15 dan 45 H

10 HSS dan 1 bibit per lubang tanam mampu meningkatkan jumlah anakan padi karena bibit muda dan jumlah bibit yang sedikit memiliki kemampuan beradaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan bibit tua sehingga tanaman dapat tumbuh lebih baik. Umur pindah tanam lapang dan jumlah bibit sangat berpengaruh terhadap produksi padi. Semakin cepat bibit dipindahkan kelapang maka akan semakin cepat periode bibit beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga semakin cepat perkembangan anakan dan akar. Perakaran bibit berumur kurang dari 15 hari lebih cepat beradaptasi dan cepat pulih dari cekaman akibat dipindahkan dari persemaian ke lahan pertanaman (Anonymous, 2009). Selain itu, jumlah anakan padi juga berkaitan dengan periode pembentukan

phyllochron.

Phyllochron adalah periode muncul satu set batang, daun dan akar yang

muncul dari dasar tanaman dan perkecambahan selanjutnya. Semakin tua bibit dipindah ke

kan semakin muda bibit dipindahkan, semakin banyak jumlah phyllochron yang dihasilkan sehingga anakan yang dapat dihasilkan juga semakin banyak (Sunadi, 2008).

(42)

30

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Umur pindah tanam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan

umur 15 dan 45 HST, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan per rumpun umur 30 HST, umur

berbunga dan jumlah anakan produktif per rumpun. Pertumbuhan tanaman

padi terbaik dijumpai pada umur pindah tanam 10 HSS.

2. Jumlah bibit berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan umur

15 HST, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan

45 HST, jumlah anakan per rumpun umur 30 dan 45 HST, umur berbunga

dan jumlah anakan produktif per rumpun. Pertumbuhan tanaman padi

terbaik dijumpai pada penggunaan 1 bibit per lubang tanam.

3. Terdapat interaksi yang sangat nyata antara umur pindah tanam dan jumlah

bibit per lubang tanam terhadap jumlah anakan umur 15 HST dan terdapat

interaksi yang nyata terhadap jumlah anakan umur 45 HST. Jumlah anakan

terbaik dijumpai umur pindah tanam 10 HSS dengan 3 bibit per lubang

tanam dan pada umur pindah tanam 10 HSS dengan 1 bibit per lubang

tanam.

5.2. Saran

Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik dianjurkan penggunaan umur pindah tanam 10 HSS dan penggunaan 1 bibit per lubang tanam. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penggunaan umur pindah tanam dan penggunaan bibit terhadap tanaman padi.

(43)

Abdullah B. 2004. Pengenalan VUTB Fatmawati dan VUTB lainnya. Panduan Pelatihan Pemasyarakatan dan Pengembangan Padi Varietas Unggul Baru. Balai Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Anonymous, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Jakarta.

, 2003. Statistik Indonesia 2009. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

,2009. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian, Jambi.

,1983. Pedoman Bercocok Tanam Padi Palawija Sayur – sayuran. Departemen Pertanian Satuan Pengendali BIMAS, Jakarta.

Basri A, Ir. M.Si, Iskandar T. Ir.M.Si, Khalid J. Ir, Nasir Ali M.Ir. 2010. Petunjuk Praktis Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Aceh.

Gardner, F. P. R. B. Pearce, and R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. Terjemahan oleh: Herawati Susilo. University of Indonesia Press,

Jakarta. 428 hlm.

Hasrizart, I., 2008. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah.http://repository.usu.ac. id/handle/123456789/386 (diakses Januari 2011).

Hasyim, H. 2000. Padi. FP-USU Press, Medan.

Humaedah U, Sundari, S, Astuti , Y Trisedyowati . 2010. Usaha Tani denganPendekatan PTT. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Jakarta.

Luh, B.S., 1991. Rice Production, Volume I. Published by Van Nostrand Reinhold, New York.

Masdar. 2006. Pengaruh Jumlah Bibit Per Titik Tanam Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Reproduktif Tanaman Padi Pada Irigasi Tanpa Penggenangan.

Jurnal Dinamika Pertanian 21 (2) : 121-126.

Prasetiyo, Y.T. 2002. Budidaya Padi Sawah TOT ( Tanpa Olah Tanah). Kanisius. Yogyakarta, 59 hal.

Grist, D.H., 1960. Rice Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural Service, Malaya. Longmans Green and Co Ltd : London.

(44)

32

Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya, Bogor. 318 hal.

Suparyono dan A. Setyono. 1993. Padi. Penebar Swadaya, Jakarta.

.1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi. Cetakan I. Penebar Swadaya, Jakarta.

Taslim, Haerudin dan A.M. Fagi. 1985. Ragam Budidaya Padi. In: M. Ismunadji, S. Partohardjono, M. Syam, A.Widjono (Eds.). Padi I. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian da Pengembangan Tanaman Bogor, Bogor.

Thangaraj, M., and J.C. Toole. 1985. Root behavior, field and laboratory studies for rice and nonrice crops. In Soil Physics and Rice. International Rice Research Institute, Los Banos, Laguna, Philippines.

Tobing, M.P.L, Ginting, O. Ginting, S dan R.K Damanik, 1995. Agronomi Tanaman Makanan I. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Uphoff N. 2001. Oppurtunities for raising yields by changing management practices: The system of rice intensification in Madagascar: Agroecological Innovation: Increasing roof prodction With Participatory Development. Utomo, M dan Nazaruddin. 2007. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah.

Penebar Swadaya, Jakarta. 48 hal.

Vergara, B.S. 1975. Tumbuh dan perkembangan tanaman padi, 1-32 hal. Dalam H. Suseno (Ed). S. Harran dan S. Sudiatso (Penerjemah). Fisiologi Tanaman Padi (Bahan dari IRRI). Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. 51 hal.

,1985. Komponen Hasil, Unsur-Unsur yang Mempengaruhi HasilPadi. Dewan Redaksi Bhatara (Penerjemah). Bhatara Karya Aksara, Jakarta. 47 hal. Terjemahan dari : A Farmer’s Primer on Growing Rice.

(45)

Lampiran 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 15 HST (cm).

Perlakuan Ulangan Total Rerata

I II III U1B1 30.20 30.40 32.00 92.60 30.87 U2B1 30.00 29.70 31.70 91.40 30.47 U3B1 30.10 30.40 30.30 90.80 30.27 U4B1 30.50 29.90 34.00 94.40 31.47 U1B2 31.40 30.60 33.10 95.10 31.70 U2B2 29.50 32.10 30.00 91.60 30.53 U3B2 27.30 32.60 32.00 91.90 30.63 U4B2 29.50 31.80 31.40 92.70 30.90 U1B3 29.40 34.50 30.30 94.20 31.40 U2B3 30.80 32.40 29.90 93.10 31.03 U3B3 30.30 31.20 30.00 91.50 30.50 U4B3 31.20 31.40 30.30 92.90 30.97 Total 360.20 377.00 375.00 1112.20 -Ȳ = 30,89

Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 15 HST.

Sumber Keragaman dB JK KT F Hit. F. Tabel 0.05 0.01 Blok 2 14.04 7.02 3.32 tn 3.44 5.72 U 3 2.30 0.77 0.36 tn 3.05 4.82 B 2 0.26 0.13 0.06 tn 3.44 5.72 B x U 6 4.00 0.67 0.32 tn 2.55 3.76 Acak 22 46.52 2.11 - - -Total 35 67.12 - - - -KK = 4,71 % Keterangan : tn = Tidak nyata

(46)

34

Lampiran 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 30 HST (cm).

Perlakuan Ulangan Total Rerata

I II III U1B1 53.30 55.00 66.20 174.50 58.17 U2B1 59.00 56.40 63.70 179.10 59.70 U3B1 51.00 58.30 61.60 170.90 56.97 U4B1 56.20 58.60 61.80 176.60 58.87 U1B2 51.50 57.90 65.80 175.20 58.40 U2B2 54.90 64.00 54.40 173.30 57.77 U3B2 48.30 55.90 54.90 159.10 53.03 U4B2 49.50 63.00 53.60 166.10 55.37 U1B3 50.40 61.00 56.00 167.40 55.80 U2B3 61.80 48.30 58.00 168.10 56.03 U3B3 60.40 47.40 59.20 167.00 55.67 U4B3 55.50 58.00 60.90 174.40 58.13 Total 651.80 683.80 716.10 2051.70 -Ȳ = 56,99

Lampiran 4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 30 HST.

Sumber Keragaman dB JK KT F Hit. F. Tabel 0.05 0.01 Blok 2 172.27 86.14 3.21 tn 3.44 5.72 U 3 78.56 26.19 0.98 tn 3.05 4.82 B 2 4.00 2.00 0.07 tn 3.44 5.72 B x U 6 33.00 5.50 0.21 tn 2.55 3.76 Acak 22 589.93 26.81 - - -Total 35 877.77 - - - -KK = 9,09 % Keterangan : tn = Tidak nyata

(47)

Lampiran 5. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 45 HST (cm).

Perlakuan Ulangan Total Rerata

I II III U1B1 63.20 55.00 66.20 184.40 61.47 U2B1 59.00 56.40 63.70 179.10 59.70 U3B1 51.00 58.30 61.60 170.90 56.97 U4B1 56.20 58.60 61.80 176.60 58.87 U1B2 51.50 57.90 65.80 175.20 58.40 U2B2 54.90 64.00 54.40 173.30 57.77 U3B2 48.30 55.90 54.90 159.10 53.03 U4B2 49.50 63.00 53.60 166.10 55.37 U1B3 50.40 61.00 56.00 167.40 55.80 U2B3 61.80 48.30 58.00 168.10 56.03 U3B3 60.40 47.40 59.20 167.00 55.67 U4B3 55.50 58.00 60.90 174.40 58.13 Total 661.70 683.80 716.10 2061.60 -Ȳ = 57,27

Lampiran 6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 45 HST.

Sumber Keragaman dB JK KT F Hit. F. Tabel 0.05 0.01 Blok 2 124.75 62.38 2.26 tn 3.44 5.72 U 3 112.19 37.40 1.36 tn 3.05 4.82 B 2 0.21 0.10 0.00 tn 3.44 5.72 B x U 6 56.38 9.40 0.34 tn 2.55 3.76 Acak 22 606.43 27.56 - - -Total 35 899.96 - - - -KK = 9,17 % Keterangan : tn = Tidak nyata

(48)

36

Lampiran 7. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 15 HST (anakan).

Perlakuan Ulangan Total Rerata

I II III U1B1 7.60 7.60 6.70 21.90 7.30 U2B1 7.50 7.50 6.40 21.40 7.13 U3B1 7.70 7.70 6.30 21.70 7.23 U4B1 8.20 8.20 6.40 22.80 7.60 U1B2 8.90 8.90 6.20 24.00 8.00 U2B2 8.70 8.70 7.90 25.30 8.43 U3B2 5.70 5.70 7.00 18.40 6.13 U4B2 8.40 8.40 7.10 23.90 7.97 U1B3 10.90 10.90 9.50 31.30 10.43 U2B3 8.90 8.90 9.90 27.70 9.23 U3B3 8.40 8.40 7.80 24.60 8.20 U4B3 7.80 7.80 7.70 23.30 7.77 Total 98.70 98.70 88.90 286.30 -Ȳ = 7,95

Lampiran 8. Analisis Ragam Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 15 HST. Sumber Keragaman dB JK KT F Hit. F. Tabel 0.05 0.01 Blok 2 5.34 2.67 6.35 ** 3.44 5.72 U 3 7.09 2.36 5.63 ** 3.05 4.82 B 2 5.15 2.58 6.14 ** 3.44 5.72 B x U 6 27.27 4.55 10.83 ** 2.55 3.76 Acak 22 9.24 0.42 - - -Total 35 54.09 - - - -KK = 8, 15 % Keterangan : ** = Sangat Nyata

(49)

Lampiran 9. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 30 HST (anakan).

Perlakuan Ulangan Total Rerata

I II III U1B1 35.80 55.00 66.20 157.00 52.33 U2B1 59.00 56.40 63.70 179.10 59.70 U3B1 51.00 58.30 61.60 170.90 56.97 U4B1 56.20 58.60 61.80 176.60 58.87 U1B2 51.50 57.90 65.80 175.20 58.40 U2B2 54.90 64.00 54.40 173.30 57.77 U3B2 48.30 55.90 54.90 159.10 53.03 U4B2 49.50 63.00 53.60 166.10 55.37 U1B3 50.40 61.00 56.00 167.40 55.80 U2B3 61.80 48.30 58.00 168.10 56.03 U3B3 60.40 47.40 59.20 167.00 55.67 U4B3 55.50 58.00 60.90 174.40 58.13 Total 634.30 683.80 716.10 2034.20 -Ȳ = 56,51

Lampiran 10. Analisis Ragam Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 30 HST. Sumber Keragaman dB JK KT F Hit. F. Tabel 0.05 0.01 Blok 2 282.91 141.46 3.64 * 3.44 5.72 U 3 59.07 19.69 0.51 tn 3.05 4.82 B 2 37.35 18.67 0.48 tn 3.44 5.72 B x U 6 71.60 11.93 0.31 tn 2.55 3.76 Acak 22 853.79 38.81 - - -Total 35 1304.72 - - - -KK = 11,02 % Keterangan : * = Nyata tn = Tidak nyata

(50)

38

Lampiran 11. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 45 HST (anakan).

Perlakuan Ulangan Total Rerata

I II III U1B1 38.80 40.30 30.40 109.50 36.50 U2B1 32.30 35.00 31.20 98.50 32.83 U3B1 28.80 33.50 30.40 92.70 30.90 U4B1 28.10 33.80 29.50 91.40 30.47 U1B2 28.80 31.30 29.20 89.30 29.77 U2B2 29.40 35.40 26.30 91.10 30.37 U3B2 28.80 35.50 27.60 91.90 30.63 U4B2 28.90 33.70 27.50 90.10 30.03 U1B3 25.80 32.40 27.70 85.90 28.63 U2B3 29.80 31.90 25.80 87.50 29.17 U3B3 29.10 31.40 25.80 86.30 28.77 U4B3 33.40 31.60 31.10 96.10 32.03 Total 362.00 405.80 342.50 1110.30 -Ȳ = 30,84

Lampiran 12. Analisis Ragam Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Umur 45 HST. Sumber Keragaman dB JK KT F Hit. F. Tabel 0.05 0.01 Blok 2 175.16 87.58 23.11 ** 3.44 5.72 U 3 80.07 26.69 7.04 ** 3.05 4.82 B 2 13.11 6.56 1.73 tn 3.44 5.72 B x U 6 61.66 10.28 2.71 * 2.55 3.76 Acak 22 83.37 3.79 - - -Total 35 413.37 - - - -KK = 6,31 % Keterangan : ** = Sangat Nyata tn = Tidak nyata * = Nyata

Gambar

Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan antara umur pindah tanam dan jumlah bibit per lubang tanam.
Tabel 2.  Rata-rata tinggi tanaman padi umur  15, 30 dan 45 HST pada berbagai  umur pindah tanam
Tabel 3.  Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur 15 dan 45 HST pada berbagai  umur pindah tanam
Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah anakan per rumpun tanaman padi  umur 15 meningkat pada umur pindah tanam 25 HSS (U 4 ), umur 30 dan 45 HST  meningkat pada umur pindah tanam 10 HSS (U 1 ) dan menurun pada umur pindah  tanam 20 HSS (U 3 )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di negara ini, kemelut politik selama beberapa hari membabitkan perubahan kerajaan dilihat sedikit sebanyak menjejaskan penumpuan dalam menangani penularan COVID-19.. Jelas

Hasil dari penelitian ini adalah marketing mix yang dilakukan oleh CV Aliansyah sudah sesuai dengan etika bisnis islam, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya

persentase tanggapan siswa terhadap aspek kemenarikan e-book interaktif, maka dapat dikatakan bahwa e-book interaktif berbasis representasi kimia pada materi ikatan

Media yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu multimedia interaktif dilengkapi dengan simulasi berupa animasi yang bertujuan untuk memvisualisasikan konsep

Kedua (2b), siswa diminta untuk menginferensi apa yang ber- pengaruh pada ¿T b larutan elektrolit. Pada soal siswa diminta untuk memprediksikan larutan elektrolit

Fenomenologi Tax Amnesty-Efektif atau Tidak Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, peneliti menemukan bahwa salah satu alasan wajib pajak mengikuti tax amnesty

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa nilai rataan analisis logam berat Pb sampel daun kol dan buah tomat yang ditanam pada jarak 5 meter dan 10 meter dari

berpasangan (suami-istri) adalah fitrah dalam artian untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, diantaranya fitrah manusia itu adalah bertumbuh dan berkembang,