• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Perubahan yang semakin cepat dalam teknologi komunikasiinformasi,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Perubahan yang semakin cepat dalam teknologi komunikasiinformasi,"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia telah mengalami pergeseran yang dimulai dari masa industri ke masa pasca industri kemudian ke masa informasi dan telekomunikasi. Hal ini ditandai dengan adanya kemajuan yang sangat pesat dalam bidang teknologi dan komunikasi. Perubahan yang semakin cepat dalam teknologi komunikasi-informasi, menyediakan suatu media yang memudahkan komunikasi antar manusia secara global (Rahardjo, 2006). Seiring dengan berkembangnya teknologi, kini semakin banyak keluarga yang menggunakan internet untuk tetap menjalin hubungan dengan orang lain. Terbukti dengan penggunaan email, chat,

instant messaging, bulletin board, listservs, dan juga mailing list yang digunakan

untuk berhubungan dengan orang lain. Selain itu, sejalan dengan perkembangan teknologi, software aplikasi sosial seperti Instant Messaging, Blog, Wiki, dan berbagai layanan situs jaringan sosial juga turut berkembang (Beebe dkk, 2008).

Situs jejaring sosial (social networking sites) merupakan suatu situs yang menawarkan berbagai macam cara untuk berkomunikasi melalui internet dengan orang-orang baru dari seluruh dunia. Situs ini mengizinkan seseorang untuk menciptakan halaman profil pribadi secara online dengan mudah dan sederhana, serta membangun jaringan pertemanan secara online. Pengguna situs ini dapat berkomunikasi melalui profil mereka baik dengan teman-teman ataupun dengan orang-orang di luar daftar koneksi mereka (Ofcom dalam Restuwati, 2010).

(2)

Kepopuleran media baru ini meningkat dengan cepat berkat kelebihannya yang memungkinkan individu-individu menampilkan diri sesuai dengan keinginan mereka, membangun jaringan sosial yang terdiri dari lingkaran-lingkaran pertemanan, serta berfungsi untuk memperkuat dan memelihara hubungan pertemanan (Ellison, dkk, 2007).

Misalnya facebook, salah satu situs jaringan sosial yang paling terkenal di dunia (Sheldon, 2009). Facebook, situs jaringan sosial online yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg, mulai terbentuk sejak Februari 2004 pada awalnya khusus diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Harvard, namun kini sudah dapat digunakan oleh semua orang dan mengalami perkembangan pesat (Stutzman dalam Limperos dkk, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh compete.com pada Januari 2009, facebook mendapat peringkat pertama sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan oleh para pengguna aktifnya, dan prestasi ini mengalahkan situs jaringan sosial

MySpace, yang berada pada peringkat ke dua (Sheldon, 2009).

Facebook dapat terus bertahan diantara situs jaringan sosial lainnya

disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota pengguna dan aplikasi yang dimilikinya (Zarghooni, 2007). Aplikasi yang terdapat dalam facebook memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan informasi personalnya, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya, dan facebook juga menampilkan dan menyediakan informasi yang lebih banyak

(3)

dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya (Stutzman dalam Limperos dkk, 2008).

Data yang diperoleh dari laporan Global Monitor, layanan premium yang menyediakan data vital tentang perkembangan pengguna facebook, awal Desember 2009 hingga awal Januari 2010, jumlah pengguna aktif facebook di dunia naik dari 337 juta ke 350 juta. Sejalan dengan perkembangan pengguna facebook di dunia, jumlah pengguna facebook di Indonesia pun turut meningkat. Hal ini didukung oleh jumlah populasi yang besar, Indonesia menempati urutan ke-2 dalam pertumbuhan pengguna facebook tertinggi di dunia (Jayanti, 2010). Bahkan Indonesia mendapat julukan sebagai the Republic of the Facebook dikarenakan perkembangan pengguna facebook di Indonesia yang mencapai 645% pada tahun 2008. Prestasi ini menjadikan Indonesia sebagai the fastest growing

country on Facebook in Southeast Asia. Angka pertumbuhan ini mengalahkan

pertumbuhan facebook di China dan India yang merupakan peringkat teratas populasi penduduk di dunia (Sahana dalam Anonimous, 2009).

Berikut data pertumbuhan pengguna facebook di Indonesia dimulai bulan Desember tahun 2009 hingga bulan Mei 2010 :

Tabel 1. Jumlah Pengguna Aktif Facebook di Indonesia Tahun 2010

Bulan/Tahun Jumlah pengguna (user) Jumlah peningkatan pengguna (user) Januari/ 2010 15.301.280 Februari/ 2010 17.301.760 2.000.480 Maret/ 2010 19.094.640 1.792.880 April/ 2010 21.027.660 1.933.020 Mei/ 2010 28.000.000 6.972.340 Sumber : (Anonimous, 2010)

(4)

Sebagai sebuah situs jaringan sosial online yang berkembang pesat,

Facebook telah menjadi tempat interaksi sosial diantara para remaja, muda-mudi

dan orang dewasa dari seluruh negara di dunia (Zarghooni, 2007). Data demografi yang diperoleh dari checkfacebook.com per November 2009 diperoleh bahwa jumlah pengguna facebook terbesar di Indonesia adalah individu yang berada pada rentang usia 18-24 tahun yaitu sebesar 41,6% dari keseluruhan total populasi pengguna facebook di Indonesia. Dari keseluruhan populasi pengguna facebook, di dominasi oleh pria sebanyak 59,4%, sedangkan wanita sebanyak 40,6% (Donny, 2010).

Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang yang memiliki account di

facebook, menyatakan bahwa dengan menggunakan facebook ia dapat bertemu

kembali dengan teman-temannya yang sudah lama tidak bertemu, selain itu ia juga dapat menambah kenalan-kenalan melalui facebook. Ia juga menyatakan bahwa 40% dari keseluruhan temannya di facebook tidak dikenalnya sama sekali. Berikut kutipan wawancara dengan salah seorang pengguna situs jaringan sosial yang berinisial IT:

“ ….banyak keuntungan gabung di Facebook, kak. Aku bisa ketemu lagi sama temen-temen lama ku dari Facebook ini. Trus aku juga bisa nambah kenalan-kenalan baru, karena dari keseluruhan temanku di Facebook, ada juga yang gag ku kenal. Sekitar 40% dari jumlah teman yang ku punya, aku gag kenal sama mereka.” (Komunikasi personal, 10 Februari 2010).

Hal ini sejalan dengan temuan yang diperoleh dari hasil survey lapangan terhadap para pengguna facebook yang dilakukan oleh tim InternetSehat.org-ICT Watch yang bekerja sama dengan National University of Singapore. Survei ini dilakukan di kota Sukabumi dan Cilegon di sepanjang April 2010 dengan jumlah

(5)

total responden adalah sebanyak 180 orang pengguna facebook yang berusia diantara 14-25 tahun. Hasil survey menyatakan bahwa 64% dari total responden terkadang langsung melakukan penerimaan atau menyetujui permintaan pertemanan dari orang yang tidak dikenal untuk menjadi temannya di facebook, dan 28% dari responden sering melakukan hal tersebut. Selain itu dari hasil survey ditemukan bahwa sekitar 27% responden menyatakan memilih untuk pergi sendiri, tanpa ditemani oleh siapapun ketika hendak “kopi darat” dengan kenalan baru dari facebook (Donny, 2010).

Hal ini sesuai dengan Boyd (dalam Kito, 2005) yang menyatakan bahwa

facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial memudahkan individu untuk

bertemu dengan orang lain yang memiliki minat yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya memudahkan individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, yang berpotensi membuat jaringan pertemanan menjadi lebih luas dan lebih heterogen.

Tubbs (2003) menyatakan bahwa fasilitas yang dimiliki facebook memudahkan penggunanya untuk mengirimkan dan berbagi biografi visual untuk mempertahankan pertemanan dengan kenalan dan untuk mengeksplorasi hubungan yang dibentuk dengan orang lain yang belum dikenal. Mengetahui informasi personal merupakan syarat utama ketika seseorang memulai suatu hubungan interpersonal. Pada hubungan personal yang dibentuk secara online, kita mengembangkan identitas kita sebagai anggota dari komunitas online tersebut dan membentuk kesan terhadap anggota lainnya. Jones & Kenny (dalam Wang dkk, 2009) menyatakan dengan mengetahui beberapa informasi yang tidak

(6)

ditampilkan secara online yang mencakup beberapa isyarat penting bagi orang tersebut berguna untuk membentuk kesan terhadap temannya berkomunikasi dan penampilan secara fisik merupakan petunjuk yang paling dicari.

Hasil penelitian Ellison (2009) mengemukakan 3 tahapan dalam menjalin hubungan melalui facebook. Tahapan pendekatan yang dilakukan meliputi

initiating, maintaining, dan information seeking. Pada tahap initiating, individu

menggunakan facebook untuk memulai suatu hubungan dengan orang lain. Steinfield (2009) menyatakan bahwa dalam dunia online individu bertemu dan berkenalan dengan orang lain pada kelompok dengan minat yang sama. Hal ini memudahkan individu untuk memperoleh informasi satu sama lain dan memfasilitasi terjadinya komunikasi. Tahap maintaining individu menggunakan

facebook untuk mempertahankan hubungan atau ikatan yang sudah terjalin.

Kemudian pada tahap information seeking individu menggunakan facebook untuk memfasilitasi hubungan dengan orang lain, untuk mencari informasi seputar orang tersebut.

Sheldon (2009) melakukan sebuah penelitian, yang mengungkapkan bahwa ketika terdapat persepsi ketertarikan diantara dua orang, maka ketertarikan tersebut akan mendorong seseorang untuk terbuka dan melakukan pengungkapan diri di facebook, khususnya meningkatnya jumlah topik pembicaraan yang didiskusikan dengan orang lain. Beberapa penelitian (dalam Devito, 1986) menemukan bahwa kita akan terbuka dan melakukan pengungkapan diri dengan orang yang kita sukai dan sebaliknya kita tidak akan terbuka dan melakukan pengungkapan diri dengan orang yang kita sukai. Dayakisni (2009) menyatakan

(7)

bahwa dalam interaksi antara individu dengan orang lain, apakah orang lain tersebut akan menerima atau menolak kita, bagaimana cara orang lain mengetahui tentang kita ditentukan oleh bagaimana individu dalam mengungkapkan dirinya.

Beebe(2008) menyatakan pengungkapan diri dapat membangun keintiman dalam suatu hubungan yang kita bina dengan orang lain. Namun terdapat perbedaan antara komunikasi langsung dengan komunikasi secara online yaitu terdapat anonimitas dalam komunikasi online. Wang (2009) juga menyatakan bahwa komunikasi yang dilakukan secara online menekankan pada kurangnya petunjuk dalam sebuah interaksi komunikasi dan komunikasi yang terjadi bersifat anonim. Beebe (2008) menyatakan anonimitas merupakan suatu keadaan dimana kita tidak mengetahui dengan siapa kita menjalin komunikasi. Hal ini sejalan dengan Devito (2008) yang mendukung salah satu kerugian ketika kita membina hubungan secara online kita tidak dapat melihat secara langsung orang yang kita ajak menjalin hubungan. Selain itu terdapat kemungkinan orang yang berinteraksi secara online memberitahu informasi yang salah mengenai dirinya dan terdapat kemungkinan kecil untuk mengetahui kebohongan tersebut.

Hal ini terbukti dalam kasus penipuan yang dialami oleh seorang pengguna facebook yang berinisial FS, seorang mahasiswi kedokteran yang ditipu oleh tersangka yang mengaku sebagai serorang mahasiswa kedokteran sebuah universitas ternama di Yogyakarta. Berkenalan dengan tersangka melalui

facebook dan tertipu oleh bujuk rayunya, hingga FS mengalami kehilangan

(8)

dengan pernyataan yang dikatakan oleh Devito (1985) bahwa bahaya dalam pengungkapan diri dapat menyebabkan kita mengalami kehilangan materi.

Berg & Derlega (dalam Sheldon, 2009) menyatakan pengungkapan diri merupakan suatu proses mengungkapkan informasi pribadi mengenai seseorang secara verbal. Menurut Dayakisni (2003) pengungkapan diri terbagi atas dua jenis, yaitu deskriptif dan evaluatif. Pengungkapan diri yang bersifat deskriptif artinya individu mengungkapkan fakta tentang dirinya yang mungkin belum diketahui oleh lawan bicara seperti pekerjaan, tempat tinggal, agama, umur. Pengungkapan diri yang bersifat evaluatif artinya individu mengungkapkan pendapat atau perasaan pribadinya misalnya kecemasan individu atas hasil ujian, alasan individu membenci pekerjaannya. Topik-topik dalam pengungkapan diri dapat berupa informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi serta ide yang sesuai dan terdapat dalam diri individu yang bersangkutan.

Kedekatan atau keintiman merupakan elemen terpenting dalam suatu hubungan interpersonal (Dayakisni, 2009). Sheldon (2009) menyatakan bahwa pengungkapan diri memainkan peran penting dalam perkembangan sebuah hubungan interpersonal. Sejalan dengan Dayakisni (2009) yang menyatakan bahwa pengungkapan diri dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan suatu hubungan, karena melalui proses mengungkapkan informasi mengenai diri kita, maka kemungkinan dapat membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih intim. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sheldon (2009) bahwa pengungkapan diri juga meningkatkan tingkat kepercayaan interpersonal dengan orang yang menjadi pasangan pengungkapan diri yang kita

(9)

lakukan. Selain itu Altman (dalam Kito, 2005) juga menyatakan bahwa pengungkapan diri juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas dari suatu hubungan dekat. Hal ini sejalan dengan Devito (1986) yang menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan faktor penting dalam membangun suatu hubungan yang bermakna. Tanpa adanya pengungkapan diri, maka akan sulit membentuk suatu hubungan yang berkualitas.

Hal ini sejalan dengan Altman & Taylor (Limperos dkk, 2008) menyatakan bahwa proses pengungkapan diri merupakan hal yang penting dalam membangun sebuah hubungan yang kemudian diikuti dengan beberapa proses dimana individu mengungkapkan informasi yang sederhana seperti pendapat (kuantitas) pada interaksi awal dan kemudian informasi yang mendalam (kualitas) ketika hubungan terus berlanjut. Devito (1986) menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada setiap individu dalam melakukan pengungkapan diri dalam hal jumlah, valensi, ketepatan dan kejujuran, keluasan, dan kedalaman informasi yang diungkapkan. Hubungan yang dijalin dengan orang lain juga mempengaruhi frekuensi dan kecenderungan kita untuk mengungkapkan diri dengan orang tersebut. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa seseorang lebih sering melakukan pengungkapan diri kepada orang yang dekat dengan kita, misalnya dengan pasangan, keluarga, atau teman dekat kita.

Sejalan dengan Beebe dkk (2008) yang menyatakan semakin intim hubungan kita yang terbentuk dengan orang lain, maka semakin intim sifatnya informasi yang kita ungkapkan dengan orang tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gilbert (dalam Kito, 2005), dimana hasil penelitian

(10)

tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkatan pengungkapan diri yang dilakukan terhadap pasangan dan teman. John M. Reisman(dalam Devito, 1986) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe pertemanan yang mewakili suatu kualitas hubungan, yaitu reciprocity, receptivity, dan

association.

Devito (2008) menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity ini merupakan tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan, pengorbanan yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang tercipta berdasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.

Pada tipe pertemanan yang kedua yaitu receptivity, adalah pertemanan yang dikaraktreristikkan dengan adanya ketidak seimbangan yang terjadi dalam hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam pertemanan ini salah satu pihak menjadi pemberi primer dan pihak lain sebagai penerima primer. Ketidakseimbangan yang terjadi bersifat positif, karena setiap pihak memeproleh suatu hal dari hubungan yang tercipta. Pada tipe pertemanan yang ketiga yaitu association, adalah pertemanan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang bersahabat namun bukan sebuah pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat rasa percaya, memberi atau menerima yang cukup besar dalam tipe pertemanan ini, terdapat keramahan dalam hubungan ini tetapi tidak intens.

Raven dan Rubin (dalam Dayakisni, 2009) menyatakan bahwa proses pengungkapan diri pada individu juga memiliki kecenderungan mengikuti norma

(11)

resiprok (timbal balik). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita akan cenderung memberikan reaksi yang seimbang. Pada umumnya kita mengharapkan orang lain memperlakukan kita sama seperti kita memperlakukan mereka. Menurut Taylor (2009) menyatakan bahwa anonimitas yang terdapat dalam interaksi secara online memudahkan seseorang untuk mengungkapkan informasi personalnya, hal ini mungkin karena individu merasa mereka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri mereka saat mereka melakukan interaksi secara online.

Maka dari itu peneliti ingin melihat bagaimana hubungan antara tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna situs jaringan social facebook.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana hubungan antara tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu psikologi khususnya pada bidang psikologi sosial dan psikologi komunikasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk

(12)

melakukan penelitian selanjutnya berkaitan dengan topik tipe-tipe pertemanan dan pengungkapan diri pada para pengguna facebook.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada individu pengguna facebook mengenai hubungan antara tipe pertemanan dengan pengungkapan diri yang dilakukan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi para pengguna

facebook, agar berhati-hati dan teliti dalam melakukan pengungkapan

diri, khususnya dalam interaksi komunikasi yang dilakukan secara

online.

D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini berisi tinjauan teoritis yang sesuai dengan variable-variabel dalam penelitian yaitu kesepian dan pengungkapan diri, hubungan antar variable, kerangka berffikir, dan hipotesa penelitian.

(13)

BAB III : Metodologi Penelitian

Bab ini berisi identifikasi variable penelitian, defenisi operasional variable, sampel dan teknik pengambilan sampel, metode pengambilan data, validitas dan realibilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, serta metode analisis data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.

BAB IV : Analisa dan Interpretasi Data

Bab ini berisi pengolahan data penelitian meliputi gambaran umu subjek penelitian, hasil uji asumsi, hasil utama penelitian, dan hasil tambahan penelitian.

BAB V : Kesimpulan, Saran, dan Diskusi

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, diskusi penelitian, dan saran-saran yang diperlukan baik secara teoritis maupun praktis untuk lebih menyempurnakan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Pengguna Aktif Facebook di Indonesia Tahun 2010  Bulan/Tahun  Jumlah pengguna (user)  Jumlah peningkatan pengguna

Referensi

Dokumen terkait

Banyaknya galian yang cukup dalam di pemukiman yang cukup ramai, tidak diberi rambu lalu-lintas, pengaman ataupun Papan Peringatan / Garis Batas sehingga membahayakan pengguna

Work family conflict berpengaruh terhadap stres kerja dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirakristama (2011) bahwa konflik peran ganda berpengaruh

Oleh karena itu berikut rangkuman implementasi kebijakan penyeragaman tarif, dan implementasi kebijakan spesialisasi produksi yang mengacu pada pengimplementasian 12

bahwa menurut Majelis, Surat Tergugat Nomor: S-8729/WPJ.07/KP.02/2013 tanggal 03 Oktober 2013 bukanlah objek gugatan sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (2) huruf c

Bila kebijakan perburuhan reformasi yang membatasi buruh beridiologi pembangunanisme, maka dengan UU 25 tahun 1997 dan tiga undang-undang turunannya

Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan pengaruh Electronic Word of Mouth produk Chatime Indonesia terhadap Purchase Intention disarankan agar Chatime Indonesia

Pengusaha-pengusaha tambang di Australia bergerak melalui komunitas pertambangan yang ada di Australia melalui saluran-saluran seperti misalnya demonstrasi, media massa serta

Karimunjawa, Teknik Pengamatan Isi Lambung Ikan Sidat (Anguilla marmorata) Hasil Tangkapan di Das Poso, Sulawesi Tengah, Komposisi Hasil Tangkapan dan Aspek Penangkapan Purse