• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI. 9 Moral hazard adalah tindakan yang muncul karena individu atau lembaga tidak mengambil konsekuensi dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODOLOGI. 9 Moral hazard adalah tindakan yang muncul karena individu atau lembaga tidak mengambil konsekuensi dan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

56

METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan sistem pemerintahan desentralisasi yang telah berjalan selama 12 tahun, belum mendorong peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) yang bersumber dari pengembangan ekonomi lokal, bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah kemampuan daerah secara mandiri untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya belum memadai dan cenderung porsinya semakin menurun. Kondisi ini dikhawatirkan akan menyebabkan timbulnya “moral hazard9” di tingkat pemerintahan daerah dalam hal untuk lebih menggantungkan beban biaya operasional pemerintahan daerah pada sumber pendanaan dari pemerintah pusat untuk membiayai administrasi pemerintahan dan pemenuhan kebutuhan masyarakatnya, tanpa berusaha untuk melakukan perubahan pada perbaikan organisasi pemerintahan daerah itu sendiri dengan menerapkan prinsip efisiensi. Di satu sisi, pemerintah daerah mengakui menghadapi keterbatasan dalam membiayai pembangunan daerah, namun di sisi lainnya organisasi pemerintah daerah semakin diperbesar, yang tentu saja membawa konsekuensi pada peningkatan alokasi pengeluaran publik untuk belanja pegawai dan operasional kantor.

Kebergantungan pada dana perimbangan dan adanya keterbatasan anggaran daerah, menuntut pemerintah Kota Bogor untuk lebih selektif dalam penggunaan pengeluaran publik melalui penyusunan perencanaan pembangunan yang sinergi antar instansi pemerintah dan perumusan indikator kinerja yang terukur. Pembelajaran dari pengalaman kinerja pelaksanaan RPJMD Kota Bogor periode 2004-2009 dan adanya penetapan visi pembangunan 2010-2014, yaitu menjadikan Kota Bogor sebagai Kota Perdagangan, menuntut pemerintah Kota Bogor untuk lebih bekerja keras dan fokus dalam mencapai tujuan penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD Kota Bogor tersebut. Pencapaian tujuan dan visi pembangunan Kota Bogor tidak hanya

9

Moral hazard adalah tindakan yang muncul karena individu atau lembaga tidak mengambil konsekuensi dan tanggung jawab penuh atas tindakannya, dan membiarkan pihak lain yang berperan untuk bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan tersebut. Moral Hazard adalah kasus khusus dari information asymmetry, yang cenderung menimbulkan penggunaan sumberdaya yang tidak efisien.

(2)

57 I N D I K A T O R K I N E R J A R P J M D 2 0 1 0 - 2 0 1 4 V I S I K o t a p e r d a g a n g a n d e n g a n s u m b e r d a y a m a n u s i a p r o d u k t i f d a n p e l a y a n a n p r i m a M i s i I M e n g e m b a n g k a n p e r e k o n o m i a n m a s y a r a k a t y a n g b e r t u m p u p a d a k e g i a t a n j a s a p e r d a g a n g a n T u j u a n 1 . M e n i n g k a t k a n p e n g e m b a n g a n p e r e k o n o m i a n k h u s u s n y a s e k t o r P e r d a g a n g a n 2 . M e n i n g k a t k a n p e n g e m b a n g a n p e r e k o n o m i a n p a d a s e k t o r I n d u s t r i 3 . M e n i n g k a t k a n p e r a n k o p e r a s i d a n U K M 4 . M e n i n g k a t k a n p e n g e m b a n g a n s e k t o r p e r t a n ia n b e r b a s i s a g r i b i s n i s P e l a k s a n a a n P r o g r a m U r u s a n P e r d a g a n g a n 1 . P r o g r a m P e n i n g k a t a n E f i s i e n s i P e r d a g a n g a n d a l a m N e g e r i 2 . P r o g r a m P e r l in d u n g a n K o n s u m e n d a n P e n g a m a n a n P e r d a g a n g a n 3 . P r o g r a m P e n i n g k a t a n d a n P e n g e m b a n g a n E k s p o r 4 . P r o g r a m p e m b i n a a n p e d a g a n g k a k i l i m a d a n a s o n g a n P r o g r a m U r u s a n I n d u s t r i 1 . P r o g r a m P e n g e m b a n g a n I n d u s t r i K e c i l d a n M e n e n g a h 2 . P r o g r a m P e n g e m b a n g a n K e w i r a u s a h a a n d a n K e u n g g u l a n K o m p e t i t i f U s a h a K e c il M e n e n g a h P r o g r a m U r u s a n K o p e r a s i & U K M 1 . P r o g r a m P e n i n g k a t a n K u a l i t a s K e le m b a g a a n K o p e r a s i 2 . P r o g r a m P e n g e m b a n g a n S is t e m P e n d u k u n g U s a h a B a g i U s a h a M i k r o K e c i l D a n M e n e n g a h P r o g r a m U r u s a n P e r t a n i a n 1 . P r o g r a m P e n in g k a t a n P r o d u k s i P e r t a n ia n 2 . P r o g r a m P e n c e g a h a n d a n P e n a n g g u l a n g a n P e n y a k i t T e r n a k 3 . P r o g r a m P e n in g k a t a n P e m a s a r a n H a s i l P r o d u k s i P e r t a n i a n P e m a n t a u a n d a n E v a l u a s i S i n e r g i O u t c o m e O r i e n t e d T e r u k u r S a s a r a n 1 . M e n i n g k a t n y a d a y a s a i n g p a d a s e k t o r p e r d a g a n g a n 2 . a . M e n i n g k a t n y a k e g i a t a n i n d u s t r i r u m a h t a n g g a , i n d u s t r i k e c i l d a n m e n e n g a h y a n g t a n g g u h m a n d i r i d a n b e r d a y a s a i n g , d a n b . T e r s e d ia n y a i n f o r m a s i s e n t r a - s e n t r a I K M 3 . M e n i n g k a t n y a k e t a n g g u h a n d a n k e m a n d i r i a n k o p e r a s i d a n U K M 4 . B e r k e m b a n g n y a u s a h a a g r i b i s n is

dapat mengandalkan pada peningkatan kinerja dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan semata, namun diperlukan adanya sinergi perencanaan secara horisontal antar masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menangani urusan mulai dari sektor hulu sampai hilir, yaitu mulai dari sektor pertanian, perindustrian, sampai pada sektor perdagangan. Penelitian ini menitikberatkan pada upaya untuk mencapai tujuan pembangunan Kota Bogor melalui keselarasan indikator kinerja yang berorientasi outcome dan sinergi perencanaan antar instansi pemerintahan penyelenggaraan urusan pilihan yang memiliki fungsi pembangunan baik di sektor riil (yaitu pertanian, perindustrian, UMKM) maupun sektor perdagangan. UMKM menjadi salah satu bagian dari penelitian ini (walaupun merupakan bagian dari urusan wajib pemerintahan) lebih disebabkan karena urusan UMKM secara implementatif terkait dengan urusan perdagangan dan perindustrian. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah.

(3)

58 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian difokuskan pada pemerintahan daerah Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada:

1. Aspek geografi, Kota Bogor berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor, serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara, Jakarta.

2. Aspek ekonomi, lokasi Kota Bogor yang strategis memberikan kontribusi besar dalam perkembangan kegiatan ekonomi, terutama di sektor properti dan perdagangan.

3. Aspek pemerintahan, adanya pengakuan dari pemerintah pusat berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 120-276 Tahun 2011 Tentang Penetapan Peringkat dan Status Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2009, menetapkan bahwa Kota Bogor sebagai kota peringkat ke-10 yang berprestasi paling tinggi secara nasional.

4. Aspek perencanaan, sebagai salah satu kota di Indonesia dengan RPJMD 2010-2014 yang sudah mengfokuskan pembangunan daerah pada suatu sektor unggulan tertentu, yaitu sektor perdagangan.

Pelaksanaan penelitian direncanakan selama 3 (tiga) bulan mulai dari Bulan Mei sampai dengan Juli 2011.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini mengunakan kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif (qualitative and quantitative approach). Pertama, pendekatan kualitatif digunakan untuk menggali atau mendapatkan informasi lebih detail mengenai perencanaan daerah, terutama indikator kinerja dalam rangka penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahan Kota Bogor, dan untuk menganalisa sinergi indikator kinerja antar instansi pada urusan perdagangan, industri, UMKM, dan pertanian. Menurut Neergaard dan Parm (2007), pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk digunakan dalam rangka memperoleh informasi secara detail dari nara-sumber terpercaya yang sulit diperoleh melalui pendekatan kuantitatif. Kedua, pendekatan kuantitatif digunakan dalam rangka untuk menindaklanjuti hasil yang dicapai dalam

(4)

59 pendekatan kualitatif guna membantu penyusunan strategi alternatif dalam mendorong sinergi program pembangunan dan indikator kinerja antar instansi pada urusan perdagangan, industri, UMKM, dan pertanian.

3.3.1 Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling

Unit analisis dari penelitian ini adalah pemerintahan daerah Kota Bogor berkaitan dengan penilaian indikator kinerja penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahan dalam rangka pencapaian visi Kota Bogor sebagai Kota Perdagangan. Pada tahap pendekatan kualitatif, peneliti akan menggunakan metode wawancara mendalam (in-depth interview) dengan responden yang menjadi sasaran penelitian adalah pejabat pemerintahan di Dinas Perdagangan dan Industri, Kantor UMKM (usaha kecil dan menengah), Dinas Pertanian, Bappeda Kota Bogor, dan Anggota DPRD Kota Bogor pada Komisi B (Bidang Ekonomi). Selain itu, pihak dari dunia usaha yang dijadikan responden adalah Kamar Dagang Daerah (Kadinda), dengan maksud untuk mendapatkan informasi yang objektif dan independen mengenai keterukuran indikator kinerja yang telah disusun pemerintah Kota Bogor dalam dokumen perencanaannya, yaitu RPJMD 2010-2014.

Pemilihan responden menggunakan metode purposive sampling (non-probabilistic) dengan karakteristik responden pada pemerintahan Kota Bogor adalah memiliki jabatan setingkat eselon III di bagian perencanaan program pada instansi yang sudah disebutkan di atas. Total jumlah responden yang akan dijadikan sebagai narasumber adalah sebanyak 7 orang sebagaimana dapat dilihat secara detail pada Tabel 2 di bawah ini.

(5)

60 Tabel 2 Jabatan dan Instansi Responden

Jabatan Instansi

Kepala Seksi Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kepala Seksi Industri Agro dan Hasil Hutan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelaksana Seksi Bina UMKM dan PKL Kantor Koperasi dan UMKM Pelaksana Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan Dinas Pertanian

Pelaksana Sub Bagian Perekonomian dan Pelaksana Bidang Organisasi dan Tatalaksana (Ortala)

Bappeda Kota Bogor dan Bidang Ortala Kantor Walikota

Anggota Komisi B (Bidang Ekonomi) Tahun 2010 DPRD Kota Bogor

Ketua Kadinda Tahun 2010 Kamar Dagang Daerah

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data yang dikumpulkan adalah kombinasi data primer dan sekunder. Data primer yang sifatnya kualitatif digunakan untuk mendapatkan informasi lebih detail terkait pemahaman dan persepsi responden terpercaya berdasarkan pengalamannya dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah Kota Bogor, terutama berhubungan dengan penentuan indikator kinerja penyelenggaraan pembangunan urusan pilihan pemerintahan. Sedangkan data sekunder digunakan untuk menganalisa permasalahan yang terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, yang sebagian besar merupakan data kuantitatif. Data sekunder bersumber dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor, hasil penelitian sebelumnya, majalah dan surat kabar, e-data, Bappeda, Dinas Perdagangan dan Industri, Kantor UMKM, dan Dinas Pertanian. Jenis data sekunder yang dibutuhkan secara jelas dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah.

(6)

61 Tabel 3 Jenis dan Sumber Data

No. Jenis Data Periode Data Sumber Data

1.

RPJMD 1. 2004-2009

2. 2010-2014 Bappeda 2. Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD) 2010, 2011, dan 2012 Bappeda 3. Renstra SKPD 1. 2004-2009 2. 2010-2011

1. Dinas Perdagangan dan Industri

2. Kantor Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah

(UMKM) 3. Dinas Pertanian 4.

Renja SKPD 2010 - 2011

1. Dinas Perdagangan dan Industri

2. Kantor Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah

(UMKM) 3. Dinas Pertanian 5. Laporan Monev Kegiatan

Pembangunan, terutama di sektor perdagangan

2009-2010 Bappeda Bagian Bina

Program 6.

Kota Bogor Dalam Angka 2005 s.d. 2010 BPS Kota Bogor dan

Bappeda 7. Data Indikator Kinerja

Kabupaten Serdang

Bedagai (RPJMD)

2006-2010 Website Kabupaten

Serdang Bedagai

8. Statistik Ekspor-Impor 2006-2010 Badan Pusat Statistik (BPS)

3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Proses pengolahan data primer dan sekunder pada penelitian ini menggunakan metode pengolahan sederhana dalam bentuk deskriptif statistik, frekuensi, dengan memanfaatkan fasilitas pengolahan data secara komputerisasi pada Microsoft Excel atau SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Tahapan analisa data yang dilaksanakan pada penelitian ini terdiri dari: (1) analisa indikator kinerja, dan (2) analisa sinergi perencanaan. Secara detail masing-masing analisa dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini.

(7)

62 Gambar 10 Tahapan Analisa Penelitian

1. Analisa Indikator Kinerja dalam RPJMD Kota Bogor 2010-2014 di Sektor Perdagangan, Perindustrian, UMKM, dan Pertanian

Analisa indikator kinerja dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu Pertama, pendekatan document review, yaitu menganalisa konsistensi antar indikator kinerja pemerintah Kota Bogor yang tertuang dalam RPJMD Kota Bogor 2010-2014 dengan dokumen perencanaan, yaitu rencana strategi (Renstra) di masing-masing SKPD dalam hal ini adalah di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Koperasi dan UMKM, dan Dinas Pertanian. Kedua, menganalisa indikator kinerja dengan pendekatan SMART (Specific, Measureable, Acceptable, Realistic, Timely). Menurut Poister (2003), pendekatan SMART dapat digunakan untuk menilai indikator kinerja, yang antara lain adalah: Specific (jelas), yaitu indikator kinerja yang disusun harus jelas, tepat, dan sesuai kebutuhan agar tidak menimbulkan kesalahan interpretasi.

Measureable (terukur secara obyektif), yaitu indikator kinerja yang disusun harus menggambarkan sesuatu yang jelas ukurannya, menunjukkan cara untuk pencapaian indikator sesuai data dasar yang jelas.

Acceptable (dapat diterima), yaitu indikator kinerja yang ditetapkan maknanya harus dipahami dan diterima oleh stakeholder pelaksana karena dinilai bermanfaat untuk kepentingan pengambilan keputusan.

Realistic (realistis), yaitu indikator kinerja harus dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan ruang lingkup kewenangan stakeholder pelaksana.

(8)

63 Time-bound (terikat waktu), yaitu pencapaian indikator yang disusun harus didukung oleh ketersediaan waktu, jadwal pentahapan, dan ketersediaan data. Berdasarkan kriteria SMART di atas, penilaian indikator kinerja perencanaan pembangunan Kota Bogor pada urusan perdagangan, industri, UMKM, dan pertanian menggunakan instrumen kuesioner seperti yang terdapat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4 Format Penilaian Indikator Kinerja Menurut Urusan Pilihan

Urusan Pilihan: __________

Tahun Keterangan

(1 = berorientasi outcome 2= berorientasi output) 2010 2011 2012 2013 2014

Sasaran: Indikator Kinerja:

a. a. 1 2 b. b. 1 2 Kriteria SMART Nilai Nilai SMART 1 2 3 4 5 Specific (Spesifik) a. b. Measurable (Terukur) a. b. Acceptable (Dapat Diterima) a. b. Realistic (Realistis) a. b. Time-bound (Rentang Waktu a. b.

Keterangan: Format penilaian indikator kinerja di atas diadopsi dari suatu proposal tesis Sumber: Koswara, 2010

Interpretasi terhadap kualitas indikator kinerja menurut urusan pilihan pada sektor perdagangan, industri, UMKM dan pertanian dilakukan dengan menjabarkan masing-masing kriteria SMART dalam skala penilaian 1 s.d. 5 seperti yang tertuang dalam Tabel 5 berikut ini.

(9)

64 Tabel 5 Interpretasi Penilaian Indikator Kinerja Menurut Aspek SMART

Nilai 1 2 3 4 5

Specific Indikator kinerja tidak spesifik Indikator kinerja masih multi-interpretasi Indikator kinerja cukup spesifik Indikator kinerja sudah tepat dan spesifik

Indikator kinerja sangat tepat dan spesifik

Measurable Indikator kinerja tidak dapat diukur dan tidak ada data dasar

Indikator kinerja mungkin dapat diukur bila ada data dasar Indikator kinerja dapat diukur dan data tersedia Ukuran indikator kinerja sudah tepat dan data tersedia

Ukuran indikator kinerja sudah sangat tepat dengan data up to

date dan mudah di

evaluasi

Acceptable Indikator kinerja tidak dapat dipahami Indikator kinerja dapat dipahami, namun kurang diterima SKPD Indikator kinerja cukup dipahami dan dpt diterima SKPD Indikator kinerja telah dipahami dan diupayakan pencapaiannya oleh SKPD Indikator kinerja sangat dipahami dan jadi pedoman kerja oleh SKPD

Realistic Indikator kinerja tidak mungkin terealisasi

Indikator kinerja dapat dicapai dg biaya besar dan bantuan pihak lain

Indikator kinerja dapat direalisasikan dengan sumberdaya yang ada Indikator kinerja dapat direalisasikan dengan kemampuan sendiri Indikator kinerja dapat direalisasikan dengan biaya yang efisien

Time-bound Indikator kinerja tidak dapat dijadwalkan pencapaiannya Indikator kinerja tidak disusun secara tahunan, tapi dalam 5 tahun ke depan Pencapaian indikator kinerja telah dijadwalkan tiap tahun Penjadwalan pencapaian indikator kinerja sudah tepat Jadwal pencapaian indikator kinerja telah tepat dan dapat dijadikan pedoman kerja SKPD

Keterangan: Interpretasi penilaian indikator kinerja di atas diadopsi dari suatu proposal tesis Sumber: Koswara, 2010

Berdasarkan Interpretasi di atas, dilakukan pembobotan terhadap penilaian akhir dari indikator kinerja pada urusan perdagangan, industri, UMKM, dan pertanian. Pembobotan terhadap interpretasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6 Pembobotan Penilaian Akhir Terhadap Indikator Kinerja

Interval

Nilai Interpretasi Nilai SMART

1 – 1,9 Indikator kinerja tidak spesifik, tidak dapat diukur, susah dipahami dan tidak dapat direalisasikan

2 – 2,9 Indikator kinerja dapat dipahami, namun sulit di evaluasi dan direalisasikan 3 – 3,9 Indikator kinerja dapat diukur, dipahami dan direalisasikan

4 – 4,9 Indikator kinerja sudah tepat, jelas, mudah dipahami dan dapat direalisasikan oleh SKPD

(10)

65 Ketiga, menilai orientasi dari indikator kinerja yang disusun (apakah output oriented atau outcome oriented) berdasarkan pendekatan Program Model Logika (Logic Model Program). Menurut Poister (2003), pelaksanaan pengukuran kinerja harus bermakna, yaitu, harus langsung berhubungan dengan misi, tujuan, dan outcome yang diharapkan dari sebuah program, dan harus mewakili dimensi kinerja yang telah diidentifikasi sebagai bagian dari logika program. Untuk itu, peneliti melakukan identifikasi mengenai hubungan input-output-outcome dari suatu program pada urusan perdagangan, industri, UMKM, dan pertanian. Pendekatan yang digunakan adalah Program Model Logika, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini.

Secara umum, pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan Balanced Scorecard dan Program Model Logika. Kedua pendekatan tersebut memiliki karakteristik dalam penggunaannya. Menurut Poister

(2003:184), Balanced Scorecard adalah suatu kerangka kerja untuk mengukur kinerja organisasi, sedangkan Program Model Logika digunakan untuk fokus pada pengukuran kinerja program. Program Model Logika akan sangat membantu dalam memastikan bahwa suatu organisasi fokus pada output dan outcome yang paling relevan. Program Model Logika merupakan logika yang mendasari

penyusunan program yang diharapkan mengarah pada pencapaian hasil (outcome) yang ditargetkan. Manfaat dari model ini adalah sebagai alat untuk

mengidentifikasi ukuran kinerja yang berorientasi outcome (hasil) agar secara Gambar 11 Program Model Logika

(11)

66 langsung terkait dengan tujuan dan sasaran. Hal yang paling penting dalam mengidentifikasi logika program adalah membedakan antara output dan outcome. Output merupakan keluaran yang langsung diperoleh dari pelaksanaan kegiatan, sedangkan outcome adalah hasil yang menunjukkan efektifitas program. Untuk mengukur kinerja keseluruhan dari pencapaian visi Kota Bogor tidak hanya dapat dilihat dari aspek output-nya saja, melainkan harus melihat outcome karena menunjukkan efektivitas program. Dalam hal logika program, output memiliki nilai yang belum menunjukkan manfaat secara langsung, namun output sangat penting karena memicu terjadinya perubahan yang mengarah pada outcome yang diinginkan. Outcome adalah dampak substantif yang dihasilkan dari memproduksi output tersebut (Poister, 2003). Output dianggap sebagai kondisi yang diperlukan tetapi tidak cukup digunakan untuk mengukur kesuksesan suatu program. Namun, tanpa adanya kualitas output yang baik, program tidak akan dapat menghasilkan outcome yang diinginkan. Kualitas output cenderung lebih kuat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal yang berada di luar kendali program. Beberapa contoh yang menunjukkan perbedaan antara output dan outcome dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Contoh Perbedaan antara Output dan Outcome

Program Output Outcome

Program Layanan Perizinan Satu Pintu

1. Prosedur (SOP) layanan satu pintu 2. Fasilitas Layanan

3. Biaya Perizinan

1. Pertumbuhan realisasi nilai investasi Kota Bogor

2. Persentase peningkatan kepuasan konsumen

Program Wisata Kota Bogor

1. Fasilitas obyek wisata 2. Diversifikasi obyek wisata 3. Penyelenggaraan promosi wisata

1. Pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan

2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Kota Bogor

2. Analisa Sinergi Perencanaan Antar Sektor Perdagangan, Perindustrian, UMKM, dan Pertanian

Peneliti melakukan penilaian sinergi indikator kinerja antar SKPD yang tertuang dalam renstra. Hal ini karena menurut peneliti, untuk mencapai tujuan

pembangunan Kota Bogor sebagai Kota Perdagangan, tidak hanya dapat

(12)

67 melainkan juga sangat tergantung dari pencapaian indikator kinerja pada sektor lainnya di urusan industri, UMKM, dan pertanian. Dengan kata lain, pencapaian tujuan pembangunan hanya dapat dilakukan bila terdapat sinergi indikator kinerja antar urusan pembangunan, dalam penelitian ini adalah antar urusan di sektor perdagangan, industri, UMKM dan pertanian.

Pendekatan yang digunakan dalam analisa sinergi indikator kinerja antar SKPD pada urusan perdagangan, industri, UMKM, dan pertanian adalah document review terhadap dokumen perencanaan di masing-masing instansi dan analisa deskriptif melalui wawancara mendalam (in-depth interview). Tujuan wawancara ini adalah untuk menilai seberapa jauh sinergi indikator kinerja yang telah dilakukan oleh SKPD untuk saling mendukung dalam pencapaian tujuan

perencanaan Kota Bogor di sektor ekonomi. Analisa sinergi perencanaan di ketiga SKPD tersebut didasarkan pada aspek fungsi dari masing-masing intansi (SKPD); perencanaan program dan implementasinya antar SKPD; dan produk yang

diprioritaskan pengembangannya di masing-masing SKPD tersebut.

3.4. Penyusunan Strategi Sinergi Perencanaan dan Rancangan Program Berdasarkan hasil wawancara mendalam(in-depth interview), peneliti melakukan penyusunan strategi sebagai rekomendasi dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pada penyelenggaraan urusan pilihan baik disektor perdagangan, industri, UMKM, maupun pertanian yang difokuskan pada strategi perencanaan dengan pendekatan kompetensi inti (lihat Sub Bab 2.4 dalam Bab II:Tinjauan Pustaka). Strategi sinergi ini bermanfaat untuk mendorong tahapan kegiatan inovasi dalam menentukan produk/komoditi unggulan daerah yang dapat dijadikan sebagai obyek untuk menyinergikan dokumen perencanaan di ketiga SKPD tersebut.

Penyusunan sinergi perencanaan dan indikator kinerja penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahan yang difokuskan pada produk unggulan daerah lebih dikarenakan: (i) adanya kondisi keterbatasan belanja pembangunan pemerintah Kota Bogor pada urusan pilihan pemerintahan, sehingga perlu adanya fokus dan prioritas pembangunan pada suatu pengembangan produk unggulan; (ii) produk

(13)

68 unggulan yang dikembangkan dari hulu ke hilir atau dari sektor pertanian sampai ke sektor perdagangan secara terintegrasi dapat lebih mempermudah dalam penyusunan sinergi program dan indikator kinerja pemerintah Kota Bogor dalam penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahan.

Beberapa tahapan yang dilakukan dalam penyusunan sinergi perencanaan antar SKPD di urusan perdagangan, industri, UMKM, dan pertanian adalah pertama, mengidentifikasi sinergi fungsi instansi antar urusan perdagangan, industri, UMKM, dan pertanian, dengan didasarkan pada hasil identifikasi faktor ekternal, program yang sudah ada di tiap SKPD, dan tujuan dan sasaran sebagaimana yang sudah tercantum dalam RPJMD 2010-2014. Kedua, mengidentifikasi

pengembangan usaha dan menentukan produk/komoditi unggulan Kota Bogor yang dapat digunakan untuk menyinergikan sektor perdagangan, industri, UMKM, dan Pertanian, melalui analisa data sekunder yang dapat diperoleh dari berbagai data yang dipublikasikan baik oleh BPS maupun hasil studi lainnya. Penentuan produk unggulan Kota Bogor akan dinilai baik dari aspek produksi, jumlah usaha, penyerapan tenaga kerja, aspek perdagangannya (produk

berorientasi ekspor), aspek keterkaitan produk (menggunakan pendekatan pohon industri) dan optimalisasi ketersediaan fasilitas pemerintah. Ketiga, menyusun rencana induk pengembangan produk unggulan dan indikator kinerja berorientasi outcome yang terukur, yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pencapaian kinerja dalam penyelenggaraan urusan pilihan pemerintah Kota Bogor dengan visi sebagai kota Perdagangan.

Dalam rangka menindaklanjuti hasil penyusunan strategi dalam menyinergikan perencanaan yang berbasis pengembangan produk unggulan Kota Bogor, peneliti melakukan penyusunan rancangan program agar strategi yang ada tersebut dapat direalisasikan secara lebih baik di tingkat pemerintah daerah. Penyusunan rancangan program ini mengacu pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.050/200/II/Bangda/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), dan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN), yang mana dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b menyebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun peta panduan pengembangan kompetensi inti industri kabupaten/kota.

Gambar

Gambar 9 Kerangka Pemikiran
Tabel 4 Format Penilaian Indikator Kinerja Menurut Urusan Pilihan
Tabel 7 Contoh Perbedaan antara Output dan Outcome

Referensi

Dokumen terkait

Bank berasaldaribahasaitalia yaitu banco yaitu bangku.Bangku inilah yang dipergunakan oleh banker untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para

Penyakit lebih seringa terjadi pada Balita yang berusia 12 bulan sampampai 35 bulan dibanding dengan usia 36 sampai 59 bulan yang diakibatkan beberapa faktor yang

Pada tahap ini dampak yang ditimbulkannya antara lain adanya pemutusan hubungan kerja dari para pekerja yang sebelumnya telah bekerja untuk membangun pembangkit

gangguan tidur (insomnia) pada lansia, serta Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur (Insomnia) pada lansia di Panti Sosial Tresna Werda

Dalam sebuah cerita terdapat unsur yang disebut latar, meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana3. Amanat/pesan apa yang disampaikan dalam

menentukan kegiatan yang harus dilakukan dalam usahanya untuk dilakukan dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.. • Penyusunan

Penelitian yang berkaitan dengan segmentasi pemilik hewan peliharaan dengan dimensi dari human-pet relationship sebagai variabel inti dan perilaku konsumsi yang dipengaruhi

Peningkatan hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran (kegiatan mengajar guru dan belajar siswa) menunjukkan ketuntasan yang dicapai guru dan siswa dalam proses pembelajaran