Block Book
HUKUM PERDATA
MKK : MI007.
Penyusun:
ADIWATI. SH.MH
AA. SRI INDRAWATI. SH.MH.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
PENGANTAR KULIAH
Burgelijk Wet Book ( BW ) merupakan salah satu kodifikasi hukum peninggalan kolonial Belanda yang sampai sekarang maih tetap berlaku di Indonesia, sebagai hukum perdata bagi sebagian penduduk Indonesia. Tetap dipertahankannya BW berlaku di Indonesia adalah untuk menghindari kevakuman hukum yang dapat menimbulkan ketidak pastian hukum dalam masyarakat, yakni sementara belum ada Hukum Perdata Nasional yang menggantikan seluruh ketentuan yang terkandung di dalamnya, walaupun sudah ada unifikasi mengenai Hukum Perkawinan yaitu dengan UU No.1 Tahun 1974, dan UU No. 5 Tahun 1960, Tentang UU Pokok Agraria.
Hukum perdata di Indonesia sekarang ini masih pluralistis/beraneka ragam, dan sangat luas cakupan materi yang diaturnya terkait dengan siklus kehidupan manusia, sebagai subjek hukum yang diakui semenjak dalam kandungan asalkan ia dilahirkan hidup, sampai ia meninggal dunia. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, manusia adalah sentral, karena manusia adalah sebagai penggerak kehidupan bermasyarakat, sebagai pendukung hak dan kewajiban, dengan demikian Hukum perdata menentukan dan mengatur siapa yang dimaksud dengan orang sebagai subjek hukum. Sesuai dengan kodratnya manusia hidup berpasangpasangan antara pria dan wanita yang terikat dalam tali perkawinan yang kemudian melahirkan anak, sehingga timbul hukum keluarga. Sebagai mahluk sosial, manusia memenuhi kebutuhannya yang didapat karena berusaha/bekerja, sehingga keberhasilan tersebut mendapatkan harta kekayaan yang mereka miliki, dengan demikian hukum perdata mengatur tentang hukum tentang harta kekayaan/hukum benda. Manusia hidup tidaklah abadi, suatu saat ia akan meninggal dunia, bagaimana dengan keluarga yang ditinggalkan dan harta kekayaan yang telah diperoleh, untuk itu hukum perdata mengatur tentang pewarisan. Atas dasar siklus kehidupan manusia ini maka hukum memuat dan mengatur segala persoalan tersebut.
IDENTIFIKASI MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Hukum Perdata Kode Mata Kuliah : MK.M1007. Semester : II (dua) Hari Pertemuan : Senin Tempat Perkuliahan : Ruang HF 4, Kampus Bukit Jimbaran. PENGAMPU MATA KULIAH Kuliah Hukum Perdata ini akan diberikan oleh 2 (dua ) orang Dosen yaitu: Nama : Adiwati. SH.MH.
Alamat : Jln. Merpati, Gg Ayodyapura 5, Perumnas MonangManing, Denpasar Telephone : (0361) 480328 Nama : A.A Sri Indrawati. SH.MH. Alama : Jln. Pulau Adi. VIII, No.1, Denpasar. Telephone : (0361) 264704. DESKRIPSI MATA KULIAH
Hukum perdata merupakan mata kuliah wajib di fakultas Hukum Universitas Udayana, dan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai seluk beluk serta asasasas hukum perdata, karena itu bahasan dalam mata kuliah ini meliputi berbagai aspek yang cukup luas, seperti : Pengertian dan lingkup Hukum Perdata, Hukum Perorangan/Badan Pribadi, Hukum Keluarga, Hukum Benda dan Hukum Waris, khususnya Hukum Waris menurut Hukum Perdata Barat, Hukum Adat dan Hukum Islam.
Perkuliahan ini berupaya membantu memberikan pemahaman tentang konsepkonsep dasar Hukum Perdata Barat, yang sebagian telah disesuaikan dengan sistem nilai budaya Pancasila, yakni konsepsikonsepsi tentang nilai yang
hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota masyarakat. dapat dan bahkan telah diresapi oleh bangsa Indonesia, sehingga Hukum Perdata Barat dapat diambil alih dan dijadikan bahan untuk Hukum Perdata yang bersifat nasional. MATERI PERKULIAHAN 1. Pengertian dan Ruang lingkup Hukum Perdata 1.1. Pengertian dan materi Hukum Perdata. 1.2. Sejarah Hukum Perdata, dan Sistematika KUHPerdata 1.3. Sistem dan asasasas Hukum Perdata di Indonesia. 2. Hukum Badan Pribadi 2.2. Orang sebagai subjek hukum. 2.2. Badan Hukum sebagai subjek Hukum. 2.3. Klasifikasi dan syarat pendirian Badan Hukum. 2.4. Tempat Tinggal/Domisili. 2.5. Catatan sipil 2.6. Kewenangan Berhak dan bertindak dalam hukum 2.7. Kedewasaan dan Pendewasaan 2.8. Keadaan tak hadir. 3. Hukum Keluarga 3.1. Pengertian Keluarga dan Hubungan Darah 3.2. Hubungan darah dilihat dari garis keturunan. 3.3. Pengertian Perkawinan, baik menurut KUHPerdata, dan menurut UU No.1/1974. 3.4. Perwalian. 3.5. Harta benda perkawinan. 3.6. Putusnya perkawinan dan akibat hukumnya. 4. Hukum Benda 4.1. Pengertian dan Pengaturan hukum benda. 4.2. Pembedaan macammacam benda 4.3. Pengaruh berlakunya UUPA terhadap Buku II KUHPerdata. 4.4. Hak Kebendaan dan asasasas Hak Kebendaan.
5. Hak Kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan 5.1. Hak Milik/Eigendom Pengertian dan ciriciri hak milik. Pembatasan dan cara memperoleh hak milik. Hapusnya hak milik. 5.2 Bezit/Kedudukan berkuasa, Pengertian dan fungsi Bezit. Pembedaan dan cara memperoleh Bezit 6. Hak kebendaan yang bersifat memberi Jaminan. 6.1. Hak Gadai/Pandrecht. Pengertian. Sifat dan hapusnya gadai 6.2. Hipotik Pengertian. Sifat, Fungsi, dan janji hipotik. Hapusnya hipotik 7. Hukum Waris. 7.1. Pengaturan hukum waris di Indonesia. 7.2. Hukum Waris Perdata Barat. 7.3. Hukum Waris Islam. 7.4. Hukum Waris Adat. METODA DAN STRATEGI PERKULIAHAN.
Metoda perkuliahan yang dipakai adalah dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL), yakni adalah suatu strategi pembelajaran yang berupa tanya jawab, tugas terstruktur dan yang diikuti dengan diskusi, baik berkelompok maupun mandiri.
Pada tahap awal perkuliahan diberikan ilustrasi materi pokok pembahasan secara garis besarnya yang dilanjutkan dengan Tanya jawab untuk mengetahui pengetahuan awal mahasiswa terhadap substansi materi perkuliahan, agar dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam pembahasan materi perkuliahan.
Bentuk diskusi ataupun Tanya jawab ini dapat dilakukan baik pada saat pemberian materi berlangsung maupun di akhir perkuliahan. Mengenai tugas yang akan diberikan adalah terhadap materimateri tertentu, yang harus dikerjakan mahasiswa di luar kelas.
TUGASTUGAS
Mahasiswa diwajibkan untuk mempersiapkan dan membahas tugastugas yang ada dalam Block Book. Yang mana tugastugas ini terdiri dari tugastugas yang bersifat mandiri dan yang harus dikerjakan oleh mahasiswa di luar kelas, baik tugas yang akan dipresentasikan maupun yang harus dikumpulkan.
UJIANUJIAN.
Adapun ujian yang akan dilakukan adalah berbentuk tertulis yang berlangsung 2 (dua) kali dalam satu semester, yaitu : Ujian Tengah Semester (UTS), dan Ujian Akhir Semester (UAS), yang terjadwal.
SISTEM PENILAIAN.
Pada akhir semester akan diadakan penilaian terhadap aspek hard skills, yang dilaksanakan melalui TugasTugas (TT), Ujian Tengah Semester, maupun Ujian Akhir Semester, dengan sistem penilaian yang diperhitungkan dengan menggunakan rumus sebagai yang telah ditentukan dalam Buku Pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana yaitu :
(TT + UTS ) + 2 x (UAS)
2
NA =
3
Terhadap penilaian soft skills dapat dilakukan didasarkan pada pengamatan terhadap mahasiswa dalam setiap kali tatap muka, keaktifan di kelas dalam diskusi, pengumpulan tugastugas, serta prosentase kehadiran mahasiswa,
sehingga menghasilkan Nilai Hasil studi Mahasiswa yang ditentukan dengan kriteria sebagai berikut : Nilai Range A 80 100 B 65 79 C 55 64 D 40 54 E 0 39 DAFTAR BACAAN. Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Cetakan II, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993. Afandi Ali, Hukum Waris, 1984, Hukum Keluarga dan Hukum Pembuktian, PT Bina Aksara, Jakarta. Komariah, Hukum Perdata, Penerbit Universitas Muhammadiyah, Malang, 2005. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan AsasAsas Hukum Perdata, Penerbit PT
Alumni, Bandung, 2006.
Suhardana FX. Hukum Perdata I, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1992. Soetojo, dan Aziz Safioedin, Hukum Orang dan Keluarga, Penerbit Alumni,
Bandung, 1982.
Subekti, PokokPokok Hukum Perdata, Penerbit Inter masa, 1980.
Sri Sudewi Masjchoen Sofwan, Hukum Benda, Penerbit Liberty, Jogyakarta, 1974.
Simanjuntak, PNH, PokokPokok Hukum Perdata Indonesia, Penerbit Jambatan, 1999.
Kitab Undangundang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio.
PERTEMUAN PERTAMA : Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Perdata
Sejarah Hukum Perdata dan Sistematika KUH Perdata
Sistem Hukum Perdata di Indonesia dan Asas asas Hukum Perdata
Bacaan :
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, halaman 1 – 8.
Fx Suardana, Hukum Perdata I, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, halaman 13 20.
Subekti, Pokokpokok Hukum Perdata, Penerbit PT. Intermasa, Jakarta, 1985, halaman 1 – 10.
TUGAS :
Hukum perdata dalam arti materiil adalah segala hukum pokok yang mengatur kepentingankepentingan perorangan, baik yang terdapat pengaturannya dalam KUH Perdata (BW), Kitab Undangundang Hukum Dagang (KUHD), termasuk dalam hukum kepailitan.
KUH Perdata (BW) yang berlaku di Indonesia sampai sekarang berasal dari KUH Perdata / Bugerlijk Wetboek (BW) Belanda, yang susunan dan isinya serupa dengan BW Belanda tersebut. Sistimatika BW tersebut terdiri dari 4 buku, yaitu : 1. Buku I mengenai Orang (Van Personen) 2. Buku II mengenai Benda (Van Zaken) 3. Buku III mengenai Perikatan (Van Verbintenissen) 4. Buku IV mengenai Pembuktian dan Daluarsa (Van Bewijis en Veryaring) Sistem Hukum perdata di Indonesia sampai saat ini beraneka ragam (pluralistis), yang berlangsung sejak tahun 1900an pada waktu pemerintah Hindia Belanda membagi 3 golongan penduduk berdasarkan pasal 163 IS (Indische Staatsregeling) dan pembagian kuasa hukum yang berlaku bagi masingmasing golongan tersebut berdasarkan pasal 131 IS.
Berikan jawaban atas pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan ruang lingkup hukum perdata dengan membandingkan bidang hukum lainnya.
2. Jelaskan sejarah berlakunya BW di Indonesia dan bandingkan sistematika KUH Perdata menurut Ilmu Pengetahuan dan menurut undangundang.
3. Jelaskan politik hukum dalam lapangan hukum perdata di Indonesia pada masa penjajahan Belanda, dan bagaimana berlakunya hukum keperdataan khususnya BW serta asasasasnya di Indonesia pada saat ini.
PERTEMUAN KEDUA : Hukum Badan Pribadi (tentang orang dan badan hukum sebagai subyek hukum, tempat tinggal (domisili)
Bacaan :
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, 1993, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, halaman 27 – 32.
Fx Suardana, Hukum Perdata I, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, halaman 41 – 44.
Komariah, Hukum Perdata, Penerbit Universitas Muhammadiyah, Malang, 2005, halaman 20 – 30.
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asasasas Hukum Perdata, Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2006, halaman 63.
Subekti, Pokokpokok Hukum Perdata, Penerbit PT. Intermasa, Jakarta, 1985, halaman 19 – 22.
TUGAS :
Di dalam hukum perdata manusia pribadi sebagai subyek hukum diakui mulai dari ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal. Bahkan menurut pasal 2 BW, manusia sebagai subyek hukum diakui sejak ia masih di dalam kandungan ibunya, asal ia dilahirkan hidup.
Selain manusia pribadi badan hukum adalah subyek hukum ciptaan manusia pribadi berdasarkan hukum yang diberi hak dan kewajiban seperti manusia pribadi. Pasal 1653 BW membagi 3 macam kwalifikasi badan hukum. 1. Badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah (seperti : perusahaan
perusahaan negara).
2. Badan hukum yang diakui oleh pemerintah (penguasa), seperti : Perseroan Terbatas, Koperasi.
3. Badan hukum yang diperbolehkan atau untuk suatu tujuan tertentu yang bersifat ideal, seperti : yayasan (pendidikan sosial, keagamaan dan lainlain).
Menurut doktrin ilmu hukum syarat materiil pembentukan badan hukum, adalah ada harta kekayaan sendiri, ada tujuan tertentu, ada kepentingan sendiri, ada organisasi yang teratur. Dan syarat formal pembentukannya harus dengan akta notaris.
Tempat tinggal (domisili) mempunyai arti tempat dimana seseorang dianggap selalu hadir dalam hal melakukan hakhaknya dan memenuhi kewajibannya, meskipun kenyataannya dia tidak ada disitu. Dalam KUH Perdata, tempat tinggal dapat berupa rumah / kediaman / kantor yang berada dalam wilayah / daerah tertentu. Tempat tinggal manusia pribadi biasa disebut tempat kediaman. Sedangkan tempat tinggal badan hukum disebut tempat kedudukan.
Berikan jawaban atas pertanyaan di bawah ini :
1. Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan subyek hukum, dan jelaskan perbedaan prinsipiil antara manusia pribadi dan badan hukum sebagai subyek hukum selaku pendukung hak dan kewajiban.
2. Sebutkan badan hukum yang dibentuk berdasarkan undangundang dan yang dibentuk dengan perjanjian.
3. Bagaimana syarat dan prosedur untuk memperoleh status badan hukum bagi perseroan terbatas, koperasi dan yayasan ?
4. Sejauhmanakah badan hukum dapat ikut serta dipertanggung jawabkan atas kerugian yang terjadi disebabkan oleh perbuatan organnya yang melanggar batas wewenangnya ?
PERTEMUAN KETIGA : Catatan Sipil, Kewenangan Berhak dan bertindak dalam hukum
Bacaan :
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, halaman 43 – 53.
Fx Suardana, Hukum Perdata I, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, halaman 67 73.
Komariah, Hukum Perdata, Penerbit Universitas Muhammadiyah, Malang, 2005, halaman 23 – 24.
Subekti, Pokokpokok Hukum Perdata, Penerbit PT. Intermasa, Jakarta, 1985, halaman 20.
TUGAS :
Sejarah catatan sipil di Indonesia sama dengan sejarah berlakunya BW di Indonesia. Tentang catatan sipil ketentuannya diatur dalam dalam Buku I, Bab Kedua, Bagian Kesatu, pasal 4 sampai dengan pasal 16 BW. Dari ketentuan ketentuan tersebut tidak ada satu pasal pun yang memberikan difinisi pengertian tentang catatan sipil, difinisi diperoleh dari pendapat ahli hukum (Ilmu Pengetahuan).
Penyelenggaraan catatan sipil di Indonesia semula untuk masingmasing golongan rakyat berlainan satu sama lain dengan pengaturan yang berbeda pula dan diatur di luar BW dengan Reglemenreglemen. Dengan adanya Instruksi Presiden Kabinet tanggal 27 Desember 1966, No. 31/UJ/IN/12/1966 membawa pengaruh terhadap catatan sipil. Dalam Instruksi ditegaskan, bahwa catatan sipil terbuka bagi seluruh penduduk Indonesia, dan hanya boleh membedakan antara warga negara Indonesia dan orang asing.
Masalah kewenangan berhak setiap manusia pribadi tidak dapat dihilangkan oleh suatu hukum apapun. Kewenangan berhak ada sejak manusia lahir dan terus berlangsung serta berakhir setelah meninggal dunia (pasal 2 dan 3 BW). Akan tetapi tidak setiap manusia pribadi wenang berbuat, karena pada hakekatnya kewenangan berbuat adalah melaksanakan kewajiban. Pasal 1330 BW menunjuk manusia pribadi yang tidak mempunyai kewenangan berhak atau
menurut istilah hukum tidak cakap melakukan perbuatan hukum. Kewenangan berhak ini dimaksudkan dalam pengertian hukum Perdata yang berbeda dengan pengertian hukum publik. Akibat hukum ketidak cakapan berbuat dari subyek hukum, ia tidak dapat melakukan perbuatan hukum. Untuk dapat melakukan itu dibutuhkan bantuan orang lain (pengampu atau wali).
Berikan jawaban atas pertanyaan di bawah ini :
1. Peristiwaperistiwa apa sajakah yang harus dicatat dalam register catatan sipil, dan apa makna akta catatan sipil ?
2. Apakah perbedaan antara kewenangan berhak menurut hukum perdata dan hukum publik ? Sebutkan dengan contoh dari masingmasing kewenangan berhak tersebut.
3. Apa rationya undangundang menentukan, semua manusia pribadi mempunyai kewenangan berhak, tetapi tidak semuanya mempunyai kewenangan berbuat ? 4. Jelaskan siapa yang dinyatakan tidak wenang berbuat menurut undang
undang.
5. Bilamana seseorang itu berada di bawah pengampuan dan perwalian dan siapakah yang bertindak sebagai pengampu atau sebagai wali ?
PERTEMUAN KEEMPAT : Kedewasaan dan Pendewasaan, Keadaan tak hadir
Bacaan :
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, halaman 41 – 45.
Fx Suardana, Hukum Perdata I, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, halaman 53 54.
Komariah, Hukum Perdata, Penerbit Universitas Muhammadiyah, Malang, 2005, halaman 32 – 36.
TUGAS :
Dari bunyi pasal 330 KUH Perdata, dapat diketahui bahwa KUH Perdata memakai kriteria umur untuk menentukan dewasa atau belum dewasa. Berbeda dengan konsep hukum adat yang menentukan secara insidental saja, apakah seorang sudah dewasa atau belum (Djojodiguno).
Pengertian istilah “pendewasaan” (handlichting) menunjuk kepada keadaan belum dewasa yang oleh hukum dinyatakan sebagai dewasa. Pendewasaan menurut pasal 419 – 432 BW dibedakan menjadi 2 macam :
1. Pendewasaan penuh (sempurna) 2. Pendewasaan terbatas
Persoalan “keadaan tidak hadir” atau “ketidak hadiran” dikaitkan dengan lembaga tempat kediaman. Untuk dapat dinyatakan dalam keadaan tidak hadir, harus memenuhi unsurunsur yang ditetapkan dalam pasal 463 KUH Perdata.
Berikan jawaban atas pertanyaan di bawah ini :
1. Bagaimana kriteria dewasa dan kriteria untuk dapat dilakukan pendewasaan menurut BW.
2. Bagaimana pandangan menurut konsep hukum adat dari Djojodiguno tentang batasan untuk menentukan seseorang itu dewasa atau belum dewasa ?
3. Bagaimana ketentuan kedewasaan dan pendewasaan ini dengan adanya UndangUndang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan?
4. Unsurunsur apa yang harus dipenuhi untuk menetapkan ketidak hadiran, dan siapa yang dapat menunjuk serta yang dapat ditunjuk sebagai wakil dalam melaksanakan kewajiban dari ketidak hadiran yang bersangkutan ?
PERTEMUAN KELIMA : Pengertian Keluarga dan Hubungan Darah, Hubungan Darah dilihat dari garis keturunan dan Pengertian Perkawinan menurut KUH Perdata serta menurut UU No. Tahun 1974
Bacaan :
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, halaman 63 – 68.
FX Suardana, Hukum Perdata I, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, halaman 88 89.
K. Wantik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, 1976, Jakarta, halaman 14.
Subekti, Pokokpokok Hukum Perdata, Penerbit PT. Intermasa, Jakarta, 1985, halaman 23.
TUGAS :
Hubungan keluarga dan hubungan darah adalah dua pengertian yang berbeda. Hubungan keluarga adalah hubungan dalam kehidupan keluarga, yang terjadi karena hubungan perkawinan dan karena hubungan darah. Hubungan darah mempunyai arti penting dalam hal perkawinan, pewarisan, dan perwalian.
Hubungan darah dilihat dari garis keturunan, terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Patrilineal 2. Matrilineal 3. Parental, bilateral
Hubungan perkawinan termasuk dalam lingkup hukum keluarga, di Indonesia diatur dalam UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yo PP No. 9/1975.
Rumusan perkawinan dalam UU No. 1 Tahun 1974, mengandung arti dan tujuan perkawinan. Suatu perkawinan dinyatakan sah, apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agama dan kepercayaan (pasal 2 ayat 1). Pencatatan perkawinan yang disebutkan dalam pasal 2 ayat 2 menurut penjelasan umum adalah sama dengan pencatatan peristiwaperistiwa penting dalam kehidupan seorang. Pengertian, asas, syarat materiil maupun formil yang berkaitan dengan syarat sahnya perkawinan yang ditentukan dalam UU No. 1 tahun 1974 berbeda
dengan pengertian perkawinan dalam BW yang bersifat hubungan keperdataan seperti yang ditentukan dalam pasal 27 dan 28 BW.
Berikan jawaban atas pertanyaan di bawah ini :
1. Sebutkan materi yang menjadi lingkup hukum keluarga dan jelaskan letak pentingnya hubungan darah dengan contoh.
2. Bagaimana kedudukan Buku I BW yang mengatur tentang perkawinan dengan berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
3. Ada berapa macam hubungan darah dilihat dari garis keturunan, dan garis keturunan mana yang diutamakan dalam UU No. 1 tahun 1974.
4. Jelaskan dari pengertian bahwa perkawinan yang dianut dalam BW bersifat hubungan keperdataan, dan bagaimana perbedaan antara UU No. 1 tahun 1974 dengan BW mengenai asas, syarat materiil dan formil dalam pelaksanaan perkawinan.
PERTEMUAN KE ENAM : Pencegahan, pembatalan perkawinan, perjanjian
perkawinan dan akibat suatu perkawinan Bacaan :
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, halaman 89 – 102.
FX Suardana, Hukum Perdata I, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, halaman 95 110.
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, 1976, Jakarta, halaman 29 – 32.
TUGAS :
Pencegahan dan pembatalan perkawinan diatur dalam pasal 20 dan pasal 22 sampai dengan pasal 28 UU No. 1 tahun 1974, P.P. No. 9 Tahun 1975 hanya mengatur cara mengajukan pembatalan perkawinan. Pencegahan dan pembatalan perkawinan dapat dilakukan apabila para pihak tidak memenuhi syaratsyarat untuk melangsungkan perkawinan.
Pasal 29 UU Perkawinan mengatur tentang Perjanjian Perkawinan, yang mensyaratkan perjanjian kawin itu tidak boleh melanggar batasbatas hukum, agama dan kesusilaan.
Akibat adanya suatu perkawinan akan menimbulkan masalah dalam hubungan suami istri, hubungan orang tua dengan anak, dan masalah harta benda. Masalah hubungan suami istri diatur dalam pasal 30 sampai dengan pasal 34 UU Perkawinan. Masalah orang tua dan anak diatur dalam pasal 42 sampai dengan pasal 49. Dan masalah harta benda diatur dalam pasal 35 sampai dengan pasal 37.
Berikan jawaban atas pertanyaan di bawah ini :
1. Bilamanakah suatu perkawinan itu dapat dicegah dan bagaimana cara mengajukan pencegahan perkawinan.
2. UU No. 1 tahun 1974 mengatur mengenai pembatalan perkawinan. Pembatalan perkawinan yang bagaimanakah yang dimaksud dalam UU tersebut ?
3. Perkawinan yang dilangsungkan dengan disertai adanya perjanjian perkawinan, ternyata membawa akibat hukum terhadap harta kekayaan suami istri. Jelaskan mengenai akibat hukum tersebut menurut UU No. 1 tahun 1974.
4. Dalam hal yang bagaimanakah seorang suami dapat melakukan penyangkalan atas sahnya anak yang dilahirkan istrinya menurut UU No.1/1974 ?
PERTEMUAN KE TUJUH : Perkawinan Campuran, perkawinan di Luar
Negeri, Putusnya Perkawinan dan akibat hukumnya
Bacaan :
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, halaman 103 – 107.
FX Suardana, Hukum Perdata I, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, halaman 119 126.
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, 1976, Jakarta, halaman 36 – 45.
TUGAS :
Pasal 57 sampai dengan pasal 63 UU No. 1/1974 mengatur mengenai perkawinan campuran tetapi pengertian perkawinan campuran menurut UU No.1/1974 berbeda dengan yang tercantum dalam pasal 1 Stb / S 1898 No. 158 yang dikenal dengan sebutan Regeling op de Gemengde Huwelijken (GHR).
Dari 2 pasal di atas nyatalah, bahwa pengertian undangundang perkawinan lebih sempit daripada G.H.R., karena undangundang perkawinan membatasi pada “perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia” sedangkan menurut G.H.R. “antara orangorang yang Indonesia tunduk kepada hukumhukum yang berlainan dengan tidak ada pembatasan”. Yang dimaksud dengan hukum yang berlainan adalah disebabkan karena perbedaan kewarganegaraan, tempat, golongan dan agama.
Tata cara perkawinan campuran menurut UU No. 1/1974 tercantum dalam pasal 59 ayat 2 dengan menunjuk dimana perbuatan hukum tersebut dilangsungkan (Lex loci actus). Dengan demikian, mengenai syaratsyarat perkawinan campuran tunduk pada ketentuan pasal 6 sampai 12 UU No. 1/1974.
Akibat perkawinan campuran membawa akibat terhadap status kewarganegaraan suami istri serta keturunannya dan terhadap harta kekayaannya.
Bagian kedua pasal 56 UU No.1/1974 mengatur mengenai perkawinan di luar negeri, baik yang dilakukan oleh sesama warga negara Indonesia di luar negeri atau salah satu pihaknya adalah warga negara Indonesia sedang yang lain adalah warga negara asing.
Masalah perceraian diatur dalam pasal 39 sampai dengan pasal 41 UU No.1/1974, dan tentang tata cara perceraian diatur dalam PP No. 9/1975 (pasal 14 sampai dengan pasal 36). Dari pasalpasal tersebut dapat ditarik kesimpulan ada dua macam perceraian, yaitu :
a. Cerai Talak b. Cerai Gugat
Untuk kedua macam perceraian tersebut hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Dan untuk melakukan perceraian harus
ada cukup alasanalasan sebagaimana tercantum dalam pasal 39 ayat 2 yo pasal 19 PP No. 9/1975. Akibat hukum perceraian ditentukan dalam pasal 41 UU No.1/1974.
Berikan jawaban atau penjelasan atas pertanyaan di bawah ini :
1. Ani seorang warga negara Indonesia melangsungkan perkawinan dengan Boby seorang warga negara Inggris di London. Agar perkawinan itu diakui sah menurut UU No. 1/1974, ketentuanketentuan apa yang harus dipenuhi oleh pasangan tersebut ?
2. Minah beragama Islam, ingin mengajukan perceraian dengan suaminya. Setelah bercerai ia ingin melangsungkan perkawinan lagi dengan lakilaki lain. Bagaimana tata cara yang harus diikuti Minah agar perceraiannya dapat mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dan ia bisa melakukan perkawinan baru.
PERTEMUAN KE DELAPAN : Ujian Tengah Semester
PERTEMUAN KE SEMBILAN : Pengertian Hukum Benda.
Bacaan :
Abdulkadir Muhammad, 1993, Hukum Perdata Indonesia, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Halaman 125127.
Riduwan Syahrani, 2006, Seluk beluk dan AsasAsas Hukum Perdata, Alumni Bandung, Halaman 107.
Sri Sudewi Maschoen Sofwan, 1974, Hukum Benda, Penerbit Liberty, halaman 1224.
TUGAS.
Dalam bahasa Belanda, benda itu adalah Zaak. Menurut pasal 499 KUHPerdata, yang diartikan dengan Zaak adalah : semua Barang dan Hak. Hak disebut juga dengan “bagian dari harta kekayaan”. Sehingga dalam sistem hukum perdata barat, benda adalah sebagai objek hukum yang tidak hanya
meliputi benda yang berujud/ yang dapat dilihat dengan panca indra, tetapi juga benda yang tak berujud yakni beberapa hak atas benda yang berujud. Lebih lanjut istilah zaak tidak selalu berarti benda saja, tetapi juga dipakai dalam arti yang lainnya.
Adapun sistem pengaturan hukum benda adalah menganut sistem tertutup, sehingga hukum benda dikatakan bersifat memaksa (Dwingend recht). Ada beberapa pembedaan benda menurut arti pentingnya sehubungan dengan perbuatan terhadap benda tersebut.
Jelaskan arti Zaak dalam pengertian yang lainnya lagi beserta dasar hukumnya, serta sebut dan jelaskan pembedaan macammacam benda tersebut ! PERTEMUAN KE SEPULUH : Pengaruh berlakunya UUPA terhadap Buku II KUHPerdata Bacaan: Sri Sudewi Maschoen Sofwan, 1974, Hukum Benda, Penerbit Liberty Jogyakarta, halaman 411.
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, 1993, Penerbit PT Citra Aditya Bakti Bandung. Halaman 130132.
FX Suhardana, 1992, Hukum Perdata I, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, halaman, 148149.
TUGAS
Dengan berlakunya UUPA, UndangUndang Pokok Agraria yaitu UU No.5/1960, telah mencabut berlakunya beberapa ketentuan dalam Buku II KUHPerdata, sepanjang mengenai bumi, air, dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, kecuali mengenai Hipotik, tetap berlaku seperti biasa. Untuk memahami tentang hak kebendaan menurut sistem KUHPerdata, terlebih dahulu perlu dikaji tentang hak perdata, yaitu suatu macam hak yang diberikan oleh hukum perdata, sedangkan hak kebendaan adalah hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga, sehingga setiap orang harus menghormati hak tersebut. Dalam hukum benda diatur juga beberapa asas yang berlaku bagi hakhak kebendaan tersebut.
Berikan jawaban atas pertanyaan dibawah ini :
1. Jelaskan pengaruh dari berlakunya UUPA terhadap beberapa pasal dari Buku II KUHPerdata.
2. Hak kebendaan termasuk hak perdata yang bagaimana, serta sebutkan ciriciri dari hak kebendaan tersebut.
3. Dalam salah satu asas hak kebendaan, pengaturan terhadap benda bergerak dan benda tak bergerak adalah berbeda, jelaskan mengapa demikian.
PERTEMUAN KE SEBELAS: Hak Kebendaan yang bersifat memberi
kenikmatan yaitu Hak milik
Bacaan :
PNH. Simanjuntak, 1999, PokokPokok Hukum Perdata Indonesia, Penerbit Jambatan, Jakarta, Halaman 216219.
Riduwan Syahrani, 2006, Seluk Beluk dan AsasAsas Hukum Perdata, Penerbit Alumni, Bandung, Halaman127142.
Sri Sudewi Maschoen Sofwan, 1974, Hukum Benda, Penerbit Liberty, Yogyakarta, Halaman 4179.
TUGAS.
Menurut Sri Sudewi Maschoen Sofwan, dengan mengacu pada Pasal 570 KUHPerdata bahwa hak milik adalah hak untuk menikmati suatu benda dengan sepuaspuasnya untuk menguasai benda itu benda itu dengan sebebasbebasnya asal tak dipergunakan bertentangan dengan UU, Ketertiban umum dan kesusilaan. Melihat perumusan tersebut bahwa hak milik adalah hak yang paling utama dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya pencabutan hak untuk kepentingan umum dengan pembayaran ganti kerugian, sehingga dengan demikian ada pembatasanpembatasan terhadap penggunaan hak milik tersebut, misalnya terhadap penggunaan hak milik harus tidak menyalah gunakan hak/ misbruik van recht. Yang menjadi masalah adalah apakah penyalah gunaan hak termasuk katagori perbuatan melawan hukum dan tidak menimbulkan gangguan.
Salah satu cara untuk memperoleh hak kebendaan yang paling sering terjadi dalam masyarakat adalah melalui penyerahan/Levering yang hanya dikenal di Indonesia saja. Adapun jenis penyerahan tersebut adalah tergantung pada benda yang akan diserahkan. Pada syaratsyarat penyerahan terkait dengan atas hak yang menjadi dasar dari penyerahan tersebut. TUGAS: 1. Apakah penyalah gunaan hak milik atas tanah dapat dikatagorikan sebagai Perbuatan melawan hukum? 2. Hak milik berfungsi sosial, apa artinya, bagaimana dalam prakteknya? 3. Bagaimana tentang kepemilikan tanah oleh orang asing? PERTEMUAN KEDUA BELAS : Kedudukan Berkuasa / Bezit. Bacaan:
FX Suhardana, 1992, Hukum Perdata I, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Halaman 169172.
Abdulkadir Muhammad, 1993. Hukum Perdata Indonesia, Penerbit PT Citra Aditya Bakti Bandung. Halaman 160167. Riduan Syahrani, 2006, Seluk Beluk dan AsasAsas Hukum, Penerbit PT Alumni Bandung, Halaman 119126. Subekti, 1980, PokokPokok Hukum Perdata, Penerbit Intermasa , Halaman 63. Sri Sudewi Maschoen Sofwan, 1974, Hukum Benda, Penerbit Liberty Jogyakarta, H. 8395. TUGAS.
Menurut Subekti, Bezit adalah suatu keadaan lahir dimana seseorang menguasai suatu benda seolah kepunyaan sendiri yang oleh hukum dilindungi, dengan tidak mempersoalkan hak milik atas benda itu sebenarnya ada pada siapa.. Ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu dasar untuk adanya hak di sini tidak hanya pada adanya penguasaan ”memegang atau menikmati”, sesuatu barang, tetapi ia juga harus bersikap “seolaholah benda itu kepunyaan sendiri”, untuk itu harus dipenuhi syaratsyarat tertentu, karena tidak setiap penguasaan
nyata itu disebut bezit, dimana terhadap bezit itu harus dibedakan dengan Detentie. UndangUndang memberikan perlindungan baik terhadap bezitter yang beritikad baik maupun bezitter yang beritikad buruk.
Khusus untuk penguasaan terhadap benda bergerak, berlaku ketentuan Pasal 1977 ayat 1 KUHPerdata. Terhadap perumusan pasal tersebut diatas terdapat beberapa pendapat yang memberikan penafsiran terhadap kedudukan bezit tersebut.
Tugas : Kasus.
A meminjamkan bukunya pada B, kemudian B menjual buku tersebut pada C. Siapakah yang diberikan perlindungan oleh undangundang ?
PERTEMUAN KETIGABELAS: Hak Kebendaan yang bersifat memberikan Jaminan, gadai sebagai jaminan adalah benda bergerak dan Hipotik sebagai jaminan adalah benda tetap.
Bacaan:
Sri Sudewi Maschoen Sofwan, 1974, Hukum Benda, Penerbit Liberty, Jogyakarta, Halaman 96117.
Riduwan Syahrani, 2006, Seluk Beluk dan AsasAsas Hukum Perdata, Penerbit PT Alumni Bandung, Halaman 142147 dan 176193.
PNH. Simanjuntak, 1999, PokokPokok Hukum Perdata, Penerbit Jambatan, Jakarta, halaman 227230.
TUGAS.
Gadai diatur dalam Pasal 1150 KUHPerdata. Dari pengertian yang tersirat dalam pasal tersebut ternyata gadai adalah bersifat accesoir artinya merupakan tambahan dari perjanjian pokok. Unsur terpenting dari gadai adalah bahwa benda yang dijaminkan itu harus berada dalam kekuasaan pemegang gadai/Inbezit stelling. Syarat ini ternyata dalam praktek mengalami kesulitan, sehingga dibentuklah figur hukum yang disebut dengan Fiduciare Eigendom Overdracht (FEO). Objek gadai adalah meliputi tidak hanya benda bergerak yang berujud, tetapi juga benda bergerak yang tak berujud yang berupa “Hak”.
Sedangkan hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan yang objeknya barangbarang tetap adalah Hipotik yang diatur dalam pasal 1162 KUHPerdata. Suatu benda tetap yang telah dipakai sebagai jaminan utang (dihipotikkan), masih dapat pula dipakai sebagai jaminan/tanggungan lagi, untuk lebih dari satu utang. Walaupun gadai dan hipotik samasama sebagai hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan, tetapi ada bedanya juga.
Berikan jawaban atas pertanyaan dibawah ini.
1. Apakah ada bedanya cara mengadakan gadai, baik berupa surat piutang atas bawa, surat piutang atas tunjuk maupun terhadap hutang atas nama? 2. Apakah mengenai piutang yang masih akan ada itu dapat digadaikan ? 3. Bagaimanakah tingkatan hipotik atas sebuah kapal yang dibebani hipotik? 4. Meskipun undangundang memberikan hak untuk mengadakan janji baik pada pemegang hipotik pertama kedua dan ketiga, yang menjadi persoalan apakah janji tersebut dilaksanakan, apakah ia bertindak sebagai kuasa saja dari pemberi hipotik, ataukah ia harus dianggap melakukan haknya sendiri?
5. Bandingkan gadai dan hipotik
PERTEMUAN KE EMPAT BELAS : Hukum Waris
Bacaan :
PNH. Simanjuntak, 1999. PokokPokok Hukum Perdata Indonesia, Penerbit Djambatan, Jakarta. Halaman 241281.
Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, 1984, Penerbit PT Bina Aksara, Jakarta. Halaman 987.
Abdulkadir Muhammad, 1993. Hukum Perdata Indonesia, Penerbit PT Citra Aditya Bakti Bandung, Halaman.292298.
TUGAS :
Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata di Indonesia dan belum dikodifikasikan. Hal ini berarti bahwa bagi berbagai golongan
penduduk di Indonesia masih berlaku hukum waris yang berbedabeda, seperti : hukum waris perdata barat, Hukum waris adat dan hukum waris Islam.
Pada dasarnya prinsipprinsip kewarisan dalam KUHPerdata berlaku prinsip bahwa yang berpindah di dalam pewarisan adalah kekayaan si pewaris, yakni adalah hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, kecuali dalam halhal tertentu. Sedangkan ada 2 cara mewaris yaitu :
Mewaris berdasarkan undang undang (Abinstentato) Mewaris berdasarkan surat wasiat (Testament).
Menurut Pasal 832 KUHPerdata, yang berhak untuk menjadi ahli waris adalah para keluarga sedarah, baik sah maupun luar kawin, suami, istri yang hidup terlama, sedangkan bagian ahliwaris disusun dalam kelompok yang disebut dengan golongan ahli waris yang terdiri dari 4 kelompok. Mengenai hak atas legitime portie barulah timbul bila seseorang dalam suatu keadaan sungguh sungguh tampil ke muka sebagai ahli waris menurut undangundang. Pada pembagian warisan, para ahli waris dapat menerima warisan menurut bagiannya masingmasing setelah harta warisan itu dikurangi dengan jumlah utangutang pewaris.
Mengenai pewarisan menurut surat wasiat harus berbentuk surat tulisan yang dapat dibuat dengan akte dibawah tangan maupun akta otentik yang berisikan pernyataan kehendak yang dapat diartikan sebagai tindakan hukum sepihak dan memuat beberapa hal tertentu. Jawablah pertanyaan dibawah ini. 1. Apakah ahli waris mempunyai hakhak khusus ?, serta jelaskan pula ahli waris menurut undang undang beserta bagian masingmasing. 2. Jelaskan mengenai bentukbentuk surat wasiat, dan pada dasarnya surat wasiat itu berisi tentang apa sajakah? 3. Apakah anak luar kawin mendapat bagian dari harta warisan ?
4. Mengapa Hukum Waris dimuat/diatur dalam Buku II KUHPerdata? Jelaskan
PERTEMUAN KE LIMA BELAS : Hukum Waris Adat dan Hukum Waris
Islam
Bacaan.
PNH. Simanjuntak, 1999, Pokokpokok Hukum Perdata Indonesia, Penerbit Jambatan, Jakarta. Halaman 282315.
Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, Penerbit PT Bina Aksara Jakarta, Halaman 2331.
TUGAS.
Pada dasarnya, hukum waris adat di Indonesia sangat dipengaruhi oleh prinsipprinsip garis keturunan yang berlaku pada masyarakat yang bersangkutan, disamping itu juga dikenal adanya 3 sistem kewarisan. Terkait dengan harta peninggalan ada yang dapat dibagibagi dan yang tidak dapat dibagi. Pada sistem kewarisan adat ini dikenal hibah dan wasiat, serta diatur juga tentang hak dan kewajiban anak sebagai ahli waris dan hak kedudukan janda/duda sebagai ahli waris.
Pada Hukum waris Islam, wujud warisan/harta peninggalan sangat berbeda dengan wujud warisan sebagai yang diatur dalam BW maupun menurut hukum waris adat. Dalam kewarisan Islam dikenal kelompok keutamaan ahli waris. Yaitu kelompok ahli waris yang didahulukan untuk mewaris dari kelompok ahli waris lainnya. Secara garis besar golongan ahli waris dalam hukum Islam dapat dibagi menjadi 3 golongan. Sedangkan mengenai bagian tetap ahli waris diatur dalam Pasal 176 KHI (Kompilasi Hukum Islam). Hibah dan Wasiat diatur secara tegas dalam Al Quran.
Temukan jawaban atas pertanyaan dibawah ini.
1. Disamping prinsipprinsip keturunan, hukum adat juga mengenal sistem kewarisan. Sebut dan jelaskan 3 sistem kewarisan adat itu.
2. Bagaimana pendapat Hazairin apabila sistem kewarisan ini dihubungkan dengan prinsip garis keturunan.
3. Apa yang menjadi dasar untuk mendapatkan harta peninggalan menurut AlQuran?, serta jelaskan mereka yang didahulukan untuk mewaris menurut AlQuran.
4. Mengenai hibah dan wasiat diatur secara tegas dan jelas dimana? Serta bagaimana ketentuan lain yang berkaitan dengan hibah wasiat tersebut