• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO

NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MOJOKERTO,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf w dan ayat (4) huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan huruf Q Sub Bidang angka 3 Sub Bidang angka 1 Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota angka 2 Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, daerah Kabupaten memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan usaha pariwisata;

b. bahwa dalam rangka penyelenggaraan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu dilakukan pemberian pelayanan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap usaha pariwisata;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur Juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

2. Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427); 5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar

Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);

(2)

SALINAN

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3617); 8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

11. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

13. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

14. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

15. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

16. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang

Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3650);

(3)

SALINAN

19. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3658);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

25. Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 tentang Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara;

26. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;

27. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;

28. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;

29. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

30. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor Kep.012/MKP/IV/2001 tentang Pedoman Umum Perizinan Usaha Pariwisata;

31. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 03/HK.001/MKP/02 tentang Penggolongan Kelas Hotel;

32. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 66 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengalihan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup;

33. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 15/M-DAG/PER/3/2006 tentang Pengawasan dan Perizinan Minuman Beralkohol;

34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

35. Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 20 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun 2006 Nomor 14 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 17);

(4)

SALINAN

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO

dan

BUPATI MOJOKERTO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Mojokerto.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Mojokerto. 3. Bupati adalah Bupati Mojokerto.

4. Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata adalah Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto.

5. Kas Umum Daerah adalah Kantor Kas Daerah Kabupaten Mojokerto.

6. Pimpinan Usaha Pariwisata adalah orang yang memimpin dan bertanggung jawab atas Usaha Pariwisata.

7. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahan wisatawan.

8. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk usaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang kepariwisataan.

9. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

10. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

11. Obyek dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. 12. Obyek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata

yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

13. Ijin Usaha adalah ijin yang diberikan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk kepada Badan Usaha atau Perorangan untuk menjalankan (mengoperasikan) usaha di bidang Kepariwisataan dan Kebudayaan.

14. Restoran adalah suatu jenis jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya tidak termasuk restoran yang berada di hotel, jasa boga dan rumah makan.

15. Rumah makan adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.

16. Bar adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menghidangkan minuman keras (mengandung alkohol), minuman campuran (cocktail) dan minuman lain di tempat usahanya.

17. Jasa Boga adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya meliputi pengolahan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman, jasa andrawina dengan pelayanan penghidangan di tempat yang ditentukan oleh pemesan.

18. Akomodasi adalah sarana untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya.

(5)

SALINAN

19. Hotel adalah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan.

20. Pondok Wisata adalah salah satu jenis akomodasi yang dikelola secara perorangan yang mempergunakan sebagian rumah tinggal untuk penginapan bagi setiap orang dengan perhitungan pembayaran harian.

21. Usaha Bumi Perkemahan adalah suatu bentuk usaha wisata dengan mengunakan tenda yang dipasang di alam terbuka atau kereta gandengan bawaan sendiri sebagai tempat menginap.

22. Penginapan Remaja adalah suatu usaha jenis akomodasi yang dikelola secara komersial yang menyediakan pelayanan penginapan sebagai usaha pokok dan pelayanan lain bagi remaja.

23. Karavan (rumah mobil) adalah kendaraan yang dilengkapi dengan fasilitas tempat tidur, tempat mandi, tempat memasak, yang dinyatakan layak jalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

24. Usaha Persinggahan karavan adalah salah satu jenis usaha akomodasi berupa kegiatan penyediaan lahan untuk persinggahan karavan atau kendaraan sejenis 25. Usaha Angkutan Wisata adalah suatu usaha yang menyediakan fasilitas untuk

mengangkut wisatawan dari dan ke tempat tujuan wisata.

26. Usaha Sarana Wisata Tirta adalah usaha yang lingkup kegiatannya menyediakan dan mengelola sarana dan prasarana serta menyediakan jasa-jasa lainnya yang berkaitan dengan kegiatan wisata tirta.

27. Usaha Kawasan Pariwisata adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya yang menyediakan sarana dan prasarana untuk pengembangan pariwisata. 28. Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum adalah setiap usaha komersial yang ruang

lingkup kegiatanya dimaksudkan untuk memberikan kesegaran jasmani dan rohani. 29. Hiburan adalah segala bentuk penyajian/ pertunjukan dalam bidang seni dan olah

raga yang semata-mata bertujuan untuk memberikan rasa senang kepada pengunjung dengan mendapatkan imbalan jasa.

30. Salon Kecantikan adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan tempat dan fasilitas untuk memotong, menata rambut, merias muka serta merawat kulit dengan bahan kosmetika.

31. Alat potong rambut (Barber Shop) adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan jasa pelayanan memotong dan/ atau menata serta merias rambut.

32. Perawatan tubuh (Spa) adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan tempat dan fasilitas pelayanan terpadu sebagai terapi atau perawatan pada bagian-bagian tubuh atau badan yang ditujukan untuk kesegaran dan keseimbangan fisik dan psikhis dengan menggunakan bahan kosmetika atau ramuan tradisional.

33. Mandi Uap (Sauna) adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan tempat dan fasilitas jasa pelayanan perawatan tubuh dengan cara terapi mandi uap mengunakan aroma, rempah-rempah atau lainnya untuk kesegaran jasmani.

34. Usaha Karaoke adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk bernyanyi dengan iringan musik rekaman sebagai usaha pokok untuk orang dewasa dan dapat dilengkapi jasa pelayanan makan dan minum serta pemandu.

35. Usaha Karaoke Keluarga adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk bernyanyi dengan iringan musik rekaman sebagai usaha pokok untuk orang dewasa dan dapat dilengkapi jasa pelayanan makan dan minum yang dapat dinikmati oleh anak-anak, orang dewasa dan orang tua.

36. Kelab Malam adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk menari dan diiringi musik hidup, pertunjukan lampu dan menyediakan tempat dan fasilitas serta Pemandu.

37. Rumah Musik (Pub) adalah setiap usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas pertunjukan musik hidup, pertunjukan lampu tanpa Pemandu dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

38. Pemandu adalah seseorang yang bertugas memandu dan/ atau mendampingi wisatawan atau tamu pada saat menikmati acara hiburan di tempat usaha pariwisata.

(6)

SALINAN

39. Diskotik adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk menari dengan iringan musik yang disertai atraksi pertunjukan cahaya lampu tanpa pertunjukan lantai dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum. 40. Bioskop adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk memutar

film sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

41. Padang Golf adalah suatu bangunan yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk olahraga golf di suatu kawasan tertentu sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum serta akomodasi.

42. Lapangan Tenis adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk olahraga tenis sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

43. Panti Pijat/Timung (Massage) adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk pijat sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

44. Gelanggang Bowling adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk olahraga bowling sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

45. Gelanggang Seluncur Es (Ice Skating) adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berolahraga seluncur es atau sejenisnya sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum. 46. Pusat Kebugaran Jasmani (Fitness Centre) adalah suatu usaha yang menyediakan

tempat dan berbagai fasilitas untuk melakukan kagiatan latihan kesegaran jasmani atau terapi sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

47. Kolam Renang adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk renang sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

48. Gelanggang Renang adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berenang, taman dan arena bermain anak-anak sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

49. Kolam Pancing adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk memancing ikan sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

50. Bola Sodok (Billyard) adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk bola sodok sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

51. Gelanggang Permainan dan Ketangkasan Dewasa adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk permainan ketangkasan dan/ atau mesin permainan sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

52. Gelanggang Permainan dan Ketangkasan Anak-anak adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk permainan dan ketangkasan dan/ atau mesin permainan sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

53. Balai Pertemuan Umum adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk menyelenggarakan pertemuan rapat, pesta atau pertunjukan sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

54. Gedung Tenis Meja adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk olahraga tenis meja sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

55. Gelanggang Olahraga Terbuka adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk kegiatan berbagai cabang aneka olah raga sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum di tempat terbuka.

56. Gelanggang Olah Raga Tertutup adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk kegiatan berbagai cabang aneka olah raga sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum dalam gedung tertutup. 57. Taman Rekreasi adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan berbagai jenis

fasilitas untuk memberikan kesegaran jasmani dan rohani yang mengandung unsur hiburan, pendidikan dan kebudayaan sebagai usaha pokok di suatu kawasan

(7)

SALINAN

tertentu yang dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum serta akomodasi.

58. Teater terbuka atau Panggung Terbuka adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk pertunjukan seni budaya di tempat terbuka (tanpa atap) dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

59. Teater tertutup atau Panggung Tertutup adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk pertunjukan (pentas) seni budaya dan dapat dilengkapi jasa pelayanan makan dan minum di gedung tertutup.

60. Dunia Fantasi adalah suatu usaha yang menyediakan tempat atau kawasan dan fasilitas untuk mempertunjukkan karya seni fantastis.

61. Taman Satwa adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk memelihara berbagai jenis satwa dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

62. Usaha Sarana dan Fasilitas Olah raga adalah suatu usaha yang menyediakan peralatan atau perlengkapan untuk berolahraga atau ketangkasan baik di darat, air dan udara yang dikelola secara komersial.

63. Lapangan Squash adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk olahraga squash sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

64. Pentas Pertunjukan Satwa adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk mempertunjukkan permainan atau ketangkasan satwa.

65. Usaha Fasilitas Wisata Tirta dan Rekreasi Air adalah suatu usaha yang menyediakan peralatan atau perlengkapan untuk berekreasi air yang dikelola secara komersial.

66. Lapangan Bulu Tangkis adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk olah raga bulu tangkis sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

67. Pemandian Alam adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk mandi dengan memanfaatkan air panas dan/ atau air terjun sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

68. Pertunjukan hiburan umum (Showbiz) adalah suatu usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyelenggarakan pertunjukan hiburan umum.

69. Usaha Biro Perjalanan Wisata adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama untuk berwisata.

70. Cabang Usaha Biro Perjalanan Wisata adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama untuk berwisata yang merupakan cabang dari usaha biro perjalanan wisata. 71. Agen Perjalanan Wisata adalah usaha yang memberikan pelayanan secara optimal

dan bertanggung jawab atas penyediaan jasa pemesanan dan pengurusan dokumen yang dilakukan dan berlaku bagi penyedia jasa perantara, dalam hal melakukan penjualan paket wisata yang dikemas Biro Perjalanan Wisata.

72. Jasa Impresariat adalah kegiatan pengurusan, penyelenggara hiburan, baik yang berupa mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikan serta menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan.

73. Pertemuan adalah suatu jenis kegiatan ilmiah atau seminar termasuk diantaranya seminar, kursus dan seminar pelatihan yang diselenggarakan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam suatu instansi pemerintah, asosiasi, perkumpulan atau lainnya yang tidak menggunakan fasilitas akomodasi. Peserta yang mengikuti pertemuan ini harus mendaftar terlebih dahulu dengan atau tanpa membayar biaya pendaftaran.

74. Perjalanan Insentif adalah kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan.

(8)

SALINAN

75. Konggres, Konferensi atau Konvensi adalah suatu kegiatan yang berupa pertemuan sekelompok orang (Negarawan, Usahawan, Cendekiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama yang dilaksanakan satu kegiatan atau jangka waktu tertentu pada tempat tertentu.

76. Pameran adalah suatu kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan promosi yang ada hubungan dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan pariwisata.

77. Usaha jasa Konvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran, merupakan usaha dengan kegiatan pokok memberikan jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (Negarawan, Usahawan, Cendekiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama.

78. Informasi Pariwisata adalah keterangan dalam bentuk apapun mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepariwisataan

79. Jasa usaha Konsultan Pariwisata adalah usaha jasa konsultan yang bergerak di bidang pariwisata.

80. Jasa usaha Pramuwisata adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur, mengkoordinasikan dan menyediakan tenaga pramuwisata untuk memberikan pelayanan bagi seseorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata.

81. Pramuwisata adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan penerangan dan petunjuk mengenai obyek wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan.

82. Jasa Usaha Informasi Pariwisata adalah usaha penyediaan informasi kepariwisataan.

83. Seni adalah suatu hasil karya yang bermutu dilihat dari segi keindahan dan kreatifitasnya.

84. Usaha Bidang Kesenian adalah kegiatan usaha yang mempertunjukkan karya seni dengan tujuan memberikan keindahan dan kepuasan bagi yang melihat, mendengar dan memakai.

85. Kebudayaan adalah segala perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran (logika), perasaan (estetika) dan kemauan etika sebagai buah usaha budi dalam mengelola cipta, rasa dan karsa untuk mewujudkan karya budaya dari interaksi budaya spiritual dan produk budaya yang bersifat material.

86. Penghayat Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah penganut yang melaksanakan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran batin, jiwa dan rohani.

87. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau manusia berdasarkan benda-benda yang ditinggalkan.

88. Suaka adalah tempat untuk perlindungan benda-benda purbakala yang bernilai sejarah.

89. Konservasi adalah perawatan dari benda-benda purbakala yang bernilai sejarah. 90. Kesejarahan adalah masa lampau kehidupan manusia sebagai kelompok yang

dapat diketahui dari hasil perekaman sumber tertulis, sumber lisan dan benda budaya yang dihasilkan oleh kelompok manusia tersebut dan sampai pada kita 91. Nilai-nilai Budaya adalah ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai

dalam kehidupan masyarakat.

92. Kesenian adalah segala ungkapan cipta, rasa dan karsa (jiwa manusia) yang diteruskan pada perasaan yang indah dengan mempunyai nilai luhur.

93. Museum adalah tempat penyimpanan benda-benda yang mempunyai nilai sejarah yang bermanfaat untuk ilmu pengetahuan.

94. Benda-benda Cagar Budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun atau mewakili masa jaya yang khas dengan mewakili masa jaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, pengetahuan dan kebudayaan.

95. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(9)

SALINAN

96. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

97. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya.

98. Pemilik ijin adalah perorangan atau badan yang telah diberikan ijin untuk melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

99. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

100.Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi. 101. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu

bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perijinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

102. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati.

103. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.

104. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

105. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.

106. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

107. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPdORD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data objek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran Retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah. 108. Surat Pembetulan adalah surat yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan

hitung dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan daerah yang terdapat dalam Surat Ketetapan Retribusi Daerah, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Nihil atau Surat Tagihan Retribusi Daerah.

109. Surat Keberatan adalah surat atas keberatan terhadap Surat Ketetapan Retribusi Daerah, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Nihil atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Retribusi.

110. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir.

(10)

SALINAN

111. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi.

112. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

113. Penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi adalah serangkaian tindakan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang Retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

114. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Maksud dan tujuan Ijin Penyelenggaraan Usaha Kepariwisataan dan Kebudayaan adalah :

a. Sebagai dasar pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kepariwisataan dan kebudayaan;

b. Adanya kepastian hukum dalam melaksanakan usaha;

c. Memberikan perlindungan bagi masyarakat/konsumen hidup jaminan pelaksanaan usaha;

d. Adanya transparansi/ keterbukaan dalam proses pemberian ijin usaha; e. Mendorong pendayagunaan produksi lokal dan nasional.

BAB III

KETENTUAN PERIJINAN

Pasal 3

(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan usaha pariwisata dan kebudayaan yang meliputi peningkatan, pengembangan dan perubahan penyelenggaraan wajib mengajukan permohonan secara tertulis untuk mendapatkan ijin dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Ijin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas : a. Ijin usaha jasa pariwisata;

b. Ijin usaha obyek dan daya tarik wisata; c. Ijin usaha sarana pariwisata.

(3) Untuk mendapatkan ijin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2), setiap orang atau badan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(4) Ijin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menggunakan fasilitas Penanaman Modal Asing/Penanaman Modal Dalam Negeri dikeluarkan oleh Kantor Badan Penanaman Modal.

(5) Pemegang ijin usaha pariwisata dan kebudayaan wajib menyampaikan laporan perkembangan kegiatan usaha secara berkala dan tepat waktu.

(6) Ketentuan mengenai tata cara dan persyaratan ijin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan laporan perkembangan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (5), diatur lebih lanjut oleh Bupati.

(11)

SALINAN

Pasal 4

Bupati dapat menetapkan dan mengatur jenis usaha pariwisata tertentu yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, atau perseorangan yang tidak perlu memiliki ijin usaha.

Pasal 5

Pemberian Ijin Penyelenggaraan usaha pariwisata dilaksanakan dengan memperhatikan :

a. Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya;

b. Nilai-nilai agama, adat istiadat, pendidikan serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat;

c. Kelestarian sosial budaya dan mutu lingkungan hidup; d. Kelangsungan usaha pariwisata dan kebudayaan.

Pasal 6

(1) Ijin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang dengan ketentuan usaha pariwisata dimaksud masih menjalankan kegiatan usaha dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Ijin Penyelenggaraan Usaha Kepariwisataan dan Kebudayaan tidak berlaku, apabila:

a. Masa berlaku telah berakhir; b. Atas permintaan Subyek Retribusi; c. Pemilik ijin meninggal dunia;

d. Pemilik ijin mengalihkan kepada pihak lain tanpa ijin tertulis Bupati atau pejabat yang ditunjuk;

e. Pemilik ijin tidak menggunakan Ijin Penyelenggaraan Usaha Kepariwisataan dan Kebudayaan yang bersangkutan sebagaimana yang telah ditetapkan;

f. Pemilik ijin tidak dapat memenuhi kewajiban dan syarat-syarat yang telah ditetapkan;

g. Badan sebagai Subyek Retribusi bubar atau dibubarkan;

h. Sarana usaha pariwisata yang bersangkutan diperlukan untuk kepentingan Pemerintah atau kepentingan umum.

(3) Dalam hal perpanjangan ijin usaha dapat diajukan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhir masa berlaku.

Pasal 7

Dalam hal masa berlaku ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf h masih berlaku, Pemerintah Daerah wajib memberikan ganti rugi.

Dalam hal pemilik ijin meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c, Ijin Usaha Pariwisata dapat dialihkan kepada ahli warisnya sampai berakhir masa berlakunya setelah melaporkan kepada Bupati.

Tata cara pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 8

(1) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap, Bupati atau pejabat yang ditunjuk memberikan ijin usaha atau penolakan ijin usaha pariwisata atas permohonan yang diajukan.

(2) Dalam hal permohonan ijin ditolak, penolakan dilakukan secara tertulis disertai alasan penolakan.

(12)

SALINAN

BAB IV

JENIS IJIN USAHA PARIWISATA Bagian Kesatu

Ijin Usaha Jasa Pariwisata

Pasal 9

Ijin Usaha Jasa Pariwisata terdiri atas : a. usaha jasa biro perjalanan wisata;

b. usaha jasa cabang biro perjalanan wisata; c. usaha jasa agen perjalanan wisata;

d. usaha jasa pramuwisata;

e. usaha jasa konvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran; f. usaha jasa impresariat;

g. usaha jasa konsultan pariwisata; h. usaha jasa informasi Kepariwisataan.

Bagian Kedua

Ijin Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata

Pasal 10

Ijin Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata terdiri atas : a. obyek dan daya tarik wisata alam;

b. obyek dan daya tarik wisata budaya terdiri atas : 1. sejarah;

2. purbakala; 3. museum; 4. arkeologi;

5. suaka dan konservasi; 6. bahasa dan sastra;

7. penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME; 8. kesenian;

9. Wisata Ziarah.

c. obyek dan daya tarik wisata minat khusus

d. obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum terdiri atas : 1. salon kecantikan;

2. alat potong rambut (barber shop); 3. perawatan tubuh (Spa);

4. mandi uap (sauna); 5. karaoke;

6. karaoke keluarga; 7. kelab malam; 8. rumah musik (pub);

9. studio musik(persewaan alat); 10. diskotik;

11. bioskop / Pertunjukan Film; 12. padang golf;

13. lapangan tenis;

14. panti pijat/timung (message); 15. gelanggang bowling;

16. gelanggang seluncur es (ice skating) 17. pusat kebugaran jasmani (fitness centre); 18. kolam renang

19. gelanggang renang; 20. kolam memancing; 21. bola sodok (billyard);

22. gelanggang permainan dan ketangkasan dewasa; 23. gelanggang permainan dan ketangkasan anak-anak; 24. balai pertemuan umum;

(13)

SALINAN

25. gedung tenis meja;

26. gelanggang olah raga terbuka; 27. gelanggang olah raga tertutup; 28. arena futsal;

29. taman rekreasi;

30. teater terbuka/ panggung terbuka; 31. teater tertutup/ panggung tertutup;

32. pasar seni dan kesenian tradisional, tari, pertunjukan; 33. dunia fantasi;

34. taman satwa;

35. usaha sarana dan fasilitas olahraga; 36. lapangan futsal;

37. pentas pertunjukan satwa;

38. usaha fasilitas wisata tirta dan rekreasi air; 39. lapangan bulu tangkis;

40. pertunjukan hiburan (showbiz).

Bagian Ketiga

Ijin Usaha Sarana Pariwisata

Pasal 11

Ijin Usaha Sarana Pariwisata terdiri atas :

a. penyediaan makanan dan minuman terdiri atas : 1. usaha restoran;

2. usaha rumah makan; 3. usaha bar;

4. usaha jasa boga.

b. penyediaan angkutan wisata; c. penyediaan sarana wisata tirta; d. kawasan pariwisata;

e. penyediaan akomodasi meliputi; 1. usaha hotel;

2. usaha pondok wisata; 3. usaha bumi perkemahan;

4. usaha persinggahan karavan (rumah mobil); 5. usaha penginapan remaja;

BAB V

PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA

Bagian Kesatu Usaha Jasa Pariwisata

Paragraf 1

Usaha Jasa Biro Perjalanan Wisata

Pasal 12

(1) Usaha Jasa Biro Perjalanan Wisata menyelenggarakan kegiatan pelayanan bagi seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan wisata.

(2) Bentuk Badan Usaha Biro Perjalanan Wisata berupa perseroan terbatas atau koperasi.

(14)

SALINAN

Pasal 13

Biro Perjalanan Wisata harus memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya :

a. Perencanaan dan pengemasan komponen-komponen perjalanan wisata, yang meliputi sarana wisata, obyek dan daya tarik wisata dan jasa pariwisata lainnya dalam bentuk paket wisata;

b. Penyelenggaraan dan penjualan paket wisata dengan cara menyalurkan melalui agen Perjalanan Wisata dan/ atau menjualnya kepada wisatawan atau konsumen; c. Penyediaan layanan pramuwisata yang berhubungan dengan paket wisata yang

dijual;

d. Penyediaan layanan angkutan wisata;

e. Pemesanan akomodasi, restoran, tempat konvensi dan tiket pertunjukan seni dan budaya serta kunjungan ke obyek daya tarik wisata;

f. Pengurusan dokumen perjalanan, berupa paspor dan visa atau dokumen lain yang dipersamakan;

g. Penyelenggaraan perjalanan ibadah; h. Penyelenggaraan perjalanan insentif.

Pasal 14

Biro Perjalanan Wisata wajib :

a. Memenuhi jenis dan kualitas komponen perjalanan wisata yang dikemas dan/ atau dijanjikan dalam paket wisata;

b. Memberikan pelayanan secara optimal bagi wisatawan yang melakukan pemesanan, pengurusan dokumen dan penyelenggaraan perjalanan melalui biro perjalanan wisata.

Paragraf 2

Usaha Jasa Cabang Biro Perjalanan Wisata

Pasal 15

(1) Untuk memperluas jaringan kegiatan usaha, Biro Perjalanan Wisata dapat mendirikan kantor cabang.

(2) Setiap Pendirian kantor cabang Biro Perjalanan Wisata dan pembukaan gerai jual wajib mengajukan permohonan kepada Bupati.

(3) Kantor cabang Biro Perjalanan Wisata dapat menyediakan usaha jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, 6, 7 dan Pasal 9.

Paragraf 3

Usaha Jasa Agen Perjalanan Wisata

Pasal 16

Usaha jasa agen perjalanan wisata diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atau Koperasi.

Pasal 17

Kegiatan usaha agen perjalanan Wisata meliputi jasa :

a. Pemesanan tiket angkutan udara laut dan darat baik untuk tujuan dalam negeri maupun luar negeri;

b. Perantara penjualan paket wisata yang dikemas oleh Biro Perjalanan Wisata;

c. Pemesanan akomodasi, restoran dan tiket penjualan seni budaya, serta kunjungan ke obyek dan daya tarik wisata;

d. Pengurusan dokumen perjalanan berupa paspor dan visa atau dokumen lain yang dipersamakan.

(15)

SALINAN

Pasal 18

Agen perjalanan wisata wajib :

a. Memberikan pelayanan secara optimal dan bertanggung jawab atas penyediaan jasa pemesanan dan pengurusan dokumen yang dilakukan;

b. Memperhatikan norma dan kelaziman yang berlaku bagi penyediaan jasa perantara, dalam hal melakukan perjalanan paket wisata yang dikemas Biro perjalanan Wisata.

Pasal 19

Agen Perjalanan Wisata dilarang :

a. Melakukan perubahan terhadap komponen perjalanan wisata dalam paket wisata yang dikemas Biro Perjalanan Wisata;

b. Menyelenggarakan paket wisata.

Paragraf 4

Usaha Jasa Pramuwisata

Pasal 20

Usaha jasa pramuwisata diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atau Koperasi. Pasal 21

(1) Kegiatan usaha jasa pramuwisata meliputi penyediaan tenaga pramuwisata dan/ atau mengkoordinasikan tenaga pramuwisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan secara perseorangan atau kebutuhan Biro Perjalanan Wisata.

(2) Kegiatan mengkoordinasikan tenaga pramuwisata lepas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya dapat dilakukan apabila persediaan tenaga pramuwisata yang dimiliki badan usaha jasa pramuwisata tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan yang ada.

(3) Pengkoordinasian tenaga pramuwisata lepas sebagaimana pada ayat (2) dilakukan dengan tetap memperhatikan persyaratan profesionalisme tenaga pramuwisata yang bersangkutan.

Pasal 22

Badan usaha jasa pramuwisata wajib :

a. Memperkerjakan tenaga pramuwisata yang telah memenuhi persyaratan ketrampilan yang berlaku;

b. Secara terus menerus melakukan upaya peningkatan ketrampilan tenaga pramuwisata yang bersangkutan.

Paragraf 5

Usaha Jasa Konvensi, Pertemuan, Perjalanan Insentif dan Pameran

Pasal 23

Usaha jasa konvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atau Koperasi.

Pasal 24

(1) Kegiatan Usaha jasa konvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran meliputi:

a. Penyelenggaraan kegiatan konvensi yang meliputi :

1. Perencanaan dan penawaran penyelenggaraan konvensi;

2. Perencanaan dan pengelolaan anggaran penyelenggaraan konvensi; 3. Pelaksanaan dan penyelenggaraan konvensi;

(16)

SALINAN

4. Pelayanan terjemahan simultan.

b. Perencanaan, penyusunan dan penyelenggaraan program pertemuan;

c. Perencanaan, penyusunan dan penyelenggaraan program perjalanan insentif; d. Perencanaan dan penyelenggaraan pameran;

e. Penyusunan dan pengkoordinasian penyelenggaraan wisata sebelum,selama dan sesudah konvensi;

f. Penyediaan jasa kesekretariatan bagi penyelenggaraan konvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran;

g. Kegiatan lain guna memenuhi kebutuhan peserta konvensi pertemuan, perjalanan insentif dan pameran.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf, b, huruf c dan huruf d merupakan kegiatan pokok yang wajib diselenggarakan oleh badan usaha jasa konvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran.

Pasal 25

Badan usaha jasa konvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran wajib :

a. Memenuhi jenis dan kualitas jasa yang dikemas dan/ atau dijanjikan dalam penawaran penyelenggaraan konvensi, pertemuan, perjalanan dan pameran;

b. Mengurus perijinan yang diperlukan bagi penyelenggaraan kegiatan konvensi dan pameran sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf 6

Usaha Jasa Impresariat

Pasal 26

Usaha jasa impresariat dapat berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi. Pasal 27

Kegiatan usaha jasa impresariat meliputi :

a. pengurusan dan penyelenggaraan pertunjukan hiburan oleh artis, seniman dan olah ragawan Indonesia yang melakukan pertunjukan di dalam dan di luar negeri;

b. pengurusan dan penyelenggaraan pertunjukan hiburan oleh artis, seniman dan olahragawan asing yang melakukan pertunjukan di Indonesia;

c. pengurusan dokumen perjalanan, akomodasi, transportasi bagi artis, seniman dan olahragawan yang akan mengadakan pertunjukan hiburan;

d. penyelenggaraan kegiatan promosi dan publikasi pertunjukan. Pasal 28

Usaha jasa impresariat wajib :

a. Melestarikan seni budaya Indonesia;

b. Memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, serta mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum; c. Mengurus perijinan yang diperlukan bagi penyelenggaraan pertunjukan hiburan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Paragraf 7

Usaha Jasa Konsultan Pariwisata

Pasal 29

(1) Usaha jasa konsultan pariwisata diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atau Koperasi.

(2) Usaha jasa konsultan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didirikan semata-mata untuk menyediakan jasa konsultasi di bidang kepariwisataan.

(17)

SALINAN

Pasal 30

Kegiatan usaha jasa konsultan pariwisata meliputi penyampaian pandangan, saran, penyusunan studi kelayakan, perencanaan, pengawasan, manajemen dan penelitian di bidang kepariwisataan.

Pasal 31

Badan Usaha jasa konsultan pariwisata wajib :

a. menjamin dan bertanggung jawab atas kualitas jasa konsultasi yang diberikan; b. secara terus menerus melakukan upaya peningkatan profesionalisme tenaga ahli

yang bekerja pada perusahaan.

Paragraf 8

Usaha Jasa Informasi Kepariwisataan

Pasal 32

Usaha jasa informasi kepariwisataan diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atau Koperasi atau Kelompok Sosial di dalam masyarakat.

Pasal 33

Kegiatan usaha jasa informasi kepariwisataan meliputi :

a. Penyediaan informasi mengenai obyek dan daya tarik wisata, sarana pariwisata, jasa pariwisata, transportasi dan informasi lain yang diperlukan oleh wisatawan; b. Penyebaran informasi tentang usaha pariwisata atau informasi lain yang diperlukan

wisatawan melalui media cetak, media elektronik atau media komunikasi lain;

c. Pemberian informasi mengenai layanan pemesanan, akomodasi, restoran, penerbangan, angkutan darat dan angkutan laut.

Bagian Kedua

Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata

Pasal 34

Penyelenggaraan usaha obyek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan mengelola obyek dan daya tarik wisata beserta prasarana dan sarana yang diperlukan atau kegiatan mengelola obyek dan daya tarik wisata yang ada.

Paragraf 1

Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam

Pasal 35

(1) Usaha obyek dan daya tarik wisata alam merupakan usaha pemanfaaatan sumber daya alam dan tata lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata.

(2) Bupati menetapkan sumber daya alam tertentu sebagai obyek dan daya tarik wisata alam.

Pasal 36

Usaha obyek dan daya tarik wisata alam diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas, Koperasi atau perseorangan.

(18)

SALINAN

Pasal 37

(1) Kegiatan usaha obyek dan daya tarik wisata alam meliputi :

a. Pembangunan prasarana dan sarana pelengkap beserta fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan;

b. Pengelolaan obyek dan daya tarik wisata alam, termasuk prasarana dan sarana yang ada;

c. Penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat disekitarnya untuk berperan serta dalam kegiatan usaha obyek dan daya tarik wisata alam.

(2) Usaha obyek dan daya tarik wisata alam dapat disertai dengan penyelenggaraan pertunjukan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah terhadap obyek dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.

Pasal 38

Penyelenggaraan usaha obyek dan daya tarik wisata alam wajib: a. menyediakan sarana dan fasilitas keselamatan dan keamanan;

b. mempekerjakan pramuwisata dan/ atau tenaga ahli yang memiliki ketrampilan yang dibutuhkan;

c. menjaga kelestarian obyek dan daya tarik wisata serta tata lingkungannya. Paragraf 2

Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya

Pasal 39

(1) Usaha obyek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan seni budaya bangsa yang telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata.

(2) Bupati menetapkan seni budaya tertentu sebagai obyek dan daya tarik wisata budaya.

Pasal 40

Usaha obyek dan daya tarik wisata budaya diselenggarakan oleh perseroan terbatas, koperasi atau perseorangan.

Pasal 41

Kegiatan usaha obyek dan daya tarik wisata budaya meliputi :

a. Pembangunan obyek dan daya tarik wisata, termasuk penyediaan sarana, prasarana dan fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan;

b. Pengelolaan obyek dan daya tarik wisata, termasuk prasarana dan sarana yang ada;

c. Penyelenggaraan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah terhadap obyek dan daya tarik wisata serta memberikan manfaat bagi masyarakat disekitarnya.

Pasal 42

Penyelenggaraan usaha dan fasilitas obyek dan daya tarik wisata budaya wajib : a. Menyediakan sarana dan fasilitas keselamatan dan keamanan;

b. Memperkerjakan pramuwisata dan/ atau tenaga ahli yang memiliki ketrampilan yang dibutuhkan;

c. Menjaga kelestarian obyek dan daya tarik wisata budaya serta tata lingkungan. Pasal 43

Penyelenggaraan usaha dan daya tarik wisata budaya yang berupa benda cagar budaya atau peninggalan sejarah lainnya, diselenggarakan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(19)

SALINAN

Paragraf 3

Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus

Pasal 44

Usaha Obyek Dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan potensi seni budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisata bagi wisatawan yang mempunyai minat khusus.

Pasal 45

Usaha obyek dan daya tarik wisata minat khusus diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas, Koperasi atau Perseorangan.

Pasal 46

Kegiatan usaha obyek dan daya tarik wisata minat khusus meliputi :

a. Pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana serta fasilias pelayanan bagi wisatawan di lokasi obyek dan daya tarik wisata;

b. Penyediaan informasi mengenai obyek dan daya tarik wisata secara lengkap, akurat dan mutakhir.

Pasal 47

(1) Dalam hal kegiatan wisata minat khusus mempunyai resiko tinggi, penyelenggara wajib memberikan perlindungan asuransi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan perlindungan asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh Bupati.

Paragraf 4

Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata Rekreasi dan Hiburan Umum

Pasal 48

Usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum merupakan usaha pemanfaatan sumber daya buatan dan potensi seni budaya bangsa yang telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata, untuk dijadikan sasaran wisata bagi wisatawan yang menginginkan rekreasi dan hiburan umum.

Pasal 49

(1) Usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum yang seluruh modalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dapat berbentuk Badan Usaha atau Usaha perseorangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum yang modalnya

dimiliki bersama Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing, bentuk usahanya harus Perseroan Terbatas.

Pasal 50

Penyelenggara usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum wajib : a. Mengadakan pembukuan perusahaan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

b. Mentaati ketentuan perijinan usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum dan peraturan perundangan perpajakan;

c. Mentaati perjanjian kerja serta menjamin keselamatan kesejahteraan karyawan; d. Meningkatkan mutu penyelenggaraan usaha;

e. Memelihara kebersihan dan keindahan lokasi serta kelestarian lingkungan usaha; f. Menjamin keselamatan dan kenyamanan pengunjung;

(20)

SALINAN

Pasal 51

(1) Dalam pelaksanaan kegiatan usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum, penyelenggara usaha selama bulan puasa/ idul fitri libur wajib mengikuti ketentuan waktu/jam operasional sesuai dengan jenis usahanya.

(2) Pada hari atau bulan tertentu, kegiatan usaha Diskotik, Panti Pijat, Bola Sodok (Bilyard), Gelanggang Permainan dan ketangkasan dewasa, Kelab Malam, Karaoke dan Rumah Musik, dan pertunjukan Bioskop diwajibkan menutup/ menghentikan kegiatan;

(3) Ketentuan tentang waktu/jam operasional, penutupan/penghentian penyelenggaraan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 52

(1) Dalam hal kegiatan wisata rekreasi dam hiburan umum mempunyai resiko tinggi, penyelenggara wajib memberikan perlindungan asuransi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan perlindungan asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Bagian Ketiga Usaha Sarana Pariwisata

Paragraf 1

Usaha Penyediaan Akomodasi

Pasal 53

Usaha penyediaan akomodasi adalah usaha dengan menggunakan sarana untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya.

Paragraf 2 Usaha Hotel

Pasal 54

Usaha hotel diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas, Koperasi atau Perseorangan. Pasal 55

(1) Kegiatan usaha hotel meliputi :

a. Penyediaan kamar tempat menginap;

b. Penyediaan tempat pelayanan makan dan minum; c. Penyediaan pencucian pakaian/binatu;

d. Penyediaan fasilitas akomodasi dan pelayanan lain, yang diperlukan bagi penyelenggaraan kegiatan usaha hotel.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pelayanan pokok yang harus disediakan usaha hotel.

Pasal 56

(1) Penyelenggara usaha hotel wajib :

a. Menyediakan sarana dan fasilitas keselamatan dan keamanan; b. Menjaga keamanan barang-barang milik tamu hotel;

c. Menjaga citra dan mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum; d. Mencegah perhidangan minuman keras kepada yang belum dewasa;

e. Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.

(2) Penyelenggara Usaha Hotel bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan tamu hotel.

(21)

SALINAN

Paragraf 3

Usaha Pondok Wisata

Pasal 57

Usaha pondok wisata diselenggarakan oleh Koperasi atau Perorangan dan berupa kegiatan penyewaan rumah atau bagian rumah sebagai sarana penginapan kepada wisatawan untuk jangka waktu tertentu.

Pasal 58

(1) Kegiatan usaha pondok wisata meliputi : a. Penyediaan kamar tempat menginap;

b. Pennyediaan tempat atau pelayanan makan dan minum; c. Pelayanan pencucian pakaian/binatu.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pelayanan pokok yang wajib diselenggarakan oleh penyelenggara usaha pondok wisata.

Pasal 59

Penyelenggara usaha pondok wisata wajib :

a. Menjaga citra pondok wisata dan mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum;

b. Memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan. Paragraf 4

Usaha Bumi Perkemahan

Pasal 60

Usaha bumi perkemahan diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atau Koperasi. Pasal 61

(1) Kegiatan usaha bumi perkemahan meliputi :

a. Penyediaan lahan untuk perkemahan, perlengkapan berkemah dan tempat parkir kendaraan bermotor.

b. Penyediaan sarana air bersih, tempat mandi, penerangan dan fasilitas telekomunikasi;

c. Penyediaan tempat atau pelayanan makan dan minum; d. Penyediaan sarana olahraga dan rekreasi.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b merupakan kegiatan pokok yang wajib diselenggarakan oleh penyelenggara usaha bumi perkemahan.

Pasal 62

Penyelenggara usaha bumi perkemahan wajib :

a. Menyediakan sarana dan fasilitas keamanan lingkungan perkemahan; b. Menjaga kelestarian lingkungan;

c. Mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum; d. Memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Pasal 63

Usaha bumi perkemahan yang berada di kawasan konservasi diselenggarakan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(22)

SALINAN

Pasal 64

(1) Usaha bumi perkemahan dapat digolongkan sesuai dengan jenis fasilitas dan tingkat pelayanan yang disediakan.

(2) Penggolongan kelas bumi perkemahan dinyatakan dalam bentuk piagam dan berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang dengan ketentuan memenuhi persyaratan yang berlaku.

(3) Persyaratan penggolongan kelas bumi perkemahan dan tata cara memperoleh piagam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) serta piagam yang telah habis masa berlakunya secara teknis akan diatur lebih lanjut oleh Bupati

(4) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat menaikkan atau menurunkan golongan kelas usaha bumi perkemahan atas dasar hasil penelitian yang dilakukan secara berkala. (5) Piagam golongan kelas bumi perkemahan harus diletakkan pada tempat yang mudah

dilihat dan dibaca oleh umum.

Paragraf 5

Usaha Persinggahan Karavan

Pasal 65

Usaha persinggahan karavan diselenggarakan oleh perseroan terbatas atau koperasi, berupa kagiatan penyediaan lahan untuk tempat persinggahan karavan atau kendaraan sejenis.

Pasal 66

(1) Kegiatan usaha persinggahan karavan meliputi : a. Penyediaan lahan untuk persinggahan karavan;

b. Penyediaan sarana air bersih, tempat mandi, penerangan dan fasilitas telekomunikasi;

c. Penyediaan tempat atau pelayanan makan dan minum; d. Penyediaan sarana olahraga dan rekreasi.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b merupakan kegiatan pokok yang harus diselenggarakan oleh penyelenggara usaha persinggahan karavan.

Pasal 67

Penyelenggara usaha persinggahan karavan wajib :

a. Menyediakan sarana dan fasilitas keamanan lingkungan persinggahan karavan; b. Menjaga kelestarian lingkungan;

c. Mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum; d. Memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Pasal 68

Usaha persinggahan karavan yang berada di kawasan konservasi diselenggarakan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf 6

Usaha Penginapan Remaja

Pasal 69

Usaha penginapan remaja berbentuk Badan Usaha, koperasi, atau Usaha Perseorangan.

(23)

SALINAN

Pasal 70

(1) Kegiatan usaha penginapan remaja pada pokoknya menyediakan fasilitas penginapan bagi remaja, pelajar dan mahasiswa.

(2) Kegiatan usaha penginapan remaja meliputi : a. Penyediaan kamar tempat menginap;

b. Penyediaan fasilitas lainnya yang diperlukan bagi penyelenggaraan kagiatan usaha penginapan remaja.

Pasal 71

Penyelenggaraan usaha penginapan remaja wajib :

a. Menjaga citra penginapan remaja dan mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum;

b. Memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan. Paragraf 7

Usaha Penyediaan Makan dan Minum

Pasal 72

Usaha penyediaan makan dan minum adalah usaha yang menyediakan jasa pelayanan makan dan minum di tempat usahanya ataupun menurut pesanan.

Paragraf 8 Usaha Restoran

Pasal 73

(1) Usaha restoran meliputi penyediaan jasa pelayanan makan dan minum kepada tamu restoran sebagai usaha pokok serta jasa hiburan dalam bangunan restoran sebagai usaha penunjang yang tidak terpisah dari usaha pokoknya.

(2) Usaha restoran berbentuk Badan Usaha atau usaha perseorangan.

(3) Modal usaha restoran terbuka bagi modal asing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 74

(1) Kegiatan usaha restoran meliputi :

a. Kegiatan pengelolaan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman; b. Kegiatan penyelenggaraan pertunjukan atau hiburan sebagai pelengkap.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pelayanan pokok yang harus disediakan oleh penyelenggara usaha restoran.

Paragraf 9 Usaha Rumah Makan

Pasal 75

(1) Kegiatan usaha rumah makan merupakan kegiatan penyediaan hidangan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.

(2) Usaha rumah makan yang seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara Indonesia dapat berbentuk Badan Usaha atau usaha perseorangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Usaha rumah makan dengan modal patungan antara warga negara Indonesia dengan warga negara asing bentuk usahanya harus Perseroan Terbatas.

(24)

SALINAN

Penyelenggara usaha rumah makan wajib menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan pengolahan makanan dan minuman.

Paragraf 10 Usaha Bar

Pasal 77

(1) Kegiatan usaha bar merupakan kegiatan menghidangkan minuman keras (mengandung alkohol), minuman campuran (cocktail) dan minuman lain di tempat usahanya.

(2) Kegiatan usaha bar dapat diselenggarakan bersama-sama atau di tempat restoran atau rumah makan serta harus memenuhi ketentuan yang berlaku.

Pasal 78

Penyelenggaraan usaha bar wajib :

a. Menjaga citra usaha bar mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum; b. Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan

pengolahan makanan dan minuman, termasuk kebersihan perlengkapan dan peralatan untuk menghidangkan makanan dan minuman.

Paragraf 11 Usaha Jasa Boga

Pasal 79

Usaha jasa boga diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas, Koperasi atau Perseorangan.

Pasal 80

Kegiatan usaha jasa boga meliputi :

a. Pengolahan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman; b. Jasa andrawina;

c. Pelayanan perhidangan makanan dan minuman di tempat yang ditentukan oleh pemesan;

c. Penyediaan perlengkapan dan peralatan untuk makan dan minum. Pasal 81

Penyelenggaraan usaha jasa boga wajib menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan pengelolaan makanan dan minuman, termasuk kebersihan perlengkapan dan peralatan untuk menghidangkan makanan dan minuman.

Paragraf 12

Usaha Penyediaan Angkutan Wisata

Pasal 82

Usaha penyediaan angkutan wisata diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas, Koperasi dan Perseorangan.

Pasal 83

Kegiatan usaha penyediaan angkutan wisata meliputi : a. Penyediaan sarana angkutan yang laik dan aman;

(25)

SALINAN

Pasal 84

Penyelenggara usaha penyediaan angkutan wisata wajib :

a. Memenuhi jenis dan kualitas jasa penyediaan angkutan wisata;

b. Menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan angkutan; c. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang angkutan.

Paragraf 13

Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta

Pasal 85

Usaha sarana wisata tirta diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atau Koperasi. Pasal 86

Kegiatan usaha sarana wisata tirta meliputi :

a. Pelayanan kegiatan rekreasi menyelam untuk menikmati keindahan flora dan fauna di bawah air laut;

b. Penyediaan sarana untuk rekreasi di pantai, perairan laut, sungai, danau dan waduk; c. Pembangunan dan penyediaan sarana tempat tambat kapal pesiar untuk kegiatan

wisata dan pelayanan jasa lain yang berkaitan dengan kegiatan marina. Pasal 87

Penyelenggara Usaha sarana wisata tirta wajib :

a. menyediakan sarana dan fasilitas keamanan dan keselamatan wisatawan;

b. mempekerjakan pramuwisata atau tenaga ahli yang telah memiliki ketrampilan yang dibutuhkan;

c. memberikan perlindungan asuransi terhadap kegiatan yang mempunyai resiko tinggi.

Paragraf 14

Usaha Kawasan Pariwisata

Pasal 88

Usaha kawasan pariwisata diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atau Koperasi. Pasal 89

(1) Kegiatan usaha kawasan pariwisata meliputi :

a. Penyewaan lahan yang telah dilengkapi dengan prasarana sebagai tempat untuk menyelenggarakan usaha pariwisata;

b. Penyewaan fasilitas pendukung lainnya;

c. Penyediaan bangunan-bangunan untuk menunjang kegiatan usaha pariwisata dalam kawasan pariwisata.

(3) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan usaha kawasan pariwisata dapat juga menyelenggarakan sendiri usaha pariwisata lain dalam kawasan yang bersangkutan.

Pasal 90

(1) Penyelenggara usaha kawasan pariwisata wajib :

a. Membangun dan menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas lain, termasuk melakukan pematangan lahan yang akan digunakan untuk kegiatan usaha pariwisata;

b. Mengendalikan kegiatan pembangunan dan pengelolaan sarana dan prasarana dengan memperhatikan kepentingan kelestarian lingkungan;

(26)

SALINAN

c. Mengurus perijinan yang diperlukan bagi pihak lain yang akan memanfaatkan kawasan pariwisata untuk menyelenggarakan kegiatan usaha pariwisata;

d. Memperhatikan kebijakan pengembangan wilayah yang berlaku dan memberikan kesempatan kepada masyarakat di sekitarnya untuk berperan serta dalam kegiatan usaha pariwisata di dalam kawasan pariwisata.

(2) Penyelenggaraan usaha kawasan pariwisata dilakukan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional serta Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah.

Pasal 91

Pengembangan kawasan pariwisata tidak boleh mengurangi tanah pertanian dan tidak dilakukan di atas tanah yang mempunyai fungsi melindungi sumber daya alam dan wisata budaya.

BAB VI

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 92

Masyarakat diberi kesempatan untuk ikut berperan serta dalam proses pengembangan dan pengawasan bidang usaha pariwisata.

Pasal 93

(1) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 berupa pemberian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, masukan terhadap pengembangan informasi potensi dan masalah serta rencana pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan.

(2) Saran, pertimbangan, pendapat, atau masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kapada Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

BAB VII

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 94

Dengan nama Retribusi Ijin Penyelenggaraan usaha pariwisata dan kebudayaan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan pemberian ijin usaha obyek dan daya tarik wisata, Usaha Sarana Pariwisata dan Usaha Jasa Pariwisata.

Pasal 95

Obyek Retribusi adalah pelayanan pemberian Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan.

Pasal 96

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang diberi Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata.

BAB VIII MASA RETRIBUSI

Pasal 97

Masa retribusi Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan disamakan dengan masa berlaku ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata.

(27)

SALINAN

Pasal 98

(1) Dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan setelah masa berlakunya Ijin Penyelenggaraan Kepariwisataan dan Kebudayaan berakhir, harus dikembalikan seperti keadaan semula atas biaya Subyek Retribusi.

(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipenuhi, pengembalian seperti keadaan semula akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah atas biaya Subyek Retribusi.

(3) Segala sesuatu sebagai akibat pengembalian seperti keadaan semula yang tidak diambil oleh Subyek Retribusi setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak dilakukan pengembalian seperti keadaan semula dinyatakan di bawah penguasaan Pemerintah Daerah.

BAB IX

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 99

Retribusi Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

BAB X

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 100

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis, golongan, ukuran, kemanfaatan dan jangka waktu Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan.

BAB XI

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 101

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian biaya pelayanan pemberian Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

BAB XII

STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 102

(1) Tarif Retribusi digolongkan berdasarkan jenis, golongan, ukuran, kemanfaatan dan jangka waktu Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan.

(2) Struktur dan besaran tarif Retribusi Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(3) Besar tarif Retribusi dalam Daftar Ulang atau Perpanjangan sebesar 60 % (enam puluh perseratus) dari Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

BAB XIII

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 103

(28)

SALINAN

BAB XIV

MASA RETRIBUSI DAN RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 104

(1) Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya sebagaimana ditetapkan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XV

SURAT PENDAFTARAN

Pasal 105

(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD.

(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau Kuasanya.

(3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian serta pengembalian SPdORD diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB XVI

PENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 106

(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 ayat (1) ditetapkan Retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah Retribusi yang terutang, maka SKRDKBT dikeluarkan.

(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB XVII

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 107

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, dan SKRDKBT.

BAB XVIII

TATA CARA PEMBAYARAN RETRIBUSI

Pasal 108

(1) Pembayaran Retribusi dilakukan di Kas Umum Daerah atau di tempat lain yang ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD, SKRD Jabatan dan SKRD Tambahan.

(2) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan Retribusi harus disetor ke Kas Umum Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.

(3) Apabila pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) dengan menerbitkan STRD.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Oleh sebab itu pengaruh-pengaruh keadaan cuplikan tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan metode ekstraksi menggunakan ekstraktan TBP 30% dalam kerosin l 4 l Pada

Pengalaman selama berada di negara Jepun akan saya kongsi dengan keluarga dan rakan-rakan supaya dapat difikirkan bersama cara untuk menjadikan Malaysia sebagai negara yang

Disamping itu tafsiran terhadap “ gerak “ 7 Paulus dalam menanggapi isu tentang kehidupan pernikahan beda agama diharapkan mampu untuk membantu kita, tidak hanya bagi mereka

PERANAN FAKTOR STRES POSITIF DALAM PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN SALES

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : (1) Berdasarkan metode Sharpe diketahui bahwa nilai kinerja reksadana saham syariah lebih tinggi dibandingkan kinerja reksadana

Saran yang dapat diberikan pada peneli- tian selanjutnya adalah LKS yang telah dikem- bangkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan LKS IPA terpadu pada tema

Berdasarkan hasil data perhitungan, perancangan dan pengujian rancang bangun sistem anti overloading pada kendaraan barang berbasis mikrokontroler menggunakan sensor jarak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor sosial berpengaruh terhadap kinerja individual karyawani; (2) konsekuensi jangka panjang berpengaruh terhadap kinerja