• Tidak ada hasil yang ditemukan

FARMAGAZINE ISSN : Vol. 1 No. 1 - Februari 2014 Jurnal Ilmiah Kefarmasian SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FARMAGAZINE ISSN : Vol. 1 No. 1 - Februari 2014 Jurnal Ilmiah Kefarmasian SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

2014

Farmagazine Vol. 1 No. 1 Februari 2014 1

ISSN : 2302-4933

Vol. 1 No. 1 - Februari 2014

Jurnal Ilmiah Kefarmasian

FARMAGAZINE

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG

(2)

2014

Farmagazine Vol. 1 No. 1 Februari 2014 ii

ISSN : 2302-4933

Vol. 1 No. 1 - Februari 2014

Jurnal Ilmiah Kefarmasian

FARMAGAZINE

Editor

: Yusransyah, S.Far., M.Sc., Apt.

Fajrin Noviyanto, S.Farm., M.Sc., Apt.

Abdul Aziz Setiawan, S.Si., M.Farm., Apt.

Reviewer

: Prof. Dr. Syed Azhar Syed Sulaiman

Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt.

Dr. Diah Aryani Perwitasari, M.Si., Ph.D., Apt.

Dr. H. Priyanto, M.Biomed., Apt.

Dr. Asmiyenti Djaliasrin Djalil, S.Si., M.Si.

Prof. Dr. Wahono Sumaryono., Apt.

Ditribusi dan Pemasaran : Tim LPPM

Sekretariat

: LPPM Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang

Periode Terbit

: 2 x dalam setahun

Terbit Pertama

: Februari 2014

Harga Berlangganan

: Rp. 150.000 (2 Nomor)

Jurnal Ilmiah Kefarmasian (Farmagazine) adalah jurnal ilmiah tentang hasil-hasil penelitian

ilmu-ilmu farmasi yang meliputi: farmasi maritim, farmasi bahan alam, formulasi, kimia

farmasi, rumah sakit dan komunitas, farmakologi, dan bioteknologi farmasi.

Sistematika dan urutan materi artikel ilmiah hasil penelitian disusun atas; judul; nama (nama

peneliti); abstrak; kata kunci; pendahuluan (termasuk latar belakang, landasan teori, tujuan

penelitian); metode penelitian; analisis data; hasil dan pembahasan; simpulan; kepustakaan.

Artikel ilmiah hasil penelitian tersebut diketik 1 spasi, Arial 11, kertas A4, maksimum jumlah

artikel 10 halaman. Artikel yang dikirim hendaknya disertai dalam bentuk soft copy dengan

program Microsoft Word (MS Word) atau PDF.

Alamat Redaksi:

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang

 Jl. KH Syekh Nawawi km.4 No.13 Tigaraksa – Kabupaten Tangerang

Telp./Fax. (021) 2986 7307

E-mail: lppmstfm01@gmail.com

 Jl. Bhakti Manunggal No. 05 Salahaur Rangkasbitung

Telp./Fax. (0252) 205884

(3)

2014

Farmagazine Vol. 1 No. 1 Februari 2014 iii

ISSN : 2302-4933

Vol. 1 No. 1 - Februari 2014

Jurnal Ilmiah Kefarmasian

FARMAGAZINE

DAFTAR ISI

SUSUNAN REDAKSI Ii

DAFTAR ISI Iii

Prediksi Toksisitas Senyawa Antioksidan Alamai dan Analisis Interaksinya terhadap Reseptor VEGF-1 Menggunakan Metode Moleculer Docking

Oleh: Dina Pratiwi, M. Insanu, dan Sophi Damayanti

1 - 9

Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Faringitis Anak di Instalasi Rawat Jalan RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2013

Oleh: Nur’aini, Ayup Miladi, Ary Dwi Lestari

10 - 17

Efek Penambahan Ekstrak Daun Kembang Sungsang (Gloria Superba L.) Pada Ekstrak Daun Gandarusa (Justicia Gendarussa Burm. F.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Kalium Oksonat

Oleh: Abdul Aziz Setiawan, Sediarso, Siska

18 - 25

Analisa Tingkat Kepuasan Pasien BPJS Terhadap Pelayanan Kefarmasian Unit Rawat Jalan di IFRS Serang

Oleh: Sofi Nurmay Stiani, Siti Nurfitriani

26 - 31

Peningkatan Penetrasi Aminofilin dari Sediaan Gel Antiselulit dengan Enhancher Propilenglikol melalui membran Kulit Tikus Jantan

Oleh: Meta Safitri dan Tedjo Yuwono

32 - 39

Analisis Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2006 – 2008 disertai Diskusi Kelompok Kecil

Oleh: Yusransyah, Sugiyanto, Satibi

(4)

2014

Farmagazine Vol. 1 No. 1 Februari 2014 40

ANALISIS PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2006 – 2008 DISERTAI DISKUSI KELOMPOK KECIL

AN ANALYSIS OF DRUG MANAGEMENT OF PHARMACY DEPARTMENT OF PKU MUHAMMADIYAH BANTUL HOSPITAL, YEAR 2006-2008 WITH FOCUS GROUP DISCUSSION

Yusransyah1, Sugiyanto2, Satibi2

1SekolahTinggi Farmasi Muhammadiyah Tanggerang 2,3Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

*Corresponding Author E-mail: yusransyah@stfm.ac.id

ABSTRACT

PKU Muhammadiyah Bantul is type C of Hospital private sector expanding which 118 bed and Pharmacy Department giving service during 24 hour. From observation early, there was problems of drugs management in its pharmacy department : the imbalance of drug planning and consumption, levying, and damage/ expired drugs. The study aim to increase service quality of health in PKU Muhammadiyah Bantul hospital through repairing management drug in Pharmacy Department PKU Muhammadiyah Bantul hospital. The study was done by using descriptive analysis method. Retrospective data of the year 2006, 2007, 2008 have been chosen to be analyzed. The data was analyzed using drug management indicators, and then the results of the annual data were compared, based on the existing standards as well as interviews further analysis and the last study was performing focus group discussion. The result was taken from indicator of management drug analyze and focus group discussion. The result shows that in the planning indicates sufficient fund allocation. Any budget is required by Pharmacy Department always fulfilled by Hospital: 74,78% used fund in year 2006, 102,84% used fund in year 2007 and 123,90% year 2008. Other indicator : the amount of drugs used and its planning has not shown desirable result comparison of drug Item wear and item planning medicinize are 2006-2008, 1190:1589 ; 1269:1339 ; 1307:920, the procurement frequencies of drugs is still lower than that required in EOQ method, there are still inaccuracy of factur drug deliverance, from 3 Januari-21 March 2006, 20 Agustus-8 December 2007 and year 2008 are 13,61%, 13,80%, 16,36% but for the indicator of invoice payment to payment time agreed is good, that is year 2006 payment fluency 99,83 %, 2007 and 2008 payment fluency 100%. In the storage indicates conformity of the drugs and the stock card 73,67%, increasing annual TOR from year 2006-2008: 6,4 times - 8,8 times, conformity of storage not yet setting to FEFO system (13,67%), despite the fact that there is high percentage of expired drugs, year 2006 is 2,15%, year 2007 is 1,78%, and year 2008 is 1,15%.

Keyword : drug management, indicator, pharmacy department, focus group discussion

ABSTRAK

Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul merupakan Rumah Sakit swasta tipe C yang sedang berkembang dengan jumlah tempat tidur sebanyak 118 bed dan Instalasi Farmasi yang memberikan pelayanan selama 24 jam. Dari hasil observasi awal, ada masalah pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul dalam hal perencanaan yaitu ketidaksesuaian item obat perencanaan dengan pemakaian, pengadaan, dan penyimpanan yang ditandai dengan masih adanya obat rusak/kadaluwarsa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul melalui perbaikan pengelolaan obat di IFRSU PKU Muhammadiyah Bantul. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan

(5)

2014

Farmagazine Vol. 1 No. 1 Februari 2014 41

Yusransyah, Sugiyanto, Satibi

deskriptif dengan menganalisis data yang diperoleh secara retrospektif yang diambil dari tahun 2006, 2007 dan 2008. Data dianalisis menggunakan indikator pengelolaan obat kemudian hasilnya dibandingkan dalam 3 tahun terakhir dengan standar yang ada dan dukungan hasil wawancara untuk analisis lebih lanjut serta tahap akhir dari penelitian ini adalah dilaksanakannya DKK. Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis indikator pengelolaan obat dan DKK, menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan menunjukkan hasil yang efisien pada alokasi dana, berapapun anggaran yang dibutuhkan oleh unit Instalasi Farmasi akan selalu dipenuhi oleh pihak Rumah Sakit: 74,78% dana yang terpakai di tahun 2006, 102,84% dana yang terpakai di tahun 2007 dan 123,90% dana yang terpakai di tahun 2008. Indikator perencanaan lain : perbandingan jumlah item obat yang dipakai dengan item obat yang direncanakan belum efisien, Perbandingan item obat pakai dan item obat perencanaan berturut-turut dari tahun 2006-2008 adalah 1190:1589 ; 1269:1339 ; 1307:920. Pada pengadaan frekuensi pengadaan item obat pada kenyataan lebih rendah dibanding dengan metode EOQ, masih adanya kesalahan faktur berturut-turut dari 3 Januari-21 Maret 2006, 20 Agustus-8 Desember 2007 dan tahun 2008 adalah 13,61%, 13,80%, 16,36% namun untuk indikator pembayaran faktur terhadap waktu pembayaran yang disepakati sudah baik, yaitu tahun 2006 kelancaran pembayaran 99,83 %, 2007 dan 2008 kelancaran pembayaran 100%. Pada tahap penyimpanan hasil yang belum efisien pada indikator kecocokan antara obat dengan kartu stok (73,67%), TOR meningkat tiap tahunnya yaitu berturut-turut dari tahun 2006-2008: 6,4 kali – 8,8 kali, sistem penataan gudang masih belum sepenuhnya sesuai FEFO (13,67%), dan persentase obat kadaluwarsa masih tinggi, tahun 2006 yaitu 2,15%, tahun 2007 yaitu 1,78%, tahun 2008 yaitu 1,15%.

Kata kunci : pengelolaan obat, indikator, instalasi farmasi, diskusi kelompok kecil.Penyakit Infeksi

PENDAHULUAN

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Anonim, 2004).

Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka pembangunan kesehatan, dilakukan beberapa pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Rumah sakit adalah salah satu sarana dilakukannya upaya kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu komponen penunjang medis. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan No:

1333/MenKes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Pada kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit dalam hal fungsi rumah sakit, dan kebijakan manajemen rumah sakit. Di lain pihak tuntutan pasien dan masyarakat terhadap mutu dan pelayanan farmasi terus meningkat. Pelayanan bermutu yang dimaksud, terutama pelayanan kefarmasian menurut Siregar (2003) adalah suatu sistem pelayanan terpadu dan menyeluruh, melalui perencanaan yang tepat dan pengelolaan obat yang baik, dapat menjamin pasien secara individu mendapatkan obat yang bermutu, meningkatkan efisiensi penggunaan obat dan menurunkan biaya obat bagi pasien.

(6)

2014

Farmagazine Vol. 1 No. 1 Februari 2014 42

Yusransyah, Sugiyanto, Satibi

Obat merupakan salah satu unsur yang penting dalam pengembangan upaya kesehatan. Walaupun obat mempunyai biaya yang cukup besar namun keluhan pasien tentang ketersediaan obat tidak bisa diabaikan. Perlu pengelolaan obat yang optimal dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Untuk itu, penting dilakukan manajemen kontrol persediaan obat (inventory control management) secara cermat dan penuh tanggung jawab, agar terjaga ketersediaannya sehingga dapat selalu memenuhi kebutuhan pasien. Selain itu, inventory control management menjadi sangat penting karena begitu besar jumlah yang diinvestasikan dalam persediaan. Pengendalian persediaan yang tepat memiliki pengaruh yang kuat dan langsung terhadap perolehan kembali investasi. Cakupan pengelolaan obat atau manajemen obat menurut DepKes RI (1996) meliputi aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, dan penggunaan.

Inventory control management juga diperlukan dalam menentukan stok yang benar. Inventory control management dilakukan dengan cara mengelola proses rutin pengadaan perbekalan farmasi, termasuk di dalamnya adalah mengatur pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang sampai pada pemesanan kembali. Maka diperlukan inventory system, yaitu suatu cara untuk menentukan bagaimana dan kapan suatu pembelian dilakukan untuk mengisi persediaan, sehingga diperlukan pencatatan stok yang benar dan akurat, sebagai sumber informasi, sehingga dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan akan barang tersebut dan untuk memperkirakan pengadaan barang berikutnya.

Masalah yang terjadi pada pengelolaan obat di Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah Bantul mengenai pengelolaan obat yaitu dalam hal perencanaan, pengadaan serta penyimpanan obat. Pada tahap perencanaan, adanya fluktuasi pemakaian obat sehingga terjadi ketidaksesuaian antara jumlah item obat perencanaan dengan

pemakaian. Hal ini dikarenakan dokter sering meresepkan obat di luar dari formularium dan belum optimalnya tugas dan tanggung jawab dari panitia farmasi dan terapi (PFT). Dalam hal pengadaan, masih belum menemukan model sistem pengendalian persediaan yang tepat dan masih sering dijumpai rekanan yang mengirimkan barang tidak sesuai dengan pesanan. Begitu pula dalam hal penyimpanan, walaupun telah menerapkan sistem FEFO (First Expired First Out), namun masih ada data yang menunjukkan jumlah obat yang kadaluarsa, sehingga menjadi kerugian bagi Instalasi Farmasi pada khususnya dan Rumah Sakit pada umumnya. Dengan diskusi kelompok kecil diharapkan diperoleh manfaat berupa informasi yang kaya dan mendalam tentang permasalahan perencanan, pengadaan dan penyimpanan obat di Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah Bantul serta jalan keluar dari permasalahan tersebut.

Berdasarkan latar belakang maka dapat disusun perumusan masalah yaitu : Seperti apakah gambaran pengelolaan obat yang meliputi tahapan perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan di Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah Bantul dan Apakah dengan adanya diskusi kelompok kecil dapat memberikan informasi penting tentang permasalahan yang ada serta jalan keluarnya dalam hal pengelolaan obat terutama pada tahap perencanaan, pengadaan dan penyimpanan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Bahan penelitian adalah data sekunder yang diambil dari dokumen berupa laporan perencanaan dan pemakaian obat, laporan keuangan, laporan pengadaan obat, faktur, laporan stok opname, serta laporan pemusnahan obat rusak dan/kadaluawarsa. Data primer diperoleh dari kartu stok dan wawancara dengan orang terkait yaitu : Kepala IFRS, bagian keuangan, bagian pengadaan, dan petugas gudang farmasi.

(7)

2014

Farmagazine Vol. 1 No. 1 Februari 2014 43 Penelitian menggunakan rancangan

deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dan prospektif. Data retrospektif yaitu data yang diperoleh dengan penelusuran terhadap dokumen tahun sebelumnya atau tahun yang lalu (data sekunder) yaitu tahun 2006, 2007 dan 2008 antara lain laporan perencanaan dan pemakaian obat, laporan keuangan, laporan pengadaan obat, faktur, laporan stok opname, laporan pemusnahan obat rusak dan/kadaluawarsa. Data prospektif adalah data yang diperoleh pada saat penelitian atau merupakan data primer antara lain kartu stok, wawancara dengan petugas IFRS serta diskusi kelompok kecil dengan petugas/karyawan yang berhubungan dengan pengelolaan obat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan pada tahap pengelolaan obat dimana masing-masing tahap diukur dengan indikator pengelolaan obat sebagai berikut (Quick et al., 1997):

1. Perencanaan

a. Persentase dana yang dibutuhkan terhadap keseluruhan dana yang tersedia.

b. Perbandingan antara jumlah item obat dalam perencanaan dengan jumlah item obat dalam kenyataan pemakaian. 2. Pengadaan

a. Frekuensi pengadaan tiap item obat. b. Frekuensi kesalahan faktur.

c. Persentase tertundanya waktu pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati.

3. Penyimpanan

a. Kecocokan antara obat dengan kartu stok.

b. Turn Over Ratio.

c. Sistem penataan obat di gudang

d. Persentase nilai obat kadaluwarsa dan/ atau rusak.

HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan

1. Persentase dana yang dibelanjakan terhadap keseluruhan dana yang tersedia. Menunjukkan bahwa pada tahun 2006-2008 terjadi kenaikan jumlah dana yang tersedia dan jumlah dana yang dibelanjakan. Pada tahun 2006 terdapat kelebihan dana yang tesedia yang dikarenakan faktor gempa, sehingga banyaknya bantuan kesehatan yang tidak teridentifikasi. Pada tahun 2007 dan 2008 terjadi peningkatan jumlah dana yang tersedia dengan yang dibelanjakan, dikarenakan Rumah Sakit dalam melakukan perencanaan anggaran selalu melihat potensi pasar rawat jalan dan rawat inap, sehingga untuk kebutuhan anggaran belanja obat mengikuti dari potensi pasar yang ada. Berdasarkan hasil diskusi kelompok kecil, pada umumnya untuk masalah anggaran dana belanja obat, pihak Rumah Sakit selama ini masih bisa memenuhi permintaan dari unit Instalasi Farmasi: 74,78% dana yang terpakai di tahun 2006, 102,84% dana yang terpakai di tahun 2007 dan 123,90% dana yang terpakai di tahun 2008.

2. Perbandingan antara jumlah item obat yang dalam perencanaan dengan jumlah item obat dalam kenyataan pemakaian.

Menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah item obat perencanaan. Pada tahun 2006 masih ada item obat dalam formularium di mana 1 item obat generik disertai lebih dari 3 branded, namun pada tahun 2007 sudah ada kebijakan untuk pengurangan item obat menjadi 1 generik dengan 3 branded. Pada tahun 2008 terjadi penurunan yang signifikan dikarenakan masih adanya efek dari gempa pada tahun 2006, sehingga masih banyaknya jumlah bantuan yang nantinya berdampak pada perencanaan. Untuk data jumlah obat kenyataan yang dipakai diambil dari data penjualan, sedangkan data awal yang digunakan dalam perencanaan adalah data stock

(8)

2014

Farmagazine Vol. 1 No. 1 Februari 2014 44

Yusransyah, Sugiyanto, Satibi

opname, karena di Rumah Sakit belum adanya data perencanaan secara formal di awal tahun. Hal tersebut yang mengakibatkan jumlah item obat dalam perencanaan sangat kecil, karena item obat yang stoknya kosong tidak masuk dalam perhitungan. Data jumlah item obat kenyataan yang dipakai tiap tahun mengalami peningkatan, dikarenakan jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan yang semakin meningkat sesuai forecasting yang dilakukan di awal perencanaan anggaran, yang diikuti oleh peningkatan jumlah fasilitas dan dokter yang bertugas, sehingga jumlah obat yang digunakan akan semakin meningkat. Di samping itu adanya obat-obat sisipan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan harga yang terjangkau, mengakibatkan jumlah item kenyataan yang dipakai semakin meningkat. Perbandingan item obat pakai dan item obat perencanaan berturut-turut dari tahun 2006-2008 adalah 1190:1589 ; 1269:1339 ; 1307:920.

Pengadaan

1. Frekuensi pengadaan tiap item obat

Jika diperhatikan pada tahun 2008, frekuensi pengadaan kenyataan lebih rendah daripada frekuensi pengadaan secara EOQ dan selisih biaya jika menggunakan metode EOQ sangat besar. Dapat disimpulkan bahwa dengan metode pengadaan secara EOQ, Instalasi Farmasi dapat melakukan penghematan biaya sebesar Rp 12.901.898,20 pada tahun 2008.

2. Frekuensi kesalahan faktur

Dapat dilihat masih terdapat kesalahan/ketidakcocokan faktur yang diterima oleh IFRS. Pada tahun 2006 dari bulan April sampai Juli 2007 tidak ditemukan faktur yang diinginkan. Hal ini dikarenakan faktur-faktur tersebut hilang pada saat gempa maupun pada saat pindah lokasi IFRS. Namun bisa dilihat masih

banyaknya jumlah faktur yang tidak sesuai dengan surat pesanan menandakan belum efektif dan efisiennya pengelolaan obat di Instalasi Farmasi terutama dalam hal pengadaan. Dari hasil wawancara dengan petugas gudang serta diskusi kelompok kecil, kesalahan faktur terjadi karena item barang yang dikirim tidak sesuai dengan pesanan, jumlahnya tidak sesuai atau item obat kosong. Sehingga perlu adanya data dokumentasi tersendiri mengenai faktur yang tidak sesuai dengan pesanan, sehingga bisa ditelusuri rekanan mana yang sering melakukan kesalahan dan pihak farmasi bisa mengambil tindakan yang tepat. Untuk lamanya waktu barang datang dari waktu barang dipesan adalah 1 hari, karena letak PBF dekat, sehingga barang cepat datang. Kesalahan faktur yaitu berturut-turut dari 3 Januari sampai 21 Maret 2006, 20 Agustus sampai 8 Desember 2007 dan tahun 2008 adalah 13,61%, 13,80%, 16,36%.

3. Persentase tertundanya waktu pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati

Menunjukkan bahwa rata-rata lama waktu pembayaran faktur obat oleh rumah sakit pada tahun 2006 adalah 30,05 hari, tahun 2007; 29,45 hari sedangkan untuk tahun 2008 adalah 29,55 hari. Dari hasil tabel 8 menunjukkan bahwa untuk masalah pembayaran inkaso pihak Rumah Sakit tidak menemui kendala, hal ini dikarenakan anggaran untuk pelunasan faktur selau tersedia. Adapun jadwal pembayaran faktur berdasarkan kesepakatan dengan pihak distributor adalah setiap tanggal 5 (untuk faktur dengan jatuh tempo dari tanggal 1 sampai 10), tanggal 15 (untuk faktur dengan jatuh tempo dari tanggal 15 sampai 20) dan tanggal 25 (untuk faktur dengan jatuh tempo dari tanggal 21 sampai 31).

Penyimpanan

(9)

2014

Farmagazine Vol. 1 No. 1 Februari 2014 45

Yusransyah, Sugiyanto, Satibi

Yusransyah, Sugiyanto, Satibi

Menunjukkan bahwa persentase kecocokan antara jumlah fisik obat dengan kartu stok adalah 73,67%. Menurut WHO (1993), kecocokan antara stok di gudang dengan kondisi fisik obat adalah 100%, sedangkan di instalasi farmasi RSU PKU Muhammadiyah Bantul terdapat 73,67% kecocokan. Menurut petugas gudang dan berdasarkan pengamatan, ketidak cocokan antara kondisi fisik dengan kartu stok disebabkan karena kurang telitinya petugas gudang pada saat menginput pemasukan dan pengeluaran obat, pada saat memasukkan atau mengeluarkan obat petugas tidak langsung menginput ke komputer akhirnya petugas lupa. Selain itu untuk di malam hari biasanya petugas di bagian pelayanan dapat langsung mengambil obat di gudang, dan terkadang lupa mencatat sehingga terjadi ketidakcocokan antara kartu stok dengan kondisi fisik obat.

2. Turn Over Ratio

Dapat dilihat bahwa TOR dari tahun 2006 hingga 2008 meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2006 TOR 6,4 kali, tahun 2007 TOR 7,6 kali, sedangkan tahun 2008 TOR 8,8 kali. TOR yang didapat pada tahun 2006 dan 2007 masih di luar nilai normal (lebih rendah). Hal itu dapat berpengaruh terhadap efisiensi pengelolaan obat dan terjadinya penumpukan obat di gudang. Peningkatan TOR terjadi karena berkurangnya stok akhir di setiap akhir tahun, menggambarkan penumpukan obat di gudang berkurang serta pendistribusian obat yang semakin meningkat.

3. Sistem penataan obat di gudang

Sebanyak 259 jenis obat hasil pemeriksaan fisik obat menunjukkan bahwa obat telah ditata sesuai dengan standar FEFO yaitu obat dengan waktu kadaluwarsa panjang ditempatkan pada bagian belakang obat yang ada. Selain sesuai FEFO, penataan obat di gudang sesuai dengan bentuk sediaan dan abjad.

4. Persentase nilai obat kadaluwarsa dan/ atau rusak

Menunjukkan bahwa masih terdapat obat yang kadaluarsa atau rusak sebanyak 2,15% pada tahun 2006, 1,78% pada tahun 2007 dan 1,15% pada tahun 2008. Hal itu menandakan kerugian bagi rumah sakit, seharusnya tidak ada obat yang rusak atau kadaluwarsa (0%). Besarnya persentase nilai obat yang kadaluwarsa mencerminkan ketidaktepatan perencanaan, kurangnya pengamatan dalam penyimpanan. Formularium RS PKU Muhammadiyah Bantul yang belum berjalan secara efektif dan peresepan dokter yang bervariasi, sehingga menyebabkan obat-obat yang digunakan berubah, akibatnya banyak obat yang tidak keluar / tidak digunakan dan menumpuk, yang akhirnya bisa menjadi rusak dan/atau kadaluwarsa. Dari tabel 10 tampak bahwa persentase nilai obat rusak dan/atau kadaluwarsa pada tahun 2006-2008 cenderung menurun namun bukan berarti bahwa sistem pengelolaan sudah semakin baik. Nilai persentase obat kadaluwarsa dan/atau rusak semakin turun menandakan bahwa item obat kadaluwarsa dan/atau rusak semakin sedikit dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Kab Sumedang, persentase obat yang rusak dan/atau kadaluwarsa tahun 2003-2005 berturut-turut adalah 0,83%; 0,60%; dan 0,63%, maka pengelolaan obat yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul relatif belum efisien.

KESIMPULAN Tahap Perencanaan

Menunjukkan hasil yang efisien pada alokasi dana yang mencukupi kebutuhan yaitu dana yang dibelanjakan Instalasi Farmasi mampu dicukupi oleh dana yang tersedia, dikarenakan berapapun anggaran yang dibutuhkan oleh unit Instalasi Farmasi akan selalu dipenuhi oleh pihak Rumah Sakit:

(10)

2014

Farmagazine Vol. 1 No. 1 Februari 2014 46

Yusransyah, Sugiyanto, Satibi

74,78% dana yang terpakai di tahun 2006, 102,84% dana yang terpakai di tahun 2007 dan 123,90% dana yang terpakai di tahun 2008, sedangkan indikator lain belum menunjukkan hasil yang efisien yaitu pada perbandingan jumlah item obat yang dipakai dengan jumlah item obat yang direncanakan. Jumlah item obat yang dipakai belum sesuai dengan jumlah item obat yang direncanakan, yang memang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perbandingan item obat pakai dan item obat perencanaan berturut-turut dari tahun 2006-2008 adalah 1190:1589 ; 1269:1339 ; 1307:920.

Tahap Pengadaan

Untuk indikator frekuensi pengadaan tiap item obat masih belum efisien, yaitu frekuensi pengadaan obat kenyataan adalah 13,64 kali setahun, sedangkan jika dihitung dengan metode EOQ adalah 16,73 kali setahun, dan biaya yang digunakan yaitu biaya order dan biaya penyimpanan kenyataan tahun 2008 adalah Rp 33.112.828,48 sedangkan biaya order dan biaya penyimpanan sesuai EOQ adalah Rp 20.210.930,28. Maka ada selisih

biaya yang digunakan pada biaya kenyataan yaitu sebesar Rp 12.901.898,20. Sehingga dengan metode pengadaan secara EOQ, Instalasi Farmasi dapat melakukan penghematan biaya sebesar Rp 12.901.898,20 pada tahun 2008.Masih adanya kesalahan faktur yaitu berturut-turut dari 3 Januari sampai 21 Maret 2006, 20 Agustus sampai 8 Desember 2007 dan tahun 2008 adalah 13,61%, 13,80%, 16,36% namun untuk indikator pembayaran faktur terhadap waktu pembayaran yang disepakati sudah baik, yaitu tahun 2006 kelancaran pembayaran 99,83 %, 2007 dan 2008 kelancaran pembayaran 100%.

Tahap Penyimpanan

Menunjukkan hasil yang belum efisien pada indikator kecocokan antara obat dengan kartu stok (73,67%), namun sudah menunjukkan peningkatan untuk TOR tiap

tahunnya yaitu berturut-turut dari tahun 2006-2008: 6,4 kali – 8,8 kali, hingga dapat memenuhi standar TOR yaitu 8-12 kali/tahun, namun sistem penataan gudang masih belum sepenuhnya sesuai FEFO (13,67

%), dan persentase obat kadaluwarsa masih tinggi, tahun 2006 yaitu 2,15%, tahun 2007 yaitu 1,78%, tahun 2008 yaitu 1,15%, sehingga dapat menyebabkan kerugian bagi rumah sakit dan tak efisiennya pengelolaan obat.

Diskusi Kelompok Kecil

Menunjukkan bahwa dengan diadakannya diskusi kelompok kecil, dapat diperoleh manfaat berupa informasi yang kaya dan mendalam tentang permasalahan perencanan, pengadaan dan penyimpanan obat di Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah Bantul serta jalan keluar dari permasalahan tersebut dalam rangka evaluasi secara bersama dan juga memperkuat, memperbaiki dan mempertajam kesimpulan sementara dari peneliti tentang indikator-indikator yang telah dianalisis, sehingga mampu memberikan umpan balik yang positif bagi pihak Rumah Sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993, How to Investigate Drug Use In Health Facilities, Selected Drug Use

Indicators, Action Program on

Essential Drugs, WHO, Geneva. Anonim, 1996, Pedoman Pengelolaan Obat

Daerah Tingkat II, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2.

Anonim, 2004, Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah sakit, 1, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Quick, J.D., Rankin, J.R., Laing, R.O., O’Connor, R.W., Hogerzeil, H.V., Dukes, M.N.G., and Garnett, A., 1997,

(11)

2014

Farmagazine Vol. 1 No. 1 Februari 2014 47

Yusransyah, Sugiyanto, Satibi

Managing Drug Supply, Second edition, Revised and Expanded, Kumarian Press Inc Connecticut, USA.

Siregar, Charles J.P., 2003, Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. EGC, Jakarta, 3,17-25.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana diuraikan dalam Catatan 2l dan 3 atas laporan keuangan konsolidasi, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2000, Perusahaan menggunakan mata uang Dolar Amerika Serikat

3 (Anda diminta menyediakan bukti identitas akan tetapi Anda tidak membawa paspor.) Berikan penjelasan dan katakan paspor Anda ada di mana.. 4 Katakan bahwa Anda akan kembali

Stratifikasi vegetasi yang terbentuk pada tegakan daerah tangkapan air kelas hutan tanaman Taman Wisata Alam Gunung Meja hanya terdiri dari empat strata atau susunan tajuk yaitu B,

Pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen adalah signifikan dengan tingkat kesalahan 0%, Indikator dari variabel kepuasan konsumen yang memiliki nilai

ketiadaan garis: bukan berarti agan engga akan punya musuh, tapi ini artinya agan cenderung disukai semua orang, lebih suka berdamai dan kalo harus

Enam sampai tujuh hari kemudian setelah pemaparan setelah, dalam serum mulai dapat di deteksi imunoglobulin G (IgG), sedangkan IgM mulai berkurang sebelum kadar

Dari evaluasi yang telah dilakukan dengan menggunakan Fit/Gap Analysis, terdapat beberapa fungsi yang sudah digunakan oleh perusahaan namun belum secara keseluruhan dan

persalinan, menyusui dan langsung karena sejauh ini belum ada penelitian tentang kejadian alergi dengan paparan antibiotik saat persalinan, ibu menyusui