12 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan sumber daya manusia pertanian, termasuk pembangunan kelembagaan penyuluhan dan peningkatan kegiatan penyuluh pertanian, merupakan faktor yang memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap pembangunan nasional Kementrian Pertanian telah menetapkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian, yaitu: (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan kesejahteraan petani. Untuk mewujudkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian tersebut, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, handal, serta berkemampuan menejerial, kewirausahaan dan organisasi bisnis sehingga pelaku pembangunan pertanian mampu membangun usaha dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi dan mampu menerapkan prinsip pembangunan pertanian berkelanjutan sebagaimana yang tertulis dalam Peraturan Menteri Pertanian tahun 2013.
13 diwadahi oleh sistem kelembagaan penyuluh yang jelas pelaksanaannya didukung oleh tenaga-tenaga yang kompeten dibidang penyuluhan.
Sesuai dengan peraturan Menteri Pertanian nomor: 82/Permentan/OT.140/8/2013, kegiatan penyuluhan ini dilakukan dengan pendekatan kelompok. Kelompok ini dibentuk ditingkat desa dan sesuai dengan UU No.16/2006/SP3K tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan, kegiatan penyuluhan dan pembinaan kelompok tani dilakukan oleh penyuluh pertanian. Program pemerintah tersebuat adalah untuk mencapai satu desa terdapat satu orang penyuluh. Kelembagaan penyuluhan yang terdekat dengan masyarakat saat ini adalah Balai Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPKP).
14 Perubahan kondisi petani yang semakin maju, menuntut lembaga penyuluhan kabupaten/kota untuk melakukan perubahan-perubahan sistem penyelenggaraan penyuluhan, pengembangan sistem informasi inovasi teknologi, peningkatan profesionalisme penyuluh lapangan untuk dapat merespon semua perubahan yang terjadi secara cepat dan proporsional. Hal ini menuntut para penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan kompetensi mereka agar mampu memahami kondisi petani (potensi dan permasalahan) dan memperluas sasaran penyuluhan, tidak hanya bagi lembaga produksi (kelompok tani) namun semua lembaga yang bergerak dalam kegiatan agribisnis dipedesaan sebagai satu kesatuan dalam melakukan pemberdayaan.
15 yang ada saat ini tidak mengalami peningkatan jumlah setiap tahunnya, hal ini tidak sebanding dengan banyaknya beban kerja penyuluh pertanian terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk melihat jumlah penyuluh tahun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel 1:
Tabel 1 . Data Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011-2014
No Tahun Jumlah Penyuluh
1 2011 172
2 2012 178
3 2013 168
4 2014 139
Sumber : BP2KP dokumen bidang penyuluhan 2014 BPKP : Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
Pada tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 sampai tahun 2012 jumlah penyuluh mengalami peningkatan, pada tahun 2013 sampai tahun 2014 terjadi penurunan jumlah penyuluh pertanian. Kondisi ini menyebabkan pelaksanaan pembangunan pertanian menjadi tidak merata karena tidak semua desa memiliki petugas yang dapat mendampingi petani menjalankan program – program pertanian. Permintaan jumlah tenaga penyuluh tambahan belum mendapat respon dari Kementerian Pertanian. Penurunan jumlah tenaga penyuluh disebabkan pegawai yang sudah pensiun dan perpindahan penyuluh keluar daerah lain .
16 penyampaian materi penyuluhan pertanian. Secara umum sebagian besar penyuluhan terlambat dalam pengumpulan laporan sampai batas akhir yang sudah ditetapkan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) yang akan berdampak pada terlambatnya penyusunan rencana kerja dan program tingkat kabupaten. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2:
Tabel 1.2 Persentase Penyuluh Dalam Pengumpulan Laporan Administrasi (Program, Monografi Dan Rencana Kerja) Pada Lima BPKP Tahun 2011-2013
Sumber : BP2KP dokumen bidang penyuluhan 2014 BPKP : Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
17 penyuluh, serta keterlambatan penerimaan biaya operasional yang berdampak kepada kinerja.
Pada pelatihan rutin yang diadakan sekali dalam dua minggu ini, yaitu posko kecamatan dan pelatihan BPKP ini penyuluh diwajibkan untuk mengumpulkan Lembar Persiapan Kunjungan (LPK). Dari data yang ada terlihat sebagian besar jumlah penyuluh yang mengumpulkan laporan hampir semuanya mencapai 100%. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.3 :
Tabel 1.3 Persentase Penyuluh yang Mengumpulkan LPK tahun 2010-2013
No BPKP 2010(%) 2011(%) 2012 (%) 2013(%)
Sumber: Bidang Penyuluhan 2014 (diolah).
BPKP : Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
Data pengumpulan lembar persiapan kunjungan merupakan gambaran dari kedisiplinan penyuluh dalam melakukan kunjungan dan supervisi langsung ke petani. Selain itu ada beberapa masalah yang mengurangi keefektifan organisasi penyuluhan seperti teknologi tepat guna tidak tersedia bagi petani, petugas penyuluh pertanian yang kurang memperoleh pelatihan metode penyuluhan dalam berkomunikasi, dan tidak semua penyuluh menguasai komoditas dominan diwilayah binaan, tenaga lapangan kurang memiliki fasilitas transportasi untuk mencapai petani, petugas penyuluh dibebani tugas ganda disamping tugas penyuluhannya sendiri.
18 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diteliti melalui penelitian ini adalah kurang disiplinnya penyuluh pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai. Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka beberapa pertanyaan diatas perlu dicari jawabannya adalah :
• Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian
Kabupaten Serdang Bedagai ?
• Apa saja alternatif kebijakan yang perlu dilakukan untuk meningkatan
kinerja penyuluh pertanian Kabupaten Serdang Bedagai?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengatasi masalah diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
• Untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluhan
pertanian Kabupaten Serdang Bedagai.
• Menemukan alternatif kebijakan untuk peningkatan kinerja penyuluhan
pertanian Kabupaten Serdang Bedagai.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, terutama kepada:
19 b. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan mengimplementasikan
ilmu pengetahuan yang telah diperoleh untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi penyuluh pertanian.
c. Magister Manajemen USU, sebagai tambahan refrensi penelitian dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.
d. Peneliti selanjutnya sebagai sumber informasi untuk melaksanakan penelitian dibidang Manajemen Sumber Daya Manusia terutama kinerja Penyuluh Pertanian.
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian geladikarya ini adalah sebagai berikut:
1. Geladikaraya ini mencakup dimensi-dimensi yang berhubungan langsung dengan tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian, serta indikator – indikator yang dapat mempengaruhi kinerja penyuluhan pertanian.