• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Minyak Atsiri Bunga Cengkeh dan Daun Cengkeh (Eugenia caryophyllata Tumberg) Menggunakan Alat Stahl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetapan Kadar Minyak Atsiri Bunga Cengkeh dan Daun Cengkeh (Eugenia caryophyllata Tumberg) Menggunakan Alat Stahl"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Cengkeh 2.1.1 Habitat

Tanaman cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan cukup merata, karena tanaman ini tidak tahan musim kemarau panjang. Bila terjadi kemarau yang lebih dari tiga bulan akan menyebabkan bunga cengkeh menjadi kering, namun bila terlalu lama dengan curah hujan yang tinggi juga akan menyebabkan akar cengkeh menjadi berair dan tanaman cengkeh akan mati. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada ketinggian 0-800 m di atas permukaan laut (dpl) atau pada suhu 22oC – 30oC, tetapi paling optimum pada ketinggian 300-600 m dpl. Tanaman cengkeh menghendaki tanah yang gembur dan mempunyai pembuangan air yang baik. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman cengkeh adalah tanah dengan pH 5,5 - 5,6 (Najiyati dan Danarti, 1991).

2.1.2 Morfologi a. Daun (Folium)

(2)

Bangun daunnya (circumscriptio) adalah lanset (lanceolatus), ujungnya (apex) adalah runcing (acustus) pangkalnya (basis folii) adalah meruncing (acuminatus), susunan tulang daunnya (nervatio) adalah menyirip (penninervis), tepi daunnya (margo) adalah rata (integer), dan daging daunnya (intervenium) adalah seperti

kertas, tipis tetapi cukup tegar (papyraceus) dan daunnya ini berwarna hijau. Daun, bunga dan tangkainya mengandung minyak cengkeh yang banyak disenangi orang karena baunya yang khas. Bunga dan buahnya muncul pada ujung rantingnya (Tjitrosoepomo, 1985).

b. Batang (Caulis)

Batang dari pohon cengkeh biasanya memiliki panjang 10-15 m. Batang berbentuk bulat (teres), permukaan batangnya kasar biasanya memiliki cabang-cabang yang dipenuhi banyak ranting atau dapat dikatakan lebat rantingnya. Arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus) dan cara percabangan dari rantingnya dapat dikatakan monopodial karena masih dapat dibedakan antara batang pokok dan cabangnya. Lalu arah tumbuh cabangnya adalah condong ke atas (patens). Selain itu pohon cengkeh dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun (Najiyati dan Danarti, 1991).

c. Akar (Radix)

(3)

d. Biji (Semen)

Pohon cengkeh mampu menghasilkan biji setelah penanaman 5 tahun. Bijinya terdiri dari kulit (spermodermis), tali pusar (funiculus) dan inti biji (nukleus seminis). Walaupun dalam jangka 20 tahun masih dapat menghasilkan

biji, biji ini dapat dikatakan sudah tidak menguntungkan. Hal ini dikarenakan kualitasnya telah menurun dan tidak dapat digunakan lagi untuk industri, misal rokok (Najiyati dan Danarti, 1991).

e. Bunga (Flos)

Bunga cengkeh muncul pada ujung ranting daun (flos terminalis) dengan tangkai pendek dan bertandan (bunga bertangkai nyata duduk pada ibu tangkai bunga). Bunga cengkeh termasuk bunga majemuk yang berbatas karena ujung ibu tangkainya selalu ditutup bunga. Bunga terdiri dari tangkai (pedicellus), ibu tangkai (pedunculus dan dasar bunga (repectaculum). Bunga cengkeh adalah bunga tunggal (unisexualis) jadi masih dapat dibedakan menjadi bunga jantan (flos masculus) dan betina (flos femineus). Dasar bunganya (repectaculum)

menjadi pendukung benang sari dan putik.

(4)

f. Buah (Fructus)

Cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat sudah mekar berwarna merah. Buahnya termasuk buah semu karena ada bagian bunga yang ikut ambil bagian dalam pembentukan buah (Tjitrosoepomo, 1985).

2.1.3 Taksonomi Tanaman

Taksonomi tanaman cengkeh menurut Tjitrosoepomo (1994). Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Subkelas : Dialypetalae Bangsa : Myrtales Suku : Myrtaceae Marga : Eugenia

Spesies : Eugenia caryophillata

2.1.4 Jenis- jenis Tanaman

Di Indonesia banyak sekali ditemukan tipe-tipe cengkeh yang satu sama lainnya sulit sekali dibedakan. Misalnya cengkeh tipe ambon, tipe raja, tipe cengkeh sakit, tipe indari, tipe dokiri, cengkeh afo dan tauro. Perkawinan antara berbagai tipe itu membentuk tipe-tipe baru sehingga tipe-tipe cengkeh di Indonesia sangat sulit digolongkan.

(5)

1. Cengkeh si putih

Daun cengkeh si putih berwarna hijau muda (kekuningan) dengan helaian daun relatif lebih besar. Cabangnya jarang, sehingga kelihatan kurang rindang. Mahkota berbentuk bulat atau agak bulat.

2. Cengkeh si kotok

Daun cengkeh si kotok mulanya berwarna hijau muda kekuningan kemudian berubah menjadi hijau tua dengan permukaan licin dan mengkilap. Helaian daunnya agak langsing dengan ujung agak membulat. Adaptasinya dan produksinya lebih baik dari pada si putih tetapi lebih rendah dari zanzibar, dengan kualitas sedang.

3. Cengkeh tipe zanzibar

Tipe ini merupakan tipe cengkeh terbaik. Sangat dianjurkan karena daya adaptasi yang luas, produksi tinggi dan berkualitas baik. Daunnya awalnya berwarna merah muda, kemudian berubah menjadi hijau tua mengkilap pada permukaan atas dan hijau pucat memudar pada permukaan bawah

4. Cengkeh tipe ambon

Tipe cengkeh ini tidak dianjurkan untuk ditanam, karena produksi dan daya adaptasinya rendah, serta kualitas hasil yang kurang baik. Daun yang muda berwarna rosa muda atau hijau muda (lebih muda dari pada zanzibar). Daun yang tua permukaan atasnya berwarna hijau tua dan kasar, sedang permukaan bawah berwarna hijau keabu-abuan (Najiyati dan Danarti, 1991).

(6)

2.1.5 Budidaya Tanaman

Tanaman cengkeh yang baru ditanam di areal tanam tidak tahan terhadap kekeringan. Untuk mengatasinya, penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan dan dilakukan pada pagi hari atau sore hari, agar penguapan dapat ditekan serendah mungkin sehingga tanaman tidak layu. Lubang tanam yang semula ditutup, digali dengan ukuran yang sedikit kecil. Kemudian bibit tanaman cengkeh dimasukkan ke dalam lubang sampai batas leher.

Pemeliharaan kebun dan tanaman cengkeh meliputi berbagai aspek yaitu : pemupukan, penggemburan tanah, pengendalian hama penyakit dan gulma. Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara esensial bagi tanaman serta memperbaiki kondisi tanah, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat menyerap unsur hara dalam jumlah yang cukup. Penggemburan tanah d iluar daerah perakaran perlu digemburkan 2-3 tahun sekali, dengan menggunakan garpu tanah atau cangkul. Penggemburan ini akan berpengaruh baik bagi tanaman (Najiyati dan Danarti, 1991).

2.1.6 Sistem Panen

(7)

Cara pemetikan :

Sebelum pemetikan dimulai, alat yang perlu disiapkan adalah karung berukuran kecil atau keranjang bambu dan karung besar. Apabila tanaman sudah cukup tinggi dan bunganya tidak terjangkau oleh tangan, maka perlu disiapkan tangga segitiga berkaki empat.

Bunga cengkeh dipetik pertandan tepat di atas buku daun terakhirnya dengan menggunakan kuku jari atau pisau kecil yang tajam. Daun terakhir/termuda yang berdekatan dengan bunga tidak boleh terikut terpetik bisa mengurangi jumlah tunas sampai 1/3-1/2 bagian (Najiyati dan Danarti, 1991).

2.1.7 Kandungan Kimia

Bunga cengkeh mengandung minyak atsiri 15-20% dan daun cengkeh berkisar antara 1-4% (Kartasapoetra, 1992).

Kandungan kimia utama dari minyak cengkeh adalah Eugenol bebas ( 70 samapai 90%), Eugenol asetat dan Kariofillen. Komponen lain yang terdapat dalam tanaman cengkeh yaitu Metil-n-amil Keton, Metil Alkohol, Valeraldehid, Metil-n-amil Karbinol, Metil Furfural, Furfural Alkohol dan Metil Benzoat (Guenther, 1990)

2.1.8 Manfaat Minyak Cengkeh

(8)

tangkai dan daun. Minyak cengkeh yang berasal dari tangkai dan bunga umumnya digunakan untuk bahan baku industri kosmetika/wewangian, farmasi, makanan dan rokok. Sementara minyak cengkeh yang berasal dari daun banyak dipakai untuk bahan baku pembuatan eugenol. Minyak cengkeh dapat memperkuat saluran pernapasan dan membunuh parasit internal. Aromanya berkhasiat untuk menyehatkan dan memperkuat ingatan, membantu mengatasi kegelisahan mental, serta menciptakan perasaan berani dan perasaan untuk melindungi. Minyak cengkeh juga dapat digunakan untuk mengobati infeksi gigi, hipertensi, serta gangguan tidak berfungsinya kelenjar tiroid (Agusta, 2000).

Selain itu minyak atsiri pada bunga cengkeh dan daun cengkeh dapat digunakan sebagai bahan obat penghilang rasa mules, rasa mual dan muntah-muntah (Kartasapoetra, 1992).

2.2 Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam. Minyak atsiri dapat diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap dan penyulingan dengan air dan uap (Sastrohamidjojo, 2004).

(9)

berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan berhubungan langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani, 2004).

2.2.1 Sifat-sifat Minyak Atsiri

Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), sifat-sifat minyak atsiri ialah : 1) Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa.

2) Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusunnya. 3) Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi

kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya.

4) Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen udara, sinar matahari, dan panas karena terdiri dari berbagai macam komponen penyusun.

5) Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air. 6) Sangat mudah larut dalam pelarut organik.

2.2.2 Fungsi Minyak Atsiri

a. Fungsi Minyak Atsiri bagi Tanaman

(10)

tanaman tertentu, minyak atsiri dapat menarik serangga sehingga penyerbukan lebih efektif. Dilain pihak tercipta sejenis daya tahan tanaman terhadap kerusakan oleh binatang maupun tanaman parasit dengan dihasilkan minyak dengan bau yang merangsang. Minyak berfungsi sebagai penutup bagian kayu yang terluka atau berfungsi sebagai vernis untuk mencegah penguapan air (cairan sel) yang berlebihan sehingga berfungsi sebagai penghambat penguapan air. (Guenther, 1987)

b. Fungsi Minyak Atsiri bagi Manusia

Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap, antiseptik internal atau eksternal. Minyak atsiri mempunyai sifat membius, merangsang atau memuakkan. Disamping itu beberapa jenis minyak atsiri lainnya dapat digunakan sebagai obat cacing. Minyak atsiri juga membantu pencernaan dengan merangsang saraf sekresi sehingga dengan mencium bau-bauan tertentu, maka akan keluar cairan getah sehingga rongga mulut dan lambung menjadi basah. Kegunaan lain dari minyak atsiri adalah sebagai bahan pewngi kosmetik (Guenther, 1987).

2.2.3 Metode Penyulingan Minyak Atsiri

Menurut Guenther (1987), metode penyulingan yang umumnya dilakukan ada tiga macam metode penyulingan, yaitu :

a. Penyulingan dengan Air

(11)

dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar tertutup atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini ialah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih. Beberapa jenis bahan (misalnya bunga mawar) harus disuling dengan metode ini, karena bahan harus tercelup dan bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan metode uap langsung, bahan ini akan merekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat berpenetrasi ke dalam bahan.

b. Penyulingan dengan Air dan Uap

Pada metode penyulingan ini, bahan olah diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh dari bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini adalah uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas serta bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas.

c. Penyulingan dengan Uap

(12)

Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dari ketiga proses penyulingan. Tetapi bagaimanapun juga dalam prakteknya hasilnya akan berbeda bahkan kadang-kadang perbedaan ini sangat berarti, karena tergantung pada metod yang dipakai dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama berlangsungnya penyulingan.

2.3 Penggolongan Minyak Atsiri

Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bertanggung jawab atas bau dan aroma yang karakteristik serta sifat kimia dan fisika minyak. Demikian pula peranannya sangat besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri sebagai obat. Atas dasar perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut:

a. Minyak Atsiri Hidrokarbon

Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon yang meliputi minyak terpentin. Minyak ini diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae). Komponen terpentin sebagian besar berupa asam-asam resin (hingga 90%), ester-ester dari asam-asam lemak dan senyawa inert yang netral disebut resena. Terpentin larut dalam alkohol, eter, kloroform dan asam asetat glasial. Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh darah kapier dan merangsang keluarnya keringat dan terpentin jarang digunakan sebagai obat dalam (Gunawan dan Mulyani, 2004).

b. Minyak Atsiri Alkohol

(13)

piperita Linn. (nama daerah: poko, famili Labiatae). Daun poko segar mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin. Sementara daun yang telah dikeringkan mengandung 2% minyak permen. Sebagai penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan sebagai anti gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada industri digunakan sebagai pewangi pasta gigi (Gunawan dan Mulyani, 2004).

c. Minyak Atsiri Fenol

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari tanaman Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae). Bagian yang dimanfaatkan bunga dan daun. Namun demikian bunga lebih utama dimanfaatkan karena mengandung minyak atsiri sampai 20%. Minyak cengkeh, terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung eugenol asetat, beberapa senyawa dari kelompok sesquiterpen, serta bahan-bahan yang tidak mudah menguap seperti tanin, lilin dan bahan serupa damar. Kegunaan minyak cengkeh antara lain obat mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah (Gunawan dan Mulyani, 2004).

d. Minyak Atsiri Eter Fenol

(14)

odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan farfum (Gunawan dan Mulyani, 2004).

e. Minyak Atsiri Oksida

Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi daun Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae). Komponen penyusun minyak atsiri kayu putih paling utama adalah sineol 85% (Gunawan dan Mulyani, 2004 ).

f. Minyak Atsiri Ester

Minyak gandapura merupakan minyak atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae). Komponen penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester. Minyak ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan parfum, dalam industri permen, dan minuman sebagai tidak beralkohol (Gunawan dan Mulyani, 2004).

2.3 Parameter Minyak Atsiri 2.3.1 Bobot Jenis

(15)

2.3.2 Indeks Bias

Indeks bias merupakan perbandingan sudut sinar datang dengan sudut sinar pantul. Jika cahaya melewati media kurang padat ke media lebih padat, maka sinar akan membelok atau “membias” dari garis normal. Jika e adalah sudut sinar

pantul, dan i sudut sinar datang, maka menurut hukum pembiasan, dimana n adalah indeks bias media kurang padat dan N indeks bias media lebih padat. Refraktometer adalah alat yang tepat dan cepat untuk menetapkan nilai indeks bias. Dari beberapa tipe refraktometer maka yang dianggap paling baik adalah refraktometer pulfrich dan Abbe (Guenther,1987).

2.3.3 Kelarutan dalam Alkohol

(16)

2.3.4 Spesifikasi Parameter Persyaratan Mutu Minyak Cengkeh

Tabel 1. Spesifikasi Persyaratan Mutu Minyak Bunga Cengkeh Menurut SNI 06-4267-1996.

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Bobot Jenis 15 oC / 15 oC - 1,04 - 1,07

2 Indeks Bias, (nD 20) - 1,529 - 1,537

3 Kadar Eugenol % v / v 80 – 95

4 Kelarutan Dalam Etanol 70% Perbandingan Volume 1:2 Jernih

5 Zat Asing

5.1 Lemak - Negatif

5.2 Minyak Mineral - Negatif

5.3 Alkohol Tambahan - Negatif

Tabel 2. Spesifikasi Persyaratan Mutu Minyak Daun Cengkeh Menurut SNI 06-2387-1998.

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Bobot Jenis 20 oC / 20 oC - 1,025-1,0609

2 Indeks Bias, (nD 20) - 1,527-1,541

3 Kadar Eugenol % v / v Min. 78

4 Kelarutan Dalam Etanol 70% Perbandingan Volume 1:2 Jernih

5 Zat Asing

5.1 Lemak - Negatif

5.2 Minyak Mineral - Negatif

Gambar

Tabel 1. Spesifikasi Persyaratan Mutu Minyak Bunga Cengkeh Menurut

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan dan Lahan (Ha) Per Provinsi Di Indonesia Tahun

Melakukanpengumpulan, perekaman, pengelolaandanpemeliharaansertapemutakhiran data padaSistem DAPODIK Sekolahsecara valid, optimal, berkaladanberkesinambungan2.

[r]

[r]

Rencana Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun 2014, yang selanjutnya disebut Renja BAPPEDA Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 adalah

Tarif Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu dalam Peraturan Daerah Provinsi. Bengkulu Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W7, 2015 25th International CIPA Symposium 2015, 31 August – 04