• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada Inspektorat Kota Subulussalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada Inspektorat Kota Subulussalam"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan yang dapat menciptakan nilai tambah pada produk atau layanan instansi pemerintah. APIP sebagai pengawas intern pemerintah yang merupakan instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam melakukan pengawasan merupakan salah satu unsur manajemen pemerintah yang penting dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance)

yang mengarah pada pemerintahan/birokrasi yang bersih (clean government) yaitu mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, dapat dipertanggungjawabkan serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Instansi tersebut meliputi : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal/ Inspektorat Utama/ Inspektorat Kementrian/Lembaga, Inspektorat Provinsi serta Inspektorat Pemerintah Kabupaten/Kota.

(2)

inspektorat kabupaten/kota, yang bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota (pasal 1 ayat 7 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah).

Inspektorat dianggap sebagai tangan kanan kepala daerah yang lebih dulu melakukan fungsi pengawasan sebelum pemeriksaan eksternal dilakukan. Tanggung jawab APIP inspektorat tidak sekedar watchdog, tetapi juga berperan sebagai konsultan dan penjamin mutu, dimana dalam penugasannya akan lebih banyak melakukan tindakan yang bersifat preventif atau pencegahan.

Peran APIP yang efektif dapat terwujud jika didukung dengan Auditor yang profesional dan kompeten dengan hasil audit intern yang semakin berkualitas. Dalam rangka mewujudkan hasil audit intern yang berkualitas diperlukan suatu ukuran mutu yang sesuai dengan mandat penugasan masing-masing APIP.

(3)

mencakup integritas, obyektifitas, kerahasiaan, kompetensi, akuntabel dan prilaku professional.

Dalam melaksanakan tugas audit, seorang auditor harus bisa menjelaskan visi, misi, tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab APIP kepada auditi untuk memudahkan dalam mengakses informasi dari auditi. Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari Pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sehingga dapat bekerja sama dengan auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Prinsip obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan penugasan dengan jujur dan tidak mengompromikan kualitas. Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya.

Auditor harus memiliki pendidikan, pengetahuan, keahlian dan keterampilan, pengalaman, serta kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Pimpinan APIP harus yakin bahwa latar belakang pendidikan, kompetensi, dan pengalaman auditor memadai untuk pekerjaan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor (JFA) yang sesuai dengan jenjangnya dan/atau sertifikasi lain di bidang pengawasan intern pemerintah.

(4)

Kebijakan dan prosedur kegiatan audit intern dibuat untuk memastikan bahwa pengelolaan APIP serta pelaksanaan kegiatan audit intern dapat dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif. Sehingga harus melakukan koordinasi dan membagi informasi kepada auditor eksternal dan/atau auditor lainnya. Kegiatan audit intern yang dilakukan harus dapat mengevaluasi dan memberikan kontribusi pada perbaikan tata kelola sektor publik, manajemen risiko, dan pengendalian intern dengan menggunakan pendekatan sistematis dan disiplin.

Dalam melaksanakan tugas audit, auditor harus mengembangkan dan mendokumentasikan program kerja penugasan untuk mencapai tujuan penugasan. Auditor harus memahami rancangan sistem pengendalian intern dan menguji penerapannya serta memberikan rekomendasi yang diperlukan. Auditor juga harus merancang audit internnya untuk mendeteksi adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse). Auditor harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan audit intern.

Supervisi yang merupakan tindakan terus-menerus selama pekerjaan audit, mulai dari perencanaan hingga diterbitkannya laporan audit juga sangat diperlukan. Pada setiap tahap audit kinerja, pekerjaan auditor harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan auditor.

(5)

Auditor harus mematuhi kode etik yang ditetapkan dengan memegang prinsip-prinsip etika. Auditor wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, menyimpan rahasia jabatan, menjaga semangat dan suasana kerja yang baik. Kode etik berkaitan dengan masalah prinsip bahwa auditor harus menjaga, menjunjung dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas dalam menjalankan profesi. Selain itu, untuk mendapatkan hasil audit yang berkualitas, Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama

(due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Auditor harus mengomunikasikan hasil penugasan audit intern berupa laporan hasil audit yang mencakup kriteria, kelemahan Sistem Pengendalian Intern (SPI), ketidakpatuhan auditi terhadap peraturan perundang-undangan serta rekomendasi yang mana keseluruhan isi harus sesuai dengan standar audit. Langkah terakhir adalah pendistribusian laporan hasil audit serta pemantauan tindak lanjut atas laporan tersebut.

(6)

kualitas pengawasan yang dilakukan inspektorat daerah akan semakin baik dalam pengawasan pengelolaan keuangan daerah.

Permasalahannya adalah APIP sebagai pengawas internal apakah sudah memiliki kemampuan untuk mewujudkan perannya secara efektif dalam mewujudkan hasil audit berkualitas. Hasil audit yang berkualitas diharapkan dapat menciptakan perbaikan-perbaikan yang dilakukan auditi di periode selanjutnya. Perbaikan tersebut sangat terkait dengan rekomendasi yang diberikan oleh auditor/pemeriksa. Dengan kata lain, laporan hasil audit yang berkualitas jika hasil audit yang ada dapat ditindaklanjuti oleh auditi.

Ada beberapa kemungkinan kendala yang dihadapi baik Inspektorat Provinsi, Kabupaten maupun Kotamadya dalam meningkatkan mutu kualitas hasil pemeriksaan/pengawasan, yaitu :

1. Dalam penyusunan rencana audit dalam setiap tahap audit auditor/pengawas mungkin belum memahami dengan baik tujuan audit yang telah disusun sehingga pelaksanaan audit kurang efektif dan efisien dan mutu kualitas audit menjadi kurang baik.

2. Pada pelaksanaan audit dalam setiap tahapannya auditor/pengawas belum mempedomani standar audit secara keseluruhan. Supervisi audit terhadap kertas kerja pemeriksaan tim pemeriksa mungkin masih kurang karena tingginya volume penugasan yang dapat mempengaruhi kualitas hasil audit. 3. Dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, para auditornya wajib

(7)

professional dalam pelaksanaan tugasnya agar kredibilitas hasil pekerjaan Pemeriksa meningkat.

4. Dalam hal pelaporan masih memiliki kendala akan aspek fisik, format maupun substansi dari isi laporan sehingga belum mampu menginformasikan hasil yang valid.

5. Auditor seringkali berada dalam kondisi dilema, merasa sulit sekali untuk menjaga independensi dengan satuan unit kerja yang diaudit sementara kode etik profesi menuntutnya untuk selalu independen dalam pekerjaanya. Jika tidak menjaga independensi akan menyalahi kode etik profesi tersebut dan memperburuk kualitas hasil audit, namun jika tetap konsisten menjaga independensi akan banyak ditemukan kasus-kasus kecurangan yang bersifat material, yang dapat menyeret banyak pihak, dan justru dapat memperburuk citra institusi.

(8)

Namun fenomena yang terjadi saat ini, APIP Inspektorat Kota Subulussalam belum efektif dalam melaksanakan fungsi pengawasan. Kualitas audit internal pemerintah daerah masih menjadi sorotan berbagai pihak terutama masyarakat. Hal ini dikarenakan kurangnya transparansi temuan audit yang terdeteksi oleh auditor internal tetapi oleh auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dapat terdeteksi secara lengkap. Dapat dilihat dari matriks tindak lanjut global rekonsiliasi hasil pemeriksaan BPK terhadap pelaksanaan pengelolaan APBD tahun anggaran 2011-2015 pada Pemerintah Kota Subulussalam, yang menemukan bahwa: jumlah temuan BPK dari tahun ke tahun berikutnya tidak ada penurunan temuan. Dengan adanya pengawasan dari auditor internal dalam pengelolaan APBD seharusnya temuan-temuan dari pihak eksternal dapat diminimalkan.

Data temuan hasil audit BPK atas LKPD Kota Subulussalam 5 tahun terakhir dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1.1

Data temuan BPK RI pada Inspektorat Kota Subulussalam

No. TA Jenis Temuan

Kepatuhan SPI

Jumlah temuan

Nilai temuan Jumlah temuan Nilai temuan

1 2011 11 1,622,813,255 5 -

2 2012 7 7,125,473,900 6 -

3 2013 3 412,291,003.56 10 321,857,790

4 2014 5 1,116,470,570 10 232,679,051

5 2015 11 3,190,699,953 9 -

(9)

Temuan-temuan BPK tersebut mengidentifikasikan bahwa inspektorat belum bisa menjalankan peran dan fungsinya dengan baik dan menunjukkan ketidakmampuan APIP dalam menilai dan mendeteksi potensi kecurangan. Dengan kata lain, audit yang dilaksanakan oleh APIP inspektorat belum menghasilkan kualitas hasil audit sebagaimana yang diharapkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti perlu untuk melakukan penelitian dengan judul ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada Inspektorat Kota Subulussalam”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan dan prinsip etika berpengaruh terhadap kualitas hasil audit baik secara simultan maupun parsial pada Inspektorat Kota Subulussalam?

1.3 Tujuan Penelitian

(10)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Inspektorat Kota Subulussalam, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran agar kualitas hasil audit yang dihasilkan makin baik dengan adanya perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan dan prinsip etika dimasa yang akan datang dan dapat mengurangi temuan BPK sebagai auditor eksternal.

2. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memperdalam wawasan dan pengetahuan dalam hal pelaksanaan audit untuk menghasilkan audit yang berkualitas.

3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan memperkaya hasil penelitian dan sebagai bahan referensi peneliti selanjutnya yang akan meneliti hal yang sama.

1.5 Originalitas Penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan topik penelitian yang pernah dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil audit di lingkungan pemerintah daerah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah :

(11)

akan diteliti adalah perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan dan prinsip etika.

2. Lokasi penelitian pada penelitian sebelumnya adalah Inspektorat di Purwokerto. Pada penelitian ini lokasi penelitiannya adalah Inspektorat Pemerintah Kota Subulussalam.

Referensi

Dokumen terkait

“ Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu,

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan pada perusahaan sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2011-2015 dengan melihat

Arsip-arsip harus dipelihara dari berbagaimacam bentuk kerusakan yang disebabkan oleh binatang, serangga, rayap dan kelembaban udara. Dalam mempermudah pengawasan, sistem

Fahmi, F., 2014, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Kayu Untuk Pembuatan Gitar Menggunakan Metode Simple Additive Weighting Berbasis WEB”, Laporan Skripsi Program

Sehingga dari latar belakang masalah tersebut peneliti memberikan solusi dengan cara membuat animasi yang menggambarkan dan menceritakan permainan yang ada di museum

Salah satu Sub Modul dalam penelitian ini adalah Sumber Daya Alam yang merekap data dan informasi tentang pertanian, kehutanan, kelautan, pertambangan, energi,

The division of this type of metaphor in this paper refers to two things that will be compared and viewed in terms of figures of language that divide metaphor into simile,