PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI
INSTRUMENTER DALAM AKTA NOTARIS YANG AKTANYA
MENJADI OBJEK PERKARA PIDANA DI PENGADILAN
TESIS
Oleh
LIZA DWINANDA
147011026/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI
INSTRUMENTER DALAM AKTA NOTARIS YANG AKTANYA
MENJADI OBJEK PERKARA PIDANA DI PENGADILAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
LIZA DWINANDA
147011026/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI
INSTRUMENTER DALAM AKTA NOTARIS
YANG AKTANYA MENJADI OBJEK PERKARA PIDANA DI PENGADILAN
Nama Mahasiswa : LIZA DWINANDA
Nomor Pokok : 147011026
Program Studi : KENOTARIATAN
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)
Pembimbing Pembimbing
(Dr. Muhammad Hamdan, SH, MH) (Notaris Syafnil Gani, SH, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Prof.Dr.Budiman Ginting,SH,MHum)
Telah diuji pada
Tanggal : 26 Oktober 2016
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
Anggota : 1. Dr. Muhammad Hamdan, SH, MH
2. Notaris Syafnil Gani, SH, MHum
3. Dr. Mahmud Mulyadi, SH, MHum
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : LIZA DWINANDA
Nim : 147011026
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI
INSTRUMENTER DALAM AKTA NOTARIS YANG AKTANYA MENJADI OBJEK PERKARA PIDANA DI PENGADILAN
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
i ABSTRAK
Pada dunia kenotariatan, kehadiran seorang saksi menjadi satu syarat formal dalam pembuatan akta di hadapan Notaris. Ketidakhadiran saksi dalam suatu pembuatan akta, dapat membuat kekuatan suatu akta tersebut menjadi kekuatan di bawah tangan. Selain mempunyai tugas untuk membubuhkan tanda tangan di dalam akta, seorang saksi juga bertugas untuk menyaksikan pembuatan dan pembacaan akta. Hal ini dilakukan agar seorang saksi dapat menjadi pelindung bagi seorang Notaris jika suatu hari terjadi sengketa dalam akta yang dibuatnya itu.
Penelitian ini menggunakan penelitian penelitian hukum normatif (yuridis normatif), yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder yang dimulai dengan analisis terhadap permasalahan hukum yang baik berasal dari literature maupun peraturan perundang-undangan.
Hasil penelitian diketahui bahwa kehadiran seorang saksi di dalam suatu akta Notaris adalah syarat utama agar akta tersebut memiliki kekuatan akta yang otentik. Di dalam Pasal Pasal 41 UUJN, ketidakhadiran seorang saksi akan membuat akta tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan. Namun, selain saksi memiliki kedudukan yang sangat penting dalam suatu akta, seorang saksi dalam lalu lintas hukum kenotariatan, juga mendapatkan perlindungan ketika harus memberikan keterangan di depan persidangan perihal akta yang terjerat kasus hukum tersebut. Undang-undang Perlindungan Saksi dan korban Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban telah menjamin perlindungan bagi seorang saksi ketika memberikan keterangan di muka persidangan. Dalam Pasal 5 telah dijelaskan perihal perlindungan bagi seorang saksi yang salah satunya adalah mendapatkan perlindungan baik diri pribadi sampai kepada tempat tinggal. Dan hal ini berlangsung sejak proses penyelidikan hingga berakhirnya perkara tersebut. Seorang saksi instrumenter dalam memberikan keterangan di depan persidangan perihal akta yang disengketakan, haruslah memberikan keterangan yang sebenar-benarnya sesuai apa yang ia saksikan saat pembacaan akta berlangsung. Bahwa benar terjadi suatu perbuatan hukum di dalam akta serta kehadiran para pihak serta identitasnya. Hal ini dilakukan agar posisi seorang Notaris dalam suatu akta yang disengketakan tetap aman dan tidak terjerat dalam hukuman pidana.
ii ABSTRACT
In a notarial affair, the presence of a witness (or witnesses) becomes a formal prerequisite in making a deed before a Notary. The absence of a witness can cause the deed to become an underhanded one. Besides signing the deed, a witness must also witnesses the drawing up and the reading of the deed in order to protect the Notary from any dispute caused by the deed itself.
The research used judicial normative method by using secondary data, starting from analyzing legal problems which come from literature or from legal provisions.
The result of the research showed that the presence of a witness in making a notarial deed is the principal prerequisite to make it authentic. Article 41 of UUJN, the absence of a witness will make a notarial deed an underhanded one. Besides playing an important role, in a notarial affair, a witness also gets protection in giving his testimony before the court about the deed which has legal problem. Law No. 31/2014 on Protection against Witness and Victim on the amendment of Law No. 13/2006 on Protection against Witness and Victim gives legal protection for a witness in giving his testimony in the proceedings. Article 5 states a witness gets protection for his personal matters and his address, starting from the investigation until the court’s verdict is handed down. An instrument witness, in the case of a deed with legal problem, has to give the testimony correctly according to what he has witnessed during the proceedings that legal act, the presence of the litigants, and their identity so that a Notary’s position in a disputed deed is safe and does not involved in a criminal case.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena atas berkah
dan ridho-NYA, penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang diberi judul
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI INSTRUMENTER DALAM
AKTA NOTARIS YANG AKTANYA MENJADI OBJEK PERKARA PIDANA
DI PENGADILAN”.
Penulisan Tesis ini adalah merupakan salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) pada Fakultas Hukum USU, dan
semoga karya ilmiah ini memberi manfaat tidak saja bagi penulis sendiri tetapi juga
bagi rekan-rekan mahasiswa pada Program Magister Kenotariatan dan masyarakat
pada umumnya yang tidak terlepas dari perbuatan-perbuatan hukum dalam membuat
akta.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah memberi dukungan bagi penulis sehingga
penulisan tesis ini dapat terlaksana dengan baik dan penulis menyadari bahwa tesis
ini masih jauh dari sempurna dan untuk itu penulis secara terbuka menerima
masukan-masukan dan kritikan yang bersifat menyempurnakan pengetahuan penulis
akan materi yang dibahas. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara dan segenap Staf dan jajarannya;
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan segenap Staf dan jajarannya;
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program
iv
Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian telah banyak memberi arahan,
masukan dan saran dalam penulisan tesis ini;
4. Bapak Dr. Muhammad Hamdan, SH., M.H, selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang dengan penuh perhatian telah banyak memberi arahan,
masukan dan saran dalam penulisan tesis ini;
5. Bapak Syafnil Gani, SH, M.Hum, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
dengan penuh perhatian telah banyak memberi arahan, masukan dan saran dalam
penulisan tesis ini;
6. Ibu Chairani Bustami, SH, SpN, MKn,selaku Dosen Penguji;
7. Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum,selaku dosen Penguji;
Ucapan terima kasih setulus-tulusnya juga penulis sampaikan kepada Papa
dan Mama (H. Mahruzar dan Hj. Elfriani), yang telah mendoakan serta
mendukung dengan curahan kasih sayang, juga kepada Kakak dan Kedua Adik
(Novi Elma Yunita, SE, Rizky Amanda Putri S.I.Kom dan Muhammad Dava
Farhan), serta Abang Ipar (Andhika Al Arief ST). Terima kasih atas doa dan
semua bantuannya. Semoga kita semua selalu dalam lindungan ALLAH SWT. Kalian
yang terbaik.
Dalam kesempatan ini penulis ucapkan juga terimakasih kepada
sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan khususnya, Hanna Stephanie Tarigan,
Yesicha C. Ginting, SH., M.Kn, Rosemery, Lastria Ambarita, New Yearlina S,
Anna Fahreni, SH., M.Kn, Juliagustina Inggriany H, Debora Claudia, SH.,
M.Kn, Boy Sihombing, SH., M.Kn, dan semua sahabat-sahabat di Grup B
Reguler Tahun 2014 Magister Kenotariatan USU yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu. Terima kasih atas semua kebaikannya, semoga ALLAH SWT membalas
kebaikan kalian semua. Dan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, tiada maksud mengecilkan arti pentingnya bantuan dan peran yang
v
Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada seluruh Dosen Magister
Kenotarian Fakultas Hukum USU, yang telah memberikan pengajaran dan
pembelajaran pendidikan yang berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis
ini. Serta Staff Pegawai di Magister Kenotariatan USU yang telah membantu penulis
dalam mengurus surat-surat dan memperlancar segala urusan. Dan yang terakhir
terima kasih untuk semua orang (tidak dapat penulis sebutkan satu persatu) yang telah
membantu menyelesaikan Tesis ini dan telah banyak memberikan informasi kepada
penulis dan segala hal.
Medan, Oktober 2016 Penulis,
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : LIZA DWINANDA
NIM : 147011026
Tempat dan tanggal lahir : Binjai, 16 September 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Pulau Irian Nomor 14, Kelurahan :
Persiakan, Kecamatan Padang Hulu, Kota Tebing Tinggi
Anak ke : ke 2 dari 4 bersaudara
Nama Orang Tua : Ayah : H. Mahruzar
Ibu : Hj. Elfriani
Alamat : Jl. Pulau Irian Nomor 14, Kelurahan :
Persiakan, Kecamatan Padang Hulu, Kota Tebing Tinggi
II. PENDIDIKAN :
1. SD Budi Dharma Tebing Tinggi
2. SMP Negeri 1 Tebing-Tinggi
3. SMA Negeri 4 Tebing-Tinggi
4. Tahun 2009 – 2014, tercatat sebagai Mahasiswi pada Fakultas Hukum Jurusan Hukum Perdatadi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR ISTILAH ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Keaslian Penelitian ... 13
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 13
1. Kerangka Teori ... 13
2. Konsepsi ... 22
G. Metode Penelitian ... 25
1. Sifat Penelitian dan Metode Pendekatan ... 25
2. Sumber Data/Bahan Hukum ... 27
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 28
4. Analisis Data ... 29
BAB II KEDUDUKAN SAKSI INSTRUMENTER DALAM AKTA NOTARIS ... 30
1. Sejarah Notaris di Indonesia ... 32
2. Pengertian dan Wewenang Notaris ... 35
B. Hak dan Kewajiban Saksi Instrumenter dalam Akta Notaris ... 45
1. Jenis-jenis dan Pengertian Saksi Notaris ... 45
2. Hak dan Kewajiban Saksi Akta dalam Akta Notaris ... 52
C. Syarat-Syarat Menjadi Saksi Dalam Akta Notaris dan Saksi Dalam Memberikan Keterangan di Persidangan ... 57
D. Kedudukan Saksi Instrumenter dalam Pembuatan Akta ... 63
E. Pembuktian Keterangan Saksi di dalam Akta Notaris ... 66
1. Pembuktian Keterangan Saksi dari Sudut Hukum Perdata . 68 2. Pembuktian Keterangan Saksi dari Sudut Hukum Pidana .. 75
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI SAKSI INSTRUMENTER DALAM MEMBERIKAN KETERANGAN DALAM AKTA NOTARIS ... 79
A. Pembuktian Kesaksian Oleh Saksi Akta di Depan Persidangan 79 B. Perbedaan Saksi Instrumenter dalam Akta dan Saksi di Luar Instrumenter ... 88
C. Perlindungan Hukum Bagi Saksi Instrumenter dalam Memberikan Keterangan dan Dasar Hukumnya ... 92
BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM MEMBERIKAN KETERANGAN DALAM AKTA NOTARIS . 98 A. Akibat Hukum Bagi Saksi dalam Hukum Pidana ... 98
B. Akibat Hukum Bagi Saksi dalam Hukum Perdata ... 105
C. Pertanggungjawaban Saksi Dalam Memberikan Keterangan Di Persidangan ... 109
D. Pertanggungjawaban Notaris Dalam Akta di Depan Persidangan ... 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121
A. Kesimpulan ... 121
B. Saran ... 122
DAFTAR ISTILAH
Abrevation : Tanda-tanda kependekan isi materi/resume
Ambt : Jabatan
Attesterend Getulgen : Saksi Pengenal
Audi et alteram partem : Ketentuan bahwa kedua belah pihak harus diperlakukan sama sehingga pengakuan alat bukti harus dilakukan dimuka sidang yang dihadiri oleh kedua belah pihak.
Diskresi : Keputusan atau tindakan yang ditetapkan
atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.
Duurzam : Tidak dapat diubah begitu saja
Formele bewijskracht : Kekuatan pembuktian formil
Instrumentaire Getulgen : Saksi Intrumenter
Ius consituendum : Aturan hukum lain akan datang kemudian
ius curia novit : Hakim belum tahu akan hukumnya
Kring van vaste werkzaamheden : Suatu lingkungan pekerjaan tetap
Materiele bewijskracht : Kekuatan pembuktian materil
Onderdeel : Bagian
Onvoldoende gemotiveerd : Tidak cukup dipertimbangkan
Openbaar ambtenaar : Pejabat Umum (publik) yaitu pejabat yang mempunyai tugas yang bertalian dengan kepentingan publik
Prokureur : Pengacara atau Advokat
Public trust : Kepercayaan Publik
Predictability : Kepercayaan
Rechtsstaat : Negara Hukum
Rechtdelicht : Kejahatan
Rechtbescherming van de burgers : Perlindungan Hukum
Rechsbescherming : Perlindungan Hukum
Schuld : Kesalahan
secundum allegata iudicare : Dalam sengketa yang diajukan pencari keadilan
Stenografen : Orang-orang yang memiliki keahlian untuk
mempergunakan suatu bentuk tulisan cepat didalam menjalankan pekerjaan mereka yang sekarang
Tabelliones : Pejabat-pejabat yang menjalankan tugas
untuk Pemerintah dan melayani publik (umum),
The persuasive force of precedent : Pendirian atau keyakinan Hakim yang menerima putusan terdahulu sebagai pedoman untuk memutuskan perkara yang sejenis.
Toerekeningsvatbaarheid : Dapat dipertanggungjawabkan
Pledoi : Nota pembelaan
Verlidjen : Pembacaan dan penandatanganan akta
Verwijbaarheid : Pertanggungjawaban pidana lahir dengan
diteruskannya celaan
VOC : Vereenidge Oostindische Compagnie yang
berarti Persekutuan Perusahaan Hindia Timur