• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA MELA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA MELA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

62

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN

GROUP INVESTIGATION

DI KELAS V-A SD NEGERI 105267 SEI MENCIRIM

Oleh :

Rosmari Ginting, S.Pd

*)

*)

Guru SDN 105267 Sei Mencirim

NIP. 19580108 197909 2 003

rosmariginting@gmail.com

Abstract

The purpose of research to determine the results of the VA grade students of SDN 105 267 Sei. Learning Mencirim first half year 2013/2014 is increased when applied Model Learning Group Investigation on the subjects of Social Sciences.

Subjects of this study was taken in class V SDN 105 267 Sei. Learning Mencirim first half year 2013/2014, amounting to 40 people. Results of preliminary data pretest study with an average value of 45 with classical completeness percentage of 0%. Data formative one in the first cycle with the average value of the percentage of mastery learning rata74 55%. Data formative II on the second cycle showed 87.5% of students in classical completed with an average grade of 86. It can be said of learning with a model investigation group managed to improve learning activities that have an impact on students' mastery learning social studies in cycle 2. Given the thoroughness of the class has been reached in the cycle to the second then discontinued classroom action research cycle II.

Social studies student activity data with group learning model investigation, according to observers in Cycle I, among others, write / read (42%), Working LKS (25%), ask peers (13%), ask the teacher (15%), and which are not relevant to the KBM (6%). Student activity data observed in Cycle II, among others, write / read (28.5%), Working LKS (42%), ask peers (19%), ask the teacher (6.5%), and which are not relevant to the KBM (4%). Resulting in improved student learning activities in two cycles.

Keywords: Group Investigation (GI), Learning Outcomes

I Pendahuluan

Seorang guru harus mengetahui secara pasti mengapa seorang siswa memiliki berbagai macam motif dalam belajar. Ada empat katagori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang baik terkait dengan motivasi “mengapa siswa belajar”, yaitu (1) motivasi intrinsik (siswa belajar karena tertarik dengan tugas-tugas yang diberikan), (2) motivasi instrumental (siswa belajar karena akan menerima konsekuensi: reward atau

punishment), (3) motivasi sosial (siswa belajar karena ide dan gagasannya ingin dihargai), dan (4) motivasi prestasi (siswa belajar karena ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa dia mampu melakukan tugas yang diberikan oleh gurunya).

(2)

63

yang menjadi tujuan IPS dapat tercapai. Strategi tersebut meliputi metode pembelajaran dan media pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi ke siswa. Agar penyampaian materi tersebut lebih mudah diterima dan dipahami siswa diperlukan media pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar agar peserta didik mampu memahami konsep yang dipelajari. Oleh karena itu pemilihan media harus mempertimbangkan faktor-faktor antara lain faktor siswa, materi pelajaran dan tujuan yang hendak dicapai (Oemar Hamalik, 2010 : 204-206).

Penggunaan metode dan media pembelajaran yang tepat dapat membuat siswa merasa senang belajar, siswa tidak cepat bosan dan materi yang disampaikan guru pun akan lebih mudah dipahami siswa. Akan tetapi kalau melihat realita saat ini, masih banyak guru yang belum maksimal dalam menerapkan berbagai metode dan juga media pembelajaran dalam mengajarkan materi IPS. Mereka hanya menggunakan ceramah, buku paket dan buku latihan

Guru selalu menggunakan model pembelajaran konvensional yang menyebabkan siswa jenuh dan kurang aktif terhadap pelajaran. Terlebih lagi guru yang kurang memberikan perhatian kepada siswa khususnya siswa yang kurang aktif. Akibatnya yang amat nyata antara lain produk lulusan siswa yang sangat pasif, hanya mengingat pelajaran dalam jangka waktu yang relatif singkat, sehingga ketika dikaitkan dengan materi yang berikutnya sulit untuk mendalaminya lebih lanjut dan cenderung gagal dalam memecahkan masalah.

Di SD Negeri 105267 Sei. Mencirim khususnya kelas V, hasil belajar matapelajaran IPS masih rendah yaitu di bawah KKM atau di bawah 70. Hal tersebut terlihat dari nilai ulangan harian I semester I Tahun pelajaran 2012/2013. Berikut tabel yang menunjukkan nilai ulangan harian I tersebut:

Tabel 1. Data Nilai Ulangan Harian I IPS Kelas V

No Rentang

Nilai

Banyak

Siswa Keterangan

1 0 – 34 5 Kurang dari KKM

2 35-69 20 Kurang dari KKM

3 70 12 KKM

4 71-100 3 Lebih dari KKM

Hasil ulangan harian I IPS kelas V yang berjumlah 40 siswa adalah: 25 siswa memperoleh nilai di bawah KKM dan 15 siswa memperoleh nilai KKM dan diatas KKM. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran IPS di kelas V dianggap sulit, banyak hafalan, materinya terlalu banyak dan cara penyampaian materinya pun kurang menarik perhatian siswa.

Guru terbiasa menyampaikan materi dengan bercerita berdasarkan buku teks saja. Dengan demikian dalam belajar IPS, siswa tidak mempunyai motivasi yang kuat. Hal tersebut dapat dilihat ketika pembelajaran IPS berlangsung. Ada siswa yang mengeluh kesulitan, ada yang berbicara dengan temannya, ada yang asyik bermain dengan alat tulisnya seakan terlihat seperti menulis atau mencatat penjelasan guru namun pada keyataannya mereka tidak mencatat, ada yang melamun bahkan ada yang mengantuk. Ketika disuruh mengerjakan soal siswa tidak antusias karena mereka tidak tertarik dan menganggap IPS sebagai mata pelajaran yang membosankan.

Hasil belajar IPS siswa menjadi menurun karena semakin rendah motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, makin rendah pula hasil belajarnya. Berbeda ketika siswa mengikuti pembelajaran IPA. Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar IPA. Hal tersebut terlihat pada saat pembelajaran IPA, siswa antusias, aktif dan tertarik. Hasil belajarnya pun lebih baik dari hasil belajar IPS yaitu 70% siswa telah memperoleh nilai KKM 75. Melihat fenomena yang terjadi di kelas V SD Negeri 105267 Sei. Mencirim, peneliti mencoba untuk mengubah pembelajaran IPS agar lebih bisa memotivasi siswa untuk belajar.

(3)

64

Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa melalui Model Pembelajaran Group Investigation di Kelas V-A SD Negeri 105267 Sei. Mencirim

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut; 1) Apakah hasil belajar siswa menggunakan model Grup Investigation pada materi Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia di kelas V-a semester I SD Negeri 105267 Sei. Mencirim?

2) Apakah aktivitas belajar siswa Meningkat pada saat diterapkan model Grup Investigation pada materi Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia di kelas V-a semester I SD Negeri 105267 Sei. Mencirim T.P 2013/2014?

Merujuk pada rumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah: 1 Untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan model Grup Investigation pada materi Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia di kelas V-a semester I SD Negeri 105267 Sei. Mencirim 2) Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa menggunakan model Grup Investigation pada materi Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia di kelas V-a semester I SD Negeri 105267 Sei. Mencirim

II Metode Penelitian

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan SD Negeri 105267 Sei. Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli serdang. Pembelajaran yang diterapkan selama pengambilan data di kelas V-a SD Negeri 105267 Sei. Mencirim dengan materi pokok Peninggalan-peninggalan Sejarah Hindu, Budha dan Islam di Indonesia. Penelitian ini direncanakan mulai bulan September sampai dengan Desember Tahun 2013.

B Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini sebanyak I (satu) kelas yaitu kelas V-a SD Negeri 105267 Sei. Mencirim sebanyak 40 orang. Pemilihan kelas V-a SD Negeri 105267 Sei. Mencirim sebagai kelas penelitian, karena siswa kelas V-a cukup kooperV-atif.

C Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah:

a. Tes hasil belajar.

b. Lembar aktivitas siswa

D Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali diperkenalkanoleh psikoloTutor Sebaya sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 (Aqib, 2006 :13). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).

E Teknik Analisis Data

Metode Analisis Data Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan.

Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir Siklus I dan Siklus II.

2. Menghitung nilai rata-rata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar.

3. Penilaian

4. Data nilai hasil belajar (kognitif) diperoleh dengan menggunakan rumus:

100 × =

soal seluruh Jumlah

benar jawaban Jumlah

NilaiSiswa

(Slameto,2001:189)

5. Nilai rata-rata siswa dicari dengan rumus sebagai berikut:

N X

X =

(Subino,1987:80) Keterangan :

(4)

65

6 Untuk penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut:

% �����������������

= �����ℎ����������������ℎ

�����ℎ��������� � 100% (Majid, 2009:268)

e. Ketentuan persentase ketuntasan belajar kelas

%

Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari: hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai KKM secara individual dan 85% secara klasikal.

III Hasil Penelitian Dan Pembahasan

A Hasil Penelitian

Masalah-masalah dalam pembelajaran akan diperbaiki dengan menerapkan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau cooperatif learning (Lie. 1995:22).

Berdasarkan hasil diskusi bersama pembimbing dari LPMP Sumut dan UNIMED dipilihlah Model Kooperatif Tipe Grup Investigasi sebagai pemecahan masalah peneliti .Dalam model ini guru hanya berperan sebagai mediator, fasilitator, dan pemberi kritik yang bersahabat. Seyogianya guru membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap: (a) tahap pemecahan masalah; (b) tahap pengelolaan kelas; (c) tahap pemaknaan secara perorangan. Ditempuhnya tiga tahapan tersebut, diharapkan proses pembelajaran dapat menghasilkan proses belajar yang lebih baik dan siswa lebih menyeluruh dalam mendalami materiyang disampaikan oleh guru.

Data mengindikasikan siswa tidak belajar di rumah sebelum mempelajari materi baru di sekolah. Penerapan pembelajaran grup investigasi (GI) diharapkan dapat

menumbuhkan motivasi dan aktivitas belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa dengan meningkatkan keaktifan siswa dan kerjasama kelompok pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Sebelum memulai siklus I maka terlebih dahulu di adakan pretes untuk menguji kemampuan awal siswa.Dan soal tersebut akan diujikan kembali setelah berakhirnya siklus I dan II. Data nilai kognitif tes kemampuan awal siswa dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Distribusi Hasil Pretes

Nilai Frekuensi Rata-rata

15 1

Data hasil pretes ini dapat disajikan dalam grafik histogram pada Gambar 4.1 berikut ini.

Gambar .4.1 Grafik Data Hasil Pretes

Siklus I

Tahap Observasi

• Data Hasil Belajar Siswa

Akhir Siklus I dilakukan tes hasil belajar atau disebut Formatif I, dengan data dapat dilihat Pada Tabel Merujuk pada kesimpulan ini guru sebagai peneliti berusaha memperbaiki proses dan hasil belajar siswa Melalui Model

(5)

66

Pembelajaran Tutor Sebaya. Hasil belajar yang diperoleh pada Siklus I selama dua pertemuan disajikan dalam Tabel berikut:

Tabel 1. Distribusi Hasil Formatif I

Nilai Frek

uensi

Tuntas Individu

Tuntas Kelas

Nilai rata-rata

50 9 -

55% 74

67 9 -

83 17 17

100 5 5

Jumlah 40 22

Nilai rata-rata kelas adalah 74. Data hasil formatif I ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik data hasil Formatif I • Data Aktivitas Belajar Siswa

Setelah guru selesai menyajikan materi pembelajaran, maka siswa disuruh bekerja berkelompok untuk mengerjakan LKS. Siswa bekerja dalam kelompok, peneliti memberikan instrument aktivitas siswa kepada pengamat. Untuk merekam aktivitas siswa dilakukan oleh dua pengamat sesuai dengan instruksi oleh peneliti. Kedua pengamat melakukan pengamatan selama 4 kali atau Siklus I dan Siklus II. Hasil rekaman yang dilakukan oleh kedua pengamat diserahkan kembali kepada peneliti. Hasil analisis rekaman aktivitas siswa

dari kedua pengamat selama 4 kali dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Skor aktivitas belajar siswa

Siklus I

No Aktivitas Jumlah Rata-Rata

Proporsi

1

Menulis,

membaca 83 21 42 %

2 Mengerjakan 50 13 25 %

3

Bertanya

pada teman 26 7 13 %

4

Bertanya

pada guru 29 7 15 %

5

Yang tidak

relevan 12 3 6 %

Data pada Tabel 2 dapat disajikan dalam bentuk diagram batang atau histogram sesuai Gambar 2.

Gambar 2. Grafik aktivitas siswa Siklus I

Refleksi dan Tindakan Perbaikan

Setelah siklus I dengan 2 KBM dilaksanakan, maka peneliti melakukan refleksi. Dari hasil tes belajar siswa terjadi peningkatan. Pada pretes tidak seorangpun siswa lulus KKM yang ditetapkan, tetapi pada siklus I meningkat menjadi 55% siswa lulus KKM tetapi peningkatan belum seperti yang diharapkan peneliti karena belum mencapai 85%. Hal ini di karenakan sebagai berikut:

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

NILAI FORMATIF I

50 67 83 100

0 10 20 30 40 50

Aktivitas Belajar Siklus I 42

25

13 15 6

Menulis, Membaca

Mengerjakan LKS

bertanya Kepada Teman

Bertanya Kepada Guru

(6)

67

a. Kerjasama siswa dalam kelompok masih belum optimal, masih banyak siswa yang pasif. Mereka memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mengerjakan, yang lainnya hanya bergantung pada temannya. Hal ini dikarenakan siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

b. Beberapa orang siswa menggangu dalam pelaksanaan diskusi. Mereka mengajak teman satu kelompoknya mengobrol, sehingga siswa kurang serius dalam melakukan diskusi kelompok.

c. Guru belum menggunakan media yang menarik dalam pembelajaran

d. Peranan guru masih dominan dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini memposisikan siswa sebagai pendengar. e. Siswa belum memahami cara belajar

dengan model pembelajaran grup investigasi

Kelemahan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II dengan melakukan tindakan-tindakan. Peneliti kemudian berdiskusi dengan teman sejawat peneliti (yang mengajar mata pelajaran yang sama), nara sumber dari LPMP dan UNIMED. Adapun tindakan-tindakan perbaikan yang diterapkan pada pelaksanaan siklus II dari hasil refleksi dan diskusi peneliti dengan teman sejawat, tutor dari LPMP dan UNIMED yakni sebagai berikut:

a. Sebelum menerapkan pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi peneliti memberikan pengarahan secara detail kepada siswa tentang prosedur pelaksanaan penerapan model pembelajaran grup investigasi serta tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa tidak bingung dalam pelaksanaan pembelajaran dan mudah untuk mengikuti pembelajaran. b. Guru mengupayakan media pembelajaran

untuk lebih memotivasi dan merangsang siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Media yang diupayakan oleh peneliti yakni kertas karton dengan konsep materi yang akan disampaikan, peta wilayah Indonesia dengan ukuran yang besar.

c. Guru memberikan peringatan agar setiap siswa mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok. Bagi siswa yang tidak

mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok, akan dikurangi nilainya. d. Untuk meningkatkan keaktifan dan

kerjasama siswa dalam kelompok, Peneliti memberikan peringatan bahwa, jika terdapat siswa yang membuat gaduh, tidak mengikuti pelaksanaan dengan seksama, maka akan dicatat dan akan mempengaruhi nilai siswa (semua siswa dalam kelas mendengarkan informasi dari guru dan tenang).

e. Peneliti memberikan perhatian terhadap siswa yang membuat gaduh, dengan begitu siswa yang membuat gaduh tersebut akan lebih tenang, sehingga proses pembelajaran akan berjalan lancar.

f. Guru mengganti kelompok belajar siswa, agar setiap kelompok heterogen kemampuannya.

Siklus II

Tahap Observasi

• Data Hasil belajar siswa

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II datanya dapat dilihat Pada Tabel 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi Hasil Formatif II

Nilai Freku

ensi

Tuntas Individu

Tuntas Kelas %

Nilai rata-rata

57 5 -

87,5% 82,6

86 25 25

100 10 10

Jumlah 40 35

(7)

68

Gambar 3. Grafik data hasil Formatif II • Data Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Matematika dengan Materi Bangun datar dan Pola barisan yang paling dominan adalah aktivitas mengerjakan, bertanya kepada guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Penskoran dilakukan dan dijabarkan dalam data berupa Tabel aktivitas oleh pengamat I dan II untuk siklus II sebagai berikut:

Tabel 4. Skor aktvitas belajar siswa

Siklus II

No Aktivitas Jumlah Rata-Rata

Presentase

1

Menulis,

membaca 57 14 28,5%

2 Mengerjakan 84 21 42%

3

Bertanya

pada teman 38 10 19%

4

Bertanya

pada guru 13 3 6,5%

5

Yang tidak

relevan 8 2 4%

Jumlah 200 50 100%

Data pada Tabel 4.4 dapat disajikan dalam bentuk diagram batang atau histogram sesuai Gambar 4.

Gambar 4. Grafik aktivitas siswa Siklus II

Refleksi dan Tindakan Perbaikan

Merujuk pada tabel-tabel hasil tes yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dilihat baik nilai rata-rata tes siswa maupun ketuntasan

klasikalnya mengalami peningkatan.Peningkatan hasil belajar siklus I

dan siklus II tersebut juga telah mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan.Dengan demikian KBM siklus I dan KBM siklus II telah berhasil memberikan ketuntasan belajar secara kasikal.

B Pembahasan

Sebelum melaksanakan silkus I terlebih dahulu dilakukan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Merujuk pada Tabel 4.1 tentang pretes, maka nilai rata-rata sebesar 45 belum tuntas dan semua siswa tidak memperoleh nilai tuntas atau ketuntasanklasikal 0%. Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan, dapat dikemukakan dua hal pokok yang perlu diatasi, yaitu menumbuhkan aktivitas siswa untuk belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan cara mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Grup Investigasi.

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang dibuat, siklus I direncanakan dalam dua kali pertemuan. Untuk

0 5 10 15 20 25

Fr

e

k

u

e

n

s

i

57 86 100

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Aktivitas Belajar Siklus II

28.5 42

19

6.5 4

(8)

69

pertemuan pertama, guru mulai menerapkan meodel pembelajaran kooperatif Grup Investigasi(GI). Untuk diskusi pada siklus I setiap kelompok diberikan soal yang sama. Hal ini bertujuan agar pada saat dipresentasikan salah satu kelompok kedepan, kelompok yang lain dapat memperhatikan dan meinvestigasi jawaban yang benar. Setiap kelompok berdiskusi dan menginvestigasi jawaban masing-masing.

Guru memberikan waktu untuk masing-masing kelompok berdiskusi, setelah selesai kemudian jawaban dikumpulkan kedepan. Guru menyuruh salah satu kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan hasil investigasinya, seluruh siswa fokus pada pekerjaan yang dikerjakan didepan kelas. Selanjutnya setiap siswa pada setiap kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk mengajukan pertanyaan, pendapat ataupun tanggapan atas hal-hal yang belum dipahami. Seluruh KBM dilakukan dengan cara yang sama.

Merujuk pada Tabel 4.2, nilai terendah formatif I adalah 50 dan tertinggi adalah 100. Kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan adalah 70 sehingga meskipun nilai rata-rata sebesar 74 telah mancapai ketuntasan namun, 18 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau tidak tuntas, dengan demikian ketuntasan klasikal adalah sebesar 55%. Kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan adalah 85% siswa memperoleh nilai dibawah KKM, dan ini menunjukkan siklus I tidak berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Rendahnya nilai formatif 1 di atas, disebabkan hal-hal sebagai berikut:

a. Kerjasama siswa dalam kelompok masih belum optimal, masih banyak siswa yang pasif. Mereka memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mengerjakan, yang lainnya hanya bergantung pada temannya. Hal ini dikarenakan siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

b. Beberapa orang siswa menggangu dalam pelaksanaan diskusi. Mereka mengajak teman satu kelompoknya mengobrol, sehingga siswa kurang serius dalam melakukan diskusi kelompok.

c. Guru belum menggunakan media yang menarik dalam pembelajaran

Kelemahan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II dengan melakukan tindakan-tindakan. Peneliti kemudian berdiskusi dengan teman sejawat peneliti (yang mengajar mata pelajaran yang sama), nara sumber dari LPMP dan UNIMED. Adapun tindakan-tindakan perbaikan yang diterapkan pada pelaksanaan siklus II dari hasil refleksi dan diskusi peneliti dengan teman sejawat, tutor UNIMED yakni sebagai berikut:

a. Sebelum menerapkan pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi peneliti memberikan pengarahan secara detail kepada siswa tentang prosedur pelaksanaan penerapan model pembelajaran grup investigasi serta tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa tidak bingung dalam pelaksanaan pembelajaran dan mudah untuk mengikuti pembelajaran. b. Guru mengupayakan media pembelajaran

untuk lebih memotivasi dan merangsang siswa lebih aktif dalam pembelajaran. c. Guru memberikan peringatan agar setiap

siswa mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok. Bagi siswa yang tidak mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok, akan dikurangi nilainya. d. Untuk meningkatkan keaktifan dan

kerjasama siswa dalam kelompok, Peneliti memberikan peringatan bahwa, jika terdapat siswa yang membuat gaduh, tidak mengikuti pelaksanaan dengan seksama, maka akan dicatat dan akan mempengaruhi nilai siswa (semua siswa dalam kelas mendengarkan informasi dari guru dan tenang).

e. Peneliti memberikan perhatian terhadap siswa yang membuat gaduh, dengan begitu siswa yang membuat gaduh tersebut akan lebih tenang, sehingga proses pembelajaran akan berjalan lancar.

f. Guru mengganti kelompok belajar siswa, agar setiap kelompok heterogen kemampuannya.

(9)

70

ketuntasan atau tidak tuntas, dengan demikian ketuntasan klasikal adalah sebesar 87,5%. Kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan adalah 85% siswa memperoleh nilai sama dengan atau di atas KKM. Sehingga nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus II berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas.

Secara keseluruhan hasil belajar siswa meningkat dari pretes, formatif II, sampai formatif II. Namun peningkatan yang terjadi baik pada siklus I maupun pada siklus II masih meninggalkan beberapa siswa yang belum tuntas hasil belajarnya. Kodisi ini muncul karena berbagai kendala yang muncul dari beberapa siswa tersebut dalam pembelajaran.

Penting dalam catatan peneliti bahwa pembelajaran dapat di perbaiki dengan lebih menekankan pembimbingan. Namun harus dengan persentase yang seimbang pada setiap siklusnya agar hasil belajar siswa dapat mencapai ketuntasan. sesuai yang diungkapkan (Slawin, 1994) bahwa dalam pembelajaran penemuan siswa juga belajar pemecahan masalah secara mandiri dan keterampilan berfikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi Namun dalam proses penemuan ini siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (Ratumanari, 2002).

Hasil belajar siklus II cukup memuaskan dan berhasil meski masih meninggalkan lima orang siswa dengan nilai tidak tuntas. Beberapa data hasil observasi aktivitas dapat menjadi pembanding data hasil belajar tersebut diantaranya:

1. Aktivitas individual menulis dan membaca mulai dapat ditekan pada siklus I sebesar 42% menjadi 28,5%, namun proporsinya masih tinggi.

2. Aktivitas Mengerjakan LKS dalam kelompok mengalami peningkatan proporsi yang cukup berarti pada siklus I sebesar 25% menjadi 42% yang menunjukkan siswa lebih aktif mengerjakan LKS dan berdiskusi dari pada membaca, hal ini

mengindikasikan siswa telah memiliki persiapan sebelum mengikuti pelajaran di sekolah.

3. Aktivitas ketergantungan dengan bertanya pada guru justru mengalami penurunan dari 15% menjadi 6,5%. Hal ini diakibatkan siswa merasa sangat ingin tau sehingga menimbulkan ketergantungan yang lebih tinggi dari siklus pertama dengan guru. 4. Bertanya pada teman meningkat dari 13%

menjadi 19%. meeningkatnya aktivitas bertanya pada teman tidak sesuai dengan harapan peneliti. Penurunan aktivitas bertanya pada teman mengindikasikan bahwa siswa kurang mampu berpikir secara mandiri, sehingga siswa merasa bahwa guru yang mampu membimbingnya, siswa tidak berinteraksi secara intensif dengan teman satu kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan, tapi lebih menggantungkan diri pada guru.

5. Aktivitas tidak relevan dengan KBM mengalami penekanan, pada siklus I sebesar 6% menjadi 4% pada siklus II.

IV Kesimpulan Dan Saran

A Kesimpulan

Setelah data-data tes hasil belajar siswa terkumpul kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antara lain:

1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigasi pada siklus I mencapai rata-rata 74 dengan ketuntasan klasikal 55% dan siklus II mencapai 86 dengan ketuntasan klasikal 87,5%. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal tercapai pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V-A SD Negeri 105267 Sei. Mencirim Tahun Pelajaran 2013/2014.

(10)

71

II, aktivitas menuli,membaca sebesar 28,5%, berdiskusi dan mengerjakan LKS sebesar 42%, bertanya pada teman sebesar 19%, bertanya pada guru sebesar 6,5%, yang tidak relevan dengan KBM sebesar 4%. Data tersebut menunjukan bahwa aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus I menjadi lebih aktif pada siklus II.

B Saran

Setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama empat kali atau disebut dua Siklus maka perlu saran agar pengguna atau yang memanfaatkan LKS di sekolah benar-benar bermanfaat sesuai dengn tujuan penelitian.

1. Lembar kerja siswa alat/bahan atau materi sesuaikan kondisi daerah masing-masing. 2. Selama kerja kelompok agar pemanfaatan

LKS benar-benar di arahkan agar tujuan pembelajaran tercapai.

Pemanfaatan LKS dapat digunakan guru-guru agar siswa termotivasi selama bekerja dalam kelompok

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib, Zainal. (2006).Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Ginting, Rosmari. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Dalam Peningkatan Aktivitas Belajar IPS Siswa Di Kelas V-A SD Negeri 105267 Sei. Mencirim. Medan

Haryanto. (2004). Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Penerbit Erlangga. Jakarta. Ibrahim, M., dkk. (2000). Pembelajaran

kooperatif. Penerbit Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Isjoni, H. (2009). Cooperatif Learning Efektifetas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Lie, A. (2004). Cooperatif Learning Memperaktekkan Cooperatif Learning

di Ruang-Ruang Kelas. Penerbit PT Grasindo. Jakarta.

Mulyasa. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penerbit PT Remaja Resdakarya. Bandung.

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Ridwan, Sudiran. (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Cipta Pustaka Media Perintis, Bandung

Sagala. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Pendidikan, Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Syah, M. (2003). Psikologi Pendidikan.

Rajagrafindo persada. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Data Nilai Ulangan Harian I IPS Kelas V
grafik histogram pada Gambar 4.1 berikut ini.
Gambar 2. 50
Tabel 3.  Distribusi Hasil Formatif II
+2

Referensi

Dokumen terkait

3.5.10 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan memfasilitasi tersedianya pendidikan klinik bagi mahasiswa yang terdiri atas rumah sakit pendidikan dan sarana pelayanan

Adanya sikap ”merendah” dengan tidak menyebut dengan istilah undang-undang karena belum mendapat persetujuan dari DPR, melainkan ” Peraturan Pemerintah yang mengganti

Adapun kelayakan usaha Aspek-aspek yang akan dikaji dalam pengembangan usaha pada Yoyok Fish Farm meliputi aspek non finansial yang meliputi aspek teknis, aspek manajemen,

JARING- JARING BALOK Jika suatu balok diiris (digunting) pada tiga buah rusuk alasnya dan atasnya, serta satu buah rusuk tegaknya, kemudian direbahkan sehingga

Berdasarkan pemaparan, penulis meyimpulkan bahwa pertimbangan Mahkamah Agung dalam menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van alle

Based on Diagram 3, plan a laboratory experiment to compare the effectiveness of cleaning agent X and cleaning agent Y in hard water. You are required to give a name of cleaning agent

Nilai kepuasan ini terletak pada rentang negatif, yang menandakan harapan pasien lebih besar daripada kenyataan yang dirasakan, keadaan ini menyebabkan kualitas pelayanan

Penulisan Ilmiah ini, menerangkan pembuatan website Adam Cell dengan menggunakan bahasa pemrograman script server side PHP (Personal Home Page) agar informasi pada situs dapat