• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Ojk Dalam Melakukan Pengaturan Dan Pengawasan Terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fungsi Ojk Dalam Melakukan Pengaturan Dan Pengawasan Terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

A. Latar Belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

Awal pembentukan Otoritas Jasas Keuangan berawal dari adanya

keresahan dari berbagai pihak dalam hal fungsi pengawasan Bank Indonesia. Ada

tiga hal yang melatarbelakangi pembentukan OJK yaitu perkembangan industri

sektor jasa keuangan di Indonesia, permasalahan lintas sektoral industri jasa

keuangan dan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank

Indonesia (selanjutnya disebut UU BI).23 Mandat pendirian OJK berawal dari

krisis moneter tahun 1997-1998 yang memaksa Indonesia menandatangani Letter

of Intent (LOI) dengan IMF. Salah satu butir LOI tersebut menyebutkan perlunya

badan independen sebagai pengawas sektor keuangan.24

Kondisi ekonomi yang kacau karena krisis tersebut membuat pemerintah

lebih berhati-hati dalam membuat suatu keputusan.Salah satu cara yang dilakukan

pemerintah untuk menghindari terulangnya krisis ekonomi seperti pada 1997-1998

adalah dengan membentuk suatu lembaga pengawasan independen yang bernama Krisis moneter yang

terjadi pada Indonesia tahun 1997-1998 berpengaruh besar terhadap pembentukan

OJK. Krisis ekonomi pada 1997-1998 memberikan pelajaran yang sangat berarti

bagi perekonomian Indonesia.

23

Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm. 36. 24

(2)

OJK.25 OJK adalah lembaga negara yang berfungsi menyelenggarakan

sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan

kegiatan didalam sektor jasa keuangan.OJK merupakan lembaga yang bersifat

independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,

tugas dan wewenang pengaturan,pengawasan,pemeriksaan dan penyidikan.26

Alasan pembentukan OJK antara lain adalah makin kompleks

danbervariasinya produk jasa keuangan, munculnya gejala konglomerasi

perusahaan jasa keuangan dan globalisasi industri jasa keuangan. Disamping itu,

salah satu alasan rencana pembentukan OJK adalah karena pemerintah

beranggapan Bank Indonesiasebagai Bank Sentral telah gagal dalam mengawasi

sektor perbankan. Kegagalan tersebut dapat dilihat pada saat krisis ekonomi

melanda Indonesia mulaipertengahan tahun 1997, sejumlah bank yang ada pada

saat itu dilikuidasi.

Bisa

dikatakan bahwa peran Bapepam-LK untuk melakukan pengawasan secara ketat

terhadap lembaga keuangan seperti perbankan, pasar modal, reksadana,

perusahaan pembiayaan dan dana pensiun.

27

Jika UU OJK disahkan, maka otomatis tugas, fungsi dan wewenang

pembinaan dan pengawasan atas sektor jasa keuangan beralih ke institusi baru

yang disebut OJK. Sebagian pengawasan terhadap Dirjen Lembaga

Keuangan,pasar modal, Badan Pengawas Pasar Modal dan institusi pemerintah

lain yang memang mengawasi lembaga pengelola dana masyarakat otomatis akan

beralih ke OJK. Pembentukan OJK harus dipahami sebagai suatu challenge yang

25

Totok Budisantoso, dkk Op.Cit., hlm. 47. 26

Ibid.

27

(3)

besar dan memerlukan beberapa prakondisi atau prasyarat, seperti: Pertama,

perubahan itu tidak dilakukan pada saat sistem keuangannya belum kuat. Semua

lembaga keuangan saling terkait, asuransi, perbankan dan sebagainya. Kedua,

berkaitan dengan bagaimana pembiayaan OJK. Ketika OJK dikatakan sebagai

lembaga yang independen maka tidak bergantung kepada pihak yang diawasinya.

Rencana sekarang, OJK itu dari yang diawasinya. Memang ada contoh seperti itu.

Di Inggris Financial Services Authority (FSA) dibiayai oleh iuran dari bank-bank,

asuransi dan lembaga keuangan yang diawasinya.28

28

Afika Yumya Syahmi, Pengaruh Pembentukan Pengawasan Lembaga Perbankan Suatu Kajian Terhadap Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, Skripsi Sarjana (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004), hlm. 33.

Otoritas Jasa Keuangan awalnya dirancang oleh Darmin Nasution ketika

menjabat Dirjen Lembaga Keuangan di Departemen Keuangan bersama stafnya

seperti Firdaus Djaelani yang saat ini menjadi salah satu komisioner OJK. Sebuah

bank atau multifinance, asuransi danjuga dana pensiun harus mendapat izin dari

Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan untuk berdiri. Bank harus mendapat ijin

juga dari Dirjen Lembaga Keuangan walaupun sudah mendapatkan izin dari Bank

Indonesia. Pada sisi lain, Bapepam sebagai sebuah lembaga keuangan yang

levelnya sama dengan Dirjen Lembaga Keuangan dan juga keduanya dibawah

lingkup Departemen Keuangan telah berdiri pengawasan pasar modal.

Berdasarkan kajian dan diskusi di Departemen Keuangan atau juga agenda politik

tersendiri untuk mengebiri kekuasaan Bank Indonesia maka perlu adanya lembaga

yang mengawasi keuangan termasuk perbankan. OJK ini dirancang sehingga

digabungkan Bapepam dan Dirjen Lembaga Keuangan yang dikenal

(4)

Ketua Lembaga ini ditunjuk Menteri Keuangan yaitu Darmin Nasution

sendiri dimana penunjukan ini dihartapkan mempercepat terjadinya Otoritas Jasa

Keuangan.29

Fungsi pengawasan dalam OJK dan pengaturan dibuat terpisah. Akan

tetapi meskipun OJK memiliki fungsi pengaturan dan pengawasan dalam satu

tubuh, fungsinya tidak akan tumpang tindih sebab OJK secara organisatoris akan

terdiri atas tujuh dewan komisioner. Ketua dewan komisioner akan membawahkan

tiga anggota dewan komisioner yang masing-masing mewakili perbankan, pasar

modal dan Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB). Kewenangan pengawasan

perbankan oleh Bank Indonesia akan dikurangi namun Bank Indonesia masih

mendampingi pengawasan. Kalau selama ini mikro dan makro prudensialnya di

Bank Indonesia, nanti OJK akan fokus menangani mikro prudensialnya.

Para pakar ekonomi mengemukakan pendapat mengenai OJK, bahwa

OJK dibentuk guna mengantisipasi kompleksitas sistem keuangan global. Sektor

keuangan memperkuat fondasi, daya saing dan stabilitas perekonomian nasional.

Pembentukan OJK diperlukan guna mengatasi kompleksitas keuangan global dari

ancaman krisis. Di sisi lain, pembentukan OJK merupakan komitmen pemerintah

dalam reformasi sektor keuangan di Indonesia. Pemerintah mempunyai komitmen

tinggi dan menjalankan mandat untuk melakukan reformasi di sektor

keuangan.Dengan melihat kehadiran OJK nantinya dapat dimaksudkan untuk

menghilangkan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) yang selama ini

cenderung muncul.

30

29

Adler Haymans Manurung, Otoritas Jasa Keuangan : Pelindung Investor Introduksi

(Jakarta: PT Adler Manurung Press, 2013), hlm. 3.

Dalam

30

(5)

pembentukan OJK yang mandiri/independen dilakukan berlandaskan asas-asas

yaitu :

1. Independesi, yakni inidependen dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang OJK dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kepastian hukum, yakni suatu azas dalam negara hukum yang lebih mengutamakan landasan peraturan peundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan OJK.

3. Kepentingan umum, yakni azas yang membela dan melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum.

4. Keterbukaan, yakni azas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, juur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan OJK dengan tetap memperhatikan perlindungan hak asasi pribadi dan golongan serta rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

5. Integritas, yakni azas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK.

6. Akuntabilitas, yakni azas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan OJK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk pada tanggal 22 November 2011 di

Indonesia Undang-undang mendefinisikan bahwa OJK adalah lembaga yang

independen dalam menjalankan tugasnya, bebas dari campur tangan pihak lain

kecuali untuk hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang.Pembentukan

OJK dimaksudkan sebagai lembaga independen yang mengawasi sektor jasa

keuangan Indonesia,untuk memperkuat akuntabilitas, transparansi, dan

kredibilitasBank Indonesia tanpa mengurangi makna independensi lembaga

(6)

sebab OJK berperan meningkatkan pengawasan terhadap lembaga keuangan

menjadi lebih baik.31

Ada tiga fungsi pengawasan sektor keuangan yaitu pengawasan terhadap

macroprudential, pengawasan microprudential32

1. Inggris

danpengawasan aktifitas bisnis.

Pengawasan ini bertujuan untuk menciptakan peraturan agar semua pihak yang

beraktifitas di sektor keuangan dapat memahami yang dilakukannya, sebelum

membahas mengenai pengertian OJK di Indonesia, maka sebaiknya dibahas

mengenai OJK di beberapa negara.

Pengawasan sektor keungan di Inggris awalnya diatur berbagai lembaga

dimana bank sentral Inggris hanya bertanggung jawab melakukan regulasi

terhadap bank. Sebelumnya, ada sembilan lembaga yang mengawasi aktifitas

sektor keuangan dan kemudian disatukan menjadi United KingdomFinancial

Service Agency(selanjutnya disebut UK FSA). UK FSA merupakan lembaga

yang paling dominan dalam regulasi keuangan dan bekerja sama dengan

Bank Of England dan HM Treasury untuk mengelola sistem keuangan dan

memperbaiki struktur internal yang begitu kompleks didasarkan pada

kombinasi regulasi oleh atifitas sektor keuangan dan konsumen.33

2. Amerika Serikat

31

Agus Darmawan. 2014. ‘’Perfektif Law As An Allocative System Undang-Undang OJK)’’ Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8, no 3 Juli-September 2014, hlm 389

32

Microprudential adalah satu peraturan dimana adaya ekuilibrium parsial dalam suatu konsepsi tertentu dan yang bertujuan untuk mencegah kegagalan anggaran terhadap lembaga keuangan secara individual. Sebaliknya, pendekatan makroprudensial mengakui bahwa secara umum, efek ekuilibrium memiliki peranan penting dan hal tersebut digunakan sebagai sistem pengamanan terhadap sistem financial secara keseluruhan Sebagai buntut dari adanya krisis, maka muncul adanya kesepakatan antara para akademisi dan pembuat kebijakan mengenai regulasi keuangan yang perlu diarahkan ke arah makroprudensial.

33

(7)

Lembaga federal bertanggung jawab terhadap regulasi keuangan yang

masing-masing membuat regulasi untuk sektor tertentu dari sistim keuangan

seperti lembaga depositori (bank, credit union dan thrifts), futures dan

sekuritas. Amerika Serikat mempunyai 5 (lima) lembaga federal yang

berbeda dimana kelima lembaga berbagi (sharing) atas kekuasaan untuk

regulasi lembaga depositori. Adapun lembaga tersebut yaitu Office of the

Comptroller of Currency (OCC), the Federal Reserve sebagai Bank Sentral,

Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), the Office oh Thrift

Supervision 9 OTS dan National Credit Union Administration (NCUA).34

3. Australia

Australia menerapkan model twin peaks dalam mengatur atau mengawasi

sektor keuangannya. Negara ini merupakan salah satu negara yang cukup

baik dan contoh menerapkantwin peaks. Adapun model twin peaksmaksudnya

bahwa pengawasan sektor keuangan dilaksanakan dua lembaga yang diatur

sedemikian rupa agar pengawasan berjalan dengan baik. Kedua lembaga yang

mengawasi sektor keuangan yaitu Australian Securities dan Investment

Commision (ASIC) dan Australian Prudential Regulatory Authority (APRA).

Kekuasaan ASIC termasuk kemampuan mencegah dan memberikan saksi

kepada perusahaan dan profesional keuangan sedangkan APRA menjadi

lembaga yang membuat regulasi dan mengawasi lembaga penerima deposito

(lembaga bukan bank), asuransi dan jasa dana pensiun.35

B. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan

34

Ibid., hlm. 18. 35

(8)

Pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menurut Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 1 angka (1) yaitu:

“Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini”.36

Sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan pengaturan di sektor jasa

keuangan. Secara kelembagaan, Otoritas Jasa Keuangan berada di luar

Pemerintah, yang dimaknai bahwa Otoritas Jasa Keuangan tidak menjadi bagian

dari kekuasaan Pemerintah.OJK merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang

memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lainnya, yakni otoritas

moneter dan otoritas fiskal.

Dengan berlakunya undang-undang tersebut segala tugas sebagai regulator

dan pengawas di sektor keuangan diambil alih oleh lembaga Otoritas Jasa

Keuangan yang menggantikan kedudukan BAPEPAM-LK di sektor pasar modal

dan Bank Indonesia di sektor perbankan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5

undang-undang ini “OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan

pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa

keuangan”.

37

36

Ibid. 37

Wiwin Sri Rahyani. 2012. ‘’ Independensi Otoritas Jasa Keuangan dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OtoritasJasa Keuangan’’. Jurnal Legislasi Indonesia, volume 9, Nomor 3, Oktober 2012.

Namun, tidak menutup kemungkinan adanya

unsur-unsur perwakilan Pemerintah karena pada hakikatnya Otoritas Jasa Keuangan

merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang memiliki relasi dan keterkaitan

yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal dan moneter. Oleh

karena itu, lembaga ini melibatkan keterwakilan unsur-unsur dari kedua otoritas

(9)

koordinasi, kerja sama, dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan

sektor jasa keuangan.38

C. Tujuan dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan

dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor

jasa keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan

non-bank seperti asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa

keuangan lainnya.39

1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel;

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan

di dalam sektor jasa keuangan:

2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan

stabil;

3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.40

Pembentukan OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa

keuangan secara menyeluruh sehingga meningkatkan daya saing perekonomian.

Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional seperti sumber daya

manusia, pengelolaan, pengendalian dan kepemilikan di sektor jasa keuangan

dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi. OJK dibentuk dan

38

Ibid.

39

Otoritas Jasa Keuangan, FAQ Otoritas Jasa Keuangan 2017).

40

(10)

dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi

independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi dan kewajaran

(fairness).41

1. membuat peraturan di bidang jasa keuangan;

Tujuan pembentukan OJK ini agar BankIndonesia fokus kepada

pengelolaan moneter dan tidak perlu mengurusi pengawasan bank karena bank itu

merupakan sektor dalam perekonomian. Untukmencapai tujuan, OJK punya

kewenangan yang luas yaitu:

2. memberi dan mencabut izin persetujuan dan lain-lain, memperolehlaporan

periodik dan informasi industri jasa keuangan;

3. mengenakan sanksi administratif dan melakukan pemeriksaan ;

4. melakukan penyidikan atas pelanggaran undang-undang;

5. memberikan arahan atau perintah tertulis;

6. menunjuk pengelolaan statuter, mewajibkan pengalihan usaha demi

menjaga kepentingan nasabah;

7. mencegah kejahatan di bidang keuangan dan mengatur

pengendalianlembaga keuangan.42

Negara telah mendirikan beberapa lembaga yang bertujuan untuk

melindungi rakyatnya dari keinginan berbagai pihak yang mempunyai keinginan

41

Otoritas Jasa Keuangan, FAQ Otoritas Jasa Keuangan 2017).

42

(11)

tidak benar. Sehingga, lembaga yang dibangun juga mempunyai fungsi termasuk

OJK. Berdasarkan UU OJK yang dituangkan dalam beberapa pasal, disebutkan

fungsi dari OJK.43

1. Integritas

Nilai StrategisOJKadalah :

Bertindak objektif, adil dan konsisten sesuai dengan kode etik dan kebijakan

organiasi dengan menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen.

2. Profesionalisme

Bekerja dengan penuh tanggung jawab berdasarkan kompetensi yang tinggi

untuk mencapai kinerja terbaik.

3. Sinergi

Berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik internal mauppun

eksternal secara produktif dan berkualitas.

4. Inklusif

Terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan serta

memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap industri keuangan

5. Visioner

Memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat kedepan (forward

looking) serta dapat berpikir diluar kebiasaan (out of the box thinking).44

D. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Lembaga Jasa Keuangan Lainnya

43

Adler Haymans Manurung , Op.Cit., hlm. 6. 44

(12)

Negara telah mendirikan beberapa lembaga yang bertujuan untuk

melindungi rakyatnya dari keinginan berbagai pihak yang mempunyai keinginan

tidak benar. Berdasarkan ketentuan Pasal 34 UU BI beserta penjelasannya dapat

disimpulkan bahwa OJK akan bertugas mengawasi bank, lembaga-lembaga usaha

perasuransian, lembaga lembaga usaha pasar modal, dana pensiun,

lembaga-lembaga usaha pembiayaan modal ventura dan lembaga-lembaga-lembaga-lembaga yang mengelola

dana masyarakat. Dengan demikian OJK akan mengambil alih sebagian tugas dan

wewenang Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, Badan

Pengawas Pasar Modal dan instirusi institusi pemerintah lain yang selama ini

mengawasi lembaga pengelolaaan dana masyarakat.45 Berdasarkan UU OJK yang

dituangkan dalam beberapa pasaldisebutkan fungsi dari OJK. Adapun fungsi dari

OJK sebagai berikut :46

OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan

yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa

keuangan.47Indenpendensi merupakan faktor utama yang harus diperhatikan

dalam mendesain sebuah truktur regulasi yang tepat untuk Indonesia, terutama

Indepndensi dari pengaruh politik kepentingan yang masih menjadi momok di

Indonesia.48

Terintegrasi maksudnya adalah bahwa sistem yang dibangun oleh OJK,

Bank Indonesiadan Lembaga Penjamin Simpanan saling terhubung satu sama lain

45

Tim Penyusun Rancangan Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan&Persiapan Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, Naskah Akademik Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta Februari 2002, hlm.13.

46

Adler Haymans Manurung , Op.Cit., hlm. 6. 47

Pasal 5 Undang-Undang no 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 48

(13)

sehingga setiap institusi dapat saling bertukar informasi dan mengakses informasi

perbankan yang dibutuhkan setiap saat (timely basis), informasi tersebut meliputi

informasi umum dan informasi khusus tentang bank, laporan keuangan bank,

laporan hasil pemeriksaan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia, Lembaga

Penjamin Simpanan atau oleh OJK, dan informasi yang lain dengan tetap menjaga

dan mempertimbangkan kerahasiaan informasi sesuai dengan ketentuan

Perundang-Undangan. OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan

terhadap:

a. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;

b. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan

c. kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga

pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya.49

Lembaga jasa keuangan lainnya adalah pegadaian, lembaga

penjaminan,lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan

sekunder perumahan dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana

masyarakat yang bersifat wajib meliputi penyelenggara program jaminan sosial,

pensiun dan kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Perundang-Undangan mengenai pergadaian, penjaminan,lembaga pembiayaan ekspor

Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan dan pengelolaan dana

masyarakat yang bersifat wajib serta lembagajasa keuangan lain yang dinyatakan

diawasi oleh OJK berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan.50

49

Pasal 6 Undang-Undang no 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 50

Pasal 1 angka 10 Undang-Undang no 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

BPJS kesehatan

(14)

termasuk dalam cakupan OJK yang mempunyai wewenang untuk melakukan

pengawasan terhadap lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana

masyarakat yang bersifat wajib, meliputi penyelenggara program jaminan sosial

yang dimaksud dalam UU OJK.

Peraturan merupakan suatu rangkaian aturan yang diterbitkan lembaga

yang mengatur untuk diikuti oleh berbagai pihak dalam beroperasi. Peraturan

tersebut dapat bersifat konstitutif dan regulatif. Peraturan yang konstitutif yaitu

menciptakan dan mendefinisikan bentuk perilaku yang baru. Sementara peraturan

yang regulatif yaitu regulasi yaitu regulasi yang dibuat terlebih dahulu atau bentuk

perilaku yang secara bebas. 51

Dalam hal pengaturan, untuk melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang sebagai berikut:52

1. Menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang ini.

2. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

3. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK.

4. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan.

5. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK.

6. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu.

7. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada lembaga jasa keuangan.

8. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban.

9. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

51

Adler Haymans Manurung , Op.Cit., hlm. 13. 52

(15)

Pengawasan adalah tindakan yang dilakukan oleh lembaga pengawas

untuk mengawasi lembaga atau perusahaan yang beroperasi sesuai dengan aturan

yang telah diterbitkannya. Pengawasan dilakukan untuk melindungi berbagai

pihak dari perlakuan tidak adil dan tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.

Dalam hal pengawasan, untuk melaksanakan tugas pengawasan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang antara lain:

1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan.

2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala eksekutif.

3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelakudan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan.

4. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan/atau pihak tertentu.

5. Melakukan penunjukan pengelola statute.

6. Menetapkan penggunaan pengelola statute.

7. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

8. Memberikan dan/atau mencabut:

a. izin usaha;

b. izin orang perseorangan;

c. efektifnya pernyataan pendaftaran;

d. surat tanda terdaftar;

e. persetujuan melakukan kegiatan usaha;

f. pengesahan;

g. persetujuan atau penetapan pembubaran; dan

(16)

Sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor

jasa keuangan,53 berdasarkan semua pasal yang diuraikan sebelumnya maka tugas

utama OJK tersebut melakukan pengawasan dan membuat peraturan terhadap

semua aktifitas di sektor keuangan termasuk dalam hal ini pengawasan dan

pengaturan terhadap lembaga jasa keuangan lainnya. Adapun tujuan akhir dari

tugas utama lembaga OJK yaitu melindungi masyarakat agar tidak mengalami

kerugian yang besar dalam bernegara dan beraktifitas dengan alat yang

ditawarkan berbagai pihak dengan selalu berdalih untuk kepentingan

masyarakat.54

E. Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan

Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan menurut Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 10 yaitu :

1) Otoritas Jasa Keuangan dipimpin oleh Dewan Komisioner.

2) Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat kolektif dan kolegial.

3) Dewan Komisioner beranggotakan 9 (sembilan) orang anggota yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

4) Susunan Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas :

a. Seorang Ketua merangkap anggota;

b. Seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota; c. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota; d. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota; e. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun,

Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota;

f. Seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota;

g. Seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan Konsumen; h. Seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota

Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan

53

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 9.

54

(17)

i. Seorang anggota Ex-officio dari Kementrian Keuangan yang merupakan pejabat setingkat eselon I Kementrian Keuangan.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi untuk ketiga saluran pemasaran cabai rawit di Kecamatan Kanigoro semuanya efisien karena nilai share harga yang di terima petani semuanya lebih dari

Pembangunan monumen masa Orde lama di Jakarta mencerminkan sikap kepemimpinan Bung Karno, yaitu: pertama, seorang pemimpin harus memiliki sikap Nasionalisme yang kuat, sehingga

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering tanaman.Gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan P8 menunjukkan hasil berat

Struktur yang memiliki bagian pelat beton semen yang berkesinambungan memakai tulangan atau yang tidak berkesinambungan dengan atau tidak memakai tulangan, yang berada

Atap kampung adalah jenis yang paling sederhana berdasar struktur dan dikenal sebagai tempat tinggal orang biasa; atap limasan merupakan ragam bentuk atap kampung

Tujuan dari dilakukan penelitian ini antara lain adalah untuk mengukur pengaruh dosis pupuk kandang yang diberikan pada setiap lubang tanam terhadap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang uji coba modul teknik pembubutan berbasis pendekatan saintifik pada mata pelajaran teknologi mekanik untuk

3) Postur memandikan anak: Pengasuh pada kegiatan memandikan bayi ini merasa tidak nyaman dengan postur tubuh yang dirasakan. Pengasuh ini melakukan kegiatan