• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan satu dari beberapa institusi atau organisasi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang luas dan menyeluruh, padat pakar dan padat modal. Rumah Sakit melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumber daya, baik itu modal dan sumber daya manusia yang berpengalaman dan profesional. Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit dengan pelayanan keperawatannya. Pelayanan keperawatan meliputi pelayanan profesional dari jenis layanan kesehatan yang tersedia selama 24 jam secara kontinyu selama masa perawatan klien. Profesi perawat memiliki peranan penting dalam memberikan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena jenis pelayanan yang diberikannya dengan pendekatan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan dilakukan dengan berkelanjutan.

(2)

keperawatan yang dilakukan mendukung praktik keperawatan profesional sesuai standar (Wahyuni, 2007).

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit beroperasi 24 jam sehari. Rumah sakit membuat pemisahan terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu pelayanan pasien yang memerlukan penanganan emergency, tidak emergency dan yang diopname. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar 60% dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Perawat merupakan salah satu pekerja kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat di rumah sakit bertugas pada pelayanan rawat inap, rawat jalan atau poliklinik dan pelayanan gawat darurat. Oleh karena itu kualitas pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja perawat (Hamid, 2001).

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal dalam bidang keperawatan yang program pendidikannya telah disahkan oleh pemerintah, sedangkan perawat profesional adalah perawat yang mengikuti pendidikan sarjana keperawatan. Keperawatan sebagai profesi terdiri atas komponen disiplin dan praktik (Gartinah,1999).

(3)

peran dan fungsi perawat, perawat memiliki kemampuan dan keterbatasan dalam menjalankan beban kerjanya. Salah satu permasalahan yang sering muncul di rumah sakit adalah beban kerja perawat yang tidak seimbang. Sebagaimana diketahui bahwa beban kerja yang dijalankan perawat memiliki hubungan yang signifikan terhadap keamanan pasien. Dan bila kebutuhan tenaga perawat tidak sesuai dengan kapasitas kerjanya maka hal ini sangat beresiko bagi kualitas pelayanan yang diberikan. Semakin tinggi beban kerja maka ketelitian dan keamanan kerja semakin menurun (Robot, F. J. M, 2009).

Pekerjaan seorang perawat sangatlah berat. Dari satu sisi seorang perawat harus menjalankan tugas yang menyangkut kelangsungan hidup pasien yang dirawatnya. Di sisi lain, keadaan psikologis perawat sendiri juga harus tetap terjaga. Kondisi seperti inilah yang dapat menimbulkan tambahan beban kerja dan rasa tertekan pada perawat, akibatnya kinerja mereka menjadi buruk dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap organisasi dimana mereka bekerja (Nursalam, 2007).

Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), sebanyak 50,9 % perawat Indonesia mengalami stress kerja, seperti sering merasa pusing, lelah, kurang ramah, dan kurang istirahat akibat beban kerja terlalu tinggi serta penghasilan yang tidak memadai.

(4)

Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu, diartikan sebagai suatu tehnik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektifitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan analisi jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya (Utomo, 2008).

Menurut Nursalam (2011) yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah jumlah pasien yang dirawat setiap hari di unit rawat inap, kondisi atau tingkat ketergantungan pasien, rata-rata hari perawatan, yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung maupun tidak langsung terhadap asuhan keperawatan. Akibat negatif dari permasalahan ini kemungkinan akan memberi dampak negatif terhadap kinerja perawat.

(5)

Pekerjaan perawat yang dilakukan secara rutin dalam memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam sehari, dituntut untuk selalu memberikan asuhan keperawatan yang baik dan benar secara berkesinambungan baik kepada individu, keluarga, maupun masyarakat. Beban kerja yang diberikan menentukan seorang perawat mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik, namun demikian kenyataan di lapangan masih banyak tenaga keperawatan memiliki beban kerja melebihi dari yang seharusnya, dengan arti mengerjakan pekerjaan lain diluar keperawatan (Ilyas, 2004).

(6)

bertindak demi kepentingan pasien, serta memberikan perhatian personal kepada pasien (Lupiodo, 2006).

Berdasarkan Permenkes No 340 tahun 2010 pasal yang ke 15 tentang klasifikasi rumah sakit, standart pelayanan minimum rumah sakit kelas C, perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian Senani (2015) di Rumah Sakit Polonnaruwa Sri Langka ditemukan bahwa 66,67 % perawat mengalami beban kerja akibat lembur dimana hal ini mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan dan menyebabkan stress pada perawat.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Panjaitan (2013) di Rumah Sakit Dr. F.L Tobing Sibolga masih ditemukan perawat yang mengerjakan pekerjaannya tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya diantaranya di instalasi rawat inap perawat masih mengambil diet pasien ke dapur, menyapu dan mengepel lantai ruangan rawatan dan membersihkan kamar mandi, serta mengerjakan administrasi yang bukan tugas pokok dan fungsi perawat di rumah sakit tersebut, hal itu berpengaruh buruk terhadap kualitas pelayanan keperawatan terutama rawat inap di rumah sakit tersebut.

(7)

ada hubungan antara beban kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna BLUD RSUD Prof Dr.W.Z.Johannes Kupang.

Penelitian Jandes (2004) mengatakan bahwa kecenderungan kebutuhan perawat di RSUP. H. Adam Malik, RSU Pematang Siantar, RSU Tebing Tinggi, cenderung terjadi penurunan kebutuhan perawat yang dihitung dengan formula lokakarya nasional keperawatan 1983, hal ini ditandai dengan kecenderungan penurunan BOR (rata-rata pemakaian tempat tidur) yang akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas pelayanan, perubahan pola penyakit, pembiayaan dan lain-lain. Akan tetapi dalam pelayanan keperawatan, malah ada kecenderungan penurunan kualitas oleh karena penurunan motivasi kerja, oleh karena itu kelebihan tenaga keperawatan akan menimbulkan kerugian ganda, yaitu tidak efisien dan kecenderungan penurunan kinerja yang berdampak pada penurunan kualitas pelayanan (Saragih, 2004).

Pelayanan instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. G.L. Tobing Tanjung Morawa merupakan salah satu jenis pelayanan yang memberikan kontribusi yang paling besar dari pelayanan lain serta tidak lepas dari potensi sumber daya keperawatan yang sangat menentukan kualitas pelayanan yang dihasilkan. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

(8)

tempat tidur, Sumber daya manusia perawat sebanyak 89 orang yang memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Keperawatan sebanyak 3 orang, DIII Keperawatan sebanyak 52 orang dan SPK sebanyak 34 orang. Jumlah perawat khusus pelayanan rawat inap sebanyak 55 orang. Nama ruangan rawat inap dan jumlah perawat rawat inap berdasarkan kualifikasi pendidikan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 Nama, Jumlah Tempat Tidur dan Jumlah Perawat Ruang Rawat Inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Ruang Rawat Inap Jumlah

(9)

diharapkan, yaitu 60-85%. Hal ini memberikan gambaran bahwa kualitas pelayanan yang diterima pasien di RSU G. L. Tobing belum sesuai dengan yang diharapkan.

Dari hasil pemantauan dan wawancara yang peneliti lakukan dengan perawat bagian rawat inap dan Kepala Keperawatan mengatakan bahwa di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. G.L. Tanjung Morawa masih banyak perawat yang mengerjakan pekerjaan tidak lagi menjadi tugas pokok fungsinya sebagai perawat seperti perawat yang masih mengambil diet kedapur dan membagikan diet ke pasien, perawat bekerja tidak berdasarkan uraian tugas yang telah dibuat tetapi perawat harus bekerja sesuai dengan perintah atasannya yaitu kepala ruangan, seperti meminta segala persetujuan tindakan medis ke distrik yang mana hal itu seharusnya dikerjakan oleh bagian administrasi sehingga jam kerja perawat menjadi terganggu akibat menunggu terlalu lama, perawat masih mengambil foto dari ruang rontgen.

(10)

banyak keluhan yang dirasakan pasien di pelayanan keperawatan seperti air yang kotor, kamar mandi yang bau dan tidak bersih, penerangan ruangan yang kurang, tempat tidur yang tidak kurang bagus, TV yang tidak ada, nyamuk yang banyak dimalam hari, kipas angin yang rusak bahkan tidak ada, menu yang belum sesuai dengan selera dan porsi pasien. Dan menurut data survey pelayanan bahwa masih banyak perawat yang tidak memperkenalkan diri saat melakukan pelayanan keperawatan, perawat yang kurang senyum, sentuh dan sapa, perawat yang kurang berkomunikasi dengan pasien, kurangnya Informed Consent (IC) perawat dalam melakukan setiap tindakan.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang pengaruh beban kerja perawat terhadap kualitas pelayanan keperawatan rawat inap di Rumah Sakit Dr. G.L.Tobing Tanjung Morawa.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan hasil wawancara diatas maka peneliti menetapkan

rumusan masalah sebagai berikut “ Bagaimana hubungan beban kerja perawat dengan

kualitas pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU. Dr. G.L. Tobing Tanjung Morawa?”.

1.3 Tujuan Penelitian

(11)

1.4 Hipotesis

Ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai masukan dalam membuat strategi untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit G.L.Tobing Tanjung morawa

2. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dalam bidang penelitian khususnya tentang beban kerja perawat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap rumah sakit. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Gambar

Tabel 1.1 Nama, Jumlah Tempat Tidur dan Jumlah Perawat Ruang Rawat Inap RSU. Dr. G. L

Referensi

Dokumen terkait

Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari

The emergence of Indonesian modern interior design begun by the opening of Liberalism in the Dutch East Indies.. The establishment of new private enterprises and immigration of

daerah aliran Sungai Wanggu karena masuknya air tawar dari aliran Sungai Wanggu dan Perumahan Citraland sehingga terjadi percampuran antara air laut dan air tawar

Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk:(1) mengembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kearifan budaya lokal suku Gayo berbasis realistic mathematics

Menurut Wijaya (2004) sesungguhnya istilah virginitas lebih menampakkan masalah purity (kesucian), yaitu cara seseorang menjaga kemurnian dirinya dan

Dari penafsiran berbagai pendapat yang dikemukakan, dapat ditarik dua kesimpulan: (1) adanya “laba” kenangan menjadi sebuah nilai tambah yang penting bagi para murid

Baik akseptor yang mengalami ekspulsi maupun Bidan praktik Mandiri. diihat dari wilayah kerja Puskesmas Kota

Model pembelajaran make a match dan role playing merupakan teknik pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kemampuan dalam menerima