• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Ketiadaan Pupuk Hayati terhadap Mik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Efek Ketiadaan Pupuk Hayati terhadap Mik"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MK Biefertilisasi | i MAKALAH

MK BI OFERTI LI SASI

Efek Ketiadaan P upuk Hayati terhadap M ikroba dan Tanah dalam Sistem P ertanian Berkelanjutan

Disusun Oleh : KELOMPOK 7

Rara Rahmatika Risanti 150510120101 Annisa Khairani 150510120102

Hadi Nurkholis 150510120103

Heirza Almer Hendaru 150510120105

Dety Aprianti 150510120120

PROGRAM STUDI AGROT EKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

MK Biefertilisasi | ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala izin-Nya sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya, sehingga makalah ini dikerjakan sebagai pemenuhan tugas MK Biofertilisasi, berisikan tentang pengertian pupuk hayati beserta kekurangan dan kelebihannya, perkembangan penggunaan pupuk hayati di Indonesia serta efek ketiadaan pupuk hayati baik pada mikroba, tanman, tanah, biaya produksi serta bagi system pertanian berkelanjutan. Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dosen MK Biofertilisasi

2. Rekan-rekan kelas Agroteknologi A mata kuliah Biofertilisasi yang telah e berika duku ga , do a serta partisipasi ya sela a pe ulis e yelesaika tugas makalah ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan khususnya mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

Jatinangor, Maret 2015

(3)

MK Biefertilisasi | iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

BAB II ... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1 Pengertian Pupuk Hayati ... 3

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Pupuk Hayati ... 4

2.3 Perkembangan Penggunaan Pupuk Hayati di Indonesia ... 6

2.4 Efek Ketiadaan Pupuk Hayati ... 9

2.4.1 Efek Terhadap Biota Tanah ... 9

2.4.2 Efek Terhadap Sifat-sifat Tanah... 10

2.4.3 Efek Terhadap Pertumbuhan Tanaman ... 11

2.4.4 Efek Terhadap Biaya Produksi ... 12

2.4.5 Efek Terhadap Sistem Pertanian Berkelanjutan ... 13

BAB III ... 14

PENUTUPAN ... 14

3.1 Kesimpulan ... 14

3.2 Saran ... 14

(4)
(5)

MK Biefertilisasi | 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pupuk Hayati (Biofertilizer) merupakan sekelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Penggunaan pupuk hayati dinilai memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik, serta penggunaan pupuk hayati ini ramah lingkungan sehingga dapat diaplikasikan dalam rangka mewujudkan system pertanian berkelanjutan. Mengingat bahwa penggunaan pupuk anorganik yang dilakukan secara terus menerus akan merusak struktur tanah. Oleh karena itu penggunaan pupuk hayati sangat penting untuk menjaga kesehatan tanah dan menghindari kerusakan tanah serta meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman.

Agen biofertilizer dapat hidup di dalam tanah karena adanya bahan organic di dalam tanah, karena bahan organic ini berperan sebagai sumber karbon yang akan menjadi energi bagi mikroba. Semakin banyak kandungan bahan organic di dalam tanah maka aktivitas mikroba di dalam tanah akan semakin baik. Tidak semua unsur hara di dalam tanah sudah tersedia bagi tanaman, terdapat beberapa unsur hara yang masih terikat sehingga dibutuhkan mikroba untuk merombaknya.

Penggunaan pupuk hayati dapat memberikan manfaat bagi aktivitas mikroba, bagi kualitas tanah serta bagi pertumbuhan tanaman yang selanjutnya akan berefek pada sistem pertanian berkelanjutan. Dengan pertimbangan tersebut pupuk hayati dapat memberikan manfaat yang kompleks dan akan membantu dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Dalam makalah ini akan dibahas e ge ai Efek Ketiadaa Pupuk Hayati terhadap Mikroba dan Tanah dalam Sistem Perta ia Berkela juta .

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pupuk hayati (biofertilizer)?

2. Apa kelebihan dan kekurangan penggunaan pupuk hayati jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik?

3. Bagaimana perkembangan penggunaan pupuk hayati di Indonesia?

(6)

MK Biefertilisasi | 2 1.3 Tujuan

(7)

MK Biefertilisasi | 3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pupuk Hayati

Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komersial pertama di dunia yaitu inokulan Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Pupuk hayati didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza. Penambatan N2 secara simbiotis dengan tanaman kehutanan yang bukan legum oleh aktinomisetes genus Frankia di luar cakupan buku ini. Kelompok cendawan mikoriza yang tergolong ektomikoriza juga di luar cakupan baku ini, karena kelompok ini hanya bersimbiosis dengan berbagai tanaman kehutanan. Kelompok endomikoriza juga hanya cendawan mikoriza vesikuler abuskuler, yang banyak mengkolonisasi tanaman-tanaman pertanian.

Sejumlah bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfir akar (rhizobakteri) disebut sebagai rhizobakteri pemacu tanaman (plant growthpromoting rhizobacteria/PGPR). Kelompok ini mempunyai peranan ganda di samping menambat N2, juga menghasilkan hormon tumbuh (seperti IAA, giberelin, sitokinin, etilen, dan lain-lain), menekan penyakit tanaman asal tanah dengan memproduksi siderofor glukanase, kitinase, sianida dan melarutkan P dan hara lainnya. Sebenarnya tidak hanya kelompok ini yang memiliki peranan ganda (multifungsi) tetapi juga kelompok mikroba lain seperti cendawan mikoriza. Cendawan ini selain dapat meningkatkan serapan hara, juga dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit terbawa tanah, meningkatkan toleransi tanaman terhadap kekeringan, menstabilkan agregat tanah, dan sebagainya, tetapi berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada peranan sebagai penyedia hara lebih menonjol daripada peranan-peranan lain. Pertanyaan yang mungkin timbul ialah apakah multifungsi suatu mikroba tertentu apabila digunakan sebagai inokulan dapat terjadi secara bersamaan.

(8)

MK Biefertilisasi | 4 Rao (1982) dan FNCA Biofertilizer Project Group (2006). Mereka hanya membatasi istilah pupuk hayati pada mikroba, sedangkan istilah yang dipakai pada buku ini selain melibatkan mikroba juga makrofauna seperti cacing tanah.Bila inokulan hanya mengandung pupuk hayati mikroba, inokulan tersebut dapat juga disebut pupuk mikroba (microbial fertilizer). Fungsi dari pupuk hayati :

a.Soil Regenarator = Pembangkit kembali kehidupan tanah

b.Feeding the soil that feed the plant = memberikan makanan pada tanah selanjutnya tanah akan memberi makanan pada tanaman.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Pupuk Hayati

Dalam kondisi pertanian yang sudah semakin maju ini sangat mengkhawatirkan. Tanah yang rusak akibat pengaruh dari penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan juga tidak seimbang, kemudian juga rotasi tanaman yang terus menerus mengakibatkan kejenuhan pada tanah itu sendiri. Sehingga para petani perlu memperhatikan lahannya dengan mengimbangi penggunaan pupuk hayati, dilain hal pupuk hayati memiliki kekurangan dan kelebihannya. Adapun kekurangannya nya sebagai berikut.

a. Makhluk Hidup yang bisa mati, sehingga Pupuk hayati tidak bisa disimpan dalam jangka waktu lama (lebih dari 2 tahun)

b. Tidak bisa diaplikasikan bersamaan dengan pupuk kimia atau pestisida

c. Seiring dengan waktu, populasi mikroba yang ada dapat menurun (mati), sehingga mengurangi kualitas

Sedangkan kelebihan Pupuk Hayati antara lain sebagai berikut. a. Menyuburkan tanah

Pupuk hayati mengandung mikroorganisme yang dapat mendegradasi bahan organik sehingga mampu menyediakan unsur hara yang dapat diserap tanaman dan menghasilkan enzim alami dan vitamin yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah.

b. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah

(9)

MK Biefertilisasi | 5 Semakin sering mengaplikasikan pupuk hayati ke tanah menyebabkan tanah makin subur dan menyebabkan pemupukan menjadi hemat.

c. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air

Penggunaan pupuk hayati secara tepat akan menyebabkan tanah menjadi gembur. Tanah yang gembur akan memiliki pori-pori lebih banyak guna menyalur dan menyimpan air tanah untuk kebutuhan tanaman. Pada saat musim kemarau, tanah mampu menyediakan air.Sementara pada musim hujan, tanah mampu menahan air sehingga resiko erosi dan banjir dapat dikurangi. d. Menyediakan hara mineral bagi tanaman

Pupuk hayati mengandung unsur hara alami berimbang yang dibutuhkan oleh mikroba tanah dan tanaman.Pupuk hayati mengandung mikroorganisme unggul yang memiliki kemampuan untuk mengubah unsur hara yang tidak dapat diserap tanaman menjadi unsur hara yang tersedia untuk tanaman.

e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian

Penggunaan pupuk hayati dengan segala kemampuan dan kelebihan yang dimiliki oleh mikroorganisme yang dikandungnya dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pertanian sekaligus menghemat biaya produksi. f. Meningkatkan daya tahan tanaman

Kandungan hormon tumbuh alami dalam pupuk hayati dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan hama. Kehadiran jamur Trichoderma dan Aspergillus mampu mengatasi beberapa jenis serangga hama dan patogen penyebab busuk akar.

g. Menghasilkan produk sehat dan ramah lingkungan

Pupuk hayati diproduksi menggunakan bahan baku alami yang diproses secara modern sehingga tidak meninggalkan residu kimia pada tanaman dan aman untuk dikonsumsi. Produk yang dihasilkan dari lahan yang diaplikasikan dengan pupuk hayati lebih sehat, enak dan segar karena bebas residu kimia dan tidak berbahaya buat dikonsumsi. Produk sayuran yang diproduksi menggunakan pupuk hayati EvaGROW biasanya lebih tahan lama jika disimpan pada suhu ruang maupun di dalam suhu dingin.Aplikasi pupuk hayati secara kontinu tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan aman buat petani yang mengaplikasikannya.

h. Menghemat Biaya

Penggunaan pupuk dan pestisida kimia pada lahan pertanian bukan saja menyebabkan kerusakan pada tanah, tapi dapat menambah beban produksi, karena mahalnya pupuk dan pestisida kimia. Penggunaan pupuk hayati dan memadukannya dengan pupuk dasar kompos/ pupuk organik membuat biaya yang dikeluarkan petani lebih kecil.

(10)

MK Biefertilisasi | 6 beban petani untuk pengadaan pupuk dan pestisida kimia dapat dikurangi hingga 100%.

2.3 Perkembangan Penggunaan Pupuk Hayati di Indonesia

Kontribusi pupuk hayati di Indonesia tersebut masih relatif rendah dibandingkan potensinya. Potensi bakteri penambat N (simbiotik dan nonsimbiotik) dapat dimanfaatkan untuk mensuplai kebutuhan N tanaman hingga 75 %, mikroba pelarut P (bakteri dan jamur) berperan penting dalam meningkatkan ketersediaan P hingga 50%. Kendala utama dalam pemanfaatan pupuk hayati berkaitan erat dengan: (1) keefektifan pupuk hayati tidak langsung terlihat (2) ketersediaan pupuk hayati masih terbatas, (3) pengetahuan maupun pemahaman masih rendah. (Simarmata dan Joy, 2012). Pupuk hayati penambat nitrogen (simbiotik maupun non simbiotik) perlu mendapat perhatian khusus agar dapat meningkatkan ketersediaan nitrogen bagi tanaman. Bakteri pembentuk bintil akar (nodula) pada tanaman legum telah mampu mensuplai kebutuhan tanaman sekitar 75 – 90%, sedang yang non simbiotik umumnya sekitar 25% (Simanungkalit et al, 2006, Simarmata, 2011). Hingga saat ini teknologi yang dikembangkan masih terfokus pada teknologi tradisonil (traditionally biotechnology) untuk menjaring isolat unggul. Pemanfaatan bioteknologi moderen pada tanaman non legum mampu membentuk nodula yang dikenal dengan paranodule sehingga dapat meningkatkan kemampuan fiksasi N (Kenedy et al., 1992 & 1997, Bruulsema, 2007).

Hasil penelitian terbaru memperlihatkan bahwa penggunaan pupuk hayati majemuk (konsorsium penambat N, pelarut P dan penghasil fitohormon) dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi, jagung dan tanaman sayuran dengan signifikan (Simarmata et al.,2010; Singh dan Purohit, 2011). Pupuk hayati cendawan mikoriza ternyata mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Cendawan mikoriza arbusklar (endomikoriza) dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman semusim maupun tanaman tahunan, sedangkan ektomikoriza umumnya hanya terdapat pada tanaman tahunan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bibit bermikoriza pada program penghijauan atau regevetasi areal tambang tumbuh lebih baik dibandingkan dengan bibit tanpa mikroriza (Setiadi, 2004; Sieverding, 1981; Brudrett, 1998 &, 2008 dalam Simarmata dan Joy, 2012). Data penggunaan pupuk hayati masih terfokus pada program pemerintah melalui proyek intensifikasi, khusus tanaman kedelai. Data memperlihatkan bahwa penggunaan pupuk hayati legin terus menurun, jika pada tahun 1990-an sudah digunakan sekitar 20 ton, saat ini hanya sekitar 2 – 5 ton. Perkembangan penggunaan inokulan Legin tiap tahun sejak tahun 1981-1995 (Tabel 2.3.1)

(11)

MK Biefertilisasi | 7 * perkiraan

(Sumber : Saraswati et al.,1998 dalam Simarmata dan Joy, 2012).

Kementan pada tahun 2010 meluncurkan program pemulihan kesuburan lahan sawah berkelanjutan (PKLSB) dengan memberi paket bantuan pupuk hayati berupa konsorsium pupuk hayati penambat N dan pelarut P dan mikroba perombak jerami (dekomposer) yang dikenal dengan program Biodekomposer di Provinsi (Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawah Timur, Di Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat). Program ini secara langsung dapat mendorong baik pengembangan industri pupuk hayati maupun penelitian tentang teknologi pupuk hayati di Indonesia. Bila pupuk hayati digunakan dengan dosis 400 – 2.000 g per hektar, maka potensi pasar pupuk hayati di Indonesia sangat besar, baik untuk lahan kering maupun lahan sawah. Inokulan dapat diproduksi dalam bentuk padat maupun cair (solid or liquid biofertlizers). Pupuk hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia antara lain adalah kelompok:

1. Penambat N simbiotik: (a) bakteri pembentuk nodula dengan tanaman legum: Rizhobium, Sinorhizobium (Ensifer), Bradyrhizobium rhizobium, (b) bakteri yang besimbiosis dengan tanaman Azolla, (c) bakteri pembentuk nodula pada batang (stem nodulation bacteria), (d) blue green algae, (d) bakteri penambat N nonsimbiotik (Azotobacter dan Azospirillum),

2. Mikroba pelarut fosfat dan pelarut kalium

3. Mikroba penghasil fitohormon (PGPR) dan mikroba penghasil siderofor 4. Cendawan Mikoriza (Endo mikoriza dan ektomikoriza)

5. Mikroba Perombak Bahan organik (Dekomposer)

6. Mikroba yang berperan ganda (multifungsi) yaitu sebagai penyedia hara, pemacu tumbuh dan agen hayati

(12)

MK Biefertilisasi | 8 hayati mampu mensubstitusi pupuk anorganik dan meningkatkan produksi dan keuntungan usaha tani dengan signifikan, dapat diharapkan bahwa penggunaannya secara massal akan terwujud.

Tabel 2.3.2 Estimasi potensi penggunaan pupuk hayati di Indonesia

No Tanaman Kebutuhan (2) perkiraan didasarkan pada luas areal dan menggunakan inokulan murni dengan dosis rendah.

Tabel 2 . 3 . 3. Estimasi kebutuhan inokulan mikroba pengurai bahan organik (dekomposer) di Indonesia

No Kelompok Limbah Kebutuhan (ton/tahun) Formulasi 1 Limbah Pertanian (Jerami,

Jagung, dan lainnya)

50.000 – 100.000 Konsorsium dekomposer 2 Industri Pertanian (kelapa sawit

dan HTI)

30.000 – 50.000 Konsorsium dekomposer

3 Limbah Organik Perkotaan 50.000 – 100.000 Konsorsium dekomposer 4 Limbah Peternakan 20.000 - 30.000 Konsorsium Dekomposer

Total 150.000 – 280.000

(13)

MK Biefertilisasi | 9 2.4 Efek Ketiadaan Pupuk Hayati

Setiap tanaman memerlukan sekurangnya 16 unsur atau zat untuk pertumbuhannya. Dari 16 unsur tersebut, tiga unsur (C, O, H) diperoleh dari udara dan air, sedangkan 13 unsur lainnya diperoleh dari tanah (N, P, K, Ca, Mg, S, Cl, Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo). Untuk memenuhi ke-13 unsur tersebut, hanya enam unsur yang diambil tanaman dalam jumlah besar, yang disebut dengan unsur makro, yaitu N, P, K, S, Ca, dan Mg. Unsur hara utama yang banyak dibutuhkan tanaman tetapi jumlah atau ketersediaanya sering kurang atau tidak mencukupi di dalam tanah ialah N, P, dan K. Oleh karena itu, untuk memenuhi kekurangan ketersediaan unsur-unsur tersebut di dalam tanah, ketiga unsur ini ditambahkan dalam bentuk pupuk.

Saat ini aplikasi pupuk hayati merupakan alternatif ramah lingkungan yang sedang berkembang diaplikasikan di dunia pertanian. Aplikasi pupuk hayati terbukti berdampak baik terhadap pertumbuhan tanaman hingga hasil produksinya. Pengaplikasian pupuk hayati dapat menjadikan unsur-unsur yang tidak tersedia karena terikat dalam koloid tanah, menjadi tersedia. Hal ini disebabkan kerana aktifitas mikroba dalam pupuk hayati yang dapat melepas khelat unsur-unsur yang terikat dalam koloid tanah.

Pupuk hayati sebagai kegiatan mikrobiologis bukanlah pupuk biasa (kimia anorganik) yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi ke dalam tanah. Pupuk hayati atau mikrobiologis menambahkan nutrisi melalui proses alami, yaitu fiksasi nitrogen atmosfer, menjadikan fosfor bahan yang terlarut, dan merangsang pertumbuhan tanaman melalui sintesis zat-zat yang mendukung pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme dalam pupuk hayati mengembalikan siklus nutrisi alami tanah dan membentuk material organik tanah. Melalui penggunaan pupuk hayati, tanaman yang sehat dapat ditumbuhkan sambil meningkatkan keberlanjutan dan kesehatan tanah. Petani perlu kembali memanfaatkan pupuk hayati sebagai solusi tepat untuk meminimalkan dampak buruk penggunaan pupuk kimia selama ini yang terbukti telah menimbulkan berbagai penyakit degeneratif (diabetes melitus, hipertensi, dll). Lalu bagaimana efek yang ditimbulkan apabila petani tidak mengaplikasikan pupuk hayati? Tentu akan berdampak baik terhadap biota tanah, sifat-sifat tanah, pertumbuhan tanaman, biaya produksi, bahkan terhadap sistem pertanian berkelanjutan. Berikut ini pemaparan mengenai efek-efek yang ditimbulkan akibat ketiadaan pupuk hayati.

2.4.1 Efek Terhadap Biota Tanah

(14)

MK Biefertilisasi | 10 Mikroorganisme aktif yang terkandung dalam pupuk hayati mampu mensuplai Nitrogen untuk tanaman, melarutkan senyawa Phosfat (P) dan melepaskan senyawa Kalium (K) dari ikatan koloid tanah, mengurai residu kimia dan mengikat logam berat, menghasilkan zat pemacu tumbuh alami (Giberellin, Sitokinin, Asam Indol Asestat), menghasilkan asam amino, enzim alami dan vitamin serta menghasilkan zat patogen sebagai pestisida hayati.

Ketiadaan pupuk hayati dalam pengaplikasiannya dari segi ketersediaan biota tanah akan berdampak tidak adanya agen hayati yang berperan untuk merombak bahan organik di dalam tanah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penurunan kandungan C organik, dimana C organik ini merupakan sumber energi bagi mikroba yang terdapat di dalam tanah untuk melakukan aktivitasnya, seperti proses penyerapan unsur hara, dan pelepasan unsur-unsur hara yang terikat di dalam koloid tanah.

2.4.2 Efek Terhadap Sifat-sifat Tanah

Pupuk hayati merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Penggunaan pupuk hayati tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia. Selain itu penggunaan pupuk hayati dapat meningkatkan kesehatan tanah, menumbuhkan jasad renik (mikroba), menggemburkan tanah, dan menumbuhkan hewan (cacing), sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman.

(15)

MK Biefertilisasi | 11 2.4.3 Efek Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Penambahan pupuk organik seperti pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk organik cair merupakan tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang dapat meningkatkan efisiensi pupuk, meningkatkan produktivitas. Pupuk hayati atau biofertilizer merupakan pupuk yang mengandung 9 konsorsium mikroba yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman agar menjadi lebih baik. Mikroba yang digunakan yaitu Azotobacter

sp, Azospirillum sp, Pseudomonas sp, Aspergillus sp, Penicillium sp dan

Streptomyces sp.

Pemberian pupuk sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Apabila diberikan dalam jumlah yang berlebihan merupakan pemborosan dan bahkan dapat menyebabkan keracunan. Sedangkan pemberian dosis yang kecil tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tanaman, menyebabkan proses pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel akan berlangsung cepat yang mengakibatkan beberapa organ tanaman tumbuh cepat Unsur N dapat menaikkan pertumbuhan dengan cepat dan mendorong produksi dari jaringan sekulen yang lunak, jaringan sekulen yang peka terhadap kerusakan mekanis dan serangan penyakit.

Contohnya pada percobaan tanaman kedelai dengan menggunakan pupuk hayati Golden Harvest. Penelitian ini dilaksanakan dengan perlakuan berbagai konsentrasi pupuk hayati yaitu P0:Tanpa pupuk Golden Harvest, P1:2,5 ml Golden Harvest / L air, P2:5 ml Golden Harvest / L air, P3:7,5 ml Golden Harvest / L air, P4:10 ml Golden Harvest / L air

Hasil analisis ragam terhadap tinggi tanaman bisa dilihat bahwa pemberian konsentrasi tanpa pupuk hayati golden harvest tingginya tidak begitu menonjol bila dibandingkan dengan pemberian pupuk hayati.

(16)

MK Biefertilisasi | 12 nutrisi dan mineral yang sangat diperlukan oleh tanaman. Oleh sebab itu, ketiadaan mikroba ini akan berdampak bagi pertumbuhan tanaman karena dengan minimnya aktivitas mikroba didalam tanah maka unsur hara yang tersedia akan lebih sedikit sehingga dapat menghambat proses pertumbuhan tanaman. Dampak selanjutnya adalah akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman.

2.4.4 Efek Terhadap Biaya Produksi

Efisiensi pemupukan merupakan hal yang sangat penting bagi pelaku usaha pertanian mengingat tingkat kehilangan yang tinggi akibat proses-proses yang terjadi di dalam tanah seperti aliran permukaan, pencucian, evaporasi, fiksasi, dan imobilisasi. Semakin tingginya biaya produksi pupuk menyebabkan biaya produksi tanaman pun semakin tinggi sehingga pendapatan petani pun menurun, apabila jumlah pupuk yang diperlukan banyak maka biaya yang dikeluarkan pun akan lebih banyak. Penggunakan pupuk hayati menjadi solusi dalam mengatasi masalah tersebut karena dapat mengoptimalkan penyerapan hara oleh tanaman serta menyediakan hara tersedia lebih banyak bagi tanaman dengan mengurangi dosis pupuk sintetis yang diberikan. Berdasarkan penelitian Goenadi (1995), aplikasi bakteri dalam pupuk hayati mampu menurunkan dosis pupuk anorganik hingga 50% pada tanaman pangan. Maka pupuk hayati memiliki pengaruh yang besar terhadap biaya produksi serta keberlangungan usaha pertanian.

Pupuk hayati bersumber dari bahan baku terbaharui serta dapat menurunkan jumlah input pupuk sintetis yang diperlukan sehingga efesien dalam meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan produktivitas pertanian. Tanpa adanya pupuk hayati kecenderungan jumlah pemupukan akan tetap banyak dengan biaya yang tinggi dan apabila tanah sudah rusak maka dibutuhkan biaya yang tinggi pula untuk melakukan perbaikannya. Ketiadaan pupuk hayati memiliki efek besar terhadap biaya produksi. Oleh karena itu, pupuk hayati sangat diperlukan karena selain dapat menurunkan dosis pupuk anorganik, juga dapat memperbaiki dan menjaga kesehatan dan kualitas tanah.

(17)

MK Biefertilisasi | 13 2.4.5 Efek Terhadap Sistem Pertanian Berkelanjutan

Upaya yang dapat dilakukan dalam sistem pertanian bekelanjutan untuk mencapai renewable input yaitu dengan memelihara kesehatan tanah (termasuk kualitas tanah) melalui proses biologi seperti penambahan pupuk hayati, kemudian pengurangan penggunaan pupuk sintetis pun harus dilakukan agar tanah tidak jenuh dengan bahan kimia yang dapat merusak sifat fisik dan kimia tanah. Demi mencapai suatu sistem yang berkelanjutan dalam pertanian, menjaga keberlangsungan kaidah-kaidah hayati yang mendukung rantai daur ulang yang terjadi di alam antara organisme produsen, konsumen, pengurai, serta melibatkan secara proporsional penyediaan unsur hara dan pengendalian hama dan penyakit tanaman yang sinergis dengan kaidah hayati merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan. (Rasti Saraswati, tidak ada tahun)

(18)

MK Biefertilisasi | 14 BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Fungsi dari pupuk hayati antara lain sbagai pembangkit kembali kehidupan tanah serta memberikan makanan pada tanah selanjutnya tanah akan memberi makanan pada tanaman.

Penggunaan pupuk hayati memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kekurangannya yaitu pupuk hayati mengandung makhluk hidup yang bisa mati, sehingga tidak bisa disimpan dalam jangka waktu lama (lebih dari 2 tahun), tidak bisa diaplikasikan bersamaan dengan pupuk kimia atau pestisida, populasi mikroba yang ada dapat menurun (mati). Sedangkan kelebihan pupuk hayati antara lain dapat menyuburkan tanah, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air, menyediakan hara mineral bagi tanaman, meningkatkan daya tahan tanaman, menghasilkan produk sehat dan ramah lingkungan serta dapat menghemat biaya produksi.

Adapun efek ketiadaan mikroba terhadap biota tanah yaitu tidak adanya agen hayati yang berperan untuk merombak bahan organik di dalam tanah. Sedangkan bagi kualitas tanah ketiadaannya mengakibatkan ketersediaan unsur hara lebih sedikit akibat adanya beberapa unsur hara yang terikat. Bagi pertumbuhan tanaman ketiadaan mikroba berdampak karena minimnya aktivitas mikroba didalam tanah maka unsur hara yang tersedia akan lebih sedikit sehingga dapat menghambat proses pertumbuhan tanaman, yang selanjutnya akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Efek ketiadaan mikroba terhadap biaya produksi yaitu ketiadaan mikroba yang minim dapat menyebabkan terbatasnya ketersediaan unsur hara yang tersedia sehingga dibutuhkan unsur hara tambahan misalnya pupuka anorganik, pupuk anorganik dengan dosis tinggi dapat menyebabkan biaya produksi meningkat. Sedangkan efek ketiadaan mikroba untuk sistem pertanian berkelanjutan yaitu apabila tanah telah mengalami kerusakan akibat penggunaan pupuk anorganik yang terus-menerus maka akan berdampak pada kesehatan tanah. Tanah yang sakit akan menghambat dalam mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan.

3.2 Saran

(19)
(20)

MK Biefertilisasi | 16 DAFTAR PUSTAKA

Antonius, Sarjiya., Dwi Agustiyani. 2011. Pengaruh Pupuk Organik Hayati yang Mengandung Mikroba Bermanfaat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman Semangka serta Sifat Biokimia Tanahnya pada Percobaan Lapangan di Malinau-Kalomantan Timur. Dalam http://journal.unair.ac.id/ diakses pada 10 Maret 2015 pukul 20.30 WIB.

Garsoni, Sonson. 2009. Biofertilizer. Bandung : PT. Cipta Visi Sinar Kencana.

Ginting, R.C.B., Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D.Setyorini, dan W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. BBSDLP. Tersedia di http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/juknis/pupuk%20organik.pd f Diakses pada 2 Maret 2015

Hartatik,Wiwik.2013.Pupuk Kandang dan Pupuk Hayati. Tersedia di http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/04pupuk%20 kandang.pdf diakses pada tanggal 15 – maret 2015

Maspray.2013.Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Hayati.tersedia di

http://www.gerbangpertanian.com/2013/01/kelebihan-dan-kekurangan-agensia-hayati.html diakses pada tanggal 15 – maret 2015

Saraswati, R., T. Prihartini, dan R.D. Hastuti. 2004. Teknologi Pupuk Mikroba Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan dan Keberlanjutan Sistem Produksi Padi Sawah. P. 169-189. Dalam: Fahmuddin Agus et al. (eds.) Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklomat. Bogor.

Saraswati, Rasti. tt. Teknologi Pupuk Hayati untuk Efisiensi Pemupukan dan Keberlajutan Sistem Produksi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Yang diakses melalui http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/68%20-%20Rasti%20Saraswati%20%20Teknologi%20Pupuk%20Hayati%20untuk%20Efisi ensi%20Pemupukan.pdf pada tanggal 15 Maret 2015

Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D.Setyorini, dan W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. BBSDLP. Tersedia di

Simarmata, tualar, Benny Joy, Nana Danapriatna. 2012. Peranan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Pada Industri Pupuk Hayati (Biofertilizers). Tersedia di http://blogs.unpad.ac.id/tualar/files/2011/03/Peranan-Litbang-dalam-Industri-Pupuk-hayati.pdf. Diakses pada 15 Maret 2015

(21)

MK Biefertilisasi | 17 http://download.portalgaruda.org/article.php?article=11965&val=876 diakses pada tanggal 15 – maret 2015

Ultragen.2013.Pupuk organic vs Pupuk Hayati. Tersedia di http://ultragen.co.id/organik/pupuk-organik-vs-pupuk-hayati/ diakses pada tanggal 15 – maret 2015

(22)
(23)

Gambar

Tabel 2 . 3 . 3. Estimasi kebutuhan inokulan mikroba pengurai bahan organik (dekomposer) di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Faktor penentu yang hubungannya bermakna dengan praktik pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan (p<0,05) adalah ibu tinggal di wilayah kabupaten, Ibu tidak bekerja

Wiroatmodjo dan Zulkifli (1988), dalam penelitiannya menyatakan bahwa pembenah tanah mampu memperbaiki sifat fisik tanah, sehingga memacu pertumbuhan akar sekaligus dapat

penyerapan bunyi yang kurang baik telah menyebabkan gangguan bunyi dalam bilik kuliah. Susunatur kerusi yang terdapat dalam bilik kuliah juga tidak baik kerana ia boleh

Mengingat masyarakat saat ini mengenal internet, maka Sistem Informasi Geografi (SIG) akan sangat tepat digunakan sebagai sarana untuk mengolah informasi lokasi ATM

Berdasarkan telaah pustaka maka difinisi operasional variabel penelitian ini adalah (1) Manajemen pengetahuan adalah sebuah kemampuan untuk memahami konsep- konsep yang

Menetapkan agar Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah);--- Membaca Akta Permintaan Banding Nomor 47/Akta.Pid/2014/PN.BB dan

Tanggal periode pernyataan kehendak pemegang saham publik LPPF 21 – 27 September 2011 yang beniat untuk menjual sahamnya. Tanggal perdagangan terakhir saham LPPF sebelum Penggabungan

‘Umdat al-Muhtajîn ilâ Suluk Maslak al-Mufradîn merupakan salah satu dari karya-karya al-Râuf al-Sinkîlî yang ditulis dalam bahasa Jawa (baca: Melayu) supaya