• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN Pestisida dan teknik aplikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN Pestisida dan teknik aplikasi"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI

KELAS A

OLEH:

NAMA : CILFYZHA VEMITHASYA

NO. BP : 1210212007

KELOMPO K

: 6

ASISTEN : NHYRA KAMALA PUTRI

ELIN SUCIATI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2015

(2)

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi ini.

Kami berterima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Pestisida dan Teknik Aplikasi serta tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada asisten yang telah membimbing kami dalam melaksanakan praktikum.

Kami menyadari bahwa penulisan laporan kali ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca guna menyempurnakan isi dari makalah ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Padang, 17 November 2015

(3)

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi...iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Tujuan...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabelan...3

2.2 Kalibrasi...5

2.3 Aplikasi Serangga Uji...7

BAB III BAHAN DAN METODA 3.1 Waktu dan Tempat...11

3.2 Alat dan Bahan...11

3.3 Cara Kerja...11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...14

4.2 Pembahasan...16

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...21

5.2 Saran...21

Daftar Pustaka...22

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah bagaimana cara mengatasi masalah OPT tersebut dengan pestisida sintetis. Di satu pihak dengan pestisida sintetis, maka kehilangan hasil akibat OPT dapat ditekan, tetapi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Di pihak lain, tanpa pestisida kimia akan sulit menekan kehilangan hasil akibat OPT. Padahal tuntutan masyarakat dunia terhadap produk pertanian menjadi bertambah tinggi terutama masyarakat negara maju, tidak jarang hasil produk pertanian kita yang siap ekspor ditolak hanya karena tidak memenuhi syarat mutu maupun kandungan residu pestisida yang melebihi ambang toleransi.

Pestisida (Inggris : Pesticide) berasal dari kata pest yang berarti organisme pengganggu tanaman (hama) dan cide yang berarti mematikan atau racun. Jadi pestisida adalah racun yang digunakan untuk membunuh hama. Pestisida diartikan sebagai obat atau racun yang terbuat dari bahan-bahan atau zat-zat yang telah diformulasikan dalam bentuk beranekaragam yang dapat membunuh atau mengurangi kerugian secara ekonomis pada tanaman budidaya akibat serangan organisme pengganggu tanaman yang meliputi hama, penyakit dan gulma.

Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tesebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah keracunan, khususnya para petani yang sering / intensif menggunakan pestisida.

(5)

penggunaannya namun berbagai masalah yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan seperti keracunan dan pencemaran makin meningkat sejalan dengan peningkatan penggunaan pestisida sehingga diperlukan pengelolaan yang baik agar tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.

Berbagai upaya untuk menanggulangi dan pencegahan dampak negatif pengelolaan pestisida terhadap kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan yaitu dengan usaha pengawasan terhadap pengelolaan pestisida dan pengendalian terhadap pencemaran dan keracunan pestisida. Pestisida sebagai salah satu hasil teknologi telah digunakan dalam berbagai bidang kehidupan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat yaitu di bidang-bidang pertanian, kehutanan, perikanan, perindustrian, rumah tangga, gedung-gedung, transportasi, pariwisata, dokumentasi, kesehatan masyarakat dan lain-lain

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pemberian label pada kemasan pestisida, cara kalibrasi pestisida dan cara mengaplikasikan pestisida sintetik, pestisida nabati, dan pestisida mikrobial.

(6)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabelan

Label adalah tulisan dan dapat disertai dengan gambar atau simbol, yang memberikan keterangan tentang pestisida, dan melekat pada wadah atau pembungkus pestisida. Setiap pestisida harus terdapat didalam wadah dengan ukuran dan dibuat dari bahan sebagaimana yang ditetapkan dalam pembarian izin.

Dengan demikian setiap jenis pestisida yang resmi tempat/wadahnya sudah ditentukan sejak pestisida tersebut didaftarkan. Artinya membuat kemasan baru tidaklah dapat dilakukan oleh sembarang pihak karena alasan peraturan yang berkaitan dengan keamanan dari pestisida tersebut. Keterangan-keterangan mengenai pestisida dalam bentuk label ditempelkan pada wadah dengan kuat. Seluruh keterangan pada label harus dicantumkan dalam bahasa Indonesia, tanda peringatan harus dicetak dengan jelas, mudah dilihat serta tidak dapat dihapus.

Pada label keterangan yang wajib dicantumkan adalah sebagai berikut

Yaitu Jenis pestisida berdasarkan jasad sasaran. Jenis pestisida tersebut diantara adalah Insektisida (untuk membunuh serangga), Fungisida (membunuh jamur)

3. Nama dan kadar bahan aktif

Komponen terbesar, terutama bahan aktif diberikan bersama-sama dengan bahan lainnya pada persentase yang berbeda-beda. Untuk menghindari kekacauan maka terhadap bahan aktif diberikan nama sesuai dengan standar kimia. Bahan lainnya selain bahan aktif disebut bahan pembawa.

4. Isi atau berat bersih dalam kemasan

(7)

5. Peringatan keamanan

Peringatan keamanan disesuaikan dengan sifat bahaya pestisida yang bersangkutan dinyatakan dengan kalimat-kalimat sebagai berikut ”Bahaya”, “Perhatian”, “Hati-Hati”, “Awas Beracun” Dan Lain-Lain. 6. Klasifikasi dan simbol bahaya

Klasifikasi dan simbol bahaya disesuaikan dengan sifat bahaya pestisida yang bersangkutan, dinyatakan dengan simbol, kata dan warna. Selain simbol bahaya perlu dicantumkan sifat fisik dari bahan pestisida tersebut.

7. Petunjuk keamanan

Petunjuk keamanan terutama ditujukan untuk pekerja atau peng una, untuk konsumen dan untuk lingkungan hidup.

8. Petunjuk Penggunaan

Pada label pestisida juga dicantumkan rekomendasi petunjuk penggunaan agar pestisida dapat digunakan secara tepat. Petunjuk tersebut memperhatikan jenis tanaman, hama dan penyakit dan cara pencampuran untuk pestisida yang disemprotkan.

9. Petunjuk pembuangan

Keterangan tentang petunjuk pemusnahan dimaksudkan untuk menjaga keselamatan pemakai dan masyarakat umum. Perhatikan bahwa pada contoh gambar dianjurkan untuk tidak menggunakan ulang wadah pestisida dan mengubur pestisida yang akan dibuang.

10. Nomor pendaftaran

Nomor Pendaftaran adalah keterangan yang menunjukkan bahwa pestisida tersebut telah terdaftar dan memperoleh izin menteri pertanian. Tidak dibenarkan menggunakan Pestisida yang tidak terdaftar dan tidak mendapat ijin Menteri Pertanian, karena tidak diketahui kebenaran mutu dan efektivitasnya serta keamanannya bagi lingkungan. Dalam gambar contoh nomor pendaftarannya adalah RI 1385/8-2003/T.

11. Nama dan alamat distributor

Nama dan alamat serta nomor telepon pemegang, nomor pendaftaran distributor tidak hanya penting untuk menunjukkan tanggungjawab terhadap pestisida, tetapi juga untuk mengetahui dimana bisa mendapatkan saran-saran dalam penggunaan pestisida dan atau keracunan.

(8)

Setiap produk pestisida memiliki umur penggunaan yang ditandai dengan masa kadaluarsa. Kadaluarsa berarti suatu produk sudah tidak layak lagi untuk digunakan karena mengalami perubahan sifat baik fisik maupun kimia sehingga hasil tidak akan sesuai dengan yang diharapkan dan memiliki kemungkinan memberikan efek samping yang negatif.

2.2 Kalibrasi

Aplikasi pestisida yang tepat dapat didefinisikan sebagai aplikasi pestisida yang semaksimal mungkin terhadap sasaran yang ditentukan pada saat yang tepat, dengan liputan hasil semprotan yang merata dari jumlah pestisida yang telah ditentukan sesuai dengan anjuran dosis. Adapun cara pemakaian pestisida yang sering dilakukan oleh petani, salah satunya adalah dengan penyemprotan (Spraying). Cara ini merupakan metode yang paling banyak digunakan (Wudianto,1999).

Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemproan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus (droplet). Pada alat pengkabut (miss blower) dimasukkan kedalam pengertian sprayer. Fogging machine dan cold aerosol generator sebenarnya juga dapat dianggap sebagai sprayer (Sastroutomo, 1992).

Banyak jenis alat penyemprot yang bisa digunakan, yaitu penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien (Sastroutomo, 1992).

(9)

diketahui, yang berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu, atau bisa dikatakan kalibrasi sebagai suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar yang tertelusur (Sudarmo , 1991).

Faktor utama yang dapat menyebabkan aplikasi pestisida kurang tepat dalam aplikasi adalah kalibrasi. Namun sebelum melakukan kalibrasi alat, hal yang penting yang harus dilakukan adalah menghitung jumlah insektisida yang diperlukan pada areal tertentu yang dikenal dengan volume semprot. Volume semprot adalah banyaknya cairan yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan insectisida secara merata pada areal tertentu (Sudarmo , 1991).

Dalam pengaplikasian kalibrasi pun memiliki fungsi tersendiri. Fungsi kalibrasi yaitu memberikan informasi atas dosis yang diberikan disetiap tanaman yang akan disemprot dan juga memberikan informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk menyemprot tanaman yang dibudidayakan jadi setiap satu tanaman memiliki waktu semprot dengan dosis yang tepat. Oleh sebab itu kalibrasi ini berfungsi untuk memberikan takaran dan informasi yang tepat untuk penggunaan penyemprotan pestisida ataupun pupuk (Sudarmo , 1991).

Banyaknya bahan racun yang diaplikasikan dapat dinyatakan dalam dosis dan konsentrasi. Dosis adalah banyaknya bahan racun yang dapat membunuh organism sasaran sedangkan konsentrasi adalah perbandingan antara bahan racun dengan bahan pelarut. Takaran pestisida sangat perlu diketahui dengan tepat karena pestisida merupakan bahan racun yang berbahaya terhadap organism non-target termasuk manusia dan lingkungan. Hal-hal yang perlu diketahui sebelum melakukan kalibrasi adalah:

1. Kecepatan Curah Semprot 2. Lebar diameter gawang 3. Kecepatan jalan

4. Volume air dalam 1 Ha

(10)

Ulat crop (Crocidolomia binotalis Zell.) merupakan hama yang penting pada tanaman kubis. Munculnya hama ini pada pertanaman kubis merupakan ancaman yang serius bagi petani. Pada tahun 1998 Balai Proteksi Tanaman Pangan & Hortikultura V melaporkan ulat crop (C. binotalis) merupakan hama yang menempati urutan pertama penyebab kerusakan tanaman kubis di Jawa Tengah. Serangan hama ini mengakibatkan turunnya produksi mencapai 50 persen per hektar. Serangan C.binotalis pada tanaman kubis sampai sekarang belum dapat diatasi secara memuaskan, meskipun pengendalian kimia telah dilakukan secara intensif.

Menurut Juma (1997), Ulat Crop diklasifikasikan sebagai berikut : Kindong : Animalia

Phylum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Pytalidae Genus : Crocidolomia

Spesies : Crocidolomia binotalis Zell.

Telur berukuran 5 mm dan biasanya berkumpul berkisar antara 10-300 butir dalam satu daun. Telur berwarna hijau cerah dan muda berkamuflase pada daun. Telur biasanya diletakkan pada bagian bawah daun(Ahmad, 2007)

(11)

Panjang berkisar antara 8.5 sampai 10.5mm dan berbentuk bulat dengan berwarna hijau cerah dan coklat gelap, pupa biasanya diselubungi oleh tanah (Ahmad, 2007). Pupa terdapat pada kokon yang terbuat dari butiran tanah dan membentuk lonjong dengan stadium 9 hari (Wahyuni, 2006).

Ngegat jantan umumnya berukuran lebih besar daripada betinanya. Jantan berukuran 20-25mm dan betina 8-11mm. Pada betina dan jantan mempunyai warna coklat pada bagian sayap. Jantan pada umumnya mempunyai warna yang lebih cerah. Pada siang hari ngengat akan besembunyi pada bagian tubuh pohon dan aktif pada malam hari (Ahmad, 2007).

Imago memiliki sayap dengan bintik putih dan sekumpulan sisik berwarna kecoklatan. Imago betina dapat hidup selama 16-24 hari. Pengendalian yang dapat dilakukan secara mekanis dengan mengumpulkan larva dengan tangan (Wahyuni, 2006).

Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat Pestisida nabati bersifat ramah lingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi di alam, sehingga aman bagi manusia maupun lingkungan. Selain itu pestisida nabati juga tidak akan mengakibatkan resurjensi maupun dampak samping lainnya, justru dapat menyelamatkan musuhmusuh alami (Untung, 1993).

Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000).

(12)

lingkungan sekitar (ekosistem). Adapun kekurangan dari penggunaan pestisida sintetik adalah:

1. Hama menjadi kebal (resisten) 2. Peledakan hama baru (resurjensi)

3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen 4. Terbunuhnya musuh alami

5. Pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia 6. Tidak ramah lingkungan

7. Harganya mahal

8. Matinya musuh alami hama tanaman 9. Matinya organisme yang berguna.

Adapun kelebihan penggunaan pestisida sintetik adalah: 1. Mudah di dapatkan di berbagai tempat

2. Zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida 3. Kemasan lebih praktis

4. Bersifat tahan lama untuk disimpan

5. Daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga)

Pestisida mikrobial (microbial pesticide), yaitu jenis produk biopestisida yang mengandung mikroorganisme (bakteri, virus, fungi, dan protozoa)sebagai bahan aktif. Secara sempit kelompok ini sering disebut agen pengendali hayati atau agen hayati (biological control agens). biopestisida juga diistilahkan sebagai pestisida biorasional. Artinya, tidak mengakibatkan pemusnahan total dari populasi hama yang ada dan organisme lain yang tidak menjadi targer perlakuan (Tombe, M,2008).

Pada mikroorganisme yang digunakan sebagai pestisida mikrobial akan menghasilkan bahan aktif yang bekerja spesifik. Yakni, bahan aktif tersebut hanya akan “menyerang” organisme sasaran dan tidak akan menyerang organisme lainnya. Bacillus thuringiensis merupakan salah satu mikroorganisme yang sering digunakan sebagai pestisida biologis. Bacillus thuringiensis adalah bakteri yang berasal dari genus Bacillus yang berbentuk batang dan menghasilkan endospora saat sporulasi (Tortora, 2010).

(13)

menimbulkan resistensi, tidak membunuh organisme yang berguna, dan residunya tidak menimbulkan bahaya bagi manusia.

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun pelaksanaan praktikum kali ini adalah dimulai bulan September-November, setiap hari Selasa pukul 16.00 di Laboratorium Bioekologi Serangga, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Pelabelan

(14)

3.2.2 Kalibrasi

Untuk praktikum Kalibrasi bahan yang digunakan yaitu: air. Dan alat yang digunakan yaitu Knapsack Sprayer, ember dan alat tulis.

3.2.3 Aplikasi Serangga Uji

Untuk praktikum aplikasi serangga uji ini bahan yang digunakan yaitu: air, pakan, serangga uji (Crocidolomia Pavonana dan Spodoptera Litura), insektisida yang digunakan yaitu sintetik (sidametrin 50 EC), insektisida nabati,dan tisue. Dan alat yang digunakan yaitu: tempat larva, kuas, kertas millimeter, alat penyemprot, ruler, alat tulis, gelas ukur.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pelabelan

Adapun cara kerjanya adalah jenis pestisida yang diamati ada sebanyak 20 pestisida dengan jenis yang berbeda. Setelah mengambil secara bergiliran diamati satu persatu tentang nama dagang, nama umum, kadar bahan aktif, bobot/volume, no.pendaftaran, nama & alamat distributor, tanda bahaya, petunjuk penggunaan, jenis, penggunaan, waktu kadarluarsa dan petunjuk pembuangan.

3.3.2 Kalibrasi

(15)

V = Volume Semprot

3.3.3 Aplikasi Serangga Uji

Dibawa serangga uji sebanyak 10 ekor perkelompok dengan 5 perlakuan dan 1 kontrol. Menggunakan insektisida sintetik sidametrin 50 EC dengan bahan aktif sipermetrin 50 gr/liter. Diambil 1 ml insektisida untuk 250/larutan. Bahan pakan dipotong 4x4 cm. Kemudian dimasukkan kedalam larutan yang telah berisi pestisida. Metode yang digunakan yaitu metode celup. Seteah dicelupkan maka dibiarkan diatas kertas sampai kering. Sambil menunggu bahan pakan kering maka, serangga uji dimasukan kedalam botol sebanyak 10 ekor, dialasi dengan tissue dan diamati instar berapa yang di masukkan. Setelah bahan pakan kering dimasukkan ke dalam botol dan catat jam waktu memasukkan pakan tersebut. Dan diamati mortalitas dan volume daun yang dimakan, diukur dikertas millimeter, dan bahan pakan diganti setiap hari. Untuk pengamatan mortalitas selama 5 hari dan antifeedant selama 3 hari.

(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pelabelan dan Formulasi Terlampir

4.1.2 Kalibrasi Nozzle Hollow

Ulangan C

(L/menit) G (m) K (m/menit) V (L/ha) Rata-Rata Ulangan 1 oleh

cowok 1,46

L/menit 0,25 m

30,8 m/menit 1896,1 L/ha

1649,95 L/ha Ulangan 2 oleh

cewek 41,6 m/menit 1403,8 L/ha

Nozzle Kipas

(17)

(L/menit)

Aplikasi pestisida Sintetik terhadap ulat Crocidolomia pavonana (kontrol) Perlakuan

Luas daun/kotak 1600 1600 - -

-Mortalitas (%) 0 0 0 0 10 2

Anti Feedant (%) 0 0 - -

-Aplikasi pestisida mikrobial Bacillus thuringiensis 0,5

Hari

Mortalitas (%) 100 80 20 100

Anti Feedant 98,19 % 99,5 % 91,73 % 84,19 %

(18)

Croci (Celup) 33,3 40 formulasi dalam pestisida. Pestisida yang digunakan dalam pelabelan sebanyak 20 buah adalah Centafur 36 R, MIP Cinta 50 WP, Antracol 70 WP, Codifor Imidaklorid, Dursban 200 EC, Lebaycid 500 EC, Fenomin 500 EC, Sidazinon, Dupont Oshin 20 SG, Topsin-M 70, Winder 25 WP, Decis 25 EC, Velimek 80WP, Sevin, Lannate 25 WP, Cymbush 50EC, Curzate 8/64 WP, Curacron 500EC, dan Rizotrin 100 EC.

(19)

merusak wadah bekas dan ditanam didalam tanah serta harus dijauhkan dari sumber air dan pemukiman. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.

Formulasi pestisida adalah bentuk campuran antara bahan aktif dan bahan tambahan yang digunakan dalam produksi suatu jenis pestisida. Kode formulasi pestisida pada umumnya ditulis dengan 2 atau 3 huruf kapital di akhir merek dagang suatu produk yang didahului dengan angka. Untuk tabel formulasi, yang ditulis adalah jenis formulasi, nama dagang, bahan aktif, wujud fisik, komposisi, bentuk campuran siap pakai, dan keterangan pestisida itu. Wujud fisik dalam pestisida yang diamati adalah cair, tepung dan granular. Bentuk campuran siap pakainya berbentuk suspense, emulsi, larutan dan ada juga yang ditebar langsung. Menurut literatur, Direktorat Pupuk dan Pestisida Tanaman. 2011, Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk koloid, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik, jika larutan diencerkan atau dicampur. Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi) dengan zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua bahan tak dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fasa yang lain. Suspensi adalah bentuk koloid yang mengandung partikel padat yang tidak larut namun dapat terdispersi dalam fase cair.

4.2.2 Kalibrasi

(20)

sempotnya sebesar 1896,1 L/ha. Sedangkan, untuk pengaplikasian yang dilakukan oleh cewek, dimana nilai K sebesar 41,6 m/menit. Sehingga, didapatkan volume penyemprotannya sebesar 1403,8 L/ha.

Untuk nozzle kipas, mempunyai gawang yang berdiameter 1,5 m dengan curah sebesar 1,5 L/menit. Untuk pengaplikasian yang dilakukan oleh cowok, dimana K bernilai 33,1 m/menit. Sehingga, didapatkan volume sempotnya sebesar 302,11 L/ha. Sedangkan, untuk pengaplikasian yang dilakukan oleh cewek, dimana nilai K sebesar 40,5 m/menit. Sehingga, didapatkan volume penyemprotannya sebesar 246,91 L/ha.

Nozzle adalah bagian sprayer yang menentukan karakteristik semprotan yaitu pengeluaran, sudut penyemprotan, lebar penutupan, pola semprotan, dan pola penyebaran yang dihasilkan. Setiap tipe butiran cairan yang khas dihasilkan oleh nozzle yang khas sesuai dengan kebutuhan. Fungsi nozzle adalah:

1. Menentukan ukuran butiran semprot (droplet size) 2. Mengatur flow rate (angka curah)

3. Mengatur distribusi semprota, yang dipengaruhi oleh Pola semprotan, Sudut semprotan, dan lebar semprotan.

Sebelum melakukan penyemprotan, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi. Dengan kalibrasi, kita dapat melakukan penentuan output nozzle per menit serta mengukur lebar semprotan dan juga dapat membantu dalam keberhasilan penyemprotan. Untuk kalibrasi yang telah dilakukan, seperti tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan hasil semprotan disebabkan oleh kecepatan orang berjalan saat pengaplikasian dan lebar gawang pada nozzle. Semakin lebar gawang nozzle yang digunakan, maka volume semprot yang dihasilkan akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan penyebaran ukuran butiran yang dikeluarkan juga berbeda. Hasil penyemprotan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan berbeda, dikarenakan tenaga yang mereka gunakan dan cara mereka berjalan pun berbeda pula.

(21)

Praktikum kali ini adalah pengaplikasian pestisida sintetik terhadap Crocidolomia pavonana dan pestisida mikrobial terhadap ulat Spodoptera litura. Untuk merk dagang pestisida yang digunakan adalah sidametrin 50 EC. Didalamnya terkandung bahan aktif sipermetrin 50gr/L. Metode yang digunakan untuk pengaplikasian pestisida sintetik adalah metode celup. Sedangkan, untuk pengaplikasian pestisida mikrobial adalah dengan metode semprot. Ulat percobaan Corcidolomia pavonana digunakan sebanyak 10 ulat. Untuk ulat Spodoptera litura digunakan sebanyak 5 ulat. Konsentrasi Bacillus thuringensi yang digunakan sebesar 0,5 %.

Hasil menunjukan untuk pestisida sintetik kontrol, daun yang diserang sangat besar dibandingkan dengan perlakuan menggunakan pestisida sintetik. Hampir seluruh luas permukaan daun habis dimakan ulat uji tersebut. Mortalitas yang didapatkan rata-rata hanya sebesar 2 % dan antifeedantnya hanya 0% Ini menunjukan, ulat croci lebih cepat berkembangbiak dan menyukai pakan yang tidak diberi pestisida sintetik. Bila dibandingkan dengan hasil pengujian dari perlakuan dengan menggunakan insektisida sintetik menunjukkan bahwa pakan yang dicelupkan kedalam insektisida sintetik yang berbahan aktif sidametrin 50 gr/liter memiliki aktifitas yang kuat terhadap mortalitas serangga uji Crocidolomia pavonana. Hal ini terlihat bahwa pesentase kamatian (mortalitas) larva rata-rata sebesar 80 %, tingkat kematian ini sangat tinggi karena hampir semua larva mati. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan pestisida sintetik

(22)

bahwa ulat Spodoptera litura lebih efektif dengan pengaplikasian celup dibandingkan semprot.

(23)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tesebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Didalam kemasan pestisida, terdapat label yang tertera. Label tersebut ditujukkan agar mengetahui jenis pestisida dan formulasi yang digunakan. Ada berbagai macam bentuk formulasi berdasarkan fisik, yaitu formulasi dalam bentuk padat, cair dan formulasi dalam bentuk aerosol.

Untuk mengurangi pemakaian pestisida sinstetik, bisa digunakan pestisida nabati maupun pestisida mikrobial. Hal ini diharapkan agar pencemaran lingkungan tidak terjadi. Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Sedangkan, pestisida mikrobial adalah jenis produk biopestisida yang mengandung mikroorganisme (bakteri, virus, fungi, dan protozoa) sebagai bahan aktif. Pengarahan dan penggunaan yang lebih tepat kepada para penggunaan dalam hal pemberian dosis, waktu aplikasi, cara kerja yang aman, akan mengurangi ketidakefisienan penggunaan pestisida pada lingkungan dan mengurangi sekecil mungkin pencemaran yang terjadi.

5.2 Saran

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H. 2007. Laporan Hama Ulat Crop (Crocidolomia binotalis Zell.) (Lepidoptere: Pyralidae) pada Kubis (Brassica oleracea L.). Dizited by IPB erepository copy right. Diakses darihttp://repository.ipb.ac.id/ pada tanggal 10 November 2015

Direktorat Pupuk dan Pestisida. 2011. Petunjuk Teknis Pengawasan Pupuk dan Pestisida 2011. http://pla.deptan.go.id/pdf/Pengawasan.pdf. Diakses tanggal 10 November 2015

Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisius

Sastroutomo Soetikno S. 1992.Pestisida Dasar-Dasar Dan Dampak Penggunaanya. Jakarta: Gramedia

Sudarmo, S., 1991. Pestisida. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Supriyatin dan Marwoto, 2000. Pestisida Nabati. Jakarta: Rineka Cipta

Tombe. 2008. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dan Agensia Hayati Untuk

Pengendalian Penyakit Busuk Jamur Akar Putih Pada Jambu Mete. Littro. 19(1)68 – 77.

Tortora, Gerard J., Funke, Berdell R., Case, Christine L. Microbiology. 10th ed. 2010.San Francisso: Pearson Benjamin Cummings

Untung.1992. Pestisida Alami. Universitas Jember: Fakultas Pertanian Wahyuni, S. 2006. Perkembangan Hama dan Penyakit Kubis dan Tomat pada

Tiga Sistem Budidaya Pertanian di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Program Studi Proteksi Tanaman,

Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

(26)

23 No

. FormulasiJenis DagangNama Bahan Aktif WujudFisik Komposisi

Bentuk Campuran Siap Pakai

Keterangan

1. GR Centa Fur Karbofuran Granul Karbofura

n 3%

-(ditabur) Insektisida

2. WP MIPCINTA MIPC Tepung MIPC50% Suspensi Insektisida

3. WP Antracol Propineb Tepung Propineb70% Suspensi Fungisida 4. WP Condifor 5WP Imidaklorid Tepung Imidaklorid 5% Suspensi Insektisida 5. EC Dursban Klorpirifos Cair Klorpirifos 200g/l Emulsi Insektisida

6. EC Lebaycid Fention Cair Fention

500g/l Emulsi Insektisida

8. EC Sidanizon Diazinon Cair Diazinon600g/l Emulsi Insektisida 9. SG DupontOshin Dinotefuran Granular Dinotefuran 20% Suspensi Insektisida

10. WP Topsin TiofanatMetil Tepung

Metil Tiofanat

70% Suspensi Fungisida

11. WP Winder Imidaklorid Tepung Imidaklorid 25% Suspensi Insektisida

12. EC Decis Deltametrin Cair Deltametri

n 25g/l Emulsi Insektisida 13. WP Velimek Maheb danZineb Tepung

Maheb 72% dan Zineb 8%

Suspensi Fungisida

14. EC Sevin Karboril Tepung Karboril85% Emulsi Insektisida

15. WP Lannate Metamil Metamil25% Insektisida

16. EC Cymbush Sipermetrin Cair Sipermetrin 50g/l Emulsi Insektisida

17. WP Curzate

18. EC Basma Sipermetrin Larutan 200gr/l Emulsi Insektisida

(27)

Lampiran 3 Dokumentasi Kalibrasi

(28)

Pengaplikasian Nozzle Kipas ulangan 1

PERHITUNGAN KALIBRASI

- Nozzle Hollow ulangan 1 (cowok)

Diket : C = 1,46 L/m G = 0,25 m K = 30,8 m/menit Dit : V?

Jawab:

V=C .10.000 G . K

V= 1,46L/m .10.000 0,25m.30,8m/menit

V=14600 7,7 = 1896,1 L/ha

- Nozzle Hollow ulangan 2 (cewek)

(29)

Dit : V? Jawab:

V=C .10.000 G . K

V= 1,46L/m .10.000 0,25m.41,6m/menit

V=14600 10,4 = 1403,8 L/ha

- Nozzle Kipas ulangan 1 (cowok)

Diket : C = 1,5 L/m G = 1,5 m

K = 33,1 m/menit Dit : V?

Jawab:

V=C .10.000 G . K

V= 1,5L/m.10.000 1,5m.33,1m/menit

V=15000 49,65 = 302,11 L/ha

(30)

Diket : C = 1,5 L/m G = 1,5 m

K = 40,5 m/menit Dit : V?

Jawab:

V=C .10.000 G . K

V= 1,5L/m.10.000 1,5m.40,5m/menit

(31)

Lampiran Dokumentasi Aplikasi Serangga Uji

Bacillus celup

(32)

Pestisida Nabati

Lampiran Perhitungan Efektifitas Uji Pestisida - Pestisida Sintetik

Diketahui: V daun kontrol = 1600 V daun yang diaplikasikan pestisida = 170 Ditanya: AA?

Jawab: AA= BK-BP/BK X 100% = 1600-170 / 1600 X 100% 89,375

Nilai Mortalitas:

1. M = 0/10 x 100% = 0%

2. M = 0/10 x 100% = 0%

3. M = 0/10 x 100% = 0%

4. M = 0/10 x 100% = 0%

5. M = 1/10 x 100% = 10%

Hasil pengamatan

(33)

Referensi

Dokumen terkait

 Warga Negara atau Penduduk atau Institusi Amerika Serikat Pengendali tidak akan mengajukan tuntutan hukum berupa apapun juga (termasuk tuntutan ganti rugi) kepada BPAM dan BPAM

Semua alternative diberi skor 4, hal ini dikarenakan semua alternative alat pengering dan penyuling air laut disesuaikan dengan data anthropometri, sehingga criteria

• Instrumen ekonomi bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara biaya privat dan sosial melalui internalisasi seluruh biaya eksternal (biaya pengurangan dan polusi)

Sifat formaldehida yang mudah terhidrolisis atau larut dalam air menyebabkan formaldehida yang seharusnya mengikat urea dan tanin agar daya rekat menjadi kuat lebih terikat atau

In this chapter, we explore what metrics will maximize the delivery of business value, support dealing honestly with ambiguity, foster trust and collaboration, and not take away

Selain itu, hasil kajian juga mendapati bahawa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kepuasan masyarakat terhadap penyampaian perkhidmatan awam di Kabupaten Kutai

Evaluasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Pengurus Kelompok dalam Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani di..

Pelaksanaan PPL bagi mahasiswa Universitas Negeri Semarang ini terbagi dalam dua tahap, yakni pertama yang bertujuan untuk mengenal lingkungan tempat praktik dan tahap