BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertumbuhan Laba
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba
secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang
timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan
pendapatan tersebut. Wild dan Halsey (2005:408) “Laba (Income – juga disebut
Earnings atau Profit) merupakan ringkasan hasil aktivitas operasi usaha yang dinyatakan dalam istilah keuangan.” Laba mencerminkan pengembalian kepada
pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan
merinci bagaimana laba diperoleh.
Menurut Darsono dan Purwanti (2008:121) “Laba ialah prestasi seluruh
karyawan dalam suatu perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk angka keuangan
yaitu selisih positif antara pendapatan dikurangi beban (Expenses)”. Laba
merupakan dasar ukuran kinerja bagi kemampuan manajemen dalam
mengoperasikan harta perusahaan. Laba harus direncanakan dengan baik agar
manajemen dapat mencapainya secara efektif.
Menurut Harahap (2005:263), laba merupakan angka yang penting dalam
perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan
pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan keputusan, dasar dalam
datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan
perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Pertumbuhan laba yang positif mencerminkan bahwa perusahaan telah dapat
mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan
laba serta menunjukkan baiknya kinerja perusahaan dan begitu juga sebaliknya.
Ukuran yang seringkali dipakai untuk menentukan sukses tidaknya
manajemen perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Berhasil atau
tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan
manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan
datang, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan demikian sasaran
utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang prestasi-prestasi perusahaan
yang disajikan melalui pengukuran laba dan komponen-komponennya.
Menurut Warsidi dan Pramuka (2000:45) “Pertumbuhan laba dihitung
dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumya
kemudian dibagi dengan laba periode sebelumnya yang diformulasikan sebagai
berikut:
Pertumbuhan Laba = ��������� ������� ℎ�� −���������������� ℎ�� −1 ���������������� −1
Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen
dalam laporan keuangan. Pertumbuhan laba yang disebabkan oleh perubahan
komponen laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga
pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga, perubahan
Menurut Hanafi dan Halim sebagaimana dikutip Angkoso (2006:20) pertumbuhan
laba disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Besarnya perusahaan
2. Umur perusahaan
3. Tingkat leverage
4. Tingkat penjualan
5. Perubahan laba masa lalu
Namun begitu pertumbuhan laba juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar
seperti adanya peningkatan harga akibat inflasi dan adanya kebebasan manajerial
yang memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan membuat estimasi
yang dapat meningkatkan laba.
2.1.2 Rasio Keuangan
Menurut Kasmir (2009:104), rasio keuangan merupakan indeks yang
menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka
dengan angka yang lainnya dalam satu periode maupun beberapa periode.Menurut
Hanadie (2010) rasio keuangan adalah penggabungan yang menunjukkan
hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan,
hubungan antar unsur laporan tersebut. Rasio keuangan dapat digunakan untuk
mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan dalam melaksanakan aktivitas
operasional perusahaan.Wild (2005:36), menyatakan bahwaanalisis rasio (ratio
analysis) dapat mengungkap hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan
mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Rasio yang
diinterpretasikan dengan tepat mengindikasikan area yang memerlukan investigasi
lebih lanjut.
Berdasarkan beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio
keuangan merupakan indeks yang memperlihatkan hubungan yang relevan dan
signifikan antar satu atau lebih pos-pos laporan keuangan yang dirancang untuk
membantu dalam mengevaluasi suatu laporan keuangan.
Menurut Syahyunan (2015) untuk mengidentifikasikan kondisi keuangan
dan kinerja keuangan perusahaan, maka rasio keuangan dapat di bandingkan
dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1. Perbandingan Antar Waktu (Trend Analysis)
Dalam perbandingan antar waktu, rasio keuangan yang sekarang
dibandingkan dengan rasio keuangan tahun yang lalu atau dibandingkan
dengan perkiraan rasio keuangan yang akan datang dalam perusahaan yang
sama (perbandingan internal) suatu perusahaan. Dari perbandingan itu dapat
diliht arah perubahan apakah naik atau sebaliknya turun.
2. Perbandingan Antar Perusahaan (Comparative Analysisi)
Dalam perbandingan antar perusahaan, rasio keuangan suatu perusahaan
dibandingkan dengan rasio keuangan perusahaan lainnya yang sejenis atau
dengan rata-rata industri pada waktu yang sama (perbandingan eksternal).
Dari perbandingan ini dapat dilihat apakah rasio keuangan perusahaan relatif
2.1.3 Jenis Rasio Keuangan
Menurut Kasmir (2009:127), jenis rasio keuangan terdiri dari sebagai
berikut:
1. Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Jenis dari rasio
likuiditas antara lain:
a. Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau
utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai
persediaan.
c. Rasio Kas (Cash Ratio) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang
d. Rasio Perputaran Kas merupakan rasio yang mengukur tingkat
kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar
tagihan dan membiayai penjualan.
e. Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan.
Rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Rasio lancar dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan
(margin of safety) suatu perusahaan. Apabila rasio ini rendah, dapat dikatakan
bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun apabila hasil
pengukuran rasio tinggi, kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik. Hal ini
dapat terjadi akibat tidak adanya penggunaan kas dengan sebaik mungkin. Untuk
menghitung Current Ratio sebagai berikut:
Current Ratio = Aktiva Lancar (������������� ) Utang Lancar (������������������ )
Quick Ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva
lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Jika rasio ini di bawah rata-rata
industri, keadaan perusahaan buruk dari perusahaan lain. Hal ini menyebabkan
perusahaan harus menjual persediaannya untuk melunasi pembayaran utang
lancar, padahal menjual persediaan untuk harga yang normal relatif sulit, kecuali
perusahaan menjual di bawah harga pasar, yang tentunya bagi perusahaan jelas
menambah kerugian. Untuk menghitung Quick Ratio sebagai berikut:
Quick Ratio =������� ������ −��������� ������������������
2. Rasio Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Jenis-jenis rasio leverage
a. Debt to Asset Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
b. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.
c. Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.
d. Times Interest Earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga.
e. Fixed Charge Coverage merupakan rasio yang dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva
berdasarkan kontrak sewa ( lease contract).
Dalam rasio leverage yang menjadi fokus penelitian ini adalah Debt to
Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio.Debt to Asset Ratio adalah rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
Dari hasil pengukuran, apabila hasil rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan
utang semkain banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh
tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi
utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasiony
rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Adapun rumus untuk
mencari Debt to Asset Ratio sebagai berikur:
Debt to Asset Ratio = Total ���� Total Assets
utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik
perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Bagi bank (kreditor), semakin
besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar
resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi diperusahaan.
Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik.
Sebaliknya denan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang
disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika
terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Untuk menghitung Debt to
Equity Ratio sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio = Total Utang (��������� ) Ekuitas (������)
3. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan,
penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Jenis-jenis rasio
aktivitas antara lain:
a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini akan
b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam
persediaan ini berputar dalam suatu periode.
c. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover) merupakan salah satu
rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan
selama periode tertentu.
d. Fixed Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu
periode.
e. Total Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa
jumlahpenjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Dalam rasio aktivitas ini yang menjadi fokus penelitian adalah Total Asset
Turnoverdan Inventory Turnover.Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan
dan mengukur berapa jumpah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiahnya.
Apabila rasio ini rendah maka tidak baik bagi perusahaan karena perusahaan
belum mampu memaksimalkan aktiva yang dimilikinya. Untuk menghitung Total
Asset Turnover sebagai berikut:
Total Asset Turnover = Penjualan (�����) Total Aktiva (����� ������)
Inventory Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam suatu periode.
menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun.
Semakin kecil rasio ini semakin tidak baik bagi perusahaan demikian sebaliknya.
Untuk menghitung Inventory Turnoer sebagai berikut:
Inventroy Turnover =Penjualan Persediaan
4. Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Jenis-jenis
rasio profitabilitas antara lain:
a. Profit Margin on Sales merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan.
b. Return on Assetmerupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
c. Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
d. Laba Per Lembar Saham Biasa merupakan rasio untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang
saham.
Dalam rasio profitabilitas ini, yang menjadi fokus penelitian adalahReturn
on Asset dan Return on Equity.
Return on Asset adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Semakin rendah rasio ini, semakin
kurang baik demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk
mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Untuk menghitung
Return on Asset = ������� ����� ��� ����������
Return on Equity menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat demikian pula sebaliknya. Untuk menghitung Return on Equity
sebagai berikut:
Return on Equity =������� ����� ��� ������
2.2Tinjauan Peneliti Terdahulu
Terdapat beberapa peneliti terdahulu yang mengaitkan pengaruh rasio
keuangan terhadap pertumbuhan laba antara lain diuraikan pada Tabel 2.1 :
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
Nyoman Terdaftar di BEI
Current
1. Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, dan Profit Margin
Lanjutan Tabel 2.1
1. Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover,
dan Inventory Turnover berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan
2. Current Ratio, Debt to Asset Ratio, dan Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan Terdaftara di BEI
Current
1. Current Ratio, Total Asset Turnover, Profit Margin dan Divident Payout Ratio tidak berpengaruh terhadap
1. Quick Ratio, Total Asset Turnover, dan Inventory Turnover tidak
signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan
2. Debt to Equity Ratio
Lanjutan Tabel 2.1
1. Current Ratio, Quick
Ratio, Cash Ratio, Gross Profit Margin, Return on Aset, Return on Equity
memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan. Firms In Nigeria
Current on Equity memiliki hubungan signifikan negatif terhadap pertumbuhan laba
2. Gross Profit Ratio, Net Working Capital, Return on Asset, Return on
Capital memiliki
hubungan signifikan positif terhadap pertumbuhan laba 3. Net Profit Ratio memiliki
hubungan negatif dan tidak
signifikan terhadap
Ratio secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba 2. Total Asset Turnover
secara parsial tidak berpengaruh terhadap perubahan laba perusahaan 3. Return on Asset secara
parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan laba.
Sumber: Data diolah
2.3Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah rasio
keuangan (Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio,
dan yang menjadi variabel dependen adalah pertumbuhan laba dimana laba yang
digunakan pada penelitian ini adalah laba bersih setelah pajak.
2.3.1 Pengaruh Current Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Kasmir, 2009:134). Semakin tinggi Current Ratio,
maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah untuk memperoleh
pendanaan dari kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan
operasionalnya sehingga laba juga dapat meningkat. Menurut Hanafi dan Halim
(2003:78), Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yan akan
berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Rasio yang
rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang
tinggi menujukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai
pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.
2.3.2 Pengaruh Quick Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
Quick Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dan aktiva lancar
tanpa memperhitungkan nilai persediaan (Kasmir, 2009:138). Jika rasio ini kecil
atau berada di bawah rata-rata industri, keadaan perusahaan tidak baik atau buruk
dibandingkan perusahaan lain. Hal ini menyebabkan perusahaan harus menjual
persediaannya untuk melunasi pembayaran utang lancar, padahal menjual
dibawah harga pasar yang tentunya perusahaan akan mengalami kerugian yang
mengakibatkan laba menurun.
2.3.3 Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
Debt to Asset Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain,
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang
perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir, 2009:156).
Semakin tinggi Debt to Asset Ratio, artinya pendanaan dengan utang semakin
banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang
utangnya dengan aktiva yang dimilikinya sehingga akan sulit untuk memperoleh
pendanaan dari kreditor untuk mendukung kegiatan operasionalnya yang dapat
berakibat pada penurunan laba perusahaan. Sebaliknya, jika rasio ini rendah maka
semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang sehingga ini dapat meningkatkan
pertumbuhan laba.
2.3.4 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
Debt to Equity Ratiomerupakan rasio untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan (Kasmir, 2009:157).
Dimana Debt to Equity Ratioyang semakin besar maka semakin baik dan
sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yan
disediakan pemiliki dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika
terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva dan ini dapat mengurangi
2.3.5 Pengaruh Inventory Turnover terhadap Pertumbuhan Laba
Inventor Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode
(Kasmir,2009:180). Rasio yang tingi menujukkan perusahaan bekerja secara
efisien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian pula sebaliknya apabila
perputaran persediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau
tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk. Hal ini akan
mengakibatkan investasi dalam pengembalian yang rendah dan dapat mengurangi
laba.
2.3.6Pengaruh Total Asset Turnover terhadap Pertumbuhan Laba
Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir,2009:185). Semakin
tinggi Total Asset Turnover maka perusahaan akan semakin efisien dalam
menggunakan aktiva nya untuk menghasilkan penjualan dan laba perusahaan juga
dapat meningkat demikian sebaliknya.
2.3.7 Pengaruh Return on Asset terhadap Pertumbuhan Laba
Return on Asset menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2009:201). Semakin kecil (rendah) rasio
ini semakin kurang baik, karena hasil yang diperoleh atas penggunaan asset kecil
dan ini akan menurunkan pertumbuhan laba, demikian pula sebaliknya. Artinya
rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi
2.3.8 Pengaruh Return on Equity terhadap Pertumbuhan Laba
Return on Equity menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri suatu perusahaan (Kasmir, 2009:205). Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena
hasil dari pengembalian atas investasi tinggi yang membuat laba semakin tinggi.
Demikian sebaliknya jika rasio ini rendah tidak baik bagi perusahaan karena
tingkat pengembalian invetasi yang rendah dan laba yang diperoleh juga menurun.
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan
penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada
Gambar 2.1:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Current Ratio
Quick Ratio
Debt to Asset Ratio
Pertumbuhan
Laba Debt to Equity Ratio
Total Asset Turnover Inventory Turnover
2.4Hipotesis penelitian
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual, maka dirumuskan
hipotesis penelitian yaitu “Rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan
rasio profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada