• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebaran Normal Karakter – Karakter Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril) Hasil Persilangan Grobogan dengan Genotipa Tahan Salin Pada Turunan F2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sebaran Normal Karakter – Karakter Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril) Hasil Persilangan Grobogan dengan Genotipa Tahan Salin Pada Turunan F2"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Menurut Steenis (2003), tanaman kedelai diklasifikasikan ke dalam

Kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas

Dicotyledonae, ordo Polypetales, famili Papilionaceae (Leguminosae), genus

Glycine dan nama spesies dari tanaman ini adalah Glycine max (L.) Merill.

Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar akar

cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah.

Jika kelembaban tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat

menyerap unsur hara dalam air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40

cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat

bertumpunya tanaman dan alat pengangkutan air maupun unsur hara, akar

tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil bintil akar. Bakteri

bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang

kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah oksidasi menjadi NO3

(Sirait, 2013).

Jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan dan perkembangan

plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang ordo pertama dari

batang utama. Jumlah buku dan ruas yang membentuk batang utama tergantung

dari reaksi genotipe terhadap panjangnya hari dan dari tipe tumbuh, yaitu

determinate atau indeterminate (Tawakkal, 2009).

Bunga berwarna putih, merah muda, biru kehijauan, violet, atau ungu

polong membujur dan menggantung dengan panjang 2-8 cm dan lebar 0,5-2 cm.

(2)

berisi 1-4 biji. Pada saat masih muda, biji berukuran kecil, berwarna putih

kehijauan, dan lunak. Pada perkembangan selanjutnya biji semakin berisi,

mencapai berat maksimal, dan keras. Biji atau kacang kedelai berkeping dua dan

terbungkus oleh kulit tipis. Pada umunya, biji berbentuk bulat telur-lonjong dan

kulit biji berwarna kuning, coklat sampai hitam (Nurcahyaningtyas, 2012).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi yang beragam. Suhu tanah

yang optimal dalam proses perkecambahan 30oC. Curh hujan berkisar antara 150

mm-200 mm perbulan., dengan lama penyinaran matahari 12 jam hari, dan

kelembaban rta ra (RH) 65%. Untuk mendapatkan hasil yang optimal tanaman

kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm perbulan (Tulus, 2011).

Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama

penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman hari pendek. Artinya

tanaman kedelai tidak berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15

jam per hari. Oleh karena itu bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah

subtropik dengan panjang hari 14-16 jam ditanam di daerah tropic dengan

rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan

produksi karena masa berbunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50-60 hari

menjadi 35-40 hari setelah tanam. Sealain itu batang tanaman menjadi lebih

(3)

Tanah

Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal

drainase dan aerase tanahnya cukup baik. Tanaman kedele dapat tumbuh pada pH

5,8 – 7,6. Untuk pertumbuhan yang optimal, tanaman kedele membutuhkan unsur

hara yang cukup dan seimbang dengan sifat fisik tanah yang baik (Zahra, 2011).

Tanaman kedelai dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian 1.500 meter

dari permukaan laut (dpl), tetapi yang paling baik sampai 650 meter dpl, karena

berpengaruh terhadap umur tanaman. Untuk dataran tinggi umur tanaman kedelai

menjadi lebih panjang. Tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang

dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol,

atau andosol. Pertumbuhan kedelai kurang baik pada tanah pasir, dan pH tanah

yang baik untuk pertumbuhan kedelai adalah 6-6,6 dan untuk Indonesia sudah

dianggap baik jika pH tanah 5,5-6,0 (Rukmi, 2011).

Salinitas

Salinitas dari sudut pandang pertanian merupakan akumulasi garam

terlarut dalam air tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Lahan

salin adalah lahan pasang surut yang secara temporer atau permanen memiliki

salinitas tinggi, dengan nilai ESP (Exchangeeable Sodium Percentage) < 15% atau

nilai EC (Electrical Conductivity) > 4dS/m. Terdapat dua macam bentuk salinitas

tanah, yaitu salinitas primer dan sekunder. Salinitas primer terbentuk akibat

akumulasi garam terlarut dalam tanah atau air tanah melalui proses alami yang

berlangsung dalam jangka waktu lama. Salinitas sekunder terbentuk akibat

aktivitas manusia yang mengubah keseimbangan tata air tanah, diantaranya

(4)

pengairan menggunakan air berkadar garam tinggi atau keterbatasan air irigasi.

Kadar salinitasntr dipengaruhi oleh curah hujan, pelapukan batuan, perpindahan

material oleh angin dari permukaan tanah atau danau, kualitas air irigasi, intrusi

air laut kedaratan, faktor iklim, dan aktivitas manusia (Wibowo, 2015).

Lahan salin adalah lahan rawa yang terkena pengaruh penyusupan air

laut atau bersifat payau, yang dapat termasuk lahan potensial, lahan sulfat masam,

atau lahan gambut. Penyusupan air laut ini paling tidak selama 3 bulan dalam

setahun dengan kadar natrium (Na) dalam larutan tanah 8-15%. Ciri-ciri lahan

salin adalah pH < 8.5, dan didominasi oleh garam-garam Na,Ca, dan Mg dalam

bentuk klorida maupun sulfat yang menyebabkan rendahnya ketersediaan N, P,

Mn, Cu, Zn, dan Fe dalam tanah, tekanan osmotik tinggi, lemahnya pergerakan

air dan udara, serta rendahnya aktivitas mikroba tanah. Salinitas menyebabkan

perubahan morfologi, fisiologi, biokomia dan anatomi pada tanaman

(Djufry, dkk, 2011)

Garam (NaCl) mempunyai nilai osmosis yang cukup tinggi. Osmosis

adalah difusi air melalui selaput yang permeabel secara deferensial dari satu

konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Keadaan osmosis tinggi

(kandungan garam) pada sel tumbuhan menyebabkan cekaman, berupa

plasmolisis (penyusutan) di dalam sel tumbuhan (Masruroh, 2008).

Varietas Unggul

Varietas merupakan salah satu teknologi utama yang mampu

meningkatkan produktivitas kedelaii dan pendapatan petani. Tersedianya

beberapa varietas kedelai, kini petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan

(5)

itu uji adaptasi varietas di suatu tempat perlu terus dilakukan oleh instansi terkait

dalam upaya mendapatkan varietas yang sesuai di suatu tempat

(Yusuf dan Harnowo, 2012).

Menggunakan vaietas unggul merupakan salah satu upaya yang mudah

dan murah untuk meningkatkan produksi kedelai. Mudah karena teknologinya

tidak rumit karena hanya mengganti varietas kedelai dengan varietas yang lebih

unggul dan murah karena tidak memerlukan tambahan biaya produksi.

Tersedianya varietas unggul yang beragam sangat penting artinya guna menjadi

banyak pilihan bagi petani baik untuk pergiliran varietas antar musim, mencegah

petani menanam satu varietas terus-menerus, mencegah timbulnya serangan hama

dan penyakit, dan menjadi pilihan petani sesuai kondisi lahan. Pengenalan atau

identifikasi varietas unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang

dihadapi tersebut adalah benar varietas unggul yang dimaksudkan.

Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mempergunakan alat pegangan berupa

deskripsi varietas (Batubara, 2008).

Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu

lingkungan untuk mendapatkan genotip unggul pada lingkungan tersebut. Pada

umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap

genotip. Respon genotip terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam

penampilan fenotipe dari tanaman bersangkutan (Saragih, 2014).

Dalam penelitian Aminah, dkk. (2013) menyebutkan bahwa varietas

Grobogan terbukti tahan terhadap tanah salin. Hal ini diperkuat dengan

mencocokkan hasil penelitian, Silvia (2011) bahwa varietas Grobogan dapat

(6)

minimum untuk varietas Grobogan (2.82 g) Siahaan (2011) juga menerangkan

bahwa varietas Grobogan generasi F1, diperoleh varietas Grobogan dapat tumbuh

dan berproduksi baik pada tanah salin dengan batas seleksi minimu sebesar

(0,457g) (Wibowo, 2015).

Persilangan

Persilangan artinya mengawinkan 2 jenis tanaman yang berlainan. Tujuan

persilangan ialah untuk mengumpulkan dua sifat yang baik dari kedua jenis

tanaman induk untuk memperoleh kombinasi sifat yang diinginkan

(Henuhili, 2012)

Usaha memperoleh varietas baru melalui persilangan antar individu

merupakan salah satu metode untuk dapat memperbesar variabilitas genetik. Dari

persilangan tersebut akan memperbanyak pilihan dalam kombinasi baru dari

gen-gen yang diturunkan dari kedua tetuanya . Penelitian mengen-genai pewarisan karakter

kuantitatif memerlukan perluasan dari suatu individu menjadi populasi yang

terdiri atas banyak keturunan danmemerlukan pengukuran (Masruroh dkk, 2009).

Pemilihan tetua menjadi salah satu tahap yang krusial dalam proses

pemuliaan melalui persilangan. Keberhasilan persilangan akan meningkat apabila

tetua yang digunakan dan kombinasi persilangannya tepat, sehingga dengan

jumlah kombinasi persilangan yang sedikit, efisiensi pemuliaan akan meningkat.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan tetua antara lain: Salah

satu tetua memiliki dan membawa karakter unggul atau karakter yang menjadi

target pemuliaan, Salah satu atau kedua tetua memiliki adaptasi dan penampilan

(7)

yang jauh sehingga dapat menghasilkan keragaman genetik tinggi pada progeni

(Handayani, 2014).

Keragaman Genotipe dan Fenotipe

Teknik pemuliaan kedelai pada umumnya memanfaatkan ketersediaan

keragaman genetik tanaman pada populasi dari persilangan dua atau lebih tetua

dan diikuti oleh seleksi individu tanaman. Kang (1994) melaporkan bahwa

tersedianya ragam aditif dari sifat yang akan diseleksi mempermudah memperoleh

genotipe yang diinginkan sesuai kriteria seleksi. Ragam aditif dari populasi

dicerminkan oleh besarnya heritabilitas sifat yang diamati. Pengetahuan tentang

heritabilitas dari setiap karakter kuantitatif dan hubungan antarkarakter angat

penting dalam program seleksi untuk perbaikan hasil kedelai

(Hakim dan Suyamto, 2012).

Adanya keragaman genetik yang luas memberikan kesempatan kepada

pemulia untuk dapat melakukan seleksi. Seleksi adalah suatu proses pemuliaan

tanaman dan merupakan dasar seluruh perbaikan tanaman untuk mendapatkan

kultivar unggul baru. Keberhailan seleksi tergantung pada kemampuan pemulia

untuk memisahkan genotipe-genotipe unggul dari genotipe yang tidak

dikehendaki. Bagaimana cara membedakan antara genotipe unggul dengan

genotipe yang tidak unggul atas dasar penilaian fenotipe individu atau kelompok

tanaman yang dievaluasi diperlukan pertimbangan tentang besaran beberapa

parmeter genetik. Beberapa besaran genetik yang dapat digunakan sebagai

pertimbangan supaya seleksi efektif misalnya besaran nilai keragaman genetik,

heritabilitas, pola segregasi, jumlah gen, dan aksi gen pengendali karakter yang

(8)

Fenotipe adalah suatu karakteristik (baik struktural, biokimiawi, fisiologis,

dan perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotipe

dan lingkungan serta interaksi keduanya. Pengertian fenotipe mencakup berbagai

tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotipe

adalah sesuatu yang dapat dilihat/diamati/diukur, sesuatu sifat karakter. Fenotipe

ditentukan sebagian oleh genotipe individu, sebagian oleh lingkungan tempat

individu itu hidup, waktu, dan pada sejumlah sifat, interaksi antara genotipe dan

lingkungan. Waktu biasanya digolongkan aspek lingkungan hidup. Pengamatan

fenotipe dapat sederhana atau sangat rumit hingga memerlukan alat dan metode

khusus. Namun demikian, karena ekspresi genetik suatu genotipe bertahap dari

tingkat molekuler hingga tingkat individu, seringkali ditemukan keterkaitan

anatara sejumlah fenotipe dalam berbagai tingkatan yang berbeda-beda. Fenotipe,

khususnya yang bersifat kuantitatif, seringkali diatur oleh banyak gen. Cabang

genetika yang membahas sifat-sifat dengan tabiat seperti ini dikenal sebagai

genetika kuantitatif (Siahaan, 2012).

Heritabilitas

Heritabilitas adalah parameter genetik yang digunakan untuk mengukur

kemampuan suatu genotipe dalam po-pulasi tanaman dalam mewariskan karakter

yang dimilikinya atau suatu pendugaan yang mengukur sejauh mana variabilitas

penampilan suatu genotipe dalam populasi terutama yang disebabkan oleh

peranan faktor genetik (Poehlman dan Sleeper, 1995). Heritabilitas suatu karakter

penting diketahui, terutama untuk menduga besarnya pengaruh lingkungan

(9)

yang sesuai untuk proses seleksi. Heritabilitas merupakan parameter genetik untuk

memilih sistem seleksi yang efektif (Syukur dkk, 2011).

Heritabilitas menentukan keberhasilan seleksi karena heritabilitas dapat

memberikan petunjuk suatu sifat lebih dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor

lingkungan. Nilai heritabiilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik

lebih berperanan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan faktor

lingkungan. Oleh karena variasi genetik dan heritabilitas suatu sifat tergantung

pada faktor lingkungan, maka pengukuran variasi genetik bahan pemuliaan

kedelai dan heritabilitas suatu sifat pada lingkungan tertentu seperti pada ultisol

sangat penting (Suprapto dkk, 2007).

Kemenjuluran (Skewness)

Skewness merupakan statistik yang digunakan dalam memberikan

gambaran distribusi data apakah miring ke kiri, ke kanan atau simetris sedangkan

kurtosis merupakan statistik yang digunakan dalam memberikan gambaran apakah

distribusi data cenderung rata atau runcing. Dalam makalah ini dibahas tentang

bagaimana menentukan distribusi statistik skewness dan kurtosis dengan metode

resampling berdasarkan densitas kernel maupun lebar interval kepercayaan

skewness dan kurtosis populasi. Metode yang dijelaskan digunakan dalam kasus

inflasi bulanan komoditas bawang merah, daging ayam ras dan minyak goreng di

kota Semarang. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan lebar interval

kepercayaan dengan metode bootstrap. Untuk ukuran sampel yang kecil, lebar

interval kepercayaan skewness dan kurtosis dengan metode bootstrap relatif lebih

(10)

dengan metode resampling, namun untuk ukuran sampel besar cenderung berlaku

sebaliknya (Setiawan, 2012).

Skewness berarti kurangnya simetri. Distribusi dikatakan simetris ketika

nilai yang merata sekitar mean. Untuk distribusi simetris Sk = 0. Jika distribusi

adalah negatif miring maka Sk negatif artinya terdapat kemenjuluran atau sebaran

tidak normal atau aksi gen aditif dengan pengaruh epistasis duplikat, dan jika itu

adalah positif miring maka Sk positif artinya epistasis komplementer. Kurtosis

merupakan ukuran puncak atau kecembungan dari kurva. Distribusi ini disebut

yang normal jika b2 = 3 dikatakan menjadi mesokurtis. Ketika b2 lebih dari 3

distribusi dikatakan leptokurtik. Jika b2 kurang dari 3 distribusi dikatakan

Referensi

Dokumen terkait

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda

PEKERJAAN : PENGADAAN KONSTRUKSI BANGUNAN AULA DAN ASRAMA DIKLAT RSUD TUGUREJO LOKASI : JL.TUGUREJO SEMARANG. SUMBER DANA : APBD TAHUN ANGGARAN

PEKERJAAN : PENGADAAN KONSTRUKSI BANGUNAN AULA DAN ASRAMA DIKLAT RSUD TUGUREJO LOKASI

PEKERJAAN : PENGADAAN KONSTRUKSI BANGUNAN AULA DAN ASRAMA DIKLAT RSUD TUGUREJO LOKASI : JL.TUGUREJO SEMARANG.. SUMBER DANA

[r]

The system needs some fundamental components such as: the work of art replica to be explored with touch, special NFC sensors that can be inserted inside the

minimum tetap, atau mening bentuk gangguan perburuan satwa kepada masyarakat sekitar

Catatan : Form Ini Digunakan Pada Setiap Penyerahan Jilid Proposal Dan Jilid Laporan Kerja Praktik Dan Tugas Akhir Dan Segera Dikembalikan Ke Bapendik Sebagai Syarat