• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif learning together dengan media gambar pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sistem organisasi kehidupan di kelas VII C SMP Negeri 1 Tomini | Asrawati | EJIP BIOL 9362 30563 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif learning together dengan media gambar pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sistem organisasi kehidupan di kelas VII C SMP Negeri 1 Tomini | Asrawati | EJIP BIOL 9362 30563 1 SM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif

learning together

dengan media gambar pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sistem organisasi

kehidupan di kelas VII C SMP Negeri 1 Tomini

Improving Students Achievement Thorough Cooperative Learning Together With

Picture On Science Subject by Lesson of Life Organzation at Grade VIIC SMP Negeri 1

Tomini.

Asrawati1, Bustamin2, Dewi Tureni2

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tadulako 2Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tadulako email: asrawati064@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif learning togetherdengan media gambar pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sistem organisasi kehidupan di kelas VII C SMP Negeri 1 Tomini. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Adapun tahap dalam penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi hasil belajar siswa, hasil observasi aktivitas guru dan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tindakan siklus I yang tuntas secara individu berjumlah 11 orang dari 33 siswa, diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 33,3% dan daya serap klasikal sebesar 58,3%. Pada tindakan siklus II yang tuntas secara individu berjumlah 28 orang dari 33 siswa, diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 84,84% dan daya serap klasikal 76,4%. Berdasarkan daya serap klasikal dan ketuntasan belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatiflearning togetherdengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan sistem organisasi kehidupan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Tomini.

Abstract

This study aimed to Improving Students Achievement Thorough Cooperative Learning Together With Picture On Science Subject by Lesson of Life Organzation at Grade VIIC SMP Negeri 1 Tomini. This study was classroom action research that conducted in two cycles. Each cycles consist of planning, action, observation, and reflection. Data collecting were students achievemen, students and teacher activity. The result of study showed the cycle one had 11 complete the lessons from 33 students. So the classical learning completeness was 33,3% and classical absorption was 58,3%. In the second cycle there were 28 students had individual completeness by 33 students. At last, classical learning completeness as much 84,84 and classical absorption was 76,4%. Base on classical absorption and classical learning completeness in second cycle should be concluded model of cooperative learning together with picture could improving students achievement n science subject by lesson of life organsation at grade VIIC SMP Negeri 1 Tomini.

Keywords:classroom action research, Learning Together, Students Achievement.

Pendahuluan

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan termasuk unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut Baharuddin (2009) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.

(2)

pembelajaran, sarana dan fasilitas pendidikan, kondisi fisiologis dan psikologis.

Motivasi untuk belajar merupakan faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa, hal ini dapat juga dikaitkan dengan minat, karena motivasi muncul dengan adanya minat terhadap peserta didik. Menurut Slameto (2010), guru harus dapat menyajikan materi yang menarik, jelas dan melingkupi seluruh materi, menjadikan suatu presentasi diterima dengan baik. Jika hal itu bertolak belakang, peserta didik akan cepat bosan dan menurunkan motivasinya untuk belajar.

Muslich (2007) menjelaskan bahwa prinsip dasar KBM yaitu berpusat pada siswa, mengembangkan kreativitas siswa, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang. Mengajar bukan lagi proses menyampaikan ilmu, namun pembelajaran merupakan proses menemukan pengetahuan baru melalui kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang difasilitasi oleh guru. Menggunakan media gambar dalam pembelajaran lebih menitikberatkan perpaduan antara belajar dan bermain dalam suasana yang menyenangkan tanpa adanya tekanan-tekanan yang membuat siswa merasa nyaman, membuat suasana belajar yang aktif serta mendorong siswa untuk menyenangi apa yang mereka pelajari dan memotivasi mereka untuk belajar.

Metode yang kurang baik akan mempengaruhi minat belajar siswa. Hal ini bisa terjadi misalnya guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru menyajikannya tidak jelas, akibatnya siswa kurang senang terhadap pelajaran dan malas untuk belajar. Berbagai hasil penelitian menunjukan masih banyak guru yang mengajar dengan metode konvensional yang berpusat pada guru (teacher center). Metode tersebut pada umumnya membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, hanya duduk, diam dan mencatat. Namun, masih ada beberapa materi pembelajaran yang mengharuskan seorang guru untuk menggunakan metode konvensional.

Hasil belajar siswa yang rendah bisa juga diakibatkan oleh performance guru pada saat mengajar atau tujuan dan indikator yang dibuat oleh guru tersebut tidak sesuai. Pembelajaran akan lebih efektif jika pembelajaran berpusat pada siswa (student center)yang memberi kebebasan kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Biologi sebagai bagian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan objek mata pelajaran yang menarik. Pemahaman pengetahuan tentang biologi yang dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar di SMP dapat dijadikan landasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pada pendidikan selanjutnya. Mata pelajaran biologi di SMP merupakan perluasan dan pendalaman IPA di Sekolah Dasar (SD) dan mempelajari pola interaksi komponen yang ada di alam serta manusia untuk mempertahankan keberadaannya di bumi. Dengan demikian mata pelajaran biologi sangat penting dipelajari oleh siswa SMP.

Penyajian materi pembelajaran biologi dengan strategi yang tepat dapat mengefektifkan dan mengefesienkan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Guru harus menciptakan suasanan belajar yang kreatif sehingga siswa aktif bertanya, memberikan tanggapan, serta mengungkapkan ide atau pendapatnya. Apabila suasana belajar yang aktif dan kreatif terjadi, maka akan mendorong siswa untuk menyenangi apa yang mereka pelajari dan memotivasi mereka untuk terus belajar. Sampai saat ini hasil belajar siswa untuk mata pelajaran IPA di persekolahan khususnya pada kelas VII C di SMP Negeri 1 Tomini masih rendah. Kesulitan belajar dan kurangnya minat siswa pada pelajaran IPA disebabkan oleh faktor guru dalam menyampaikan pelajaran tidak menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif.

(3)

Guru menunjukan siswa yang berperan sebagai pembicara.

Slavin (2008) mengemukakan bahwa model pembelajaran cooperatif tipe learning together berguna untuk memudahkan pembagian tugas dan memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individunya sebagai anggota kelompok sehingga dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Siswa dikelompokan dan setiap kelompok mendapat tugas berbeda dan nantinya dapat bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama untuk bekerja sama (Slavin, 2008).

Teknik learning together ini juga bisa digunakan untuk menguba komposisi kelompok dengan lebih efisien. Pada saat tertentu, siswa dapat diminta keluar dari kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa lain dari kelompok lain. Cara ini bisa digunakan untuk mengurangi kebosanan atau kejenuhan jika guru mengelompokkan siswa secara permanen (Slavin, 2008).

Makhluk hidup tersusun atas sel. Sel merupakan satuan terkecil dari makhluk hidup. Secara garis besar, sel dapat dibedakan menjadi sel hewan dan sel tumbuhan. Secara umum sel tersusun atas dinding sel (khusus sel tumbuhan), membran sel, sitoplasma dan inti sel. Sekumpulan sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama dinamakan jaringan. Jaringan pada hewan berbeda dengan jaringan pada tumbuhan. Jaringan pada hewan terdiri atas jaringan ikat, jaringan epitel, jaringan otot dan jaringan saraf. Adapun jaringan pada tumbuhan terdiri atas jaringan epidermis, parenkim, kolenkim, sklerenkim, xilem dan floem. Organ merupakan kumpulan beberapa jaringan yang bersatu menyusun suatu struktur dan fungsi tertentu. Antar organ bersatu membentuk suat sistem organ. Selanjutnya, kumpulan sistem organ yang saling bekerja sama akan membentuk

Organisme ( Sugiyarto dan Ismawati, 2008). IPA dalam arti sempit merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari ilmu fisik dan ilmu biologi. IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Tersingkapnya tabir rahasia

alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan IPA semakin luas dan lahirlah sifat terapannya. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan “IPA hari ini adalah hari esok” merupakan semboyan yang dibuktikan berkali-kali oleh sejarah. IPA membahas mengenai gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Jadi, IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen (Titin, dkk, 2012).

Hasil belajar yang dicapai seseorang menurut Goeroendeso (2009), merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui proses belajar dan dipengaruhi oleh faktor yang bersifat internal atau eksternal. Perubahan yang terjadi biasanya dapat dilihat dengan bertambah baiknya atau meningkatnyan kemampuan yang dicapai seseorang. Pengertian hasil belajar, merupakan segala sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau merupakan hasil proses belajar mengajar”. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar”.

Dalam penelitian ini media pembelajaran yang akan digunakan adalah media obyek fisik yang berupa gambar/poster. Media poster merupakan media pembelajaran dan termasuk media grafis/visual yang didalamnya berisi soal-soal untuk membantu guru mengajar. Salah satu arti penting penggunaan media poster/ gambar adalah mampu menciptakan kondisi kelas dengan kadar aktivitas dan motivasi siswa yang cukup tinggi (Hidayah dalam Wahyuningsih, 2007). Selain itu dengan media gambar/poster diharapkan siswa mampu dalam meningkatkan kemampuan berfikir tinggi.

Metode Penelitian

(4)

Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pratindakan dan tahap pelaksanaan tindakan.

a) Tahapan Pratindakan

Pada tahap ini dilakukan observasi awal mengenai aktivitas dan memberikan tes awal hasil belajar siswa yang akan dijadikan obyek penelitian. Selanjutnya menetapkan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan metode penelitian tindakan.

b) Tahapan Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam siklus berulang. Setiap siklus dilakukan sesuai dengan tingkah laku yang ingin dicapai. Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tomini. Desa Tomini, Kecamatan Tomini, Kabupaten Parigi Moutong, pada bulan Februari hingga bulan Maret 2016 pada siswa kelas VII C berjumlah 33 orang, perempuan berjumlah 20 orang dan laki-laki 13 orang.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a) Tes hasil belajar, yang diberi kepada siswa setiap akhir tindakan untuk setiap siklus. b) Lembar aktivitas siswa, dilakukan selama

proses belajar berlangsung. Untuk mengamati seluruh kegiatan pembelajaran lebih difokuskan pada pengamatan aktif siswa yang dilakukan pada setiap pertemuan.

c) Lembar aktivitas guru, yang dilakukan oleh guru bidang studi biologi dan pengamatan aktif siswa yang dilakukan pada setiap pertemuan.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan dari perencanaan, pengumpulan data, dan analisis data sampai pada tahap hasil penelitian. Dalam kegiatan observasi penelitian mengadakan pengamatan langsung. Untuk mengamati seluruh kegiatan pembelajaran lebih difokuskan pada pengamatan mengenai aktivitas guru yang dilakukan oleh guru bidang studi biologi dan pengamatan aktivitas siswa yang dilakukan oleh seorang peneliti pada setiap pertemuan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu (1) hasil pratindakan dan (2) hasil pelaksanaan tindakan.

Hasil Observasi Aktifitas Siswa dan Guru Siklus I

Observasi terhadap aktivitas pembelajaran guru dan siswa dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh guru bidang studi biologi yang mengamati aktivitas dan seorang mahasiswa yang mengamati aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Metode pengamatan aktivitas guru dan siswa adalah mengisi format observasi yang disediakan peneliti. Dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sebanyak 33 Orang Terhadap Tindakan Siklus I

Berdasarkan data observasi pada tabel 1 jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan 1 adalah 17 dari skor maksimal 28, dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 60,71%. Pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh adalah 17 dari skor maksimal 24, dan persentase nilai rata-rata adalah 70,83%. Data hasil observasi tersebut menunjukkan kurang.

(5)

Berdasarkan data hasil observasi pada Tabel 2 menunjukkan taraf keberhasilan aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran menurut pengamatan rata-rata dalam kategori cukup. Jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan 1 adalah 27 dari skor maksimal 36, dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 75%. Pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh adalah 31 dari skor maksimal 36, dan presentase nilai rata-rata adalah 86,11%.

Hasil Tes Belajar siswa Siklus I

Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I dengan proses pembelajaran Kooperatif learning together

dengan media gambar, kegiatan selanjutnya adalah memberikan tes hasil belajar, sebagai akhir dari proses pembelajaran. Tes hasil belajar berupa tes pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 20 nomor.

Hasil tes siklus I secara singkat dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil Analisis Tes Formatif Siklus I

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa tes yang diperoleh pada siklus I1 yakni dengan sekor tertinggi 90, skor terendah 25 dengan

persentase ketuntaan belajar klasikal 33,3% dan daya serap klasikal 58,3%. Dari hasil analisis tes hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan melalui model pembelajaran kooperatif

learning togetherdengan menggunakan media gambar dapat dinyatakan belum tuntas karena belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan.

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sebanyak 33 Orang Terhadap Tindakan Siklus II

Berdasarkan data observasi pada Tabel 4 jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan 1 adalah 22 dari skor maksimal 28, dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 78,57%. Pertemuan 2 jumlah skor yang diperoleh adalah 21 dari skor maksimal 24, dan persentase nilai rata-rata adalah 87,5%. Data hasil observasi tersebut menunjukkan rata-rata baik.

(6)

Berdasarkan data observasi pada Tabel 5 jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan 1 adalah 31 dari skor maksimal 36, dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 86,11%. Pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh adalah 31 dari skor maksimal 36, dan persentase nilai rata-rata adalah 86,11%. Data hasil observasi tersebut menunjukkan rata-rata baik.

Tabel 6 Hasil Analisis Tes Formatif Siklus II

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa tes yang di peroleh pada siklus II yakni dengan skor tertinggi 95, skor terendah 50 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 84,84% dan daya serap klasikal 76,4%. Dari hasil analisis tes hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan melalui model pembelajaran kooperatif

learning together dengan menggunakan media gambar dapat dinyatakan tuntas kerena sudah mencapai indikator kinerja yang diharapkan yaitu tuntas secara klasikal apabila mencapai minimal 70%.

Pembahasan

Penerapan model pembelajaran kooperatif learning together dengan media gambar dalam pembelajaran IPA sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Tomini. Dari semua aktivitas yang dilaksanakan baik aktivitas siswa, aktivitas guru, analisis tes hasil belajar, baik siklus I maupun siklus II tanpak terjadi peningkatan yang cukup baik. Pada pembelajaran ini siswa mempelajari materi sistem organisasi kehidupan melalui pembelajaran kooperatif

learning together dengan menggunakan media gambar, dimana model pembelajaran

kooperatif learning together merupakan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Secara keseluruhan, data hasil analisis observasi terhadap aktivitas guru, siswa, dan hasil belajar siswa yang dilakukan menunjukan peningkatan pada setiap pertemuan baik pada siklus I maupun siklus II. Hal ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif learning together

dengan media gambar dalam penerapan teori cukup efektif digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Data peningkatan setiap siklus dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Siswa.

Hasil analisis observasi aktivitas siswa pada Gambar 1 siklus I pertemuan pertama diperoleh persentase nilai rata-rata (NR) 60,71% atau berada dalam kategori kurang. Sedangkan dari hasil observasi siswa pertemuan kedua diperoleh persentase nilai rata-rata (NR) sebesar 70,83% atau masih berada dalam kategori cukup karena secara keseluruhan proses pembelajaran masih lebih didominasi oleh guru.

(7)

pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif learning together dengan menggunakan media gambar meningkat. Selain itu juga, peningkatan aktivitas siswa tersebut dikarenakan siswa termotivasi dalam proses pembelajaran dan lebih aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

Gambar 2 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru

Hasil analisis observasi aktivitas guru pada Gambar 2 siklus I pertemuan pertama diperoleh persentase nilai rata-rata (NR) sebesar 75,00% dan pertemuan kedua diperoleh nilai rata-rat (NR) 86,11% atau dalam kategori cukup dan baik.

Aktivitas guru siklus II pada pertemuan I diperoleh persentase nilai rata-rata (NR) 86,11% dalam kategori baik sedangkan pada pertemuan II diperoleh nilai rata-rata (NR) 86,11%. Dari persentase yang diperoleh dari aktivitas guru pada pertemuan I dan II juga mengalami peningkatan dibandingkan pada pertemuan sebelumnya disiklus I.

Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Menurut pengamatan observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 dikategorikan kurang. Hal tersebut diakibatkan siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran seperti ini. Masih ada beberapa siswa melakukan aktivitas lain di luar proses pembelajaran, misalnya bermain dan bercerita dengan teman sebangku saat guru menjelaskan materi. Namun, pada saat membagikan LKS dengan menggunakan media gambar aktivitas siswa mulai meningkat, hal ini disebabkan dengan bantuan media gambar siswa dapat belajar sambil bermain dalam suasana yang menyenangkan. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif memberikan aktivitas lebih banyak pada siswa (student center)

pembelajaran bukan lagi berpusat pada guru (teacher center). Pembelajaran kooperatif

learning togetherdengan media gambar selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini juga menciptakan suasana yang menyenangkan membuat siswa aktif.

LKS yang bergambar dan berwarna dapat menarik perhatian siswa untuk bisa mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Salah satu arti penting pengunaan media gambar adalah mampu menciptakan kondisi kelas dan kadar aktivitas dan motivasi yang cukup tinggi. Pada pertemuan ke II aktivitas siswa berada dalam kategori cukup, sedangkan siklus II pertemuan 1 dan 2 berada dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada setiap pertemuan. 4.1.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru

Aktivitas guru dalam setiap pertemuan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan sehingga dapat dikatakan aktivitas guru pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam kategori baik.

Hasil observasi terdapat aktivitas guru pertemuan pertama berada dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan karena guru dalam menerangkan terlalu cepat, volume suara kurang terdengar oleh siswa, motivasi pembelajaran masih kurang, guru belum bisa membimbing siswa membuat kesimpulan dengan baik namun siswa bisa membuat kesimpulan, hal ini bisa dilihat pada hasil aktivitas siswa yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru pada deskriptor membuat kesimpulan. Pada pertemuan 2 aktivitas guru dalam kategori baik. Hasil ke dua pertemuan tersebut terjadi peningkatan pada setiap pertemuan.

Hasil Analisis Tes Formatif

(8)

kurang mencatat penjelasan atau hal-hal penting yang disampaikan oleh guru. Siswa cenderung melakukan aktivitas yang lain (bermain). Selain itu, motivasi yang diberikan oleh guru masih rendah, guru belum mampu menguasai kelas terutama saat menjelaskan materi dengan gambar.

Hasil yang diperoleh pada siklus II lebih besar dari pada hasil siklus I. Peningkatan ini terjadi karena peneliti dapat meminimalkan kekurangan melalui refleksi. Seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus I dan Siklus II

Gambar di atas terlihat bahwa penggunaan strategi yang bervariasi dan sesuai dengan materi ajar akan membantu siswa dalam mencapai hasil belajar secara optimal sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan adanya strategi yang baru dan menyenangkan, karena dengan strategi pembelajaran yang menyenangkan maka siswa akan lebih termotivasi untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Menurut peneliti, peningkatan hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh penggunaan media gambar dan metode diskusi yang dilakukan pada saat penelitian. Penyediaan media dan pelaksanaan model yang digunakan tidak lepas dari upaya peneliti untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih baik dengan harapan terjadi peningkatan hasil belajar siswa, khususnya pada nilai mata pelajaran biologi siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Tomini.

Upaya tersebut merupakan suatu perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas (PTK) disesuaikan dengan masalah yang dihadapi, dan dilaksanakan sesuai tahap-tahap yang

telah ditentukan sehingga proses tersebut berjalan lancar. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa penggunaan media gambar dan metode diskusi secara bersama memang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan salah satunya dapat menyebabkan proses dan hasil belajar mengajar kurang optimal.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk mengoptimalkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Jika siswa dapat menunjukkan bahwa siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, maka guru akan lebih mudah dalam mengarahkan siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pembahasan di atas, diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Tomini. Setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media gambar dan metode diskusi.

Dibandingkan dengan hasil penelitian Istiqomah (2012) bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 1V SD Tahun Ajaran 2011/2012 dengan peningkatan pada hasil analisis belajar siswa pada tes akhir siklus I mencapai 65,7% sedangkan pada siklus II mencapai 96%. Berdasarkan analisis ketuntasan belajar pada siklus I dan siklus II maka tercapai ketuntasan belajar secara klasikal, siswa kelas 1V SDN Antirogo 03. Kelas dikatakan tuntas belajar apabila terdapat minimal 60 % siswa telah mencapai nilai ≥ 60.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah melalui pembelajaran kooperatif

(9)

ketuntasan belajar klasikal 84,84% dan daya serap klasikal 76,4%.

Selain itu juga adanya peningkatan hasil belajar siswa terlihat dari hasil observasi siswa pada pertemuan I siklus I diperoleh presentase nilai rata-rata (NR) sebesar 60,71% dan pertemuan II siklus I sebesar 70,83%. sedangkan pada pertemuan I siklus II presentase nilai rata-rata (NR) sebesar 78,57% dan pertemuan II siklus II sebesar 87,50%. Sedangkan hasil observasi guru sudah menunjukkan peningkatan yaitu pada pertemuan I siklus I diperoleh nilai rata-rata (NR) sebesar 75,00% dan pertemuan II siklus I sebesar 86,11%, pada siklus II pertemuan I sebesar 86,11% mengalami peningkatan.

Adapun saran yang dapat direkomendasikan melalui penelitian ini adalah, agar kiranya para guru khususnya guru biologi dapat menerapkan model pembelajaran

learning together dengan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dan para guru memberikan gambar-gambar yang kreatif dan menarik serta beragam agar siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

Daftar Pustaka

Baharuddin. (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Depdiknas. (2004). Penilaian. Jakarta: Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.

Georoendeso. (2009). Belajar dan Hasil Belajar [Online]. Tersedia: http://www. Goeroendeso.word press.com. [25 September 2010].

Istiqomah. (2012). Peningkatan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media gambar pokok bahasan globalisasi mata pelajaran PKn kelas IV semester II SDN Antirogo 03. Skripsi pada FKIP Universitas Jember.

Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Aksara.

Slavin, R. E. 2008.Cooperatif Learning Teori Riset dan Praktik. bandung: Nusa media. 348 hlm.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyarto, T. dan Ismawati. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sunal, Hans, dan Ijoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Antara Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Titin, Widha, dan Masykuri. (2012). Pembelajaran Biologi Menggunnakan Model Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Sikap Peduli Lingkugan. .Jurnal inkuiri ISSN. 1, (3): 245-257.

Gambar

Tabel 1Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 4Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Gambar 1 dan 2.
Gambar 2 Hasil Analisis Observasi AktivitasGuru

Referensi

Dokumen terkait

Key fingerprint = AF19 FA27 2F94 998D FDB5 DE3D F8B5 06E4 A169 4E46.. wipe wipe the file from the

Nilai koefisien regresi untuk variabel bebas pengalaman ditunjukkan dari nilai B sebesar -0,139 dengan nilai Exp(B)nya sebesar 0,871 yang berarti bahwa semakin

Upaya Perpustakaan UNIKOM dalam pengembangan penyelenggaraan perpustakaan dan peningkatkan layanan informasi kepada pemakainya telah mengadakan kerja sama dengan

RANCANG BANGUN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS GAME DENGAN INQUIRY TRAINING MODEL UNTUK.. MENINGKATKAN PEMAHAMAN

Namun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 29 siswa responden yang mengatakan menyukai matematika karena faktor guru adalah sebanyak 10 orang, sedangkan 19 orang

Lampu bertuliskan 60 W/220 V artinya lampu akan menyala dengan baik, jika dipasang pada tegangan 220 volt dan selama 1 detik banyaknya energi listrik yang diubah menjadi energi

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan APBD pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung

Dari Empat (4) Penyedia yang mendaftar pada paket Pengadaan Bekal kantor Polres Ogan Ilir TA.2015 hanya ada 1 (satu) calon penyedia yang mengupload dokumen penawaran