• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemitraan Bidan Desa dan Dukun Bayi Dalam Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemitraan Bidan Desa dan Dukun Bayi Dalam Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemitraan

Menurut Robert Davies, adalah Suatu kerjasama formal antara

inividu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan

masing-masing tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang di buat,

saling berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang di peroleh.

(Notoatmodjo,2003)

Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi maka setiap pihak

yang terlibat di dalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama dan melepaskan

kepentingan masing-masing kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh

sebab itu, dalam membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada kesamaan

perhatian, saling mempercayai dan menghormati, tujuan yang jelas dan terukur serta

kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain

(Notoatmodjo, 2012).

2.1.1 Elemen-Elemen Kemitraan

Dalam rangka mengupayakan sebuah kemitraan yang sinergis, berikut ini akan

dipaparkan sejumlah elemen penting yang bisa mendukung berlangsungnya proses

kemitraan yang baik. Elemen-elemen tersebut antara lain sumber daya, karakter

pihak yang bermitra (patner), relasi antara patner, karakteristik kemitraan, dan

(2)

1. Sumber Daya

Sumber daya merupakan hal mendasar dan utama dalam membangun sebuah

kemitraan.Sumber daya ini meliputi dukungan finansial (uang/dana), organisasi,

informasi, agen pemerintah, stakeholder, perlengkapan dan sarana prasarana seperti

komputer, obat, makanan, buku-buku dan sebagainya.

2. Karakteristik Partner

Partner merupakan sumber daya utama dalam membangun sebuah

kemitraan.Karakteristik partner mencakup keterampilan dan keahlian dari pihak yang

bermitra serta Motivasi mengenai keuntungan dan kerugian dari kemitraan yang

diikutinya. Umumnya, para partner yang sangat aktif di dalam sebuah kemitraan,

terdorong oleh rasa bahwa mereka akan memperoleh banyak manfaat dari kemitraan

yang dibangun. Sementara mereka yang kurang terlibat aktif, umumnya didorong

oleh rasa bahwa kemitraan yang dibangun tidak sesuai dengan kebutuhan mereka

atau kemitraan yang dibangun mempunyai banyak kekurangan.

3. Relasi antara partner

Relasi antara partner meliputi kepercayaan, penghargaan, dan konflik.

a. Kepercayaan merupakan prasyarat bagi terciptanya sebuah kerjasama yang baik.

Organisasi atau individu yang terlibat dalam kemitraan harus menaruh

kepercayaan kepada partnernya bahwa mereka akan sungguh bertanggungjawab

dengan tugas dan perannya masing-masing. Selain kepercayaan,

b. Penghargaan juga merupakan bagian yang penting dalam kemitraan. Kemitraan

akan terjalin dengan baik apabila terdapat rasa saling apresiasi atau menghargai

(3)

c. Konflik juga menjadi hal yang penting dalam bermitra.Konflik bisa saja

memperkuat sebuah kemitraan jika perbedaan pendapat bisa merangsang

pendekatan yang baru dalam sebuah kemitraan. Tetapi apabila sebuah konflik

tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan masalah antara

partner.Perbedaan wewenang antara partner juga menjadi potensi konflik ketika

ada pembatasan mengenai siapa yang terlibat, pendapat siapa yang dianggap

benar dan siapa yang paling berpengaruh dalam mengambil sebuah keputusan.

4. Karakteristik Kemitraan

Kepemimpinan, manajemen pembagian peran, komunikasi yang efektif,

komitmen, koordinasi dan efisiensi merupakan karakteristik kemitraan yang sangat

mempengaruhi terbentuknya sebuah kemitraan yang sinergis.

a. Kepemimpinan.

Pemimpin harus memiliki kemampuan dalam membangun relasi untuk

memperkuat kepercayaan, keterbukaan antara partner, menciptakan kondisi yang

dapat menjembatani perbedaan pendapat dan mampu mengolah konflik antara

partner.

b. Komunikasi.

Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam menjalin kemitraan. Tanpa

komunikasi yang memadai, kolaborasi yang efektif tidak akan mungkin terjadi.

Kualitas komunikasi memberikan kontribusi bagi keberhasilan kemitraan.

c. Manajemen pembagian tugas

Merupakan prosedur penentuan siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan

dan pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing pihak yang bermitra.

(4)

Efisiensi dalam hal ini adalah peran dan tanggung jawab partner sesuai dengan

kepentingan dan keahlian mereka masing-masing serta dapat memanfaatkan

secara efektif kemampuan finansial, sumber daya dan waktu yang ada.

5. Lingkungan eksternal

Kemitraan juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Lingkungan

eksternal ini mencakup dukungan kebijakan dari pemerintah, dan karakteristik

dari masyarakat setempat.

Berdasarkan ulasan di atas maka dapat dikatakan bahwa sebuah kemitraan

membutuhkan banyak elemen sebagai daya dukung, sehingga bisa berjalan efektif

dalam mengupayakan kepentingan konstituen. Elemen-elemen tersebut antara lain

adalah sumber daya, karakter pihak yang bermitra, relasi antara partner, karakteristik

kemitraan dan lingkungan sekitar.

2.2 Bidan dan Dukun Bayi 2.2.1 Pengertian Bidan desa

Bidan berarti “bersama wanita” atau dalam bahasa Prancis berarti “wanita

bijaksana”. Secara tradisional bidan adalah wanita desa yang belajar dengan cara

mengikuti proses persalinan keluarga atau tetangganya. Keterampilan dan

pengetahuannya diturunkan dari generasi ke generasi.Bidan adalah individu

yangsudah menempuh pendidikan di bidang kebidanan dan telah diakui di negara

tempat tinggalnya serta telah mendapatkan izin untuk melakukan praktik kebidanan

(Myles, 2011).

Bidan adalah seseorang yang sudah menjalani program pendidikan kebidanan,

yang diakui di negaranya, berhasil menjalankan program studi di bidang kebidanan,

dan memenuhi kualifikasi yang diperlukan untuk dapat terdaftar atau mendapat izin

(5)

2.2.2 PengertianDukun Bayi

Dukun umumnya perempuan yang lebih tua, dan sangat dihormati di tengah

masyarakat karena pengetahuan dan pengalaman mereka dalam hal membantun

persalinan.Dukun adalah anggota masyarakat yang memiliki keterampilan menolong

persalinan secara tradisional yang diwariskan secara turun temurun atau melalui

pelatihan (Depkes, 2008).

Peran mereka mencakup pembantu kelahiran, memandikan, memijit-mijit,

membantu dalam urusan rumah tangga dan persiapan perawatan setelah melahirkan.

2.3 Kemitraan Bidan desa dan Dukun Bayi

2.3.1 Pengertian kemitraan bidan desa dan dukun bayi

Bentuk kerjasama antara bidan dan dukun, di mana kerjasama ini harus saling

menguntungkan kedua belah pihak dan atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa

saling percaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan

dalam dalam bermitra adalah menolong kelahiran serta mengalihfungsikan dukun

yang pada awalnya menolong persalinan menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan

bayi (Depkes,2008).

2.3.2Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan Dukun

Ruang lingkup kegiatan kemitraan mencakup masukan, proses dan luaran program.

1. Input

Input meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan sarana

kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode /mekanisme pelaksanaan kegiatan.

2. Proses

Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan kegiatan

dukun.Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan dukun

(6)

dukun dalam menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan merawat ibu

nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan dengan dukun.

3. Program

Output Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya kesehatan

ibu dan anak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait,

meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang bermitra, meningkatkan rujukan

oleh dukun, meningkatnya cakupan pertolongan persalinan serta meningkatnya

deteksi risti / komplikasi oleh masyarakat.

2.3.3 Prinsip Kemitraan Bidan desa dan Dukun bayi

Kemitraan hanya dapat dibentuk bila ada lebih dari satu orang atau satu

organisasi yang akan bekerjasama, dalam hal ini adalah bidan dan dukun bayi. Untuk

mencapai suatu kemitraan ada beberapa prinsip yang digunakan:

1. Kesetaraan

Kesetaraan yang dimaksud adalah saling menghargai pengetahuan,

pengalaman,keberadaan dan keahlian mitranya. Jadi harus dimulai dari menerima

mitra apa adanya setara dengan dirinya.

2. Keterbukaan

Keterbukaan yang dimaksud adalah kemauan bersama untuk menjelaskan

perasaan dan keinginannya serta membicarakan persoalan masing-masing yang

masih harus diuji kebenarananya.Antara bidan dan dukun bayi harus dibuat

suasana yang tidak membuat satunya merasa lebih rendah, lebih pintar dan lebih

mampu.

(7)

Kemitraan yang dimaksud adalah tidak ada yang kehilangan atau kerugian yang

diterima pada salah satu pihak, tetapi terjadi sinergi dari para pihak. Dengan

demikian harus dicari hal apa yang dapat disinergikan dan menyebabkan

keuntungan lebih besar untuk para pihak yang bermitra.

2.3.4 Landasan Kemitraan Bidan desa dan Dukun bayi

Dalam suatu kerjasama yang berprinsip kemitraan ada beberapa landasan yang

harus dipenuhi para pihak yang bermitra atau biasa disebut tujuh saling, yaitu:

1. Saling Memahami Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Bidan memiliki tugas dan fungsi utama dalam membantu persalinan ibu

hamil.Dukun bayi tidak melakukan tugas dan fungsi dalam membantu persalinan

ibu secara langsung. Tugas dan fungsi dukun bayi adalah mendorong agar proses

rujukan ibu bayi hanya kepada bidan atau tenaga kesehatan terlatih.

2. Saling Memahami Kemampuan Masing-masing

Bidan memiliki kemampuan teknis dan tugas utama dalam membantu persalinan

ibu sedangkan dukun bayi memiliki pengaruh dan dipercaya masyarakat.

Masing-masing kemampuan tersebut saling sinergi dan perlu dioptimalkan dalam

mendukung persalinan yang aman dan selamat bagi ibu.

3. Saling Menghubungi

Optimalisasi kemitraan antara bidan dan dukun bayi perlu terus ditingkatkan

dengan upaya saling menghubungi di antara masing-masing.

4. Saling Mendekati

Bidan lebih banyak berada di unit pelayanan (Puskesmas, Pustu, atau Poskesdes),

sedangkan dukun bayi sering dikunjungi atau mengunjungi ibu hamil. Untuk itu

(8)

juga aktif datang ke posyandu, pustu, poskesdes ataupun Puskesmas. Demikian

pula dengan bidan desa untuk lebih aktif mengunjungi dukun bayi.

5. Saling Bersedia

Membantu dan dibantu pada umumnya bidan yang ditugaskan di desa masih

relatif muda, terutama di daerah terpencil dan kurang banyak pengalaman dan

kepercayaan dari masyarakat dibandingkan dukun bayi. Pada sisi lain, dukun bayi

dengan pengalaman yang cukup banyak dan disegani oleh masyarakat tidak

memiliki keterampilan medis. Karenanya dukun bayi tidak bisa mendeteksi

persoalan komplikasi kehamilan ibu serta penanganannya secara medis. Hal

tersebut perlu saling disadari dengan cara sifat bersedia membantu dan dibantu.

6. Saling Mendorong dan Mendukung

Bidan perlu terus mendorong dan mendukung dukun bayi untuk tetap dihargai

oleh masyarakat. Demikian pula sebaliknya, dukun bayi perlu mendukung proses

persiapan dan pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan.

7. Saling Menghargai

Saling menghargai antara bidan dan dukun bayi sangat penting. Dukun bayi telah

ada di masyarakat jauh sebelum keberadaan bidan ataupun perkembangan ilmu

kebidanan.Dukun bayi perlu menghargai perkembangan ilmu dan teknologi

kebidanan yang dimiliki dan ditugaskan oleh pemerintah.

2.3.5 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kemitraan Bidan dan Dukun

Pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan bidan dan dukun bayi bukan saja

pihak di desa/kelurahan, namun juga pihak-pihak terkait di tingkat kabupaten/kota

dan kecamatan.Berikut para pihak tersebut serta perannya.

(9)

a. Dinas Kesehatan sebagai koordinator dalam program kemitraan bidan dan dukun

bayi.

b. Dalam program ini juga dilibatkan peran multi pihak seperti SKPD yang terkait

urusan kesehatan (Dinas Kesehatan, RSUD, Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa), Tim

Penggerak PKK tingkat Kabupaten, organisasi profesi kesehatan, akademisi,

perguruan tinggi, LSM yang bergerak di bidang kesehatan, serta yang tak kalah

penting adalah melibatkan DPRD (khususnya Komisi yang membidangi

kesehatan).

c. Dinas Kesehatan akan membentuk tim yang terdiri dari berbagai pihak tersebut di

atas. Tim tersebut akan bertugas memberikan pembinaan, pengawasan dan

evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan program ini.

2. Tingkat Kecamatan

Pada skala kecamatan akan didampingi oleh camat, kepala puskesmas, PKK

tingkat kecamatan, dan kelompok kerja operasional (Pokjanal) desa siaga tingkat

kecamatan. Kerjasama tersebut untuk mendampingi, mengawasi dan evaluasi

program kemitraan bidan dan dukun bayi secara berkala di tingkat kecamatan.

3. Tingkat Desa/Kelurahan

Pada skala desa/kelurahan, maka kepala desa/lurah bersama dengan kelompok

PKK, pengurus desa siaga, tokoh agama dan tokoh masyarakat akan

mendampingi, memberikan pembinaan dan melakukan evaluasi proses kemitraan

secara berkala di tingkat desa/kelurahan bersama dengan bidan dan dukun bayi.

2.3.6 Peran Bidan desa dan Dukun bayi dalam Pelaksanaan Kemitraan

Peran bidan dan dukun dalam pelaksanaan kemitraan meliputi masa kehamilan, masa

(10)

2.3.6.1. Peran Bidan desa dan Dukun bayi dalam Masa Kehamilan 1.Peran Bidan

a. Melakukan pemeriksaan ibu hamil (keadaan umum, menentukan taksiran partus,

menentukan keadaan janin dalam kandungan, pemeriksaan laboratorium yang

diperlukan)

b. Melakukan tindakan pada ibu hamil (pemberian imunisasi TT, pemberian tablet

Fe, pemberian pengobatan atau tindakan apabila ada komplikasi)

c. Melakukan penyuluhan dan konseling

d. Melakukan kunjungan rumah

e. Melakukan rujukan apabila diperlukan

f. Melakukan pencatatan

g. Membuat laporan

2. Peran dukun

a. Memberikan motivasi ibu hamil untuk periksa ke bidan

b. Mengantar ibu hamil yang tidak mau periksa ke bidan

c. Membantu bidan pada masa pemeriksaan ibu hamil

d. Melakukan penyuluhan pada ibu hamil dan keluarga

e. Memotivasi ibu hamil dan keluarga tentang KB

f. Melakukan ritual yang berhubungan dengan adat dan keagamaan

g. Melakukan motivasi pada saat rujukan diperlukan

h. Melaporkan ke bidan apabila ada ibu hamil baru

2.3.6.2 Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Persalinan 1. Peran Bidan

a. Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman dan alat resusitasi bayi baru

(11)

b. Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partograf

c. Melakukan asuhan persalinan

d. Melaksanakan inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI segera dari 1 jam

e. Injeksi vit K1 dan salep mata antibiotik pada bayi baru lahir

f. Melakukan perawatan bayi baru lahir

g. Melakukan tindakan PPGDON apabila mengalami komplikasi

h. Melakukan rujukan bila diperlukan

i. Melakukan pancatatan persalinan

j. Membuat laporan

2. Peran Dukun Bayi

a. Mengantar calon ibu bersalin ke bidan

b. Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke bidan atau

memanggil bidan

c. Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman seperti air bersih dan kain

bersih

d. Mendampingi ibu saat bersalin

e. Membantu bidan pada saat proses persalinan

f. Melakukan ritual (jika ada atau perlu)

g. Membantu bidan dalam merawat bayi baru lahir

h. Membantu bidan dalam inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam

i. Memotivasi rujukan bila diperlukan

j. Membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan.

2.3.6.3 Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Nifas 1. Peran Bidan

(12)

b. Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga (tanda-tanda bahaya

dan penyakit ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit, kebersihan pribadi dan lingkungan,

kesehatan dan gizi, ASI Eksklusif, parawatan tali pusat, KB setelah melahirkan)

c. Melakukan rujukan apabila diperlukan

d. Melakukan pencatatan

e. Membuat laporan

2. Peran Dukun Bayi

a. Melakukan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan tentang (tanda-tanda

bahaya dan penyakit ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit, kebersihan pribadi dan

lingkungan, kesehatan dan gizi, perawatan tali pusat dan perawatan payudara)

b. Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan

c. Melakukan ritual agama (jika ada atau perlu)

d. Memotivasi rujukan bila diperlukan

e. Melaporkan ke bidan apabila ada calon akseptor KB

Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara bidan dengan dukun perlu

disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun mekanisme

sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada beberapa hal penting yang harus

disepakati (dituangkan secara tertulis dalam nota kesepakatan antara bidan dan

dukun) yaitu mekanisme rujukan informasi ibu hamil, mekanisme rujukan kasus

persalinan, mekanisme pembagian biaya persalinan dan jadwal pertemuan rutin

bidan dengan dukun.

(13)

Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan

kesehatan ibu dan bayi, serta potensi untuk penanganan masalah melalui

kemitraan dukun dan bidan.

2. Identifikasi potensi yang mendukung kemitraan

Dalam membangun kemitraan, perlu dilakukan identifikasi terhadap potensi yang

mendukung kemitraan.Potensi tersebut diantaranya adalah jumlah dan sebaran

dukun, kebiasaan atau budaya local masyarakat yang mendukung kemitraan,

dukungan pemerintah desa/kelurahan dalam peningkatan pelayanan kesehatan

masyarakat serta sumber pendanaan untuk mendukung kemitraan.Potensi ini

dapat menjadi dasar dalam membangun kemitraan.

3. Membangun dukungan para pihak

Dari langkah ini diharapkan muncul komitmen pemerintah untuk hadir pada

pertemuan pembentukan kesepakatan antara bidan dan dukun bayi, komitmen

untuk mendukung melalui program dan anggaran daerah, serta komitmen untuk

mendorong pembentukan regulasi yang menjamin keberlangsungan kemitraan

tersebut.

4. Pembentukan regulasi daerah

Meski telah dibangun kesepakatan dan kesepahaman antara peran dan tugas bidan

dan dukun bayi dalam kemitraan serta telah didukung komitmen informal atas

nama pemerintah daerah, hal tersebut juga perlu didukung dengan pembentukan

regulasi daerah Peran para pihak dan konsekuensi pembiayaan perlu dituangkan

dalam regulasi daerah agar dapat dijamin oleh program dan angggaran pemerintah

daerah. Proses pembentukan regulasi daerah dapat berupa peraturan kepala daerah

ataupun peraturan daerah. Regulasi ini selain dapat memberikan jaminan

(14)

ketersediaan dan distribusi bidan yang lebih merata di desa-desa terpencil sebagai

syarat terbentuknya kemitraan.

5. Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi

Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi merupakan langkah untuk

optimalisasi pelaksanaan peran dan tugas masing-masing.

6. Pemantauan dan penilaian

Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan diperlukan adanya langkah pemantuan

dan evaluasi yang dilakukan sercara terus menerus (bekesinambungan).Kegiatan

memantau dan menilai untuk melihat apakah semua kegiatan telah dilaksanakan

sesuai rencana yang ditetapkan.

7. Mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung

Dalam pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun bayi dibutuhkan sarana dan

prasarana pendukung yang juga merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan

kemitraan tersebut. Beberapa prasarana dasar yang perlu ada dalam pemberian

pelayanan oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah Puskesmas, Pustu, Poskesdes,

Polindes, Rumah Tunggu Kelahiran, Posyandu, yang dilengkapi listrik dan air

bersih. Sedangkan sarana yang dibutuhkan dalam menunjang kemitraan,

diantaranya mobiler, tempat tidur lengkap, lemari, meja, kursi, kain tirai, alat

kesehatan (alkes), Bidan kit, dopler, sungkup/amubag, tabung oksigen, tiang

infus, incubator, timbangan bayi, balita dan timbangan ibu hamil, alat pengukur

panjang badan bayi, buku pegangan bidan, dukun bayi dan alat tulis, baju seragam

dukun bayi (dimaksudkan untuk memberi rasa bangga dan sebagai pengakuan atas

(15)

Pada Kecelakaan), media penyuluhan, lembar balik penyuluhan, film tentang

KIA, brosur, poster, dan lain-lain.

2.4 Angka Kematian Ibi (AKI) dan Angka Kemtian Bayi (AKB) 2.4.1 Pengertian Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat

hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan

tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan

bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang cukup penting.

Angka kematian ibu diketahui dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan

dan ibu nifas per jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu dalam waktu

tertentu.Angka Kematian Ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama

kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan

kesehatan menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan

kelahiran, serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk

pelayanan prenatal dan obstetric.

Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan

program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan

membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer),

program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan,

penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan

keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan

untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan

(16)

2.4.2 Pengertian Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) merupakan salah satu aspek

yang sangat penting dalam mendeskripsikan tingkat pembangunan manusia di sebuah

negara dari sisi kesehatan masyarakatnya.Kematian bayi adalah kematian yang

terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.

Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi.Secara garis besar, dari

sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan

eksogen.Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal;

adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan

umumnya disebabkan oleh factor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang

diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang

terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan

oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Cara Menghitung Angka Kematian Bayi Dimana rumus: AKB = Angka

(17)

2.5 Kerangka Pemikiran

kerjasama formal antara inividu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan

tentang komitmen dan harapan masing-masing tentang peninjauan kembali terhadap

kesepakatan-kesepakatan yang di buat, saling berbagi, baik dalam resiko maupun

keuntungan yang di peroleh.

Dalam hal ini adalah kerjasama bidan desa dan dukun bayi dalam proses

penanganan masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas. Bidan dan dukun bayi

mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan kesepakatan akan tetapi mempunyai

tujuan yang sama yaitu membantu persalinan ibu hamil.

Bentuk kerjasama antara bidan dan dukun, di mana kerjasama ini harus saling

menguntungkan kedua belah pihak dan atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa

saling percaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan

dalam bermitra adalah menolong kelahiran serta mengalihfungsikan dukun yang

pada awalnya menolong persalinan menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi

Sehingga kerja sama yang baik dan terukur dalam hal ini adalah kerjasama

bidan desa dan dukun bayi di desa teluk ambun dalam menekan angka kematian ibu

dan bayi dapat behasil.

Kemitraan bidan dan dukun sangat mempengaruhi tinggi rendahya angka

kematian ibu dan bayi sehingga untuk mengetahui sebuah kemitraan yang sinergis,

berikut ini teori yang peneliti pakai untuk mengkaji dan menelaah yang bisa

mendukung berlangsungnya proses kemitraan yang baik. Elemen-elemen tersebut

antara lain

1. sumber daya meliputi dana, sarana dan prasarana,

(18)

3. relasi antara patner, meliputi kepercayaan, penghargaan dan konflik

4. karakteristik kemitraan, meliputi pembagian peran, komunikasi, pengambilan

keputusan, koordinasi dan komitmen

5. lingkungan sekitar. Meliputi karakteristik masyarakat dan dukungan pemerintah

(19)

1. SUMBER DAYA

2. KARAKTERISTIK PARTNER

3. RELASI ANTAR PARTNER

4. KARAKTERISTIK

KEMITRAAN

5. LINGKUNGAN EKSTERNAL

ANGKA KEMATIAN IBU

DAN BAYI

Bagan Alur Pikir 2.1

KEMITRAAN

(20)

2.6Definisi Konsep

Konsep adalah proses dan upaya penegsan dan pembatasan makna konsep

dalam suatu penelitian. Cara untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep

dalam suatu penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi

makna konsep-konsep yang di teliti (siagian, 2011:136-138).

Adapun batasan yang menjadi batasan konsep dalam penelitian adalah :

1. Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak yang memiliki

kepentingan yang sama, di mana sebelum melaksanakan tugas masing-masing,

terlebih dahulu disepakati mengenai komitmen dan apa yang mejadi keinginan

atau cita-cita serta harapan dari masing-masing pihak untuk mencapai tujuan

bersama (Notoatmodjo, 2010).

2. Kemitraan bidan dan dukun adalah bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang

saling menguntungkan dengan prinsip kesetaraan, keterbukaan, dan kepercayaan

dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir. Pada kemitraan ini, kegiatan

bidan mencakup aspek medis, sedangkan kegiatan dukun mencakup aspek non

medis. Aspek medis adalah proses pengelolaan dan pelayanan program kesehatan

ibu dan anak mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian.

Aspek non medis adalah menggerakkan keterlibatan individu, keluarga dan

masyarakat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak serta memberdayakan ibu

hamil dan keluarganya.

3. Dukun adalah anggota masyarakat yang memiliki keterampilan menolong

persalinan secara tradisional yang diwariskan secara turun temurun atau melalui

pelatihan (Depkes, 2008).

4. Bidan adalah seseorang yang sudah menjalani program pendidikan kebidanan,

(21)

kebidanan, dan memenuhi kualifikasi yang diperlukan untuk dapat terdaftar atau

mendapat izin resmi untuk melakukan praktik kebidanan (Myles, 2011).

5. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat

hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan

tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya,

dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup pada satu tahun

tertentu.

6. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah

Referensi

Dokumen terkait

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai: (1) sumber informasi pengaruh penggunaan lahan (hutan produksi) terhadap nilai koefisien aliran pada Daerah Aliran

Kajian ini bertujuan untuk memahami peran gender dari aspek akses dan keterlibatan laki-Iaki dan perempuan dalam penanganan pasca bencana, dan dari aspek kebijakan

Pada hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Kinerja Pajak Hotel di Kota Palu sudah ekonomis, karena hasil perhitungan ekonomis untuk tahun 2013-2016

Peserta pada Seminar Nasional Bahasa dan Sastra dengan tema “Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ilmiah dan Bahasa Persatuan” Kerjasama dengan Pascasarjana Universitas

Peran perusahaan inti sebagai penyedia kredit, bimbingan teknis, manajerial, sarana produksi, dan bagian pengolahan dan pemasaran hasil produksi (Kirk, 1987).

Apabila persembahan Bapak, Ibu, Saudara/i, tidak / belum tercantum dalam Warta Jemaat atau tidak sesuai dengan jumlah pemberian, kami mohon segera menghubungi

Banyak langkah yang dilakukan komunitas brenjonk tersebut mulai dari merangkul beberapa petani, tokoh masyarakat, yang dianggap mampu untuk membantu mereka dalam meyakinkan

lingkungan terdekatnya baik, si anak tetap akan menjadi pribadi yang kuat atau