• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Gizi dan Gangguan Tidur Pada Remaja di SMA Negeri 1 Kota Padang Panjang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Status Gizi dan Gangguan Tidur Pada Remaja di SMA Negeri 1 Kota Padang Panjang"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia untuk fungsi restorasi dan homeostatis seluruh sistem organ tubuh, yang bersifat menyegarkan dan penting dalam termoregulasi normal serta penyimpanan energi. Kebutuhan tidur remaja sekitar 7-8 jam per hari, dengan pola tidur yang irregular, sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis, gaya hidup, dan gangguan siklus sirkadian bangun-tidur akibat pengaruh perubahan hormon melatonin saat pubertas (Nelson,Ed.18).

Prevalensi gangguan tidur pada anak dan remaja sekitar 25-40% (Meltzer,2008). Gangguan tidur tersebut meliputi gangguan kuantitas durasi tidur, kualitas tidur, sulit untuk inisiasi tidur , sering terbangun saat malam hari, dan gangguan pernafasan saat tidur. Gangguan tidur yang terjadi akan menimbulkan

Excessive Daytime Sleepiness (EDS), perubahan mood dan tingkah laku, serta

disfungsi neurokognitif, yang akan mempengaruhi performa pelajar saat di sekolah (Tanjung,2004).

Obesitas dan overweight adalah kondisi status gizi yang berlebih. Obesitas merupakan kondisi peningkatan lemak total tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak

(Barrett et al., 2010). Hal ini merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh penyebab yang multifaktorial. Menurut WHO (2010), kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesity) merupakan faktor resiko penyebab kematian ke-5 di dunia. Prevalensi obesitas pada remaja meningkat dari 5% pada tahun 1980 menjadi 21% pada tahun 2012 (CDC,2012). Menurut data nasional kejadian gizi berlebih pada remaja usia 16-18 tahun mengalami peningkatan dari 1,4% pada tahun 2007 menjadi 7,3% di tahun 2013, dengan 1,6 % mengalami obesitas dan 5,7% mengalami kelebihan berat badan(overweight). Prevalensi obesitas di Sumatera Barat 1,4% dan kelebihan berat badan sebanyak 5,6% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

(2)

2

Dalam American Lung Association ditemukan lebih 6% remaja didiagnosa mengalami Sleep Disorder Breathing(SBD), dimana dijumpai kesulitan dalam bernafas saat tidur. Pada anak dan remaja dengan BMI >85thpersentil for age mempunyai risiko untuk menderita SBD dua kali lebih besar. Obstructive Sleep

Apnea(OSA) adalah bentuk SBD yang paling sering dijumpai,

mendengkur(snoring) merupakan gejala umumnya. Marcus et al menjelaskan bahwa 36% anak dan remaja yang obesitas ditemui kelainan pada pemeriksaan

polysomnography(PSG), 24% di dalamnya menderita OSA. Hal ini menunjukan

korelasi positif antara obesitas dan OSA.

Berbagai studi telah meneliti hubungan antara obesitas dan gangguan tidur, yang sebenarnya memiliki hubungan dua arah. Penelitian Lowry et al(2012) menunjukan hubungan signifikan antara jam tidur yang kurang dengan kejadian obesitas pada remaja, diduga tidur yang kurang akan menyebabkan gangguan regulasi hormon leptin dan ghrelin yang berdampak pada pengaturan nafsu makan dan jumlah kalori asupan makanan. Peningkatan hormon ghrelin merangsang keinginan untuk makan, sedangkan leptin mengisyaratkan hipotalamus bahwa simpanan energi sudah cukup. Tetapi pada obesitas, peningkatan kadar leptin tidak mengurangi nafsu makan karena terjadi resistensi leptin (Ganong & Hall, 2008). Sedangkan penelitian yang dilakukan Chrunch(2011) menilai hubungan sebaliknya, antara persentase body fat, BMI, dengan PSQI score, kualitas tidur dan durasi tidur. Ditemukan korelasi linier positif antara body fat% dengan PSQI

score(r=0.27), dan hubungan linier positif antara BMI dengan PSQI

score(r=0.58). Akan tetapi masih belum terlalu banyak penelitian yang melihat

hubungan antara status gizi dan gangguan tidur tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara status gizi dan gangguan tidur pada remaja.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka disusun rumusan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan, yaitu bagaimanakah hubungan antara status gizi dan gangguan tidur pada remaja?

(3)

3

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan gangguan tidur pada remaja.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui status gizi melalui pengukuran IMT/U pada remaja di SMA N 1 Padang Panjang

2. Untuk mengetahui gangguan tidur pada remaja di SMA N 1 Padang Panjang

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Di bidang akademik/ilmiah

Sebagai salah satu tolok ukur untuk penelitian lebih lanjut dan memberikan gambaran mengenai hubungan status gizi dan gangguan tidur pada remaja.

2. Bagi masyarakat

Data atau informasi hasil penelitian ini dapat membangun kesadaran untuk hidup sehat dan menghindari kelebihan berat badan.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman dan menambah pengetahuan serta kemampuan dalam melakukan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil simulasi yang dilakukan pada pra siklus untuk melihat kemampuan awal anak usia dini tunagrahita menunjukkan tingkat kemampuan fisik motorik kasar anak masih rendah,

“Dalam Menggunakan sistem evaluasi sesuai dengan materi pembelajaran guru di MTs Miftahul Anwar Kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah apakah sering menggunakan Pre

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang begitu besar sehingga terlaksana dan terselesainya penelitian ini yang judul

[r]

Apalagi dengan adanya teknologi internet yang telah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat dunia dan apalagi dapat digunakan untuk situs yang dapat menguji atau

Kajian ini dijalankan adalah untuk menentukan amaun sebenar dana pengurusan yang perlu dikenakan kepada penduduk mengikut fasiliti yang ada dalam kawasan perumahan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia juga dikemukakan bahawa modul adalah kegiatan program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan

Bab ini merupakan salah satu kompetensi inti yang harus Anda pahami, karena dengan semakin pesatnya perkembangan zaman menjadikan dunia bisnis sebagai permasalahan dalam negeri