• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kebersihan Diri dengan Resiko Kecacingan pada Keluarga yang Memiliki Balita Di Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kebersihan Diri dengan Resiko Kecacingan pada Keluarga yang Memiliki Balita Di Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu keadaan yang didefenisikan seseorang berdasarkan nilai, kepribadian, dan gaya hidupnya. Pender, Murdaugh, dan Parsons (2006) mendefenisikan kesehatan sebagai perwujudan potensi manusia intrinsik dan ekstrinsik melalui tingkah laku yang diharapkan oleh tujuan hidup, perawatan diri yang kompeten, dan hubungan dengan orang lain yang memuaskan, dengan penyesuaian yang dilakukan untuk mempertahankan integritas struktural dan harmoni dengan lingkungan (Potter dan Perry, 2009).

Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatandan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009 dalam Lestari, 2011).

(2)

tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkes RI, 2009 dalam Lestari, 2011).

Higiene adalah ilmu pengetahuan tentang kesehatan dan pemeliharaannya. Higiene personal adalah perawatan diri yang dilakukan orang seperti mandi, eliminasi, dan higiene tubuh secara umum, dan berhias. Higiene merupakan masalah yang sangat pribadi dan ditetukan oleh nilai-nilai dan praktik-praktik individu (Kozier, 2010).

Secara teoritis kejadian kecacingan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan higiene perorangan/kebersihan diri perorangan yakni : kebiasaan ibu dan anak mencuci tangan, frekuensi potong kuku anak, kebiasaan bermain ditanah (Endriani dkk, 2010).

Pada prakteknya upaya kebersihan diri yang harus diajarkan pada balita meliputi kebiasaan cuci tangan dengan sabun, kebiasaan kontak dengan tanah dan penggunaan alas kaki, mandi serta kebersihan kuku (Zukriadi, 2008)

(3)

telur yang ada di tanah mudah dipindahkan ke mulut melalui tangan dengan kuku tidak higienis. Kuku yang terawat dan bersih juga merupakan cerminan kepribadian seseorang, kuku yang panjang dan tidak terawat akan menjadi tempat melekatnya berbagai kotoran yang mengandung berbagai bahan mikro organisme diantaranya bakteri dan telur cacing (Zukhriadi, 2008).

Infeksi cacingan merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti banyak manusia di seluruh dunia. Sampai saat ini penyakit-penyakit cacing masih tetap merupakan suatu masalah karena kondisi sosial dan ekonomi di beberapa bagian dunia. Pada umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit serius tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang berhubungan dengan faktor ekonomis (Zulkoni, 2010).

Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai resiko tinggi terjangkitnya penyakit Soil Transmited Helminth (Adi Sasongko, 2009 dalam Endriani, dkk 2010).

Di Indonesia, penyakit cacing adalah penyakit rakyat umum, infeksinya pun dapat terjadi secara simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus. Rendahnya mutu sanitasi menjadi penyebabnya. Pada anak-anak, cacingan akan berdampak pada gangguan kemampuan untuk belajar, dan pada orang dewasa akan menurunnya produktivitas kerja. Dalam jangka panjang, hal ini akan berakibat menurunnya kualitas sumber daya manusia (Zulkoni, 2010).

(4)

dimungkinkan oleh karena anak mempunyai kesempatan yang tinggi untuk berkontak dengan sumber infeksi (Pasaribu, 2004).

Hasil kegiatan survey yang dilakukan dari beberapa kabupaten di propinsi Aceh Darussalam tahun 2006, didapatkan presentasi kecacingan yang tertinggi adalah Kabupaten Aceh Barat (56,60%), Aceh Besar (50,75%), Pidie (45,65%), Bireun (43,53%), Lhoksumawe (41,75%). (World Food Programe, 2008 dalam Baharuddin, 2010).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur kabupaten Aceh Tenggara, diperoleh data bahwa jumlah keseluruhan balita di Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara adalah sebanyak 803 balita, dan yang menderita kecacingan sebanyak 30 balita. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa beberapa balita di Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara yang memakan makanan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan dengan sabun, bermain di tanah/kebiasaan kontak dengan tanah tanpa memakai sandal/sepatu, dan memiliki kuku yang kotor.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti merasa penting untuk meneliti tentang “Hubungan Kebersihan Diri dengan Resiko Kecacingan pada Balita di Kecamatan Lawe Sumur kabupaten Aceh tenggara”

1.2 Tujuan Penelitian

(5)

1.2.2 Mengetahui hubungan kebersihan diri dengan resiko kecacingan pada balita di Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh tenggara

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan kebersihan diri dengan resiko kecacingan pada balita di Kecamatan Lawe Sumur kabupaten Aceh Tenggara ?”

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada berbagai pihak yaitu :

1.4.1 Bagi Masyarakat

Sebagai untuk masukan dan menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat terkait dengan kebersihan diri dengan resiko kecacingan pada balita agar terhindar dari infeksi cacing di Kecamatan Lawe Sumur kabupaten Aceh Tenggara sehingga meningkat derajat kesehatan baik pada balita, keluarga dan masyarakat. Sehingga menguragi angka kejadian cacingan khususnya balita.

1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

(6)

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhisebagian persyaratan menyelesaikan program studi S-1 pada Fakultas Teknik Program studi Teknik Sipil Universitas

Meskipun sudah ada sistem pencatatan dan cara pencatatan yang baik dan benar di dalam buku panduan SOP budidaya jeruk pamelo madu Bageng Kabupaten Pati dari mulai

Pilihan jawaban menyatakan SS atau Sangat Sesuai, maka berarti menurut Anda BPR memang sudah memiliki penawaran kredit terbaik saat ini.. Jika Anda ingin mengubah jawaban, maka

Hasil ini tidak sejalan dengan hipotesis yang disusun oleh penulis yang menyatakan bahwa perguruan tinggi, metode pembelajaran, minat mata kuliah dan jurusan asal

kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel. komunikasi yang diujicobakan dan juga sebagai kisi-kisi

[r]

Pada hari ini Rabu tanggal Dua puluh sembilan bulan Maret tahun Dua ribu tujuh belas , kami yang bertanda tangan di bawah ini, Panitia Lelang Pengadaan Sarana UNBK MAN Buntet

Sehubungan dengan hal tersebut agar Saudara/Saudari membawa dokumen atau data asli serta salinannya sesuai dengan persyaratan kuaiifikasi yang kami tetapkan pada aplikasi