• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Aplikasi Saringan Air dengan Penggunaan Media Pasir, Karbon Aktif dan Zeolit untuk Penurunan Kadar Kadmium (Cd) pada Air Sumur Gali Masyarakat Desa Namo Bintang Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Aplikasi Saringan Air dengan Penggunaan Media Pasir, Karbon Aktif dan Zeolit untuk Penurunan Kadar Kadmium (Cd) pada Air Sumur Gali Masyarakat Desa Namo Bintang Tahun 2015"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pengertian Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan

makhluk hidup di bumi. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh

senyawa lain. Berdasarkan Permenkes RI No. 416/ MENKES/PER/IX/1990

tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air, pengertian air minum dan air bersih

adalah sebagai berikut:

“Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat dan dapat

diminum langsung. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan

sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila

telah dimasak.”

2.2 Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi merupakan suatu fenomena alam. Hidrologi sendiri

merupakan suatu ilmu yang mempelajari siklus air pada semua tahapan yang

dilaluinya, mulai dari proses evaporasi, kondensasi uap air, presipitas, penyebaran

air di permukaan bumi, penyerapan air ke dalam tanah, sampai berlangsungya

proses daur ulang (Chandra, 2006).

Menurut Surawiria tahun 1985, 40 juta mil-kubik air yang berada di

permukaan dan di dalam tanah tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil kubik) yang

(2)

sumber air terdiri dari air laut, 2,5% merupakan bentuk salju abadi dan dalam

keadaan cair dapat digunakan.

Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran

yang dinamakan siklus hidrologi. Menurut Chandra tahun 2006, secara umum,

pergerakan air di alam terdiri dari berbagai peristiwa, yaitu :

1. Penguapan air (Evaporasi)

2. Pembentukan awan (Kondensasi)

3. Peristiwa jatuhnya air ke bumi/hujan (Presipitasi)

4. Aliran air pada permukaan bumi dan di dalam tanah

Penjelasan lebih lanjut, dapat diterangkan sebagai berikut air menguap

akibat panasnya matahari. Penguapan ini terjadi pada air permukaan, air yang

berada di lapisan tanah bagian atas (evaporasi), air yang berada di dalam

tumbuhan (transpirasi), hewan dan manusia (transpirasi, respirasi). Uap air ini

memasuki atmosfir. Di dalam atmosfir uap ini akan menjadi awan dan dalam

kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan berubah bentuk menjadi

tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan. Air hujan ini ada

yang mengalir langsung masuk ke dalam permukaan (runoff), ada yang meresap

ke dalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah, baik yang dangkal maupun

yang dalam dan ada juga yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah akan timbul ke

permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan, air tanah

dangkal dan air yang berada dalam tubuh akan menguap kembali menjadi awan,

(3)

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi (Soemarto, 1987)

Air mempunyai karakteristik sebagai pelarut yang universal karena

molaritasnya yang tinggi sehingga mengakibatkan hampir semua senyawa dapat

larut dalam air baik dalam bentuk terlarut, tersuspensi, koloid maupun yang

mudah diendapkan (Soemirat, J., 1994). Menurut Mulia tahun 2005, siklus

hidrologi merupakan aspek penting untuk menyuplai daerah daratan dengan air.

Siklus hidrologi merupakan salah satu proses alami untuk membersihkan air dari

(4)

2.3 Sumber Air

Menurut Peraturan Pemerintah PP Nomor 82 tahun 2001 sumber air adalah

wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam

pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk dan muara.

Menurut Sutrisno tahun 2004, sumber air di alam terdiri atas air laut, air atmosfir

(air metereologik), air permukaan, dan air tanah.

2.3.1 Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar

garam NaCl dalam air laut 3 %. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak

memenuhi syarat untuk air minum (Sutrisno, 2004).

2.3.2 Air Atmosfir

Air atmosfir atau air hujan merupakan sumber utama air bumi. Meskipun

pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung

mengalami pencemaran ketika berada di atmosfir. Pencemaran yang berlangsung

di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,

misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan amonia (Chandra, 2006).

Air angkasa (hujan) merupakan penyubliman uap air menjadi air murni

(H2O). Air murni ini sewaktu turun ke bumi melalui udara akan dapat melarutkan

benda-benda yang ada di udara, di antaranya gas (O2, CO2, N2, dan lain-lain),

(5)

Air hujan merupakan sumber ketersediaan air tanah baik secara langsung

maupun tidak langsung. Secara langsung air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah,

sedangkan secara tidak langsung air hujan terkumpul pada aliran sungai atau

danau (Bouwer, 1978).

Menurut Sutrisno tahun 2004, sifat-sifat air angkasa adalah sebagai

berikut:

1. Bersifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak

reservoir sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi

(karatan).

2. Bersifat lunak/kurang mengandung larutan garam dan mineral

sehingga terasa kurang segar dan boros terhadap pemakaian sabun.

2.3.3 Air Permukaan

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 tahun 2008, air permukaan

adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. Pada umumnya air

permukaan ini akan mengalami pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh

lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagai. Jenis

dan jumlah pengotoran ini untuk masing-masing air permukaan akan

berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya

merupakan kotoran fisik, kimia dan mikrobiologi.

Menurut Effendi tahun 2003, perairan permukaan diklasifikasiakan

(6)

1. Badan air tergenang (standing waters atau lentik)

Perairan tergenang meliputi danau, kolam waduk (reservoir), rawa

(wetland), dan sebagainya. Perairan tergenang khusunya danau,

biasanya mengalami stratifikasi secara vertikal akibat perbedaan suhu

pada kolom air yang terjadi secara vertikal.

2. Badan air mengalir (flowing waters atau lotik)

Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan

oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar

0,1-1,0 m/detik. Pada perairan sungai, biasanya terjadi percampuran

massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal

kolom air seperti pada perairan lentik.

Menurut Sutrisno tahun 2006, udara yang mengandung oksigen atau gas

O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air

permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan,

O2 akan meresap ke dalam air permukaan. Panjangnya daerah perusakan ini

tergantung pada :

1. Sifat dan banyak pengotoran

a. Aliran sungai (cepat atau lambat)

b. Suhu/temperatur

2. Kadar Oksigen yang terlarut

Menurut Chandra tahun 2006, air permukaan merupakan salah satu sumber

(7)

1. Mutu atau kualitas baku

2. Jumlah atau kuantitasnya

3. Kontinuitasnya

Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber

air yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat

lainnya. Sumber-sumber air permukaan antara lain, sungai, selokan, rawa, parit,

bendungan, danau, laut, dan air terjun. Air permukaan meliputi air sungai dan air

rawa/danau. Air permukaan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Air Sungai

Pada umumnya, air sungai mempunyai derajat pengotoran yang tinggi

sekali sehingga dibutuhkan tingkat pengolahan sebelum digunakan.

Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada

umumnya dapat mencukupi (Sutrisno, 2006).

2. Air Rawa / Danau

Adanya zat-zat organis yang telah membusuk membuat kebanyakan

air rawa berwarna misalnya asam humus yang larut dalam air yang

menyebabkan warna kuning. Dengan adanya pembusukan kadar zat

organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan

dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali. Apabila kandungan O2

kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut.

Pada permukaan air akan tumbuh alga (lumut) dikarenakan adanya

sinar matahari dan O2. Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada

(8)

Fe dan Mn tidak terbawa, demikian pula dengan lumut yang ada pada

permukaan rawa/telaga (Sutrisno, 2006).

2.3.4 Air Tanah

Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaaan

bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan

mengalami proses filtrasi secara alamiah. Air tanah memiliki beberapa kelebihan

dibanding sumber lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit

dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah

juga cukup tersedia sepanjang tahun saat musim kemarau sekalipun. Sementara

itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian dan kelemahan dibanding sumber

air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi.

Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral seperti magnesium, kalsium, dan

logam berat seperti besi yang menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk

mengisap dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan pompa (Chandra,

2006).

Menurut Effendi tahun 2003, karakteristik perbedaan air tanah dan air

permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residence

time). Daerah di bawah tanah yang terisi air disebut daerah saturasi (zona

saturation). Pada daerah saturasi, setiap pori tanah dan batuan terisi air yang

merupakan air tanah (groundwater). Batas atas daerah saturasi disebut water table

yang merupakan peralihan antara saturasi yang banyak mengandung air dan

daerah belum saturasi/jenuh (unsaturatedose zone) yang masih mampu menyerap

(9)

Permukaan Tanah Daerah Unsaturated

(tak jenuh)

Water table

Air tanah/Groundwater (Daerah saturasi) Lapisan tanah bagian bawah

Gambar 2.2 Penampang melintang tanah dan posisi air tanah (groundwater) di dalam tanah (modifikasi Miller, 1992)

2.3.4.1 Kedudukan air tanah

Menurut Sutrisno (2004), air tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal terdapat pada lapisan dengan kedalaman 15 meter. Air

tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah.

Lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah

akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang

terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu

untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai

saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung,

terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan

rapat air, air yang akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah

ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.

Air tanah dangkal diperoleh dari sumur dangkal. Jenis sumur ini banyak

(10)

kegiatan masak-cuci-kakus (MCK). Keadaan ini dapat menjadi sumber

pencemaran air sehingga persayaratan sanitasi yang ada perlu diperhatikan.

Hal-hal yang harus diketahui dalam pembuatan sumur dangkal ini adalah:

1. Sumur harus diberi tembok rapat air 3 meter dari muka tanah, agar

pengotoran oleh air permukaan dapat dihindarkan.

2. Sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air selebar 1-1,5 m untuk

mencegah terjadinya pengotoran dari luar.

3. Pada lantai harus diberi saluran pembuangan air kotor, agar air kotor

dapat tersalurkan dan tidak mengotori sumur.

4. Pengambilan air sebaliknya dengan pipa kemudian air dipompa keluar.

5. Pada bibir sumur hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1 m.

Air tanah dangkal sebagai air minum bila ditinjau dari segi kualitas sedikit

kurang baik. Kuantitas kurang cukup dan tergantung pada musim.

2. Air Tanah Dalam

Air tanah dalam atau air artesis adalah air yang berada pada kedalaman

100-300 meter. Air ini terdapat diantara dua lapisan kedap air. Lapisan diantara

dua lapisan kedap air tersebut disebut lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak

menampung air. Jika lapisan kedap air retak, secara alami air akan keluar ke

permukaan. Air yang memancar ke permukaan disebut mata air artesis.

Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Jika tekanan air

(11)

ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak keluar dengan sendirinya, maka

digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

Pada umumnya, kualitas dari air tanah dalam lebih baik dari air dangkal

karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan

unsur-unsur kimia tergantung pada lapisan tanah yang dilalui. Kualitas pada air tanah

secara umum mencukupi (tergantung pada lapisan keadaan tanah) dan sedikit

pengaruh oleh perubahan musim.

3. Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan

tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh

musim dan kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam. Mata air

biasanya mempunyai kualitas yang baik jika air itu berasal dari suatu akuifer dan

bukannya rembesan air sungai yang baru menempuh jarak pendek. Oleh sebab itu,

penting sekali untuk memelihara atau mempertahankan kualitas air yang baik ini

dengan cara melindungi mata air dan sekelilingnya dari kontaminasi kotoran

manusia dan binatang.

Berdasarkan keluarnya (munculnya permukaan tanah) terbagi atas

rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng dan umbul dimana air keluar ke

permukaan pada suatu dataran. Berdasarkan keluarnya mata air dapat dibedakan

atas :

(12)

b. Umbul, yaitu mata air dimana airnya keluar ke permukaan pada suatu

dataran.

2.3.4.2 Kualitas Fisik Air Tanah

Kualitas fisik air tanah akibat penyaringan secara alamiah akan tergantung

pada:

a. Porositas tanah, yaitu semakin besar porositas tanah semakin besar

kemampuan lapisan tanah untuk menyimpan air dan semakin besar

pori-pori tanah semakin mudah dilalui air tanah.

b. Permeabilitas tanah, semakin besar permeabilitas tanah semakin

mudah lapisan tanah itu dilalui air tanah, sehingga bahan-bahan kimia

yang terlarut ataupun tersuspensi dalam air tanah lolos melalui

pori-pori tanah.

c. Jenis batuan dalam tanah, karena batuan tersebut dapat mengandung

berbagai bahan kimia, diantaranya ada yang mudah larut dalam air.

Larutan zat kimia tersebut dalam air tanah dapat memengaruhi

kualitas air tanah. Misalnya lapisan tanah yang mengandung zat besi

yang berlebihan sehingga air tanah dapat berbau, berwarna dan berasa

(Sutrisno T, 2006).

2.3.4.3 Kualitas Kimia Air Tanah

Susunan unsur-unsur kimia air tanah tergantung pada lapisan-lapisan tanah

(13)

mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2. Jika melalui batuan granit maka air itu

lunak dan agresif karena mengandung gas CO2dan Mn(HCO)3(Sutrisno, 2006).

2.4 Pengertian Sumur

Sumur merupakan bentuk upaya manusia untuk mendapatkan air bersih

dengan cara menyadap air tanah melalui lubang yang digali vertikal dari

permukaan hingga mencapai lapisan air tanah/akuifer. Air sumur merupakan air

tanah yang disadap melalui lubang yang digali vertikal dari permukaan hingga

mencapai lapisan air tanah/akuifer (Kusnaedi, 2000).

Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang

dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur

resapan merupakan kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan merupakan

lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah sedangkan sumur air minum

berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan (Kusnaedi, 2000).

2.4.1 Pengertian Sumur Gali

Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas

dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah

perorangan. Sumur gali biasanya mempunyai kedalaman 7-10 meter dari

permukaan tanah. Dari segi kesehatan, penggunaan sumur gali kurang baik bila

cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan. Menurut Chandra tahun 2006,

(14)

1. Lokasi

Langkah pertama adalah menentukan tempat yang tepat untuk

membangun sumur. Sumur harus berjarak minimal 15 meter dan

terletak lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang

ternak, tempat sampah, dan sebagainya.

2. Dinding sumur

Dinding sumur harus dilapisi dengan batu yang disemen. Pelapisan

dinding tersebut paling tidak sedalam 6 meter dari permukaan tanah.

3. Dinding parapet

Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan

harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini

merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur.

4. Lantai kaki lima

Lantai kaki lima harus terbuat dari semen dan lebarnya lebih kurang 1

meter ke seluruh jurusan melingkar sumur dengan kemiringan sekitar

10 derajat ke arah tempat pembuangan air (drainase).

5. Drainase

Drainase atau saluran pembuangan air harus dibuat menyambung

dengan parit agar tidak terjadi genangan air di sekitar sumur.

6. Tutup sumur

Sumur sebaiknya ditutup dengan penutup terbuat dari batu terutama

pada sumur umum. Tutup semacam itu dapat mencegah kontaminasi

(15)

7. Pompa tangan/listrik

Sumur harus dilengkapi dengan pompa tangan/listrik. Pemakaian

timba dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kontaminasi.

8. Tanggung jawab pemakai

Sumur harus dijaga kebersihannya bersama-sama oleh masyarakat

karena kontaminasi dapat terjadi setiap saat.

9. Kualitas

Kualitas air perlu dijaga melalui pelaksanaan pemeriksaan fisik,

kimia, maupun pemeriksaan bakteriologis secara teratur.

2.5 Kegunaan Air

Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat

badannya. Untuk kelangsungan hidupnya manusia membutuhkan air yang

jumlahnya antara lain tergantung berat badan (Sutrisno, 2004).

Menurut Wardhana tahun 2004, air digunakan sebagai :

1. Air untuk minum

2. Air untuk keperluan rumah tangga

3. Air untuk industri

4. Air untuk mengairi sawah

5. Air untuk kolam perikanan, dan lain-lain

Menurut Alamsyah tahun 2007, manfaat air bagi tubuh manusia adalah :

1. Membantu proses pencernaan

(16)

3. Mengangkut zat-zat makanan

4. Menjaga keseimbangan suhu tubuh

2.6 Hubungan Air dan Penyakit

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara

langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang berhubungan dengan

air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya, yaitu:

1. Waterborne disease

2. Waterwashed mechanism

3. Water-bashed mechanism

4. Water-related insect vector mechanism

2.7 Persyaratan Air 2.7.1 Syarat Kuantitas

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam semesta

berlimpah-limpah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan

manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Konsumsi air bersih di

perkotaan Indonesia berdasarkan keperluan rumah tangga, diperkirakan sebanyak

138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci, kakus 12 liter,

minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8

liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter (Slamet,

2007). Jadi untuk negara yang sudah maju kebutuhan air pasti lebih besar dari

(17)

2.7.2 Syarat Kualitas

Air yang digunakan untuk kepentingan umum wajib diuji kualitas airnya.

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990,

kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan meliputi persyaratan mikrobiologi,

fisika, radioaktif dan kimia tertera pada lampiran 1 dan 2.

2.7.2.1 Parameter Mikrobiologi

Menurut Sutrisno tahun 2006, air minum dan air bersih tidak boleh

megandung bakteri-bakteri patogen sama sekali dan tidak mengandung bakteri

golongan Coli melebihi batas yang ditentukan yaitu 0 Coli/100mL air. Bakteri

golongan Coli ini berasal dari usus besar (feaces) dan tanah. Bakteri patogen yang

memungkinkan ada alam air antar lain adalah :

1. Bakteri typhsum

2. Vibrio colerae

3. Bakteri dysentriae

4. Entamoba hystolotica

5. Bakteri enteritis

Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi

dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologis,

tidak langsung apakah air itu mengandung bakteri patogen tetapi diperiksa dengan

indikator bakteri golongan Coli.

Menurut Fardiaz tahun 1992, air merupakan medium pembawa

(18)

mikroorganisme yang terdapat di dalam air bervariasi tergantung dari berbagai

faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sumber air

Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh

sumber air tersebut, misalnya air atmosfir, air tanah, air permukaan,

air tergenang, air laut dan sebagainya.

2. Komponen nutrien dalam air

Air, terutama air buangan sering mengandung komponen yang

dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Seperti contoh, air

yang mengandung besi dalam jumlah tinggi sering ditumbuhi oleh

bakteri besi yaitu Ferrobacillus (F. ferrooxidans). Mikroorgansime

yang bersifat saprofit organiktrofik sering tumbuh pada air buangan

yang mengandung sampah tanaman dan bangkai hewan. Semua air

secara alamiah juga mengandung mineral-mineral yang cukup untuk

kehidupan mikroogranisme di dalam air.

3. Komponen beracun

Komponen beracun yang terdapat di dalam air mempengaruhi jumlah

dan jenis mikroorganisme di dalam air tesebut. Hidrogen sulfida yang

diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari sampah-sampah

organik bersifat beracun bagi ganggang dan mikroorganisme lainnya.

Komponen-komponen metalik, asam-asam organik maupun

anorganik, akolhol, antibiotik, khlorin, dan sebagainya dapat

(19)

4. Organisme air

Adanya organisme lain di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan

jenis mikroogansime air. Adanya protozoa dan bakteriophage

mengurangi jumlah bakteri karena kedua organisme tersebut dapat

membunuh bakteri. Selain itu beberapa bakteri air memproduksi

antibiotik yang dapat membunuh bakteri lainnya.

5. Faktor fisik

Jumlah dan jenis mikroorganisme juga dipengaruhi oleh faktor fisik

air seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan

penetrasi sinar matahari. Sebagai contoh, mikroorganisme yang dapat

hidup di dalam air laut adalah yang tahan terhadap tekanan osmotik

tinggi.

Bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat

digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan.

Air yang tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat digunakan

untuk keperluan minum, mencuci makanan atau memasak karena dianggap

mengandung mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan, terutama

patogen penyebab infeksi saluran pencernaan. Berikut bakteri indikator polusi

menurut Fardiaz tahun 1992 :

1. Escherichia coli

2. Streptococcus fekal

(20)

2.7.2.2 Parameter Fisika

Menurut Chandra tahun 2006, secara fisika, parameter yang menjadi acuan

meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut (TDS).

1. Bau

Bau timbul karena kegiatan mikroorganisme yang menguraikan zat

organik menghasilkan gas tertentu, juga karena reaksi kimia

menimbulkan gas. Intensitas bau yang ditimbulkan bergantung pada

jenis dan banyaknya gas yang dihasilkan. Menurut Wardhana tahun

2004, mikroba dalam air akan mengubah bahan buangan organik

terutama gugus protein secara degradasi menjadi bahan yang mudah

menguap dan berbau. Timbulnya bau pada air lingkungan secara

mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat

pencemaran air yang cukup tinggi. Air yang baik adalah air yang tidak

berbau.

2. Kekeruhan

Kekeruhan atau turbidity disebabkan oleh banyak faktor antara lain

bahan yang tidak terlarut seperti debu, tanah liat, bahan organik atau

inorganik dan mikroorganisme air. Hal tersebut mengakibatkan air

akan menjadi kotor dan tidak jernih. Selain itu, bakteri patogen dapat

terlindungi di dalam atau di sekitar bahan penyebab turbidity.

Kekeruhan mempengaruhi sifat optis terhadap air yang menyebabkan

terjadinya pembiasan cahaya dalam air. Kekeruhan akan membatasi

(21)

terapung maupun terurai seperti bahan organik, jasad renik, lumpur

tanah liat dan benda-benda lainnya yang melayang maupun

mengapung. Nilai kekeruhan pada air dikonversikan dalam ukuran

SiO2dalam satuan mg/L. Semakin keruh air maka semakin tinggi pula

daya hantar listrik dan semakin banyak kepadatannya. Air yang baik

idealnya harus jernih dan tidak lebih dari 5 NTU.

3. Rasa

Air yang baik idealnya tidak berasa. Air yang tidak tawar

mengidentifikasikan adanya zat-zat tertentu di dalam air, begitu juga

rasa asam disebabkan adanya asam di dalam air dan rasa pahit

disebabkan adanya basa di dalam air tersebut. Menurut Fardiaz tahun

1992, air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya

rasa yang menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi dan

rasa yang menyimpang biasanya dihubungkan dengan baunya karena

pengujian terhadap rasa air jarang dilakukan. Air yang mempunyai

bau tidak normal juga diaggap mempunyai rasa yang tidak normal.

Sebagi contoh, bau fenol dari air dianggap mempunyai rasa fenol dan

bau khlor karena adanya senyama khloramin (R-NH-Cl atau R-N-Cl2)

juga dianggap mempunyai rasa khlor.

4. Suhu/temperatur

Air yang baik memiliki suhu udara ± 3oC. Air yang secara mencolok

mempunyai suhu di atas atau di bawah suhu udara berarti

(22)

sedang terjadi proses biokimia yang mengeluarkan atau menyerap

energi dalam air. Menurut Effendi tahun 2003, peningkatan suhu

mengakibatkan peningkatan vikositas, reaksi kimia, evaporasi, dan

volatilitasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan

gas dalam air misalnya gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya

(Haslam, 1995). Selain itu, peningkatan suhu juga menyebabkan

peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan

selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen.

Peningkatan suhu perairan sebesar 10oC menyebabkan terjadinya

peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali

lipat.

5. Warna

Air yang bersih tidak boleh berwarna. Pemeriksaan warna dapat

dilakukan dengan kalorimeter. Batasan yang diperbolehkan pada air

kurang dari 15 unit. Menurut Wardhana tahun 2004, bahan

buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan

anorganik dan organik seringkali larut dalam air. Apabila bahan

buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan

terjadi perubahan warna. Adanya oksida besi menyebabkan air

berwarna kemerahan sedangkan oksida mangan menyebabkan air

berwarna cokelat atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/L dan

mangan 0,05 mg/L sudah cukup dapat menimbulkan warna pada

(23)

cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses

fotosintesis. Perbedaan warna pada kolom air menunjukkan indikasi

bahwa semakin dalam perairan, semakin tinggi nilai warna karena

terlarutnya bahan organik yang terakumulasi di dasar perairan

(Effendi, 2003).

6. Jumlah zat padat terlarut

Berasal dari bahan organik maupun anorganik, baik yang larut,

mengendap dan tersuspensi. Banyaknya padatan menunjukkan

banyaknya lumpur yang terkandung dalam air. Kadar maksimum yang

diperbolehkan adalah 1000 mg/L.

2.7.2.3 Parameter Radioaktif

Risiko kesehatan akibat keberadaan radionuklida yang terjadi secara alami

di dalam air harus dipertimbangkan, walaupun kontribusi air pada pajanan umum

terhadap radionuklida sangat kecil dalam keadaan normal (Widyastuti, dkk,

2011).

Bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama yakni menimbulkan kerusakan

pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan

komposisi genetik. Kematian sel-sel dapat diganti kembali apabila sel dapat

beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat

menimbulkan penyakit seperti kanker dan mutasi. Air yang baik tidak memenuhi

(24)

2.7.2.4 Parameter Kimiawi

Masalah kesehatan terkait konstituen kimiawi berbeda dengan masalah

kesehatan yang terkait dengan kontaminasi mikroba dan masalah terkait

konstituen kimiawi utama muncul akibat kemampuan konstituen kimiawi untuk

menyebabkan efek kesehatan yang buruk setelah periode pajanan yang panjang.

Terdapat beberapa konstituen kimiawi air yang dapat menyebabkan masalah

kesehatan akibat pajanan tunggal, kecuali melalui kontaminasi besar-besaran pada

persediaan air secara tidak sengaja. Selain itu, pengalaman menunjukkan bahwa

pada banyak insiden semacam ini, tetapi tidak semuanya, air menjadi tidak dapat

digunakan karena rasa, bau dan tampilan air yang tidak layak dikonsumsi

(Widyastuti, dkk, 2011).

Menurut Sutrisno tahun 2004, tinjauan kualitas air tergolong baik bila

memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut:

1. pH (derajat keasaman)

pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas

keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Hal ini untuk menyatakan

konsentrasi ion H+. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari

pada penyimpangan standar kualitas air yakni pH yang lebih kecil dari

6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada

pipa-pipa air dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia

(25)

Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai

pH 7. Apabila pH air dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan

bila diatas 7 bersifat basa (rasanya pahit) (Kusnaedi, 2004).

2. Zat padat/jumlah (Total solids)

Bahan padat (solids) adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada

penguapan dan pengeringan pada suhu 103o-105oC. Dalam hal ini

dikenal beberapa istilah tentang bahan padat yaitu :

a. Dossolved solids dan undisolved solids

b. Volatile solids dan fixed solids

c. Settleable solids dan unsettlabel solids

Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan

standar kualitas air adalah hal total solids yakni bahwa air akan

memberi rasa yang tidak enak pada lidah, rasa mual terutama yang

disebabkan oleh natrium sulfat dan magnesium sulfat dan terjadinya

cardiac disease’serta toxaemia pada wanita-wanita hamil.

3. Zat organik

Zat organik yang terdapat di dalam air bisa berasal dari :

a. Alam: minyak tumbuh-tumbuhan, serat-serat minyak dan lemak

hewan, alkohol, selulosa, gula, pati, dan sebagainya.

b. Sintesa: berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan

(26)

c. Fermentasi: alkohol, aseton, gliserol, antibiotik, dan sejenisnya

yang berasal dari kegiatan mikroorganisme terhadap bahan-bahan

organik.

4. Kesadahan jumlah (Total hardness)

Kesadahan merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion

(kation) logam valensi dua. Ion-ion semacam ini mampu bereaksi

dengan sabun membentuk kerak air. Kesadahan dalam air sebagian

besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah dan pembentuk

batuan. Pengaruh langsung terhadap kesehatan akibat penyimpangan

dari standar ini tidak ada, tetapi kesadahan dapat menyebabkan sabun

pembersih menjadi tidak efektif.

5. Bahan kimia anorganik

Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya

berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat tersebut

digunakan dalam berbagai keperluan. Penggunaan logam berat

tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung telah mencemari

lingkungan. Beberapa logam berat tersebut ternyata telah mencemari

lingkungan melebihi batas berbahaya bagi kehidupan lingkungan.

Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul dalam tubuh suatu

organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama

(27)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan kimia air adalah sebagi berikut :

Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Kimia Air Bersih Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990

Sumber: Depkes, RI, 1990

2.8 Pencemaran Air

Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan)

berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemaran memasuki badan air

dalam berbagai cara, misalnya melalui atmosfer,tanah, limpasan (run off)

pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri dan

(28)

2.8.1 Sumber Pencemar

Sumber pencemar (polutan) dapat berupa suatu lokasi tertentu (point

source) atau tak tentu/tersebar (non-point/diffuse source). Sumber pencemar point

sorce bersifat lokal serta volume pencemar biasanya relatif tetap misalnya knalpot

mobil, cerobong asap dan saluran limbah industri. Sumber pencemar non-point

dapat berupa jumlah yang banyak misalnya limpasan daerah pertanian yang

mengandung pupuk dan pestisida, limpasan dari daerah permukiman, dan

sebagainya (Effendi, 2003).

2.8.2 Bahan Pencemar (polutan)

Menurut Effendi tahun 2003, bahan pencemar atau polutan adalah bahan

yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang

memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem

tersebut. Berdasarkan sifat toksiknya, polutan/pencemar dibedakan menjadi dua

yaitu polutan tak toksik (non-toxic polutan) dan polutan toksik (toxic polutan).

1. Polutan tak toksik (non-toxic polutan)

Polutan/pencemar tak toksik biasanya telah berada pada ekosistem

secara alami. Sifat destruktif pencemar ini muncul apabila berada

dalam jumlah yang berlebihan sehingga dapat mengganggu

kesetimbangan ekosistem melalui perubahan proses fisika-kimia

perairan. Polutan tak toksik terdiri atas bahan-bahan tersuspensi dan

(29)

2. Polutan toksik (toxic polutan)

Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan

kematian (sub-lethal). Polutan toksik ini biasanya berupa bahan-bahan

yang bukan bahan alami, misalnya pestisida, detergen, dan bahan

artifisial lainnya. Polutan berupa bahan yang bukan alami dikenal

dengan istilah xenobiotik (polutan artifical) yaitu polutan yang

diproduksi oleh manusia (non-made substance). Polutan yang berupa

bahan-bahan kimia bersifat stabil dan tidak mudah mengalami

degradasi sehingga bersifat persisten di alam dalam kurun waktu yang

lama. Polutan ini disebut rekalsitran (Effendi, 2003).

Menurut Mason tahun 1993, mengelompokkan pencemar toksik menjadi

lima sebagai berikut :

1. Logam (metals), meliputi: lead (timbal), kadmium, zinc, copper dan

merkuri. Logam berat diartikan sebagai logam dengan nomor atom

>20, tidak termasuk logam alkali, alkali tanah, lantanida, dan aktinida.

2. Senyawa organik, meliputi pestisida organoklorin, herbisida, PCB,

hidrokarbon alfatik berklor, armoatik polinuklir, dibenzodioksin

berklor, senyawa organometalik, fenol dan formaldehida. Senyawa ini

berasal dari kegiatan industri, pertanian dan domestik.

3. Gas, misalnya klorin dan amonia

4. Anion, misalnya sianida, flourida, sulfida dan sulfat

(30)

Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut dan partikulat

terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia ditunjukkan secara skematik

dalam Gambar 2.3

Gambar 2.3 Bagan pengaruh beberapa jenis bahan pencemar terhadap lingkungan perairan (Effendi, 2003)

2.9 Kadmium (Cd)

2.9.1 Pengertian dan Sumber Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap,

tidak larut dalam basa, tahan terhadap tekanan, mudah bereaksi, serta

menghasilkan kadmium oksida bila dipanaskan. Cd umumnya terdapat dalam

kombinasi dengan klor (Cd klorida) atau belerang (Cd sulfit). Cd bisa membentuk

ion Cd2+yang bersifat tidak stabil. Cd memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4

(31)

Kadmium bersifat lentur, tahan terhadap tekanan, serta dapat dimanfaatkan

sebagai pencampuran logam lain, seperti nikel (Ni), emas (Au), kuprum (Cu) dan

besi (Fe). Cd terdapat pada kerak bumi bersama seng (Zn). Terdapat satu jenis

mineral Cd di alam, yaitu green ockite (CdS) yang ditemukan bersama mineral

spalerite (ZnS). Kadmium (Cd) yang terdapat di dalam lingkungan pada kadar

rendah berasal dari kegiatan penambangan seng (Zn), plubum (Pb), kobalt (Co),

serta kuprum (Cu). Sementara dalam kadar tinggi, kadmium berasal dari hasil

sampingan dan emisi industri antara lain dari hasil sampingan penambangan,

peleburan seng (Zn) dan timbal (Pb). Cd dari hasil peleburan dan refining bijih

Zn merat memiliki kadar Cd sebesar 0,2-0,3%. Sumber lain adalah dari

penggunaan sisa lumpur kotor sebagai pupuk tanaman yang kemudian terbawa

oleh aliran angin dan air.

Sumber pencemaran dan paparan Cd berasal dari polusi udara, keramik

berglazur, rokok, air sumur, makanan yang tumbuh di daerah pertanian yang

tercemar Cd, fungisida, pupuk, serta cat. Paparan dan toksisitas Cd berasal dari

rokok, tembakau, pipa rokok yang mengandung Cd, plastik berlapis kadmium,

serta air minum.

2.9.2 Kegunaan Kadmium (Cd)

Kadmium merupakan logam yang sangat penting dan banyak kegunaannya

di bidang industri, khususnya untuk electroplating (pelapisan elektrik) serta

galvanisasi karena Cd memiliki keistimewaan non korosif. Cd banyak digunakan

dalam pembuatan alloy, dan digunakan pula sebagai pigmen warna cat, keramik,

(32)

pembuatan tabung TV, karet, sabun, kembang api, percetakan tekstil, dan pigmen

tekstil untuk gelas dan e-mail gigi.

Pemanfaatan persenyawaan Cd meliputi:

1. Senyawa CdS dan CdSes yang banyak digunakan sebagai zat warna.

2. Senyawa Cd sulfat (CdSO4) yang digunakan dalam industri baterai

yang berfungsi sebagai pembuatan sel aseton karena memiliki

potensial voltase stabil, yaitu 1,0186 volt.

3. Senyawa Cd-Bromida (CdBr) dan Cd-ionida (CdI2) yang digunakan

untuk fotografi.

4. Senyawa dietil-Cd {(C2H5)2Cd} yang digunakan untuk pembuatan

tetraetil-Pb.

5. Senyawa Cd-stearat untuk perindustrian manufaktur polyvinilkhlorida

(PVC) sebagai bahan untuk stabilizer.

Selain itu, Cd dalam konsentrasi rendah banyak digunakan dalam

industri-industri ringan, seperti pada proses pengolahan roti, pengolahan ikan, pengolahan

minuman, industri tekstil dan lain-lain.

2.9.3 Tingkat Pencemaran Kadmium (Cd)

Sehubungan dengan beraneka ragamnya penggunaan logam Cd, maka

pelapisan Cd dari limbah indsutri ditambah Cd yang berasal dari alam akan

menimbulkan pencemaran lingkungan yang meluas mengingat Cd merupakan

substansi yang persisten di dalam lingkungan. Cd bisa berada di atmosfer, tanah

(33)

Cd di atmosfer berasal dari penambangan/pengolahan bahan tambang,

peleburan, galvanisasi, pabrik pewarna, pabrik baterai dan electriplating. Cd

ditanah berasal dari endapan atmosfer, debu, air limbah tambang, pupuk limbah

lumpur, pupuk fosfat dan pestisida. Cd di perairan berasal dari endapan atmosfer,

debu, air limbah tambang, air prosesing limbah, dan limbah cair industri.

Berdasarkan laporan pemantauan kualitas air oleh Puslitbang Pengairan

Departemen Pekerjaaan Umum tahun 1989, rata-rata kadar logam berat Cd di

sungai-sungai di Pulau Jawa adalah 0,04 mg/L, Sumatera 0,20 mg/L, dan

Kalimantan 0,06 mg/L.

Dalam strata lingkungan, logam Cd dan persenyawaan ditemukan dalam

banyak lapisan. Secara sederhana dapat diketahui bahwa kandungan logam Cd

akan dijumpai di daerah-daerah penimbunan sampah dan aliran air hujan, selain

dalam air limbah industri. Tingkat pencemaran Cd dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Persentase Cd yang Masuk ke Badan Air

Sumber : Mueller et. al., (1979)

TPA sering kali tidak difungsikan secara benar dalam pengoperasiannya.

TPA merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang berkaitan dengan

kemungkinan terjadinya pencemaran lindi (leachate) ke badan air maupun air

Asal Sampel Konsentrasi Cd (%)

Limbah padat 82

Limbah cair rumah tangga 5

Limbah cair industri 0,6

Aliran dari pemukiman perkotaan 5

Aliran air tanah >1

(34)

tanah, pencemaran udara oleh gas dan efek rumah kaca serta berkembang biaknya

vektor penyakit (Hardyanti, 2009).

Lindi adalah substansi cairan yang dihasilkan dalam proses pembusukan

sampah. Di TPA, lindi umumnya berasal dari sampah organik yang

terdekomposisi dan dengan adanya limpasan air hujan yang akan mencemari

lingkungan. Lindi mengandung zat berbahaya apalagi jika berasal dari sampah

yang tercampur (Bulekbasandiang, 2009).

Logam Cd juga akan mengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi

dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan, dan manusia). Jumlah Cd yang masuk

dalam organisme melebihi nilai ambang maka biota dari suatu strata akan

mengalami kematian dan bahkan kemusnahan. Keadaan inilah yang menjadi

penyebab kehancuran suatu tatanan sistem lingkungan (ekosistem) karena salah

satu mata rantainya telah hilang (Palar, 2008).

2.9.4 Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran

Metode yang biasa digunakan untuk membersihkan/mengurangi

pencemaran adalah dengan tanaman yang disebut fitoremediasi. Tanaman

dianggap sebagai hiperakumulator Cd apabila mampu menyerap unsur Cd sebesar

100 ppm (Aiyen, 2005).

Jenis alga yang memiliki kemampuan tinggi untuk mengabsopsi logam Cd

sehingga bisa digunakan sebagai bioindikator pencemaran adalah Chaetocerus sp,

Euchema sp, Cladophora glomerata, Euchema isiforme, Sargassumsp (Putra dkk,

(35)

2.9.5 Efek Toksik Cd

Cd belum diketahui fungsinya secara biologis dan dipandang sebagai

xenobiotik dengan toksisitas yang tinggi dan merupakan unsur lingkungan yang

persisten. Efek toksis Cd akan menunjukkan gejala yang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu :

1. Tingkat dan lamanya paparan, semakin tinggi kadar dan semakin lama

paparan, efek toksik yang diberikan akan lebih besar. Cd dalam dosis

tunggal besar mampu menginduksi gangguan saluran penceranaan,

sedangkan paparan Cd dalm dosis rendah tetapi berulang kali bisa

mengakibatkan gangguan fungsi ginjal.

2. Bentuk kimia dari logam berat Cd sebagi contoh toksisitas akut Cd

yang dinyatakan dengan LD50 pada tikus dalam bentuk senyawa Cd

kaprilat sebesar 270 mg/kg berat badan, Cd stearat 203 mg/kg berat

badan, LD50pada mencit dalam bentuk senyawa CdSO4 47 mg/kg bb,

CdCl257 mg/kg bb, Cd(NO3)248 mg/kg bb, Cd kaprilat 85 mg/kg bb,

Cd stearat 98 mg/kg bb dan CdCO3202 mg/kg bb. LD50rata-rata 100

mg/kg bb untuk garam kadmium yang larut dan mencapai ribuan

mg/kg bb untuk garam Cd yang tidak larut.

3. Kompleks protein-logam ataupun Cd bergabung dengan metaloprotein

(MT) suatu protein dengan bobot molekul rendah. Bentuk kompleks

Cd kurang toksik dbandingkan Cd2+. Apabila Cd MT melepakan Cd2+

(36)

4. Faktor penjamu Cd seperti halnya toksikan lainnya. Hewan tua dan

hewan muda umunya lebih rentan daripada hewan dewasa muda.

Hasil penelitian membuktikan bahwa mencit dan tikus yang baru lahir

mengabsorpsi Cd lebih besar daripada hewan yang dewasa.

5. Faktor-faktor diet, misalnya defisiensi protein, vitamin C, vitamin D,

kalsium (Ca) dan besi (Fe) akan meningkatkan toksisitas Cd.

Cd bentuk asap atau gas bisa berakibat fatal bila konsentrasi Cd 40-50

mg/m3 terinhalasi selama 1 jam dan konsentrasi Cd 9 mg/m3terinhalasi selama 5

jam. Konsentrasi lebih rendah tidak berakibat fatal (Bastarache, 2003).

Paparan Cd secara akut bisa menyebabkan nekrosis pada ginjal dan

paparan yang lebih lama berlanjut dengan terjadinya proteinuria. Gejala lain

toksisitas akut dari Cd adalah iritasi alat respiratori, alat pencernaan, pneumonitis,

sakit dada yang kadang-kadang menyebabkan hemorragic pulmonary edema,

osteomalasia, batu ginjal, dan hiperkalsimuria karena gangguan metabolisme Ca

dan P, alopesia, anemia, artritis, kanker, radang paru-paru, pendarahan otak,

serosis hati, pembengkakan jantung, diabetes, empisema, hipoglisemia, hipertensi,

impoten, invertil, kerusakan ginjal, kesulitan belajar, migrain, peradangan,

osteoporosis, skizofrenia, stroke, penyakit kardiovaskular, kadar kolesterol tinggi,

gangguan pertumbuhan, mati rasa, rambut rontok, kulit bersisik dan kering,

berbagai gejala yang kompleks dan bersamaan, kehilangan nafsu makan, daya

tahan tubuh lemah, kerusakan ginjal dan hepar, terjadinya metal fume fever gejala

yang mirip flu, kerusakan paru-paru, sakit kepala, kedinginan hingga menggigil,

(37)

Toksisitas kronis Cd bisa merusak sistem fisiologis tubuh, antara lain

sistem urinaria (ren), sistem respirasi (paru-paru), sistem sirkulasi (darah) dan

jantung, kerusakan sistem reproduksi, sistem syaraf, bahkan dapat mengakibatkan

kerapuhan tulang. Toksisitas kronis Cd, baik melalui inhalasi maupun oral, bisa

menyebabkan kerusakan tubulus renalis, kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh

ekskresi berlebihan, protein berat molekul rendah, gagal ginjal, gangguan sistem

kardiovaskular, gangguan sistem skeletal, menurunkan fungsi pulmo, empisema,

kehilangan mineral tulang yang disebabkan oleh disfungsi nefron ginjal,

berkurangnya, reabsorpsi Ca, dan terjadinya peningkatan ekskresi Ca yang

berpengaruh terhadap tulang. Peningkatan ekskresi Ca tersebut diantaranya

menyebabkan osteoporosis dan osteamalsia, anemia, diskolorasi gigi menjadi

kuning, rhinitis, ulserasi septum nasal, anosmia, proteinuria, azotemia, jaundice,

terjadinya kanker paru-paru dan prostat. Cd terabsorbsi lewat pencernaan

sehingga menyebabkan mual muntah, diare, sakit perut dan tenesmus. Inhalasi Cd

menyebabkan demam, batuk, gelisah, sakit kepala dan nyeri perut. Cd terabsorpsi

lewat pencernaan sehingga menyebabkan mual, muntah, diare, sakit perut, dan

tenesmus (rejan). Inhalasi Cd menyebabkan demam, batuk, gelisah, sakit kepala,

dan nyeri perut.

2.9.6 Metabolisme Cd dalam Tubuh

Kadmium ditransportasikan dalam darah yang berikatan dengan sel darah

merah dan protein berat molekul tinggi dalam plasma, khususnya oleh albumen.

Sejumlah kecil Cd dalam darah mungkin ditransportasikan oleh metalotionin.

(38)

biasanya 1ɥ g/dL, sedangkan bayi yang baru lahir mengandung Cd cukup rendah, yaitu kurang dari 1 mg dari beban total tubuh.

Absorpsi Cd melalui gastrointestinal lebih rendah dibandingkan absorpsi

melalui respirasi, yaitu sekitar 5-8%. Absorpsi Cd akan meningkat bila terjadi

defisiensi Ca, Fe, dan rendah protein di dalam makanannya. Difisiensi Ca dalam

makanan akan merangsang sintesis ikatan Ca-protein sehingga akan

meningkatkan absorpsi Cd sedangkan kecukupan Zn dalam makanan bisa

menurunkan absorpsi Cd. Hal tersebut diduga karena Zn merangsang produksi

metalotionin.

Cd yang ditransportasikan dalam darah berikatan dengan protein yang

memiliki berat molekul rendah, yaitu metalotionin (MT) yang memiliki berat

molekul 6.000, banyak mengandung sulfhidril dan dapat mengikat 11% Cd dan

Zn. Dalam isolat MT yang berasal dari ginjal, ditemukan Zn sebesar 2,2% dan Cd

5,9%. MT memiliki daya ikat yang sama terhadap beberapa jenis logam berat

sehingga kandungan logam berat bebas dalam jaringan berkurang. Kemungkinan

besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein

tersebut sehingga memunculkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim.

Metalotionin merupakan protein yang sangat peka dan akurat sebagai indikator

pencemaran. Hal itu didasarkan pada suatu fenomena alam dimana logam-logam

bisa terikat di dalam jaringan tubuh organisme karena adanya protein tersebut.

Sebagai konsekuensi dari banyaknya kandungan asam amino sistein,

(39)

Kelompok itu mengikat logam-logam berat yang sangat kuat khususnya merkuri

(Hg), kadmium (Cd), perak (Ag), dan seng (Zn) (Lasut, 2002).

Logam berat Cd memiliki kemampuan untuk mengikat gugus S (sulfur)

dan COOH (karboksil) dari molekul protein, asam amino, dan amida. Logam

berat juga memiliki kemampuan untuk mengggantikan keberadaan logam-logam

lain yang terdapat dalam metalloprotein. Sebagai contoh, untuk logam yang ada

dalam suatu protein, logam Cu dapat digantikan oleh Cd sehingga peran Cu dalam

pembentukan ikatan-ikatan kovalen koordinasi antara molekul protein terganggu.

Logam berat Cd memiliki afinitas yang tinggi terhadap unsur S yang

menyebabkan Cd menyerang ikatan belerang dalam enzim sehingga enzim yang

bersangkutan menjadi tidak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2)

juga bereaksi dengan logam berat Cd. Cd terikat pada sel-sel membran yang

menghambat proses transformasi melalui dinding sel (Manahan, 1977).

Metabolisme Cd berhubungan dengan metabolisme Zn, yaitu sama-sama

membentuk ikatan dengan MT demikian pula transpor Cd karena Cd memiliki

sifat kimia yang mirip dengan Zn.

Setelah toksikan Cd memasuki darah, toksikan didistribusikan dengan

cepat ke seluruh tubuh. Pengikatan toksikan dalam jaringan bisa menyebabkan

lebih tingginya kadar toksikan dalam jaringan tersebut. Ikatan kovalen bersifat

nonreversible dan akan memberikan efektoksik sedangkan ikatan nonkovalen

bersifat reversible. Ikatan nonkovalen terdiri dari :

1. Protein plasma yang bisa mengikat senyawa asing (toksikan Cd

(40)

reversible toksikan bisa lepas dari protein sehingga toksikan bebas

mengikat.

2. Hepar dan ginjal memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat

zat kimia (toksikan Cd). Pengikatan toksikan bisa meningkatkan

kadarnya dalam organ.

Cd memiliki afinitas yang kuat terhadap hepar dan ginjal. Pada umumnya,

sekitar 50-75% dari beban Cd dalam tubuh terdapat pada kedua organ tersebut.

Kadar Cd dalam hepar dan ginjal bervariasi tergantung pada kadar total Cd dalam

tubuh. Apabila MT hepar dan ginjal tidak mampu lagi melakukan detoksifikasi

maka akan terjadi kerusakan sel hepar dan ren.

2.9.7 Absorpsi, Distribusi, Eksresi Cd dalam Tubuh

Logam berat Cd bisa masuk ke dalam tubuh hewan atau manusia melalui

berbagai cara, yaitu:

1. Dari udara yang tercemar, misalnya asap rokok dan asap pembakaran

batu bara.

2. Melalui wadah/tempat berlapis Cd yang digunakan untuk tempat

makanan atau minuman.

3. Melalui kontaminasi perairan dan hasil pertanian yang tercemar Cd.

4. Melalui jalur rantai makanan.

5. Melalui konsumsi daging yang diberi obat anthelminthes yang

(41)

Absorpsi kadmium dalam saluran pencernaan meliputi 2 tahap yaitu:

1. Penyerapan Cd dari lumen usus melewati membran brush border ke

dalam sel mukosa.

2. Transpor Cd ke dalam aliran darah dan deposisi dalam jaringan,

terutama dideposit di hati dan ginjal. Seperti halnya Zn, Cd memiliki

afinitas yang tinggi pada testis sehingga konsentrasi pada jaringan

testis juga lebih tinggi dibandingkan pada jaringan lainnya.

Kadmium tidak diabsorpsi dengan baik, yaitu sekitar 5-8%. Namun, itu

tetap lebih tinggi dibandingkan absorpsi mineral dan sulit dieleminasi dari dalam

tubuh sehingga akan dideposit di dalam tubuh. Kadmium diabsorpsi dan

diakumulasi. Eksresi Cd terjadi melalui urin dan feses. Daya akumulasi Cd sangat

efisien dengan waktu paruh biologis yang sangat panjang dalam tubuh manusia,

yaitu kurang lebih 40 tahun. Pada mamalia yang baru lahir tidak terdapat Cd,

tetapi selanjutnya Cd bisa terakumulasi terus dalam tubuh sepanjang hidupnya,

yaitu dalam hati dan ginjal, sekitar 50-75%, terutama yang berikatan dengan

proteintionin dan mengubah tionin menjadi metalotionin. Proporsi Cd yang

diabsorpsi dalam tubuh organisme dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, susunan

kimia Cd, serta dosis dan frekuensi paparan Cd.

Data urin yang diperoleh menyatakan bahwa 1% dari orang yang

menderita ginjal karena terpapar Cd menunjukkan:

1. β -2 microglobulin pada pria 3,2 µg/g kreatinin dan 5,5 µg/g kreatinin

(42)

2. Protein pengikat retinol pada pria 4,4 µg/g kreatinin dan 7,4 µg/g

kreatinin.

3. Aminocirudia (proline) pada pria 10,4 µg/g kreatinin dan pada wanita

5,1 µg/g kreatinin.

4. Glukosuria pada pria 7,4 µg/g kreatinin dan pada wanita 7,4 µg/g

kreatinin.

2.9.8 Efek Toksik Cd terhadap Hepar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis intake Cd dan lama paparan

berpengaruh sangat nyata terhadap kadar Cd dalam hepar. Peningkatan kadar

SGOT dan SGPT lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2.3 Pengaruh Lama Paparan Cd Sebesar 66 ppm Terhadap Kadar Cd Hepar, SGOT, SPGT pada Tikus

No Lama paparan Kadar Cd hepar (ppm)

Kadar SGOT (ppm)

Kadar SPGT (ppm)

1. 2 minggu 2,2 107,95 104,95

2. 4 minggu 3,99 112,65 174,10

3. 6 minggu 5,57 137,85 134,00

4. 8 minggu 9,85 167,05 136,90

Sumber : Ratnaningsih, 2003

Tingginya kadar SGOT dan SGPT disebakan oleh adanya kerusakan

hepar. Gambaran histopatologi pada konsentrasi 66 ppm Cd mulai

memperlihatkan perubahan pada pengamatan minggu kedua dimana pita-pita sel

yang membentuk lobus tidak beraturan dan jaringan ikat mulai tampak.

(43)

menunjukkan semakin jelasnya jaringan ikat dan semakin banyaknya sel

kerioreksis. Demikian juga dengan eosiniptile inclution (Ratnaningsih, 2003).

2.9.9 Efek Toksik Cd Terhadap Ginjal

Logam Cd bisa menimbulkan kerusakan ginjal yang mampu dideteksi dari

jumlah protein dalam urin. Protenuria ditemukan pada 80% dari 43 pekerja yang

telah bekerja selama 20 tahun di industri baterai Cd alkalin. Kadar protein yang

ditemukan dalam urin pekerja adalah 150 mg/hari dengan jumlah albumin yang

rendah dan terjadi peningkatan senyawa α , 2-β dan γ globulin. Proteinuria juga ditemukan pada orang yang telah terpapar Cd dalam waktu lama yaitu dalam

jangka waktu 20-30 tahun. Keadaan tersebut dijadikan indikator keracunan Cd

secara kronis. Proteinuria merupakan gejala awal dari kerusakan sistem ekskresi

khususnya ginjal. Petunjuk lain dari kerusakan pada ginjal adalah adanya asam

amino dan glukosa dalam urin, ketidaknormalan kandungan asam urat Ca dan P

dalam urin. Penelitian yang dilakukan di Swedia menujukkan bahwa batu ginjal

ditemukan pada 44 % pekerja yang terpapar Cd selama 15 tahun. Kandungan Ca

dan P yang tinggi dalam urin mengakibatkan kerusakan ginjal karena Cd (Palar,

1994).

Darah akan mentransportasikan Cd menuju hepar, lalu akan berikatan

dengan protein membentuk kompleks protein. Selanjutnya, Cd diangkut menuju

ginjal dan diakumulasikan dalam ginjal sehingga sangat mengganggu ginjal

(44)

2.9.10 Efek Toksik Cd terhadap Paru-Paru, Jantung dan Darah

Keracunan yang disebabkan oleh inhalasi uap atau debu Cd bisa

mengakibatkan kerusakan organ respirasi paru-paru. Inhalasi debu Cd selama 20

tahun oleh para pekerja industri yang menggunakan Cd telah menyebabkan

terjadinya pembengkakan paru-paru. Cd lebih beracun bila terinhalasi melalui

saluran pernapasan daripada saluran pencernaan. Kasus keracunan akut Cd

kebanyakan berasal dari debu dan asap Cd yang terhisap, terutama CdO (Palar,

1999).

Cd-S yang terhirup selama 12-14 tahun tidak menimbulkan pengaruh

buruk dalam bentuk apapun terhadap paru-paru. Efek keracunan baru terlihat bila

terjadi paparan CdS selama 25 tahun. Pembengkakan paru-paru terjadi karena

Cd2+ menghambat kerja senyawa α -antipirin. Paparan Cd-stearat 0,02-0,7 mg

Cd/m3 selang sehari tidak menimbulkan efek apapun terhadap paru-paru (Palar,

1994).

Keracunan kronis yang disebabkan oleh CO bisa mengakibatkan anemia.

Penyakit itu ditemukan pada para pekerja yang bekerja selama 5-30 tahun di

industri yang menggunakan atau menghasilkan CdO. Ada hubungan antara

kandungan Cd yang tinggi dalam darah dengan rendahnya kadar hemoglobin.

2.9.11 Efek Toksik Cd Terhadap Tulang dan Sistem Reproduksi

Toksisitas Cd bisa mengakibatkan kerapuhan tulang. Gejala rasa sakit

pada tulang akan mengakibatkan kesulitan berjalan. Di jepang, pernah terjadi

peristiwa keracunan Cd yang mengakibatkan terjadinya kerapuhan tulang pada

(45)

terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan Ca dan P dalam ginjal. Daya

toksisitas Cd juga memengaruhi sistem repsoduksi dan organ-organnya. Pada

konsentrasi tertentu, Cd bisa mematikan sel-sel sperma pada laki-laki sehingga

terjadi inpotensi. Impotensi karena keracunan Cd dapat dibuktikan dengan

rendahnya kadar testosteron dalam darah.

2.9.12 Pencegahan dan Penanggulangan Toksisitas Cd

Menurut Widowati tahun 2008, pencegahan dan penanggulangan toksisitas

Cd dilakukan dengan hal berikut:

1. Menghindari paparan Cd dengan mengurangi rokok, mengurangi

konsumsi makanan yang rentan terkontaminasi Cd antara lain kerang

dan shellfish serta mengurangi minuman yang tercemar Cd antara lain

kopi atau teh.

2. Untuk mencegah toksisitas Cd, perubahan kecukupan Zn dalam tubuh

dengan mengonsumsi makanan yang mengandung Zn tinggi antar lain

biji-bijian yang tidak ditumbuk halus, makanan dari golongan

leguminosae dan kacang-kacangan. Konsumsi suplemen Zn 15-30

mg/hari bisa mgurangi toksisitas Cd. Nutrisi dalam diet secara

signifikan berpengaruh terhadap toksisitas bahan toksik, baik pada

(46)

2.10 Pengolahan Air

Menurut Sutrisno tahun 2006, yang termasuk dengan pengolahan adalah

usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat.

Pengolahan ini pada lazimnya dilakukan untuk :

1. Mata air bersih

2. Air dari sumur yang dangkal/dalam

Adapun unit-unit pengolahan air terdiri dari:

1. Bangunan Penangkap Air

2. Bangunan Pengendap Pertama

3. Pembubuhan Koagulant

4. Bangunan Pengaduk Cepat

5. Bangunan Pembentuk Floc

6. Bangunan Pengendap Kedua

7. Filter (Saringan)

8. Reservoir

9. Pemompaan

2.10.1 Filtrasi

Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat

tersuspensi (yang diukur dengan kekeruhan) dari air melalui media berpori-pori

(Ditjen PPM & PLP, 1998). Proses penyaringan air melalui pengaliran air pada

media butiran. Secara alami penyaringan air terjadi pada permukaan yang

mengalami peresapan pada lapisan tanah. Bakteri dapat dihilangkan secara efektif

(47)

Pada proses penyaringan, partikel-partikel yang cukup besar akan tersaring

pada media pasir, sedangkan bakteri dan bahan koloid yang berukuran lebih kecil

tidak tersaring seluruhnya. Ruang antara butiran berfungsi sebagai sedimentasi

dimana butiran terlarut mengendap. Bahan-bahan koloid yang terlarut

kemungkinan akan ditangkap karena adanya gaya elektrokinetik. Banyak

bahan-bahan yang terlarut tidak dapat membentuk flok dan pengendapan

gumpalan-gumpalan masuk ke dalam filter dan tersaring.

Menurut Sutrisno tahun 2004, dalam proses penjernihan air diketahui 2

macam filter:

1. Saringan Pasir Lambat (slow sand filter) a. Pengertian

Saringan pasir lambat adalah metode penjernih air yang bertujuan untuk

menjernihkan air dengan bahan dan cara yang sederhana. Filtrasi lambat yaitu

0,2-2 liter per menit/ft2. Teknologi saringan pasir lambat sendiri dapat merupakan

saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di Indonesia. Saringan pasir lambat

arah aliran dari atas ke bawah memiliki kelemahan. Kelemahan dari metode ini

adalah sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir yang disebabkan karena

tingkat kekeruhan air baku naik (Heltina, 2009). Selain itu, kelemahan dari

teknologi saringan lambat arah aliran atas ke bawah yaitu tidak didukung oleh

iklim indonesia ketika musim hujan. Ketika musim hujan datang maka air baku

mempunyai tingkat kekeruhan yang tinggi. Penyumbatan yang terjadi dalam

saringan air dapat ditanggulangi dengan cara penyucian secara manual. Penyucian

(48)

dan kemudian dicuci. Setelah bersih dimasukan dan disusun kembali seperti

semula (Heltina, 2009). Pencucian secara manual, memerlukan waktu dan tenaga

besar dan tenaga yang cukup besar.

b. Proses pengolahan saringan pasir lambat

Proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat terdiri dari

beberapa unit proses seperti bangunan penyadap, bak penampung, saringan pasir

lambat dan bak penampung air bersih (Darmanto, 1990). Air baku yang

digunakan dalam saringan lambat menggunakan air sungai atau air danau yang

tingkat kekeruhannya tidak terlalu tinggi.

Desain kontraksi pada umumnya dirancang setelah didapat hasil dari

survei lapangan baik mengenai kualitas maupun kuantitas. Kapasitas pengolahan

dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang

diperlukan. Untuk sistem saringan pasir lambat biasanya terdiri dari sebuah bak

yang terbuat dari beton, ferosmen, bata semen atau bak fiber glass untuk

menampung air dan media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem

saluran bawah, intlet, outlet dan peralatan kontrol. Saringan pasir lambat dengan

arah dari atas ke bawah terdapat dua tipe saringan yaitu (Idaman, 1999) :

1. Saringan pasir lambat dengan kontrol pada intlet

2. Saringan pasir lambat dengan sistem outlet

Menurut Idaman tahun 1999, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

(49)

1. Bagian intlet

Struktur intlet dibuat sedemikan rupa sehingga air masuk dalam saringan

tidak merusak atau mengaduk permukaan media pasir bagian atas. Struktur

ini biasanya berbentuk persegi empat dan berfungsi untuk mengeringkan

air yang berada di atas media penyaringan.

2. Lapisan air di atas media penyaringan

Tinggi lapisan air yang berada di atas media penyaringan dibuat

sedemikan rupa sehingga dapat mendorong air mengalir melalui unggun

pasir. Memiliki fungsi agar dapat memberikan waktu tinggal air yang

diolah dengan unggun pasir sesuai dengan kriteria desain.

3. Bagian pengeluaran

Bagian outlet berfungsi sebagai weir untuk kontrol tinggi muka air di atas

lapisan pasir.

4. Media pasir (unggun pasir)

Media penyaring dibuat dari segala jenis bahan inert (tidak larut dalam air

atau tidak bereaksi dengan bahan kimia yang ada dalam air). Media yang

dipakai pada umumnya adalah pasir silika karena mudah diperoleh dan

harganya cukup murah dan tidak mudah pecah. Diameter pasir yang

digunakan cukup halus yaitu ukuran 0,2-0,4mm.

5. Sistem saluran bawah

Sistem saluran bawah berfungsi untuk mengalirkan air olahan serta

sebagai penyangga media penyaring. Saluran air ini terdiri dari saluran

(50)

diatasnya ditutup dengan lapisan kerikil dan berfungsi untuk menyangga

lapisan pasir agar pasir tidak menutup lubang saluran bawah.

6. Ruang pengeluaran

Ruang pengeluaran terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan dengan

sekat atau dinding pembatas. Dinding pembatas dilengkapi dengan weir

agar limpasan air olahannya sedikit lebih tinggi dari lapisan pasir. Weir

berfungsi untuk mencegah timbulnya tekanan dibawah atmosfir dalam

lapisan pasir serta untuk menjamin saringan pasir beroperasi tanpa

fluktuasi level. Air bebas yang jatuh melalui weir akan mengakibatkan

konsentrasi oksigen dalam air olahan akan bertambah besar.

c. Kekurangan dan kelebihan dari saringan pasir lambat

1. Kekurangan

i. Jika air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter

menjadi besar, sehingga sering terjadi kebutuan. Akibatnya,

waktu pencucian filter menjadi pendek.

ii. Kecepatan penyaringan rendah, sehingga memerlukan ruangan

yang cukup luas.

iii. Pencucian filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara

mengeruk lapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan air bersih,

dan setelah bersih dimasukkan lagi ke dalam bak saringan seperti

(51)

iv. Karena tanpa bahan kimia, tidak dapat digunakan untuk

menyaring air gambut (Idaman,1999).

2. Kelebihan

i. Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya

sangat murah.

ii. Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta

kekeruhan.

iii. Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik karena

proses penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia.

iv. Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan

sangat sederhana (Idaman,1999).

d. Fungsi dari saringan pasir lambat

Saringan pasir lambat memiliki beberapa fungsi seperti dalam usaha

pemurnian air dengan melakukan air pada lapisan pasir, sehiggga nantinya terjadi

perubahan kualitas air yang mencangkup penjernihan air, perubahan sifat kimiawi

air, penuruan kandungan bakteri ( Darmanto, 1990).

2. Saringan Pasir Cepat (rapid sand filter) a. Pengertian

Saringan pasir cepat atau sering disebut rapid sand filter merupakan

sistem air yang dapat menghasilkan air yang lebih banyak dari pada sistem

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi (Soemarto, 1987)
Gambar 2.2 Penampang melintang tanah dan posisi air tanah (groundwater)
Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Kimia Air Bersih Menurut Peraturan
Gambar 2.3 Bagan pengaruh beberapa jenis bahan pencemar terhadap
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan Ilmiah ini mengambil masalah mengenai Alat Uji Koneksi, Dengan latar belakang Alat penguji Multimeter dapat membantu dalam mencapai apa yg kita maksud, tanpa alat

Alat Pengaman Rumah ini adalah suatu alat yang dapat membantu memperingatkan penghuni rumah pada saat t idur malam har i apabi la pintu atau jendela rumah mereka ada yang membuka.

[r]

Sensory study was conducted to access the consumer preference on fruit pastille incorporated with spray dried red pitaya powder and synthetic colourant.. The attributes of the

Mengacu pada hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini mendeskripsikan berpikir outside the box mahasiswa dalam menyelesaikan masalah barisan bilangan.. Penelitian ini penting

Berdasarkan bukti-bukti tersebut maka perlu dilakukan penelitian pendahuluan pada hewan coba untuk membuktikan pemberian yogurt pisang tanduk terhadap penurunan

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain pretest-posttest one group design. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA di lingkungan kota,

Please note these grades may change following results enquiries... Please note these grades may change following