• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE INFLUENCE OF METHYLERGONOVINE MALEAT ADMINISTRATION ON INCREASING BLOOD PRESSURE IN SEVERE PREECLAMPSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE INFLUENCE OF METHYLERGONOVINE MALEAT ADMINISTRATION ON INCREASING BLOOD PRESSURE IN SEVERE PREECLAMPSIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

THE INFLUENCE OF METHYLERGONOVINE MALEAT ADMINISTRATION ON INCREASING BLOOD PRESSURE IN SEVERE PREECLAMPSIA

Anton Tri Prasetiyo, Ahsanudin Attamimi Department of Obstetrics and Gynecology

School of Medicine, Gadjah Mada University, Yogyakarta

Abstract

Objective. To asses the effects on increasing in blood pressure after administration of methylergonovine maleat in patients with severe preeclampsia.

Place of study. This study was conducted in dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta, Indonesia from January – April 2010.

Study design. This study used method of prospective cohort to subject who eligible the inclusion.

Methods. The subject in this study were pregnant women with severe preeclampsia. Fifty five participants were divided into two groups. The first group (n=33) was treated with injection of methyergonovine maleat intra muscular in third stage of labor (after delivery of placenta) and the second group (n=22) was control group which mean had no intervention with methylergonovine maleat.

Results. After statistical test analysis paired t-test and independent t-test were done, there was a significant (p<0,05) mean systolic pressure before injection of methylergonovine maleat (148.8 mmHg) and 30 minutes after administration of it (155.2 mmHg) with mean increase 6.4 mmHg. Significant difference also showed by mean diastolic pressure prior injection of methylergonovine maleat (84.6 mmHg) and after 30 minutes it was given (96.1 mmHg) with mean increase 11.5 mmHg. But there was no significant difference (p>0,05) mean systolic pressure before administration of metylergonovine (148.8 mmHg) and 60 minutes after injection(151.8 mmHg). Significant difference between control group and the group which treated with metylergonovine was clearly demonstrate with increased of systolic and diastolic pressure at 30 minutes and 60 minutes following metlergonovine administration (p<0.05).

Conclusion. Administration of methylergonovine maleat via intra muscular injection may trigger the event of increasing systolic and diastolic pressure although clinically was not significant. Thus, if any indication on using of methylergonovine in third stage of labor which complicated with severe preeclampsia, adequate observation of the patients was required.

(2)

PENGARUH PEMBERIAN METHYLERGONOVIN MALEAT TERHADAP KENAIKAN TEKANAN DARAH

PADA PREEKLAMSIA BERAT

Anton Tri Prasetiyo, Ahsanudin Attamimi Bagian Obstetri dan Ginekologi

RS. DR. Sardjito/FK Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Abstrak

Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian ini untuk menilai efek kenaikan tekanan darah setelah pemberian methylergonovin maleat pada pasien dengan preeklamsia berat. Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di RSUP DR.Sardjito terhadap wanita hamil dengan preeklamsia berat dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2010. Rancangan Penelitian. Penelitian ini dilakukan secara kohort prospektif terhadap subyek penelitian yang memenuhi criteria inklusi.

Metode. Subyek penelitian adalah wanita hamil dengan preeklamsia berat. Lima puluh lima subyek dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama (n=33) adalah kelompok yang mendapatkan perlakuan pemberian methylergometrin maleat intramuskular setelah plasenta lahir, dan kelompok kedua (n=22) adalah kelompok kontrol (kelompok yang tidak mendapatkan methylergonovin).

Hasil. Setelah dilakukan analisis uji statistik paired t-test dan independent t-test, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) rata-rata tekanan sistolik antara sebelum injeksi methylergonovin (148,8 mmHg) dengan 30 menit sesudah injeksi methylergonovin (155,2 mmHg) dengan rata-rata kenaikan 6,4 mmHg dan juga terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) rata-rata tekanan diastolik antara sebelum injeksi methylergonovin (84,6 mmHg) dengan 30 menit sesudah injeksi methylergonovin (96,1 mmHg) dengan rata-rata kenaikan 11,5 mmHg. Tetapi tidak didapatkan perbedaan yang signifikan (p>0,05) rata-rata tekanan sistolik antara sebelum injeksi methylergonovin (148,8 mmHg) dengan 60 menit sesudah injeksi methylergonovin (151,8 mmHg). Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberikan injeksi methylergonovin), didapatkan perbedaan yang signifikan terhadap kenaikan tekanan sistolik dan diastolik pada 30 menit dan 60 menit setelah pemberian injeksi methylergonovin dengan p<0.05.

Kesimpulan. Pemberian metylergonovin secara injeksi intramuskular meningkatkan tekanan darah baik tekanan sistolik maupun tekanan diastolik, walaupun secara klinis kenaikannya tidak signifikan. Sehingga perlu pengawasan yang cukup apabila injeksi methylergonovin diperlukan pada persalinan kala III pasien dengan preeklamsia berat.

(3)

PENDAHULUAN

Kurang lebih 5% kehamilan mengalami komplikasi preeklamsia. Ini merupakan kondisi yang berbahaya bagi ibu dan janin, yang merupakan kelainan multi sistem dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan.Pada kondisi yang diklasifikasikan sebagai preeklamsia ringan, manajemen konservatif mungkin diperlukan dengan pengawasan ketat untuk mempertahankan agar tidak berkembang menjadi preeklamsia berat yang tidak dapat diprediksi dan dapat berkembang dengan cepat1,3.

Preeklamsia merupakan kelainan tekanan darah selama kehamilan yang menyababkan morbiditas dan mortalitas secara signifikan terhadap ibu dan janin baik di negara maju maupun negara berkembang. Pada akhirnya, satu-satunya terapi untuk preeklamsia dan juga eklamsia adalah dengan melahirkan bayi. Bagaimanapun, kematian maternal dan perinatal dapat ditekan dengan terpai tersebut2.

Meskipun preeklamsia berat dan eklamsia secara relative jarang, tetapi dapat menimbulkan komplikasi yang serius dalam kehamilan dimana di Inggris sekitar 5/1000 wanita hamil mengalami preeklamsia berat dan 4,9/10.000 wanita hamil mengalami eklamsia. Dalam konsensus dinyatakan bahwa hipertensi berat adalah suatu keadaan dengan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg pada dua kali pemeriksaan atau tekanan darah sistolik ≥ 170 mmHg pada dua kali pemeriksaan, dimana pada preeklamsia berat juga didapatkan proteinuria yang signifikan (≥ 2 g/24 jam atau ≥ 2)4.

(4)

Methylergonovin maleat merupakan obat yang biasa digunakan untuk mengendalikan perdarahan post partum dan mempunyai beberapa efek samping diantaranya takikardi, hipertensi, mual, muntah dan bradikardi, serta kadang dapat juga menyababkan hipotensi. Spasme arteri koronaria juga dapat terjadi dengan pemberian methylergonovin maleat, dimana terjadi penurunan diameter arteri koronaria 15-20% pada pasien normal. Juga dilaporkan terjadinya infark miokard dan kadang cardiac arrest setelah pemberian methylergonovin maleat secara intravena5. Efek samping serius selama penggunaan methylergonovin telah dilaporkan sebelumnya, terjadi dalam beberapa menit setelah pemberian secara intravena dan maksimal 20 menit setelah pemberian secara intamuskular6.

Pada pemberian secara intravena, methylergonovin maleat memiliki onset segera setelah pemberian, onset pada pemberian secara intramuskular 2-5 menit setelah pemberian dan berakhir selama kurang lebih dalam 3 jam. Kadar puncak tercapai setelah 12-36 menit. Sedangkan onset pada pemberian secara oral 5-10 menit7.

Kini diketahui bahwa pemakaian methylergonovin dicurigai dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. F.F Schade (1963), melaporkan bahwa tekanan darah setelah pemakaian methylergonovin intravena pada manajemen kala tiga meningkatkan tekanan darah secara signifikan pada 29,5% kasus. Sayangnya dia tidak membuat studi tentang perubahan yang normal terjadi setelah selesai proses persalinan tentang besarnya kenaikan

(5)

darah setelah injeksi obat tersebut. J.B Forman dan R.L. Sullivan (1963), mempelajari efek methylergonovin intravena yang diberikan pada hari kedua dan ketiga puerpurium dan melaporkan kenaikan tekanan darah lebih dari 20 mmHg pada 22% kasus8.

Beberapa penelitian farmakokinetik pemberian methylergonovin maleat menunjukkan bahwa methylergonovin maleat didistribusikan dengan cepat dari plasma ke jaringan perifer dalam 2-3 menit atau kurang. Bioavailabilitas setelah pemberian methylergonovin maleat secara oral dilaporkan kira-kira 60% dan tidak terakumulasi setelah pemberian ulangan. Seleama persalinan, dengan pemberian secara intramuscular, bioavailabilitasnya meningkat menjadi 78%. Alkaloid ergot kebanyakan dieliminasi melalui metabolism hepar dan ekskresi, dan penurunan bioavailabilitas setelah pemberian secara oral kemungkinan karena melalui metabolisme di hepar.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan desain kohort prospektif terhadap semua wanita hamil dengan preeklamsi berat di RS. Sardjito Yogyakarta dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2010. Subyek penelitian adalah semua pasien preeklamsia berat dengan tekanan darah saat mondok ≥ 160/110 mmHg dan atau proteinuria ≥ +2 tanpa ada komplikasi baik pada ibu maupun janin. Stabilisasi hemodinamik pada semua pasien PEB adalah

(6)

dengan pemberian MgSO inisial 4 gram iv secara perlahan, kemudian dilanjutkan dengan syring pump 1 gr/jam sampai dengan 24 jam, kemudian diberikan nifedipin 10 mg oral jika tekanan darah ≥ 160/110 mmHg atau Mean Arterial Pressure ≥ 125.

Semua subyek penelitian yang didiagnosis dengan preeklamsia berat diberikan injeksi methylergonovin maleat intramuskular pada saat kala tiga persalinan (setelah plasenta dilahirkan). Kemudian dilakukan pengukuran ulang terhadap tekanan darah setelah 30 menit dan 60 menit pemberian methylergonovin maleat. Hasil yang diperoleh dilakukan analisis uji statistik paired t-test dan independent t-test.

HASIL

Dari dua kelompok (table 1) memiliki kesamaan dalam rata-rata usia (met: 28.0 dan no: 27.5) dan rata-rata paritas/gravida (met: 1.7 dan no: 1.6)) dan tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (dengan p>0.05).

Tabel 1. Distribusi usia ibu dan jumlah kehamilan (gravid)

Kelompok Kelompok Kontrol Nilai p Methylergonovin

(n=33) (N=22)

Rata-rata usia ibu 28.0 27.5 0.36 Rata-rata kehamilan 1.7 1.6 0.61 (gravid)

(7)

Didapatkan kenaikan rata-rata tekanan sistolik 6.4 mmHg dan tekanan diastolik 11.5 mmHg pada 30 menit setelah pemberian methylergonovin dibandingkan kelompok kontrol dan kenaikan rata-rata tekanan sistolik 3.0 mmHg serta tekanan diastolik 7.3 mmHg pada 60 menit setelah pemberian methylergonovin dibandingkan kelompok kontrol (table 2).

Tabel 2. Rata-rata tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan setelah perlakuan

Sebelum perlakuan (mmHg) 30 menit setelah perlakuan 60 menit setelah perlakuan Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik Methylergonovin

(n=33)

148.8 84.6 155.2 96.1 151.8 91.8

Kontrol (n=22) 164.1 93.6 144.1 88.6 138.2 87.7

Setelah dilakukan analisis uji statistik paired t-test dan independent t-test, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) rata-rata tekanan sistolik antara sebelum injeksi methylergonovin (148,8 mmHg) dengan 30 menit sesudah injeksi methylergonovin (155,2 mmHg) dengan nilai p = 0.02 dan juga terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) rata-rata tekanan diastolik antara sebelum injeksi methylergonovin (84,6 mmHg) dengan 30 menit sesudah injeksi methylergonovin (96,1 mmHg) dengan nilai p = 0.00. Tetapi setelah 60 menit pemberian methyergonovin tidak didapatkan perbedaan yang signifikan (p>0,05) rata-rata tekanan sistolik antara sebelum injeksi

(8)

methylergonovin (148,8 mmHg) dengan 60 menit sesudah injeksi methylergonovin (151,8 mmHg) dengan nilai p = 0.177.

Dengan pemberian injeksi methylergonovin akan terjadi kenaikan rata-rata baik tekanan sistolik maupun tekanan diastolik pada 30 menit dan 60 menit setelah pemberian injeksi methylergonovin, sedangkan pada pasien yang tidak diberikan injeksi methylergonovin, rata-rata tekanan sistolik dan diastolik akan mengalami penurunan setelah plasenta dilahirkan. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberikan injeksi methylergonovin), didapatkan perbedaan yang signifikan terhadap kenaikan tekanan sistolik dan diastolik pada 30 menit dan 60 menit setelah pemberian injeksi methylergonovin dengan p<0.05.

Tabel 3. Perubahan tekanan darah setelah pemberian methylergonovin intramuskular

Rata-rata (mmHg)

Perubahan tekanan sistolik 30’ Met 6.4

No -20.0 Perubahan tekanan diastolik 30’ Met 11.5

No -5.0 Perubahan tekanan sistolik 60’ Met 3.0

No -25.9 Perubahan tekanan diastolik 60’ Met 7.3

No -5.9 Keterangan: p<0.05

PEMBAHASAN

Methylergonovin merupakan alkaloid ergot yang biasa digunakan untuk mengendalikan perdarahan post partum dan membantu kontraksi uterus5. Methylergonovin maleat (methergin®) bekerja secara langsung pada

(9)

otot polos uterus dan meningkatkan tonus, frekuensi, dan amplitudo dari kontraksi secara ritmik. Methylergonovin maleat juga mempunyai efek tetanik pada kontraksi uterus yang dapat memperpendek kala III persalinan dan mengurangi perdarahan. Pada pemberian secara intravena, methylergonovin maleat memiliki onset segera setelah pemberian, onset pada pemberian secara intramuskular 2-5 menit setelah pemberian dan berakhir selama kurang lebih dalam 3 jam. Kadar puncak tercapai setelah 12-36 menit. Sedangkan onset pada pemberian secara oral 5-10 menit7.

Methylergonovin mempunyai beberapa efek samping dintaranya nyeri kepala, mual, dan muntah yang kadang-kadang dapat muncul. Efek samping lain yang jarang diantaranya infark miokard akut, nyeri dada yang bersifat sementara, spasme arteri (koronaria dan perifer), bradikardi, takikardi, dispnea, hematuria, tromboflebitis, dan intoksikasi air5. Efek samping yang serius oleh karena pemberian methylergonovin sudah dilaporkan sebelumnya, terjadi dalam beberapa menit setelah pemberian methylergonovin secara intravena dan maksimal 20 menit setelah pemberian secara intramuskular6.

Pada penelitian ini didapatkan kenaikan rata-rata tekanan sistolik 6.4 mmHg dan tekanan diastolik 11.5 mmHg pada 30 menit setelah pemberian methylergonovin dibandingkan kelompok kontrol dan kenaikan rata-rata tekanan sistolik 3.0 mmHg serta tekanan diastolik 7.3 mmHg pada 60 menit setelah pemberian methylergonovin dibandingkan kelompok kontrol

(10)

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa efek samping kenaikan tekanan darah dari pemberian methylergonovin 0,2 mg secara intramuskular dapat terjadi walaupun secara klinis kenaikannya tidak signifikan, sehingga perlu pengawasan yang cukup apabila injeksi methylergonovin diperlukan pada persalinan kala III pasien dengan preeklamsia berat.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. James, JW., Pre-eclampsia, The Lancet, 2000; 356: 1260-1265

2. Ekele, B.A., Use of Magnesium Sulfate to manage Pre-eklampsia and Eklampsia in Nigeria: Overcoming the odds, Annals of African Medicine, 2009, Vol. 8, No. 2: 73-75

3. Athol Kent, Management of Severe Pre-eclampsia, Review in Obstetrics and Gynecology, 2008, Vol. 1, No. 4: 207

4. Royal College of Obstetricians and Gynecologist, The Management of Severe Pre-eclampsia/Eclampsia, 2005

5. SM Ibrahim, E Mustafa and A Louon, Postpartum Severe Sinus Bradycardia Following Methylergonovine Administration, The Journal of International Medical Research, 2008; 36: 1129 – 1133

6. Jimenez Valero S, García E, Delcán JL: Acute myocardial infarction during puerperium, Report of two cases of multivessel involvement treated with primary coronary intervention. J Invasive Cardiol2005; 17: 632 – 633

7. de Groot AN, van Dongen PW, Vree TB, et al: Ergot alkaloids. Current status and review of clinical pharmacology and therapeutic use compared with other oxytocics in obstetrics and gynaecology. Drugs 1998; 56: 523 – 535

8. Schade, F.F, Forman, J.B, Sullivan, R.L, Ergometrine-a hypertensive drug?, American Journal Obstetry and Gynecology, 1963; 560-561

Gambar

Tabel 1. Distribusi usia ibu dan jumlah kehamilan (gravid)
Tabel 2. Rata-rata tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan setelah perlakuan
Tabel 3. Perubahan tekanan darah setelah pemberian methylergonovin  intramuskular

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga hasil kadar zat besi pada penelitian ini lebih tinggi karenasampel tumbuhan kelakai yang digunakan lebih segar jika dibandingkan dengan penelitian

Hal ini dibuktikan dengan adanya tujuan untuk menaikkan derajat kesehatan masyarakat, adanya pengambilan keputusan tentang kawasan tanpa rokok yang dibuat oleh pimpinan

Menurut Garrison dan Noreen (2001) untuk menghitung Earning Per Share (EPS) atau Laba Per Lembar Saham suatu perusahaan adalah dengan membagi Laba Bersih

The next time you find yourself debugging in that area, you’ll just have to add more, and if you leave it in the code when you’re done, you just exacerbate the first two problems..

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah merupakan bentuk pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru dari awal

Sudah sejak tadi aku turun mengambil tas, berdiri di anak tangga paling bawah dengan menutupkan kedua telapak tangan di wajah, mengintip wajah mereka yang

(3) Temuan penelitian menunjukkan bahwa efektivitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup kelas IV Berbasis Kecakapan Belajar dan Berinovasi Abad