• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ASPEK HUKUM PERKREDITAN DI INDONESIA. A. Pengertian dan Dasar Hukum Perkreditan di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ASPEK HUKUM PERKREDITAN DI INDONESIA. A. Pengertian dan Dasar Hukum Perkreditan di Indonesia"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ASPEK HUKUM PERKREDITAN DI INDONESIA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perkreditan di Indonesia 1. Pengertian Kredit

Pengertian kredit menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah : penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, ibalan atau pembagian hasil keuntungan.

Pada Pasal 1754 Undang-Undang Hukum Perdata dinyatakan bahwa: Pinjam meminjam ialah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabiskan karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.. Lebih lanjut pengertian kredit dikemukakan oleh Raymond P.Kent mengatakan bahwa kredit adalah “Hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang sekarang21

Berdasarkan pengertian kredit yang telah ditetapkan oleh undang-undang sebagaimana yang disebut diatas, tidak semua kegiatan pinjam meminjam dapat

21

Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta :Gramedia Pustaka Utama,1990), Hal. 11

(2)

dikategorikan kredit bagi perbankan. Suatu pinjam meminjam uang akan digolongkan sebagai kredit perbankan sepanjang memenuhi unsur-unsur yaitu sebagai berikut:22

a. Adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang. Adapun pihak yang melakukan penyediaan uang tersebut adalah perbankan. Bank adalah penyedia dana tersebut yang kemudian disebut dengan nama kredit atau plafond kredit. Pengertian tagihan itu sendiri adalah yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang dalam praktik perbankan misalnya berupa pemberian/penerbitan garansi bank dan penyediaan fasilitas dana untuk pembukaan Letter of Credit (L/C)

b. Adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain. Persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam merupakan dasar dari penyediaan uang atau tagihan tersebut. Persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam dibuat oleh bank dengan pihak debitur yang diwujudkan dalam suatu perjanjian kredit, akad kredit dan sebagainya.

Perjanjian kredit sebagai salah satu jenis perjanjian tunduk pada ketentuan hukum perikatan dalam hukum positif di Indonesia. Pengaturan tentang perjanjian terdapat dalam ketentuan-ketentuan KUH Perdata, Buku ketiga tentang perikatan dan ketentuan undang-undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen sepanjang yang mengatur tentang larangan pencantuman klausula baku dalam perjanjian.

22

(3)

c. Adanya kewajiban melunasi utang. Pinjam meminjam uang adalah suatu utang dimana pihak peminjam wajib melunasinya sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah disepakati sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian kredit tersebut d. Adanya jangka waktu tertentu. Pemberian kredit terkait dengan suatu jangka

waktu tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian. Jangka waktu yang ditetapkan merupakan batas waktu kewajiban bank untuk menyediakan dana pinjaman dan menunjukkan kesemptaan bagi debitur untu melunasinya.

e. Adanya pemberian bunga kredit, terhadap suatu kredit sebagai bentuk peminjaman uang ditetapkan adanya pemberian bunga. Bank menetapkan suku bunga atas pinjaman uang yang telah diberikannya. Suku bunga merupakan harga atas uang yang dipinjamkan dan disetujui bank kepada debitur. Suku bunga tersebut terkadang juga disebut sebagai balas jasa atas penggunaan uang bank oleh debitur. Sepanjang terhadap bunga kredit dalam perjanjian yang dilakukan pembayarannya oleh debitur maka pendapatan bunga tersebut akan menjadi salah satu sumber pendapatan yang utama bagi bank

M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari perjanjian umtuk membayar kembali hutangnya pada tanggal tertentu.23 Adapun Menurut Thomas Suyanto bahwa kredit adalah merupakan suatu penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, dimana prestasi tersebut pada dasarnya akan berbentuk nilai uang.24

23

Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Hypotek Serta Hambatan –hambatannya Dalam Praktek, (Bandung : Alumni , 1978) hal. 21-22.

24

(4)

Menurut H.M.A. Savelberg menyatakan kredit mempunyai arti antara lain:25

a. Kredit sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintenis) dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain berupa suatu prestasi.

b. Kredit sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu pada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang telah diserahkan itu

Adapun definisi kredit dalam arti hukum menurut Levy adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak menggunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah uang pinjaman itu dibelakang hari26

2. Fungsi Kredit

Adapun fungsi kredit baik bagi perbankan maupun bagi dunia usaha itu sendiri adalah :

a. Bagi dunia usaha (termasuk usaha kecil) :

1) Sebagai sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan atau meningkatkan usahanya.

2) Pengembalian kredit wajib dilakukan tepat waktu, diharapkan dapat diperoleh dari keuntungan usahanya

25

Mariam DarusBadrulzaman,Perjanjian Kredit Bank, (Bandung: Citra Aditya Bakti,1991) Hal.21.

26

(5)

b. Bagi lembaga keuangan (termasuk bank) :

Menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit kepada dunia usaha dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari balas jasa yang diberikan.

Menurut M. Faisal Abdullah fungsi kredit adalah:27 a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang. b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang. c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. d. Kredit adalah salah satu stabilitas ekonomi.

e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.

f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional g. Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional 3. Manfaat Kredit

Manfaat dari penyaluran perkredita perbankan baik bagi debitur maupun bagi perbankan itu sendiri adalah Memberi keuntungan Bagi Debitur dan Lembaga Keuangan :

a. Bagi Debitur adalah untuk Memberi keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal dan berkembangnya usaha

b. Bagi lembaga keuangan (termasuk bank) Memberi keuntungan dari selisih bunga pemberian kredit atau jasa lainnya

27

Faisal Abdullah, Fungsi dan peranan dalam perkreditan dalam http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:TIH96RKsdd8J:digilib.uns.ac.id/upload/d okumen/168740609201008361.pdf+proses+dalam+pengajuan+kredit&hl=id&gl=id/Akses pada Tangal 29 Maret 2011

(6)

B. Jenis Jenis Kredit

Usaha perbankan yang semakin berkembang, tentunya akan memunculkan produk-produk terbaru tidak terkecuali terhadap produk kredit yang diberikan. Hal ini bertujuan dalam rangka ekspansi kredit dan memenuhi semua kebutuhan kredit dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan bunga yang berasal dari pendapatan kredit memegang peranan yang sangat besar sebagai sumber utama penghasilan dari sebuah bank.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 30/4/KEP/DIR tentang pemberian usaha kecil tanggal 4 April 1997, Jenis-jenis kredit terdiri dari:

1. Kredit Investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek (pabrik) baru. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin.

2. Kredit Modal Kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja dibelikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lain yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

Adapun jenis-jenis kredit yang diberikan oleh perbankan adalah secara umum adalah sebagai berikut:28

1. Berdasarkan sektor ekonomi

a. Kredit pertanian, kredit kehutanan dan kredit perkebunan b. Kredit pertambangan dan perindustrian

28

Syamsu Iskandar, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta PT Semesta Asa 2008) Hal 113-114

(7)

c. Kredit perdagangan, hotel dan jasa d. Kredit sumber tenaga, gas dan kelistrikan e. Kredit konstruksi

f. Kredit perumahan dan lain-lain 2. Berdasarkan asal dana

a. Kredit dengan dana dalam negeri yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank dengan dana yang berasal dari dalam negeri

b. Kredit dengan dana luar negeri yaitu kredit yang dikeluarkan oelh bank dimana pembiayaan tersebut dilakukan dengan menggunakan dana yang berasal dari luar negeri

3. Dilihat dari segi jangka waktu lamanya fasilitas kredit

a. Kredit jangka pendek, yaitu fasilitas kredit dimana masa berlakunya adalah paling lama satu tahun, KMK ekspor, KMK umum dan KMK KUK

b. Kredit jangka menengah, yaitu fasilitas kredit yang jangka waktunya antara satu tahun sampai tiga tahun

c. Kredit Jangka panjang adalah fasilitas kredit yang masa berlakunya lebih dari tiga tahun, misalnya kredit pemilikan rumah (KPR)

4. Dilihat dari segi kebijaksanaan fasilitas kredit

a. Kredit umum yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk semua golongan masyarakat atau perusahaan

b. Kredit prioritas, yaitu fasilitas kredit yang diberikan kepada golongan tertentu 5. Dilihat dari sifat kredit

(8)

a. Kredit berulang, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank yang dapat diperpanjang jangka waktunya sepanjang masih dibutuhkan

b. Kredit aflopend yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank yang pelunasannya sesuai dengan angsuran yang disepakati bersama, misalkan kredit investasi

c. Kredit transaksional yaitu kredit yang dikeluarkan oleh bank sesuai dengan kebutuhan pembiayaan dan apabila nasabah masih membutuhkan tambahan lagi maka harus mengajukan permohonan kredit baru.

6. Dilihat dari segi tujuan fasilitas kredit

a. Kredit modal kerja, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk menambah modal kerja usaha

b. Kredit investasi, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk pembelian barang modal usaha

c. Kredit konsumtif yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan nasabah itu sendiri

7. Dilihat dari segi non cash fasilitas kredit

a. Tender bond, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk

persyaratan pengajuan tender

b. Performance bond, yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk

jaminan pelaksanaan pekerjaan

c. Advance payment bond yaitu fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank

(9)

8. Dilihat dari segi dokumen fasilitas kredit yaitu kredit dokumenter berupa fasilitas kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk transaksi L/C baik didalam negeri maupun diluar negeri.

C. Para Pihak Dalam Perkreditan

Suatu proses perjanjian, tentunya ada beberapa pihak yang dilibatkan dalam pemberian kredit perbankan, baik yang terllibat langsung dalam proses kredit maupun sebatas sebagai pengawas. Adapun pihak-pihak dalam perkreditan tersebut adalah:

1. Pihak pemberi pinjaman (Kreditur)

Kreditur secara terminologi adalah para pihak baik itu berupa perorangan, memiliki layanan dimana diperjanjikan bahwa pihak kedua tersebut akan mengembalikan properti yang nilainya sama atau jasa. Pihak kedua ini disebut sebagai peminjam atau yang berhutang, dalam arti sempit, maka yang dimaksudkan dengan Kreditor adalah pihak yang memiliki tagihan atau hak tagih berupa pembayaran sejumlah uang yang hak tersebut timbul semata-mata dari perjanjian utang-piutang.29

Sebagai pihak yang menerima simpanan dari masyarakat, maka dapat dikatakan Bank memiliki fungsi maupun kewajiban sebagai media intermediasi antara masyarakat yang memiliki kelebihan dana untuk kemudian disalurkan

29

Herna Pardede, Pengertian Debitor dan Kreditor dalam http://hernathesis.multiply.com/reviews/item/16 Tanggal akses 20 Maret 2011

(10)

kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dalam hal ini perbankan bertindak sebagai pihak pemberi kredit atau sering disebut dengan kreditur.

2. Pihak Peminjam (Debitur)

Pihak lainnya dalam kredit terutama kredit perbankan tentunya saja pihak peminjam atau sering disebut juga dengan debitur atau pihak yang berutang. Dalam penilaian kualitas debitur, makaperbankan akan melihat kualitas daripada debitur yang bersangkutan. Karakter debitur tidak diragukan lagi adalah faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan jika suatu bank ingin memberikan kredit. Apabila debitur tidak jujur, sering bertindak curang, ataupun tidak memiliki kompetensi, maka kredit yang dinikmatinya pasti tidak akan berhasil alias macet.30 Penentuan eligible atau bankable tidaknya seseorang atau suatu perusahaan tergantung seberapa banyak informasi akurat yang dimiliki bank tentang calon peminjam. Secara klasik, bank menggunakan pendekatan 5C yaitu

Charakter (watak), Capacity (kemampuan berwirausaha debitur), Capital

(Modal), Conditions (Kondisi ekonomi dan sosial disekitar debitur) dan Collateral

(Jaminan) untuk menilai calon nasabah peminjam (debitur). Pendekatan dalam pemberian kredit ini telah digunakan sejak lama dan masih terus dipergunakan sampai saat ini. Hal ini menandakan bahwa prinsip-prinsip yang dikandungnya masih relevan dengan kondisi sekarang. Five C’s of credit begitu nama populernya, digunakan untuk menilai character, capacity, capital, conditions dan

collateral nasabah debitur.31

30

Zulkarnain Sitompul, Prinsip Pemberian Kredit 5C dalam http://zulsitompul.files.wordpress.com/2007/06/biro-kredit.pdf Tanggal akses 20 Maret 2011

31

(11)

Penilaian karakter debitur meliputi aspek kompetensi, identifikasi, kematangan sosial dan keuangan, kejujuran dan tanggung jawab. Hal ini bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Bank misalnya, harus mampu menilai bahwa calon debitur adalah orang yang jujur dan dapat diandalkan. Untuk itu, bank membutuhkan track record dari debitur yang bersangkutan. Pentingnya informasi tentang debitur sebagaimana dikemukakan di atas menjadi alasan bagi Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/8/PBI/ 2005 tentang Sistem Informasi Debitur pada tanggal 24 Januari 2005.32

D. Resiko-Resiko Dalam Kredit Perbankan

Menurut Sudarsono, pengertian resiko adalah suatu keharusan untuk memegang kerugian karena suatu peristiwa yang tidak terduga, 33 sementara menurut Riduan Syahani bahwa resiko adalah kewajiban untuk menanggung semua kerugian akibat overmacht.34

Risiko kredit (bahasa Inggris: Credit risk) adalah merupakan suatu risiko kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur atas kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok maupun bunganya ataupun keduanya.35

32

Republik Indonesia Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 7/8/PBI/2005 Tentang Sistem Informasi Debitur

33

Sudarsono, Kamus Hukum (Jakarta, Rhineka Cipta 2007) Hal 410 34

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Azas-Azas Hukum Perdata (Bandung: Alumni, 2006) Hal 238

35

Edratna, Pengertian dan Konsep Manajemen Resiko dalam http://edratna.wordpress.com/2008/03/17/mengapa-diperlukan-manajemen-risiko-kredit/ Tanggal akses 06 Mei 2011

(12)

Risiko dan bank adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, tanpa adanya keberanian untuk mengambil risiko maka tidak akan pernah ada bank, dalam arti bahwa bank muncul karena keberanian untuk berisiko dan bahkan bank mampu bertahan karena berani mengambil risiko. Namun jika risiko tersebut tidak dikelola dengan baik, bank dapat mengalami kegagalan bahkan pada akhirnya mengalami kebangkrutan. Pengertian risiko, khususnya di dalam konteks bisnis (Bank dan lembaga keuangan), tidaklah selalu mewakili sesuatu hal yang buruk. Kenyataannya Risiko bisa mengandung di dalamnya suatu peluang yang sangat besar bagi mereka yang mampu mengelolanya dengan baik dan bukan berarti juga resiko dapat dibiarkan begitu saja atau tidak memperhatikan prinsip kehati-hatiuan terlebih lagi bagi bisnis yang mengandalkan kepercayaan seperti bank.36

Risiko kredit merupakan risiko yang paling signifikan dari semua risiko yang menyebabkan kerugian potensial. Risiko kredit adalah risiko yang terjadi karena kegagalan debitur, yang menyebabkan tak terpenuhinya kewajiban untuk membayar hutang. Secara garis besar, risiko kredit dapat dibagi menjadi 3 (tiga): risiko default, risiko exposure, dan risiko recovery. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas Bank, antara lain: pemberian kredit, transaksi derivatif, perdagangan instrumen keuangan, serta aktivitas Bank yang lain, termasuk yang tercatat dalam banking book maupun trading book.37

36

http://avartara.com/risiko-risiko-perbankan/ Tanggal akses 20 Maret 2011 37

W Edratna, Manajemen Resiko kredit dalam situs http://www. edratna.wordpress.com/2008/03/17/mengapa-diperlukan-manajemen-risiko-kredit/ Tanggal akses 30 Maret 2011

(13)

Secara sederhana J.P Morgan mengartikan risiko sebagai suatu ketidak pastian dari Net Return yang terjadi, atau secara komprehensif risiko merupakan suatu potensi terjadinya peristiwa (event) yang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap nilai suatu portofolio aset yang dapat diukur dengan probabilitas tertentu dalam rentang waktu yang diketahui.38

Bank Indonesia melalui PBI 5/8/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, menjelaskan defenisi risiko-risiko yang harus dihadapi Bank dalam aktivitas bisnisnya. Adapun jenis risiko yang wajib dikelola bank adalah:

Risiko hari ini bisa diterjemahkan sebagai potensi kerugian esok hari, akan tetapi resiko tidaklah bisa diukur seperti menghitung pendapatan dan biaya yang harus dikeluarkan bank karena risiko tidaklah bersifat tangible. Pengukuran risiko lebih merupakan hal yang konseptual dan merupakan tantangan dalam menerapkan praktik perbankan berbasis resiko. Oleh karena itu untuk menilai risiko yang intangible, mendefinisikannya dengan benar merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar.

39

1. Resiko Kredit

Risiko kredit diartikan sebagai Risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counter party atau pihak yang berkepentingan memenuhi kewajibannya. Dengan kata lain merupakan risiko kerugian yang berhubungan dengan kemungkinan bahwa suatu Counterparty akan gagal untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya ketika jatuh tempo.

38 Ibid 39

(14)

2. Resiko Pasar

Risiko yang muncul yang disebabkan oleh adanya pergerakan variable dari pasar (adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh Bank, yang dapat merugikan bank. Variabel pasar dalam hal ini adalah suku bunga dan nilai tukar serta termasuk perubahan harga option. Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional Bank seperti kegiatan treasury dan investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya, penyediaan dana, dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan perdagangan.

3. Risiko Operasional

Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Risiko operasional melekat pada setiap aktivitas fungsional Bank, seperti kegiatan perkreditan, treasury dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen dan pengelolaan sumber daya manusia.

4. Risiko Likuiditas

Risiko yang antara lain disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. Risiko likuiditas dikategorikan menjadi:

a. Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak mampu melakukan Offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau gangguan pasar (market disruption)

(15)

b. Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.

5. Risiko Hukum

Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna

6. Risiko Reputasi

Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank. Persepsi maupun citra negatif terhadap suatu bank tentunya akan menurunkan daya saing bank itu sendiri dan tentunya akan menimbulkan keengganan masyarakat untuk bertransaksi

7. Risiko Strategik

Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

8. Risiko Kepatuhan

Risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Didalam prakteknya risiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait dengan peraturan perundang-undangan

(16)

Mencermati jenis-jenis risiko dan akibat yang ditimbulkannya bagi Bank, menuntut paradigma baru bagi Bank tentang risiko perbankan. Jika dulu hanya dikenal risiko kredit sekarang tidak cukup hanya dengan risiko kredit saja. Jika dulu pemantauan risiko hanyalah merupakan fungsi auditor, sekarang merupakan tanggung jawab Direksi. Jika dulu risiko hanya sebagai suatu faktor negatif yang harus dikontrol, sekarang risiko diterjemahkan sebagai suatu opportunity bagi bank.40

Resiko pada dasarnya akan selalu ada dalam bisnis perbankan, bahkan dapat dikatakan bahwa bisnis perbankan adalah bisnis yang penuh dengan resiko

(full risk bussines). Segala kegiatan operasional oleh perbankan telah diatur oleh

serangkaian regulasi sehingga pengelolaan resiko dalam rangka menjaga kesehatan bank merupakan salah satu bagian dari upaya pengelolaan bank yang sehat.

41

Bercermin dari petikan perkataan Alan Greenspan : “…We should not forget that basic economic function of these regulated entities (banks) is to take risk. If we minimize risk taking in order to reduce failure rates to zero, we will, by

defenition, have eliminated the purpose of banking system”. Pengelolaan risiko

Bank bukan berarti menghilangkan risiko sampai menjadi nihil, tetapi lebih ditekankan kepada bagaimana mengukur, memonitor, mengelola dan mangembil keuntungan dan mengamankan bank dari risiko-risiko tersebut.42

40

Ahza Anwari, Manajemen Resiko dalam pemberian Kredit dalam http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=103:manajemen-risiko-kredit&catid=94:risiko-kredit&Itemid=147 Tanggal akses 06 Mei 2011

41 Ibid,. 42

Alan Grespan dalam http://avartara.com/risiko-risiko-perbankan/ Akses Tanggal 30 Maret 2011

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh adalah ketika smart card dihubungkan dengan smart card reader dan saldo mencukupi serta data keberangkatan sesuai dengan kondisi pada saat itu, maka

Paparan Publik tahun 2016 dibuka pada pukul 14.30 WIB oleh pembawa acara ( “ MC ” ) yang dilanjutkan dengan paparan mengenai Profil Perseroan dan Tinjauan

Pengujian alat pengukur arah angin dilakukan untuk mengetahui apakah alat pengukur arah angin yang dibuat dapat mengukur hingga 3600 dalam satu putarannya

Rendahnya efisiensi total produk yang dihasilkan terhadap jam kerja yang digunakan merupakan rasio yang dominan menyebabkan produktivitas perusahaan menurun dikarenakan 2

dapat mengadakan diskoneksi sehingga mendapatkan bahan-bahan dasar yang tepat di atas, serta pereaksi yang tepat untuk katalisator, diperlukan pendalaman

sumber sampah untuk wilayah Kabupaten Madiun diperkirakan tidak akan berubah terutama dalam. waktu dekat, karena pola hidup masyarakat dalam mengurangi penggunaan barang

Laporan skripsi dengan judul “ Sistem Informasi Geografis Industri dan Perdagangan Meubel Kabupaten Jepara dengan Metode Cluster Fuzzy ” yang dapat dimanfaatkan

Keragaman dari aspek kelompok pangan dan juga komoditas di dalam kelompok tersebut disesuaikan dengan konsep pola pangan harapan (PPH) dan potensi sumberdaya lokal,