• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA DI GAMPONG PANGO RAYA KECAMATAN ULEE KARENG BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA DI GAMPONG PANGO RAYA KECAMATAN ULEE KARENG BANDA ACEH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA DI GAMPONG PANGO RAYA

KECAMATAN ULEE KARENG BANDA ACEH

ADOLESCENTS’ EMOTIONAL INDEPENDENCE LEVEL AT GAMPONG PANGO

RAYA ULEE KARENG SUB DISTRICT BANDA ACEH

Nora Anggraini1; T. Samsul Alam2

1Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2Bagian Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

e-mail: noraanggraini30@yahoo.com; tsa_fkep_unsyiah@gmail.com ABSTRAK

Di Indonesia, kemandirian sering dianggap sebagai pemberontakan dimana anak berusaha mendapatkan kebebasan seutuhnya. Remaja berusaha mandiri secara emosi, bagi remaja tuntutan untuk memperoleh kemandirian secara emosional merupakan dorongan internal dalam mencari jati diri, bebas dari perintah-perintah dan kontrol orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemandirian emosional remaja di Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional study.Populasi berjumlah 285 remaja. Sampel berjumlah 75 remaja.Teknik pengambilan sampel secara proporsional sampling. Teknik pengumpulan data adalah wawancara terpimpin. Alat pengumpulan data yaitu kuesioner Emotional Autonomy Scale (EAS) Steinberg & Silverberg yang terdiri dari 20 pernyataan. Uji analisa data yang dilakukan adalah univariat. Secara umum, hasil penelitian gambaran tingkat kemandirian emosional remaja di Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh berada pada kategori tinggi yaitu 54 remaja (72,0%), de-idealized kategori tinggi 48 remaja (64,0%), non-dependency kategori tinggi 51 remaja (68,0%), perceive parent as people kategori tinggi 66 remaja (88,0%) dan individuationkategori tinggi 74 remaja (98,7%). Oleh karena itu, diharapkan orang tua untuk melibatkan anak remajanya dalam pengambilan keputusan dirumah agar mereka dapat mengeluarkan pendapatnya sehingga perkembangan kemandirian emosional remaja akan meningkat hingga mencapai kemandirian seutuhnya.

Kata Kunci :kemandirian emosional dan remaja

ABSTRACT

In Indonesia, the independence is often regarded as an issue in which a child tries to get complete freedom. Adolescents often try to be emotionally free and for some of them the effort of having emotional freedom is an internal suggestion in finding out their self-identity, being free from the commands and controls of their parents. This research aims at finding out the level of emotional independence of adolescents at Gampong Pango Raya Ulee Kareng sub district Banda Aceh. This is a descriptive study with cross sectional design. There were 285 adolescents as population and 75 of them were chosen as research sample by means of proportional sampling technique. The data collection technique used was guided-interview. The questionnaire proposed by Steinberg & Silverberg Emotional Autonomy Scale (EAS) consisting 20 questions was chosen as the research instrument. For the purpose of the data analysis, the researcher applied univariat. Generally, the results describe that the emotional independence level of the adolescents at Gampong Pango raya Ulee Kareng Banda Aceh is in high category with 54 adolescents (72.0%), de-idealized is in high category with 48 adolescents (64.0%), non-dependency 51 is in high category with 51 adolescents (68.0%), perceive parents as people is in high category with 66 adolescents (88.0%) and individuation also in high category with 74 adolescents (98.7%). Therefore, it is highly suggested that the parents involve their adolescents in decision making at home so that they can express their opinion which probably will result in having their emotional independence improved and it will make them capable of achieving full independence.

(2)

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa dimana terjadinya transisi dari masa ketidakmatangan anak-anak menuju kematangan di masa dewasa. Suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu yang ditandai dengan kematangan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial untuk mempersiapkan diri menjadi dewasa (Wong, 2008). Remaja atau generasi muda berperan sebagai penerus cita-cita bangsa. Remaja dituntut untuk mengembangkan diri secara optimal serta mampu melakukan penguasaan ilmu pengetahuan agar kelak di masa mendatang mereka dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan menjadi sumber daya manusia yang berguna bagi bangsa dan Negara (Anggraini, 2014).

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa yaitu menerima perubahan keadaan fisiknya, memahami peran sosial hingga mencapai kemandirian yang seutuhnya. Kemandirian dasar yang harus dicapai remaja merupakan kemandirian secara emosional (Ali & Asrori, 2011).

Kemandirian emosional merupakan salah satu aspek dari kemandirian yang berkaitan dengan perubahan hubungan remaja dengan orangtua. Kemandirian emosional memiliki 4 aspek yaitu de-idealized, non-dependency, perceive parents as people dan individuation(Steinberg, 2014).

Di Indonesia, kemandirian sering dianggap sebagai pemberontakan dimana anak berusaha mendapatkan kebebasan seutuhnya. Remaja berusaha mandiri secara emosi, bagi remaja tuntutan untuk memperoleh kemandirian secara emosional merupakan dorongan internal dalam mencari jati diri, bebas dari perintah-perintah dan kontrol orang

tua. Interaksi dengan orang tua yang paling berperan dalam pengasuhan anak remajanya dan dilanjutkan dengan sekolah dan lingkungan bermain sehingga mempunyai pengaruh yang besar pada pembentukan kemandirian emosional remaja (Kompasiana, 2011).

Dari penelitian Mangkudilaga (2013) tentang studi komparatif mengenai kemandirian emosional pada siswa yang tinggal di asrama dan yang tinggal di rumah dengan orang tua, didapatkan hasil sebanyak 47% yang tinggal di asrama dan sebanyak 49% siswa di rumah dari 77 siswa dengan kategori rendah. Hal tersebut berarti bahwa sebagian dari responden sudah mampu untuk melepaskan ketergantungannya kepada orang tua, namun sebagian lainnya belum mampu. Sebanyak 54% yang tinggal di rumah masih melihat orang tua sebagai sosok yang paling tahu segalanya dan benar.

Secara umum untuk mengetahui gambaran tingkat kemandirian emosional remaja di Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh. Secara khusus untuk mengetahui gambaran de-idealized, perceive

parents as people, non-dependency dan

individuation remaja di Gampong Pango Raya

Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh. METODE

Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan desain cross sectional study.

Teknik pengumpulan data adalah wawancara terpimpin. Penelitian ini dilakukan di Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh pada Juni 2016. Populasi adalah seluruh remaja yang ada di Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh tahun 2016 berjumlah 285 remaja. Sampel berjumlah 75 remaja. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

(3)

proporsional sampling. Uji analisa data yang

dilakukan adalah univariat.

Alat pengumpulan data yaitu kuesioner

Emotional Autonomy Scale (EAS) Steinberg &

Silverberg yang terdiri dari 20 pernyataan (Beyers et al, 2005). Kuesioner ini telah di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan proses back translation. Kuesioner

yang telah diuji validitas dan reabilitasnya dengan hasil semua pernyataan memiliki nilai korelasi ≥ 0,632 sehingga semua pernyataan dianggap valid dengan nilai alpha-cronbachnya sebesar 0,959 sehingga dapat dipercaya sebagai alat untuk mengukur kemandirian emosional remaja.

HASIL

Hasil gambaran tingkat kemandirian emosional remaja di Gampong Raya Kecamatan Ulee Kareng banda aceh yang meliputi de-idealized, non-dependecy, perceive parents as people dan individuation adalah

sebagai berikut

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Gambaran De-idealized

De-idealized f %

Rendah 27 36,0

Tinggi 48 64,0

Total 75 100

Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa frekuensi gambaran de-idealized di

Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh berada pada kategori tinggi, yaitu sebanyak 48 orang (64,0%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gambaran Non-dependency Non-dependency f % Rendah 24 32,0 Tinggi 51 68,0 Total 75 100

Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa frekuensi gambaran non-dependencydi

Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh berada pada kategori tinggi, yaitu sebanyak 51 orang (68,0%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Gambaran

Perceive Parents As People

Perceive parents as people f % Rendah 9 12,0 Tinggi 66 88,0 Total 75 100

Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa frekuensi gambaran perceive parents as people di Gampong Pango Raya Kecamatan

Ulee Kareng Banda Aceh berada pada kategori tinggi, yaitu sebanyak 66 orang (88,0%). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Gambaran

Individuation

Individuation f %

Rendah 1 1,3

Tinggi 74 98,7

Total 75 100

Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa frekuensi gambaran individuation di

Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh berada pada kategori tinggi sebanyak 74 orang (98,7%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Kemandirian Emosional Remaja

Kemandirian

emosional f %

Rendah 21 28,0

Tinggi 54 72,0

Total 75 100

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa kemandirian emosional remaja di Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh berada pada tingkat yang tinggi yaitu sebanyak 54 (72,0%).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian dalam tabel 1. mengenai gambaran de-idealized di Gampong Pango

(4)

Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh memiliki kemampuan de-idealized yang tinggi.

Menurut Steinberg, (2002) de-idealized

merupakan kemampuan remaja untuk tidak menganggap orang tua sebagai sosok yang ideal dan sempurna dalam artian orang tuanya tidak selamanya benar dalam menentukan sikap dan kebijakan. Perilaku yang dapat dilihat ialah remaja memandang orang tua tidak selamanya tahu, benar, dan memiliki kekuasaan, sehingga pada saat menentukan sesuatu maka mereka tidak lagi bergantung kepada dukungan emosional orang tuanya.

Remaja Gampong Pango Raya berusaha untuk memiliki pendapat dan memberanikan diri untuk mengungkapkannya kepada orang tua. Sebahagian masih memiliki pendapat yang sama dengan orang tua, namun mulai terlihat keinginan positif terhadap dirinya. Keinginan positif untuk masa depan, kelak ketika mereka menjadi orang tua, mereka akan menambahkan beberapa cara yang lebih mengikuti perkembangan zaman, contohnya dalam bidang pendidikan, remaja ingin kelak anak-anak mereka dapat mengikuti les berbahasa inggris, musik dan lain-lain. Orang tua tidak pernah membuat kesalahan atau orang tua tidak pernah salah merupakan pemikiran anak yang sulit untuk dilecehkan, namun tidak saat beranjak mereka baranjak remaja.Remaja mulai menyadari bahwa orang tua pernah melakukan kesalahan, namun remaja harus tetap berbicara dengan sopan santun dalam menegur orang tua.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori di atas maka peneliti berpendapat bahwa sebagian besar remaja di Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh tidak lagi memandang orang tua sebagai sosok yang paling berkuasa dalam mengatur seluruh kehidupan remaja, paling benar dan tidak pernah melakukan kesalahan. Perkembangan

de-idealized pada remaja dilihat dari

kemampuan memiliki pendapat atau keinginan

untuk dirinya sendiri. Remaja secara perlahan menunjukkan kemampuan untuk menentukan pilihannya sendiri sesuai keinginan. Walaupun nantinya, pilihan ini juga akan didiskusikan bersama orang tua. Dukungan orang tua terhadap pilihan dan keputusan yang dipilih remaja dapat meningkatkan rasa percaya diri.

Hasil penelitian pada tabel 2. mengenai gambaran non-dependency di Gampong Pango

Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh di antaranya memiliki kemampuan non-dependencyyang tinggi.

Menurut Steinberg, (2002) non-dependency yakni suatu derajat dimana remaja

tergantung kepada dirinya sendiri daripada kepadaorang tuanya untuk suatu bantuan. Remaja memiliki tingkat kemampuan untuk lebih bersandar pada kekuatan diri sendiri dari pada bergantung pada orang tua. Perilaku yang dapat dilihat ialah mampu menunda keinginan untuk segera menumpahkan perasaan kepada orang lain, mampu menunda keinginan untuk meminta dukungan emosional kepada orang tuaatau orang dewasa lain ketika menghadapi masalah.

Remaja Gampong Pango Raya mengetahui bahwa mereka tidak harus melibatkan orang tua dalam segala hal. “Tidak boleh merepotkan kan orang tua yang telah lelah bekerja” ungkap remaja Gampong Pango Raya. Masalah kecil biasa mereka hadapi di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah. Mereka menyelesaikannya secara sederhana sesuai kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Sesama remaja, mereka menjalin dan membina hubungan pertemanan, kemudian mereka saling memberikan dukungan. Mereka saling meminta dan berbagi saran tentang segala hal.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori di atas maka peneliti berpendapat bahwa sebagian besar remaja di Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh mampu menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang tua. Remaja bergantung pada kemampuan dan kekuatan diri sendiri daripada bergantung pada orang tua. Pencapaian non-dependency pada

(5)

remaja dilihat dari kemampuan untuk tidak meminta dukungan secara emosional pada orang tua ketika menghadapi masalah.

Hasil penelitian pada tabel 3. mengenai gambaran perceive parents as people di

Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh, diantaranya memiliki kemampuan perceive parents as people yang

tinggi.

Menurut Steinberg, (2002) perceive parents as people yakni kemampuan remaja

dalam memandang orang tua sebagaimana orang lain pada umumnya. Remaja melihat orang tua sebagai individu selain sebagai orang tuanya dan berinteraksi dengan orang tua tidak hanya dalam hubungan orang tua-anak tetapi juga dalam hubungan antar individu.

Remaja Gampong Pango Raya memahami bahwa orang tua mereka memiliki kehidupan sosial yang mengharuskan mereka bertindak secara berbeda di setiap keadaan. Orang tua melakukan hal berbeda ketika mereka bersama teman-temannya, begitu juga saat mereka bersama orang tuanya mereka. Remaja menyadari bahwa seseorang memiliki peran ganda dalam hidupnya. Seseorang bisa berperan sebagai anak bagi orang tuanya, sabahat bagi temannya, pasangan hidup orang lain juga sebagai orang tua. Remaja mengerti bahwa dengan ada nya peran dan tugas yang berbeda, perhatian dan waktu orang tua tidak sepenuhnya dihabiskan bersama mereka. Remaja mulai untuk menghabiskan waktu diluar rumah, membina hubungan sosial dengan teman dan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori di atas maka peneliti berpendapat bahwa sebagian besar remaja di Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh mampu memandang orang tua sebagai individu lainnya. Pencapaian perceive parents as people

pada remaja dilihat dari kemampuan remaja memahami bahwa orang tua memiliki peran yang berbeda seperti peran sebagai anak untuk orang tuanya, sebagai teman untuk teman-temannya dan lain-lain. Keadaan ini

memberikan kesempatan remaja untuk bersosial di lingkungan tempat tinggal, mencari teman dan membangun hubungan lainnya.

Hasil penelitian pada tabel 4 mengenai gambaran individuation di Gampong Pango

Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh memiliki individuationyang tinggi.

Menurut Steinberg, (2002) individuation

yaitu kemandirian emosional pada remaja dimana mereka memiliki derajat individuasi dalam hubungan dengan orang tua. Individuasi berarti berperilaku lebih bertanggung jawab. Perilaku individuasi yang dapat dilihat ialah mampu melihat perbedaan antara pandangan orang tua dengan pandangannya sendiri tentang dirinya, menunjukkan perilaku yang lebih bertanggung jawab. Remaja merasa

individuation dalam berhubungan dengan

orangtua dimana ia merasa memiliki kehidupan pribadi yang tidak selalu diketahui oleh orang tua.

Remaja Gampong Pango Raya memiliki pengharapan yang tinggi tentang kehidupan dan masa depan mereka. Mereka mencoba untuk lebih bertanggung jawab terhadap suatu keadaan. Mereka akan melakukan hal yang berbeda dari orang tua mereka ketika dewasa seperti keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang setinggi-tingginya, pergi liburan ke luar negeri, memiliki pekerjaan yang baik yang menghasilkan banyak uang dan lain-lain. Sebagai remaja, mereka juga memiliki kehidupan pribadi yang tidak boleh diketahui oleh orang lain termasuk orang tua. Ada beberapa hal yang dirahasiakan, ini merupakan kontrol kendali remaja terhadap kehidupannya. Remaja mulai malu menunjukkan kelemahan mereka di depan orang lain termasuk orang tua. Remaja mulai memilah antara hal apa yang boleh diketahui dan tidak boleh diketahui oleh orang lain. Mereka berharap orang tua mereka dapat memahami dan mengerti dirinya yang sesungguhnya.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori di atas maka peneliti berpendapat bahwa

(6)

sebagaian besar remaja di Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh memiliki kehidupan privasi yang tidak harus diketahui oleh orang tua seperti pengelolaan uang jajan atau hubungan asmara. Remaja harus berperilaku bertanggung jawab pada kehidupannya. Remaja telah memiliki rencana untuk kehidupannya dimasa depan, sehingga mereka memiliki tujuan hidup yang lebih baik, dapat menemukan jadi diri.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5. mengenai gambaran tingkat kemandirian emosional remaja di Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh, diantaranya memiliki kemandirian emosional yang tinggi.

Aspek emosional mengarah pada kemampuan remaja untuk mulai melepaskan diri secara emosi dengan orangtua dan mengalihkannya pada hubungan dengan teman sebaya. Tetapi bukan memutuskan hubungan dengan orangtua. Remaja yang mandiri secara emosional tidak membebankan pikiran orang tua meski dalam masalah. Remaja yang mandiri secara emosional tidak melihat orang tua mereka sebagai orang yang tahu atau menguasai segalanya. Remaja yang mandiri secara emosi dapat melihat serta berinteraksi dengan orang tua mereka sebagai orang-orang yang dapat mereka ajak untuk bertukar pikiran, harus mulai diberi kebebasan, kelonggaran dan kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri. Pada masa ini, tanggung jawab harus semakin ditingkatkan oleh remaja, yaitu mampu memikul sendiri juga menjadi masalah tersendiri bagi mereka. Karena tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya tapi juga dari anggota masyarakat sekitarnya.

Jenis kelamin mempengaruhi kemandirian emosional seorang remaja antara anak laki-laki dan perempuan, dimana perbedaan ini mengunggulkan pria karena pria dituntut untuk berkepribadian maskulin, dominan, agresif dan aktif. Dibandingkan pada anak perempuan yang memiliki ciri kepribadian yang khas yaitu pola kepribadian yang feminis, pasif dan

kepatuhan serta ketergantungan (Kandel & Lesser, dalam Santrock, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian dan teori di atas maka peneliti berpendapat bahwa kemandirian emosional berkembang lebih awal pada setiap remaja yang menjadi dasar bagi perkembangan kemandirian lainnya. Dimana kemandirian emosional remaja di gampong pango raya berkembang dengan baik. Kemampuan remaja untuk tidak bergantung pada orang tua memberikan kesempatan untuk lebih bertanggung jawab dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Kemandirian emosional remaja yang tinggi dapat melatih diri menuju kedewasaan untuk persiapan menghadapi dunia luar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan secara umum bahwa gambaran tingkat kemandirian emosional remaja di Gampong Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh, berada pada kategori tinggi. Secara khusus, gambaran untuk setiap aspek kemandirian emosional yaitu de

-idealized, non-dependency, perceive parents as

people dan individuation remaja di Gampong

Pango Raya Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh berada pada kategori tinggi. Keadaan ini selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, pendidikan, gaya pengasuhan orang tua, intelegensi, urutan kelahiran, jenis kelamin dan lain-lain.

Bagi para orang tua, diharapkan untuk melibatkan anak remajanya dalam pengambilan keputusan dirumah agar remaja dapat mengeluarkan pendapatnya sehingga perkembangan kemandirian emosional remaja akan meningkat hingga mencapai kemandirian seutuhnya. Bagi pihak institusi pendidikan atau sekolah, diharapkan mengadakan kegiatan dan memberikan tugas yang harus diselesaikan oleh remaja, sehingga mereka akan terbiasa dalam menyelesaikan masalah sekolah, dengan

(7)

adanya kebiasaan ini remaja akan terlatih menyelesaikan masalah sendiri dengan mandiri.

REFERENSI

Ali, M & Asrori, M. (2011).Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Beyers, W., Goossens, L., Calster, B. V & Duriez, B. (2005). An alternative substantive factor structure of the emotional autonomy scale, European journal of psychological assessment; Vol. 21 (3): 147-15. Belgium: Hogrefe

& Huber Publishing.

Anggraini, E. N. (2014). Hubungan antara kemandirian dengan penyesuaian diri pada mahasiswa baru yang merantau di kota malang. Program Studi

Psikologi, Universitas Brawijaya Malang. Diperoleh pada 8 November 2015.

Kompasiana. (2011). Boarding School :

Tombak kesuksesan pendidikan

berkarakter. Diperoleh pada 10

November 2015.

Mangkudilaga, E. N. (2013). Studi komparatif

mengenai kemandirian emosional

pada siswa smp yang tinggal di asrama dan yang tinggal di rumah dengan orang tua. Jurnal.Diperoleh

pada 10 November 2015.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence; Perkembangan remaja, Ed. 6.Jakarta :

Erlangga.

Steinberg, L. (2002). Adolescence.6th edition.

New York: McGraw-Hill Companies, inc.

__________. (2014). Adolescence.10th edition.

New York: McGraw-Hill Companies, inc.

Wong, D. L., Hockenberry. M., Wilson, D., Winkelstein, M,. & Schwartz, P.

(2008). Buku ajar keperawatan pediatric, Vol 1. Jakarta: EGC.

Gambar

Tabel  2. Distribusi  Frekuensi  Gambaran  Non- Non-dependency  Non-dependency f % Rendah 24 32,0 Tinggi 51 68,0 Total 75 100

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikkan terbesar dalam persentase berasal dari penjualan pada pasar Original Equipment yang naik 8,89 persen, seiring dengan tingginya kenaikkan produksi mobil tahun 2011

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id.. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Cilj SMED sustava je pretvoriti što više koraka promjene opreme u eksterne aktivnosti, odnosno u one aktivnosti koje se mogu odvijati tijekom rada opreme.. SMED alat i

Sementara Imām Ibnu Qudāmah sebagai pengikut Mażhab Ḥanbali, dimana salah satu syarat saksi nikahnya tidak memperbolehkan anak atau ayah mempelai (garis keturunan ke atas

Caranya dengan menyumbangkan pasangan elektronnya.Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai suatu reaksi kimia yang memberikan elektron dari suatu zat ke oksidator,

Ini adalah salah satu bentuk kepemimpinan terbagi/jejaring, yang merupakan ciri dari kepemimpinan perempuan.Hal ini menunjukkan bahwa kaum perempuan juga bisa terlibat dalam politik

Setelah melakukan penelitian di lembaga MUI Kabupaten Dairi, maka peneliti dapat mengambil kesimbulan bahwa setiap program-program dan aktifitas yang dilakukan setiap

Lembaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat LKS adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk