• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB TERHADAP KEWAJIBAN NOTARIS PADA MASA JABATANNYA AKAN BERAKHIR TESIS. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TANGGUNG JAWAB TERHADAP KEWAJIBAN NOTARIS PADA MASA JABATANNYA AKAN BERAKHIR TESIS. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

i

TANGGUNG JAWAB TERHADAP KEWAJIBAN NOTARIS PADA MASA JABATANNYA AKAN BERAKHIR

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan (M.Kn)

Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh :

DANI ANDILLA PUTRI 02022681620033

Dosen Pembimbing : 1. Pembimbing I : Dr. Zen Zanibar MZ, S.H., M.H.

2. Pembimbing II : H. Kms. Abdullah Hamid, S.H., Sp.N., M.H

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018

(2)
(3)

iii

TIM PENGUJI

1.Ketua : Dr. Zen Zanibar MZ, S.H., M.H.

2.Sekretaris : Dr. Muhammad Syaifuddin, S.H., M.Hum

3.Anggota : 1. Dr. Firman Muntaqo, S.H., M.Hum.

2. Prof. Dr. H. Joni Emirzon, S.H., M.Hum 3. H. Kms. Abdullah Hamid,S.H., Sp.N.,M.H.

Catatan : Tim Penguji tidak bertanda tangan, cukup Nama dan

gelar saja, sesuai dengan Surat Keputusan Dekan tentang Tim Penguji.

(4)

iv

PE RN Y A T A A N O R IS IN A L IT A S T ES IS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Dani Andilla Putri

Nim 02022681620033

Alamat Jln. P. Ayin Komplek Bank Sum-Sel A.1

Asal Instansi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya dalam bentuk tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (M.Kn) baik di Universitas Sriwijaya maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri dan mendapatkan pengarahan pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah dituliskan atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan nama pengaranng dan judul buku / dokumen aslinya yang dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari, terdapat ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar dan / atau predikat yang telah saya peroleh berdasarkan karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku.

Palembang, Juli 2018 Yang membuat pernyataan,

Dani Andilla Putri Nim. 02022681620033

(5)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirrohmannirrohim,

Puji syukur saya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, karena atas berkat dan rahmatnya jualah penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul : Tanggung Jawab Terhadap

Kewajiban Notaris Pada Masa Jabatannya Akan Berakhir.

Selanjutnya, dari lubuk hari yang terdalam Penulis mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya, kepada semua pihak yang telah berjasa dalam penyelesaian Tesis dan studi Penulis pada program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Yaitu :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE selaku Rektor Universitas Sriwijaya.

2. Yth. Bapak Dr. Febrian, S.H., M.S selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

3. Yth. Bapak. Dr. Firman Muntaqo, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

4. Yth. Bapak. Dr. Ridwan, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

5. Yth. Bapak. Prof. Dr. H. Abdullah Gofar, S.H., M.H, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

6. Yth. Ibu. Dr. Annalisa Y, S.H., M.Hum, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatn Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

(6)

vi

7. Bapak Dr. Muhammad Syaifuddin, S.H., M.Hum selaku Pembimbing Akademik.

8. Yth. Bapak Dr. Zen Zanibar MZ, S.H., M.Hum , selaku Pembimbing I Penulis, yang telah memberikan saran atas kelancaran proses penyusunan Tesis ini. 9. Yth. Bapak H. Kms. Abdullah Hamid,S.H., Sp.N., M.H Pembimbing II Penulis

yang telah memberikan saran atas kelancaran proses penyusunan Tesis ini. Guru dan Figur Bagi Notaris.

10. Yth. Segenap Guru Besar serta Bapak/Ibu Dosen pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Terima Kasih atas pengajaran yang begitu berharga selama ini dalam mendidik guna membangun pemikiran, jiwa dan mental.

11. Seluruh staff di bagian Akademik Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang selalu memberikan bantuan dan informasi kepada Penulis selama menempuh jenjang pendidikan Magister Kenotariatan, Yuk Desni, Yuk Desi, Pak Satino, Mbak Helda, Mbak Putri, Mbak Nidya, Mbak Renny dan Kak Munadi;

12. Yth Notaris – PPAT H. Achmad Sarifudin, S.H., Sp.N yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

13. Yth Notaris – PPAT Bramada Dharmawangsa., S.H., M.Kn beserta staff yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Praktek Kerja Profesi dan penulisan tesis ini.

(7)

vii

14. Yth. Notaris – PPAT Fauzie Hadi S.H beserta staff yang telah membantu dan memberikan masukan dan saran agar penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Terima Kasih Papi.

15. Kedua Orang Tuaku Tercinta Papa Damanhuri Hadi dan Mama Zurailawati terima kasih atas kasih sayang, motivasi dan Doa yang telah diberikan untuk penulis, terima kasih yang tidak terkira atas pengorbanan dan segala hal yang luar biasa yang telah kalian berikan hingga Penulis dapat seperti ini.

16. Keluarga Besar Penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang dan semangat kepada Penulis. 17. Sahabat-sahabat serta teman-teman tersayang yang selalu memberikan arti

dalam kehidupan Penulis, Winda, Dini Maulidia Putri, Raeza Safarindah, Yeri Yunita.

18. Sahabat – sahabat seperjuangan di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Adelia Fitriyani, Maria Ulfa, Dwi Febriantini, Imas Damayanti, Mersi Sundari, Aldy Dwi Nugraha, Merry Anggiana, Arieo Irawan, Adhe Andreas.

19. Teman – Temanku di Magister Kenotariatan Universitas Sriwijaya yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu, semoga apa yang kita harapkan dapat tercapai.

20. Almamaterku Tercinta Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, dan Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sriwijaya.

(8)

viii

21. Teman – Temanku di PT. Indah Group dan PT. Venus Visual Utama, Direksi beserta staff terimakasih atas dukungan, doa, dan semangat yang diberikan kepada penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

22. Semua Pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.

Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasiih yang sebesar - besarnya kedapa seluruh civitas akademika Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya atas kesabaran dan dukungannya kepada saya selama saya menimba ilmu di Magister Kenotariatan Universitas Sriwijaya ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat kepada kita semuanya, dan serta menjadi amal jariah kepada pihak - pihak yang telah berjasa selama dalam menyelesaikan studi ini.

Palembang, Juli 2018 Penulis,

(9)

ix

PERSEMBAHAN

Motto :

Karena itu, ingatlah kamu Kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)

kepadamu” (QS. Al-Baqarah : 152)

Suatu hal baik akan menantimu di masa depan sehingga kamu pun akan

lupa merasakan rasa sakit yang selama ini kamu jalani. ( Ali bin Abi Thalib )

Kupersembahkan Tesis ini kepada :

ALLAH SWT dan Muhammad SAW

Kedua Orang Tua Tercinta

Keluarga Besar Tersayang

Para Guru-Guruku

Sahabat Terbaik

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Tanggung Jawab Terhadap Kewajiban Notaris Pada Masa Jabatannya Akan Berakhir”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih banyak terdapat kekurangan, karena keterbatasan penguasaan Ilmu Pengetahuan yang penulis miliki, berkat bantuan dari semua pihak terutama Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji yang telah ikhlas memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk sehingga penulis penulisan Tesis ini dapat diselsaikan.

Harapan penulis, semoga tesis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang mempergunakannya, khususnya bagi almamaterku guna pengembangan ilmu hukum pada waktu sekarang dan di hari yang akan datang

Palembang, Juli 2018 Penulis,

(11)

xi ABSTRAK

Dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Jabatan Notaris, notaris didefinisikan sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan Notaris. Notaris adalah pejabat publik yang ditunjuk oleh Pemerintah yang memiliki fungsi untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Tanggung jawab adalah berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilaksanakan atau di lakakukan oleh semua individu agar bisa mendapatkan haknya secara layak, karena dengan melakukan kewajiban ini hak yang diperoleh itu menjadi hasil karena kita sudah melakukan kewajiban. Penelitian ini berjudul TANGGUNG JAWAB TERHADAP KEWAJIBAN NOTARIS PADA MASA

JABATANYA AKAN BERAKHIR. Penelitian ini dirumuskan permasalahan

tentang bagaimana pertanggung jawaban notaris terhadap kewajiban–

kewajiban pada masa menjalankan jabatannya dan kewajiban-kewajiban notaris yang akan berakhir masa jabatannya, serta sampai kapan tanggung jawab atas kewajiban-kewajiban yang diberikan kepada notaris dan bagaimana perngaturannya dimasa yang akan datang. Penelitian ini merupakan penelitian penelitian normatif dan didukung penelitian empiris. Berdasarkan hasil penelitian ini, kewajiban notaris disaat masih menjalankan jabatannya dapat dilihat pada pasal 16 Undang-Undang Jabatan Notaris, sedangkan kewajiban notaris pada masa jabatannya akan berakhir adalah harus berumur 65 tahun dan diperpanjang sampai 67 tahun, notaris yang akan berakhir masa jabatannya harus melaporkan ke Majelis Pengawas Daerah dan akan dilaporkan kembali ke Majelis Pengawas Pusat, serta menunjuk seorang notaris lainnya yang akan dijadikan sebagai pemegang protokol. Batas waktu pertanggung jawaban Notaris atas kewajiban yang dibuatnya adalah seumur hidup meskipun Notaris tersebut telah berakhir masa jabatanny. Notaris tidak lagi bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban yang dibuatnya terhadap para pihak apabila Notaris tersebut telah meninggal dunia.

(12)

xii ABSTRACT

In article 1 number 1 of the Notary Law, notaries are defined as general officials authorized to make authentic deeds and other powers referred to in the Notary Law. Notary public is a public official appointed by the Government that has a function to provide services to the public. Responsibility is to act as the embodiment of awareness of obligations. Obligations are all things that must be done or done by all individuals to be able to get their rights properly, because by performing this obligation the right earned is a result because we have done the obligation. This research is entitled RESPONSIBILITY TO THE LIMITATION OF NOTARIS IN THE PERIOD OF TIME WILL END. This research formulated the problem of how the responsibility of notary to the obligations at the time of carrying out his position and notary obligations that will end his tenure, and to what extent responsibility for the obligations granted to the notary and how his or her arrangements will be in the future. This research is normative research research and supported by empirical research. Based on the results of this study, the obligation of a notary while still performing his / her position can be seen in article 16 of Notary Law, while notary obligation in his / her term of office will end is 65 years old and extended to 67 years, notary ending his / her term of office must report to Regional Supervisory Council and will be reported back to the Central Assembly, and appoint another notary who will serve as the protocol holder. The time limit of the Notary's responsibility for the obligations he makes is for life even if the Notary has terminated his term of office. Notary is no longer responsible for the obligations he has made to the parties if the Notary has passed away.

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGSAHAN TESIS ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ... iv

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 13 C. Ruang Lingkup ... 13 D. Tujuan Penelitian ... 14 E. Manfaat Penelitian ... 14 F. Kerangka Teori ... 15

1. Teori Kepastian Hukum ... 15

2. Teori Perlindungan Hukum ... 17

3. Teori Pertanggung Jawaban ... 18

G. Metode Penelitian ... 20

1. Jenis Penelitian ... 20

2. Sumber Data ... 20

3. Lokasi Penelitian ... 21

(14)

xiv

5. Penarikan Kesimpulan ... 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Wewenang Notaris ... 23

B. Pengangkatan Notaris, Pemberhentian Notaris, Serta Syarat Notaris Pengganti dan Pejabat Sementara Notaris ... 35

1. Syarat Pengangkatan Notaris ... 36

2. Pemberhentian Notaris ... 36

3. Syarat Notaris Pengganti dan Pejabat Sementara Notaris ... 39

C. Tanggung Jawab Notaris ... 40

1. Tanggung Jawab Notaris Secara Perdata Terhadap Kebenaran Materil Dalam Akta Yang Dibuatnya ... 42

2. Tanggung Jawab Notaris Secara Perdata atas Akta Yang Dibuatnya ... 44

3. Tanggung Jawab Notaris Berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris Dan Undang – Undang Jabatan Notaris ... 46.

4. Tanggung Jawab Notaris Dalam Menjalankan Tugas Jabatannya Berdasarkan Kode Etik Notaris ... 47

5. Sanksi Hukum Terhadap Pelanggaran Profesi Notaris ... 48

D. Asas – Asas Dalam Pelaksanaan Tugas dan Jabatan Notaris ... 49

1. Asas Kepercayaan ... 50

2. Asas Kehati-Hatian ... 50

3. Asas Pemberian Alasan ... 51

4. Asas Proposionalitas ... 52

5. Asas Profesionalitas ... 52

6. Asas Kerahasiaan Terbatas ... 52

7. Asas Persamaan ... 53

8. Asas Kepastian Hukum ... 54

9. Asas Larangan Bertindak Sewenang-Wenang dan Penyalahgunaan Wewenang ... 54

(15)

xv

E. Kode Etik Notaris ... 55

a. Kewajiban Dalam Kode Etik Notaris ... 57

b. Larangan Kode Etik Notaris ... 59

c. Pengecualian ... 63

F. Majelis Pengawas Notaris ... 67

1. Majelis Pengawas Daerah (MPD ... 69

2. Majelis Pengawas Wilayah (MPW) ... 72

3. Majelis Pengawas Pusat (MPP) ... 73

4. Majelis Kehormatan Notaris (MKN) ... 74

BAB III PEMBAHASAN A. Pertanggung Jawab Notaris Terhadap Kewajiban – Kewajiban Pada Masa Menjalankan Jabatannya dan Kewajiban – Kewajiban Notaris Yanng Akan Berakhir Masa Jabatannya ... 76

B. Jangka Waktu Tanggung Jawab Atas Kewajiban - Kewajiban Yang Diberikan Kepada Seorang Notaris Serta Pengaturannya Dimasa Yang Akan Datang ... 90

BAB IV A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara hukum, oleh karena itu segala perbuatan harus dibuktikan berdasarkan hukum. Hukum mengatur setiap hubungan masyarakat, baik hubungan antara individu dengan individu maupun individu dengan masyarakat. Tuntutan terhadap perlindungan hukum dalam kehidupan masyarakat salah satunya tercermin dalam hukum pembuktian, yaitu perlunya bukti tertulis. Kebutuhan akan pembuktian tertulis, makin meningkat sejalan dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum yang merupakan salah satu prinsip dari negara hukum.

Dalam masyarakat kita yang sangat kental dengan adat kebiasaan, peristiwa-peristiwa yang penting pada umumnya dibuktikan dengan kesaksian dari beberapa orang saksi. Biasanya, yang menjadi saksi-saksi untuk peristiwa-peristiwa itu adalah para tetangga dan teman sekampung. Mulai dari peristiwa-peristiwa dalam lingkungan keluarga, seperti perkawinan, pemberian nama kepada anak yang baru lahir, pengangkatan anak, pembagian warisan sampai peristiwa hukum, seperti jual beli, sewa menyewa dan sebagainya. Peristiwa hukum adalah peristiwa-peristiwa yang mempunyai akibat hukum atau peristiwa yang mengakibatkan timbul atau lenyapnya hak dan kewajiban.1

(17)

2

Apabila terjadi suatu sengketa dan harus dibuktikan kebenarannya, para saksi itulah yang akan membuktikan kebenarannya dengan memberikan kesaksian dalam sengketa tersebut. Namun, bagaimana jika para saksi tadi sudah tidak ada lagi, baik karena para saksi tersebut sudah meninggal dunia atau sudah pindah ke tempat lain dan tidak diketahui keberadaannya. Hal ini menimbulkan kesadaran bagi masyarakat untuk mencari perlindungan hukum terhadap peristiwa hukum yang telah mereka lakukan tersebut. Perlindungan hukum tersebut mereka wujudkan dengan mencatatkannya dalam suatu surat. Surat tersebut kemudian disebut sebagai akta. Suatu akta adalah suatu tulisan yang semata-mata dibuat untuk membuktikan sesuatu hal atau peristiwa.2

Pada umumnya setiap masyarakat dalam melakukan perbuatan hukum seperti pembuatan akta perjanjian, jual-beli, dan sewa menyewa dapat dilakukannya sendiri. Namun untuk melindungi kepentingan mereka dan untuk menjamin kekuatan pembuktian perjanjian yang mereka buat, maka diperlukannya seseorang yang dapat memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan mereka tersebut. Seseorang tersebut adalah notaris.

Keberadaan notaris bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Notaris dalam melakukan tugas dan wewenangnya untuk membuat akta autentik, bukan saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh para pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang

(18)

3

berkepentingan sekaligus bagi masyarakat secara keseluruhan.3 Para pihak

tersebut merupakan penghadap yang meminta jasa notaris dalam hal pembuatan akta autentik atas perjanjian yang mereka lakukan sebagai alat bukti apabila

Indonesia sebagai negara yang meletakkan hukum sebagai kekuatan tertinggi berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 telah memberikan jaminan bagi seluruh warga negaranya untuk mendapatkan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan pada kebenaran dan keadilan. Jaminan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum tersebut tentunya membutuhkan upaya konkret agar terselenggara dengan seksama sebagai bentuk pertanggung jawaban negara bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

Notaris merupakan pejabat publik yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, guna memberi perlindungan dan jaminan hukum demi tercapainya kepastian hukum dalam masyarakat. Pejabat umum adalah orang yang menjalankan sebagian fungsi publik negara, yang khususnya di bidang hukum perdata.

Notaris sebagai pejabat umum memiliki peran sentral dalam menegakkan hukum di Indonesia, karena selain kuantitas notaris yang begitu besar, notaris dikenal masuk kelompok elit di Indonesia. Notaris sebagai kelompok elit berarti notaris merupakan suatu komunitas ilmiah yang secara sosiologis, ekonomis,

3 Penjelasan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Penjelasannya Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4432). Hlm. 24.

(19)

4

politis serta psikologis berada dalam stratifikasi yeng relatif lebih tinggi diantara masyarakat pada umumnya. Dasar utama dari suatu profesi notaris ini adalah kepercayaan dan sebagai suatu komunitas elit demikian, para profeional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah yang berat atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Nilai lebih dari suatu profesi adalah sejauh apakah seorang professional mampu menahan godaan atas kepercayaan yang diberikan kepada mereka padahal godaan untuk menyelewengkan kepercayaan begitu besar. Landasan yang berbentuk moralitas menjadi mutlak untuk dibangun dan notaris sebagai kelompok papan atas, memiliki andil yang besar bagi masyarakat luas dan membangun moralitas4.

Notaris sebagai manusia yang bebas dan menjadi elemen penting dalam pembangunan bangsa kiranya harus ada sifat-sifat humanisme mengingat perananya yang signifikan dalam lalu lintas kemasyarakatan. Notaris sebagaai pejabat Negara yang berwenang membuat akta sedikit banyak berpengaruh pada hak dan kewajiban para pihak yang menghadap kepadanya. Adanya legalisasi dari notaris memang sangat diperlukan untuk membuktikan akan adanya suatu perbuatan serta hak dan kewajiban tertentu5.

Posisi notaris yang urgen dalam kehidupan kemanusiaan tersebut menjadikan proses seseorang menuju notaris yang ahli menjadi penting. Karenanya dalam pendidikan notariat diperhatikan pula etika notaris. Mochtar Kusumaatmadja dalam hal ini menegaskan bahwa suatu pendidikan professional

4 Abdul Ghofur, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, Yogyakarta : UII Press, hlm.1.

(20)

5

dalam pendidikan mengenai tanggung jawab dan etika professional tidaklah lengkap. Dalam bidang hukum keterampilan teknis yang mengabaikan segi yang menyangkut tanngung jawab dan dipercayakan kepadanya dan profesinya pada umumnya, serta nilai-nilai dan ukuran etika yang harus menjadi tukang-tukang yang terampil belaka di bidang hukum dan profesinya6.

Dalam rangka pembangunan moral, notaris yang merupakan profesi terhormat menjadi lekat akan etika. Dengan etikalah seorang notaris berhubungan dalam pekerjaanya. Tanpa etika notaris hanya menjadi robot mekanis yang bergerak tanpa jiwa. Karena lekatnya etika pada profesi notaris maka profesi notaris disebut sebagai profesi mulia. Berkaitan dengan pembangunan moral notaris dilakukan dengan etika dan agama sebagai dua factor yang dapat menentukan suatu keyakinan atas adanya kebenaran.

Negara Republik Indonesia sebagai Negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi setiap warga negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai perbuatan, pejanjian, penetapan, dan peristiwa hukum yang dibuat di hadapan atau oleh pejabat yang berwenang. Notaris berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan

(21)

6

notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini7.

Dalam penjelasan Undang-Undang Jabatan Notaris dinyatakan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 menentukan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum. Prinsip Negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum menurut antara lain, bahwa lalu lintas hukum dalam kehidupan masyarakat memerlukan adanya alat bukti yang menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat8.

Perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris melalui Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris dinyatakan bahwa notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya. Sehingga dapat dipahami bahwa notaris adalah pejabat umum yang secara khusus diberikan wewenang oleh undang-undang untuk membuat suatu alat bukti yang otentik (mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna)9.

Berdasarkan undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris hanya dijelaskan secara tegas bahwa notaris hanya mempunyai batasan

7 M. Luthfan Hadi Darus, 2017, Hukum Notariat dan Tanggungjawab Jabatan Notaris, Yogyakarta : UII Press, hlm.1.

8 Abdul Ghofur. Op. Cit. Hlm. 13. 9 M. Luthfan Hadi Darus Op. Cit. Hlm. 1

(22)

7

kewenangan berdasarkan kewenangan undang-undang tersebut, sementara itu berdasarkan perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris terdapat perluasan kewenangan yang diberikan kepada notaris, yakni kewenangan notaris tidak hanya sebatas pada undang-undang jabatan notaries saja tetapi juga terhadap kewenangan-kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-undang diluar Undang-Undang Jabatan Notaris.

Notaris merupakan profesi hukum, dengan demikian profesi notaris adalah suatu profesi mulia. Disebut demikian dikarenakan profesi notaris sangat erat hubungannya dengan kemanusiaan. Akta yang dibuat oleh notaris dapat menjadi alas hukum atas status harta benda, hak dan kewajiban seseorang. Kekeliruan atas akta notaris dapat menyebabkan tercabutnya hak seseorang atau terbebaninya seseorang atas suatu kewahiban10.

Notaris bertindak sebagai pelayan masyarakat sebagai pejabat yang diangkat oleh pemerintah yang memperoleh kewenangan secara atributif dari Negara untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam hubungan hukum yang terjadi antara mereka yang digunakan sebagai alat bukti akan dokumen-dokumen legal yang sah yang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Dalam pelayanannya Notaris terikat pada Peraturan Jabatan dan kode etik profesi sebagai notaris.

(23)

8

Notaris merupakan jabatan kepercayaan sekaligus sebagai salah satu profesi di bidang hukum yang bertugas memberikan pelayanan dan menciptakan kepastian dan perlindungan hukum kepada masyarakat dengan cara melakukan pembuatan akta otentik dalam suatu perbuatan hukum melakukan legalisasi terhadap surat-surat di bawah tangan. Akta otentik notaris merupakan alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang melaksanakan perbuatan hukum tertentu yang memuat hak dan kewajiban para pihak yang diuraikan secara jelas dalam akta otentik notaris tersebut11.

Pentingnya peranan notaris dalam membantu menciptakan kepastian dan perlindungan masyarakat, lebih bersifat preventif, atau bersifat pencegahan terjadinya masalah hukum, dengan cara penertiban akta otentik yang dibuat dihadapinya terkait dengan status hukum, hak dan kewajiban seseorang dalam hukum, dan lain sebagainya, yang berfungsi sebagai alat bukti yang paling sempurna di pengadilan, dalam hal terjadi sengketa hak dan kewajiban yang terkait12.

Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang kemudian dalam tulisan menggunakan istilah Undang – Undang Jabatan Notaris. Dijelaskan dalam Pasal 1 Undang-Undang Jabatan Notaris, Hamaker dalam GHS. Lumban Tobing menguraikan bahwa tugas notaris dengan menyatakan bahwa notaris diangkat untuk atas permintaan dari orang-orang yang melakukan tindakan

11 Abdul Bari Azed, 2005, Profesi Notaris sebagai Profesi Mulia, Jakarta : Media Ilmu, hlm.68. 12 Sjaifurrachamn & Habib Adjie, 2011, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan

(24)

9

hukum, hadir sebagai saksi pada perbuatan hukum yang mereka lakukan dan untuk menuliskan apa yang disaksikannya itu13.

Berdasarkan pengertian mengenai notaris serta tugas dan kewenangannya itu Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris jo Pasal 1870 KUH Perdata. Pasal 15 ayat (2) huruf e Undang-Undang Jabatan Notaris, Notaris berwenang pula memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan aktanya. Pada pasal 8 Undang-Undang Jabatan Notaris, notaris diberhentikan dengan hormat karena, meninggal dunia, permintaan sendiri, telah berumur 65 tahun dan dapat diperpanjang 2 tahun dengan pertimbangan kesehatan notaris. Akan tetapi walaupun notaris sudah tidak menjabat lagi, tidak menutup kemungkinan akta-akta yang pernah dibuat di hadapan notaris tersebut, di kemudian hari disengketakan oleh pihak ketiga atau para pihak yang berkepentingan dalam hubungan hukum, serta akibat-akibat yang dirasa menimbulkan kerugian oleh salah satu pihak.

Demi pertanggung jawaban akta notaris tersebut, dalam pasal 62 Undang-Undang Jabatan Notaris menentukan bagaimana penyerahan protokol notaris dilakukan, sedangkan menurut ketentuan umum Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Jabatan Notaris, dijelaskan tentang definisi Protokol , yaitu kumpulan dokumen yang merupakan arsip negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris. Penyimpanan protokol notaris oleh Notaris Pemegang Protokol merupakan suatu upaya untuk menjaga umur yuridis akta notaris sebagai alat

(25)

10

bukti yang sempurna bagi para pihak atau ahli warisnya tentang segala hal yang termuat di dalam akta tersebut. Pertanggung jawaban protokol tersebut secara eksplisit disebutkan dalam pasal 65 Undang-Undang Jabatan Notaris 2014 yang menyebutkan bahwa notaris, notaris pengganti dan pejabat sementara notaris bertanggung jawab atas setiap akta yang dibuatnya, meskipun protokol notaris telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak penyimpan protokol notaris.

Memperhatikan makna dari ketentuan Pasal 65 Undang-Undang Jabatan Notaris tersebut, dapat dikatakan bahwa ketentuan pasal ini merupakan ketentuan yang tidak lazim di dunia peradilan, dan menimbulkan ketidakadilan karena di Indonesia tidak dikenal tanggung gugat secara mutlak tanpa batas waktu dan ketidakadilan dalam arti tidak ada jabatan di Indonesia yang tanggung gugatnya tanpa batas. Menurut teori dari Robert B. Seidman di dalam buku Sjaifurahman dan Habieb Adjie menguraikan tentang sistem bekerjanya hukum, maka pada waktu notaris menjalankan tugas jabatannya di bidang kenotariatan, kedudukan notaris sebagai pelaksana hukum, sedangkan pada waktu notaris dikenakan tanggung gugat, kedudukan notaris sebagai yang dikenakan hukum berhadapan dengan penerap sanksi14.

Dengan kata lain bahwa pasal 65 UUJN harus diperluas dan diperjelas maknanya, agar dalam penafsiran dan penerapannya dapat memperoleh jaminan kepastian hukum, bukan saja tentang batas waktu pertanggung jawaban notaris, akan tetapi lebih luas lagi yaitu bagaimana tanggung jawab notaris atas

(26)

11

pengaduan pihak ketiga terhadap subtsansi aktanya, jika notaris tersebut telah berakhir masa jabatannya, serta bagaimana tanggung jawab pemeliharaan dan penyimpanan protokol notaris.

Untuk menentukan sampai kapankah Notaris harus bertanggung jawab atas akta yang dibuat dihadapan atau dibuat olehnya, maka harus dikaitkan dengan konsep Notaris sebagai jabatan umum. Setiap orang yang mengemban atau memangku jabatan tertentu dalam bidang apapun sebagai pelaksanaan dari suatu struktur Negara, pemerintah atau organisasi mempunyai batasan. Ada batasan dari segi wewenang dan ada juga batasan dari segi waktu, artinya sampai kapan jabatan yang diemban atau dipangku oleh seseorang harus berakhir. Khusus untuk Notaris, Notaris pengganti, Notaris pengganti khusus, dan pejabat sementara Notaris pertanggungjawabannya mempunyai batas sesuai dengan tempat kedudukan dan wilayah jabatan dan juga dari segi wewenangnya15.

Dalam penelitian ini pemberhentian Notaris yang dimaksud adalah pemberhentian seorang Notaris karena memasukki usia pensiun sesuai ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Jabatan Notaris No. 2 Tahun 2014. Usia pensiun Notaris adalah 65 tahun dan dapat diperpanjang 2 tahun sehingga seluruhnya usia kerja Notaris adalah 67 tahun sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 8 Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Jabatan Notaris No. 2

15 Herlina Effendie, 2013, Notaris Sebagai Pejabat Publik Dan Profesi, Jakarta : Pustaka Ilmu, hlm. 50.

(27)

12

Tahun 2014. Setelah Notaris memasuki masa pensiun maka ia tidak diperkenankan lagi untuk menjalankan tugas dan kewenangan dalam membuat akta autentik. Menurut Pasal 65 Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Jabatan Notaris No. 2 Tahun 2014 Notaris bertanggung jawab atas setiap akta yang dibuatnya meskipun protokol Notaris tersebut telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak menyimpan protokol Notaris. Protokol Notaris adalah kumpulan dokumen yang merupakan arsip negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris16.

Dalam hal seorang Notaris telah berakhir masa jabatannya sesuai ketentuan Pasal 8 ayat (1) huruf d dan ayat (2) Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Jabatan Notaris No. 2 Tahun 2014 protokol Notaris yang bersangkutan akan diambil alih oleh pemegang protokol Notaris baik yang ditunjuk oleh Notaris itu sendiri maupun oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) atau Menteri. Adapun kewajiban Notaris yang akan pensiun ialah memberitahukan kepada MPD secara tertulis mengenai berakhir masa jabatannya sekaligus mengusulkan Notaris lain sebagai pemegang protokol dalam waktu 180 (seratus delapan puluh) hari atau paling lambat 90 (sembilanpuluh) hari sebelum Notaris tersebut mencapai umur 65 tahun. Meskipun protokol Notaris yang telah pensiun sudah diahlihkan kepada Notaris

(28)

13

lain namun tanggung jawab atas protokol Notaris tersebut tetap berada pada Notaris yang telah pensiun tersebut17.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka akan dibahas beberapa permasalahan dalam bentuk tesis yang berjudul :

“TANGGUNG JAWAB TERHADAP KEWAJIBAN NOTARIS PADA MASA

JABATANNYA AKAN BERAKHIR”

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang seperti diuraikan di atas, maka permasalahan yang di teliti dan dianalisis adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pertanggung jawaban notaris terhadap kewajiban-kewajiban pada masa menjalankan jabatannya dan kewajiban-kewajiban notaris yang akan berakhir masa jabatannya ?

2. Sampai kapan tanggung jawab atas kewajiban – kewajiban yang diberikan kepada notaris dan bagaimana peraturannya dimasa yang akan datang?

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini sesuai dengan ditujukannya permasalahan pada tanggung jawab yang berlaku terhadap kewajiban - kewajiban notaris pada masa menjalankan jabatanya dan kewajiban - kewajiban notaris akan berakhir masa jabatannya tersebut dapat dijadikan kekuatan hukum dan sampai kapan

17 Anke Dwi Saputro, 2010,Jati Diri Notaris Indonesia Dulu, Sekarang, dan di Masa Datang, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, hlm. 40 .

(29)

14

tanggung jawab atas kewajiban-kewajibannya yang diberikan kepada notaris tersebut serta bagaimana peraturannya dimasa yang akan datang.

D. Tujuan Penelitian

Penulisan / penelitian tesis ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis bagaimana pertanggung jawaban notaris terhadap kewajiban pada masa menjalankan jabatannya dan kewajiban-kewajiban notaris yang akan berakhir masa jabatannya.

2. Untuk menganalisis sampai kapan tanggung jawab atas kewajiban-kewajibannya yang diberikan kepada seorang notaris serta bagaimana peraturannya dimasa yang akan datang.

E.Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis, memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum khususnya bidang hukum kenotariatan serta memberikan bahan tambahan untuk peneliti yang mau melakukan penelitian lebih lanjut.

b.Manfaat praktis, memberikan manfaat kepada para pihak baik untuk masyarakat umum serta sebagai masukan apabila notaris bertanggung jawab terhadap kewajiban - kewajiban disaat masih menjalankan jabatannya dan kewajiban – kewajiban notaris yang akan berakhir masa jabatannya yang dapat dijadikan kekuatan hukum serta sebagai masukan jika seorang notaris mempunyai jangka waktu yang diberikan terhadap tanggung jawab atas kewajiban-kewajiban tersebut.

(30)

15

F. Kerangka Teori

Notaris merupakan perpanjang tangan dari pemerintah dalam hal ini negara, dimana negara telah memberikan kepercayaan kepada notaris untuk menjalankan sebagian urusan atau tugas negara, khususnya dalam bidang hukum perdata. Keberadaan notaris menjawab kebutuhan masyarakat akan bantuan hukum yang netral dan berimbang sehingga melindungi kepentingan hukum masyarakat. Notaris diharapkan dapat memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat serta memberikan penyuluhan hukum, khususnya dalam pembuatan akta, sehingga masyarakat akan mendapatkan perlindungan hukum dan kepastian hukum, sehubungan dengan semakin meningkatnya proses pembangunan sehingga meningkat pula kebutuhan hukum dalam masyarakat. Dalam penelitian ini terdapat teori yang mengatur, yaitu:

1. Teori Kepastian Hukum

Kepastian hukum merupakan jaminan mengenai hukum yang berisi keadilan. Norma-norma yang memajukan keadilan harus sungguh-sungguh berfungsi sebagi peraturan yang ditaati. Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau ketetapan. Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya.

(31)

16

Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif, bukan sosiologi18.

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu19.

Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang didasarkan pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang cenderung melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian20.

18 Dominikus Rato, 2010, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, , Yogyakarta, Laksbang Pressindo, hlm.59.

19 Riduan Syahrani, 1999, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung, Penerbit Citra Aditya Bakti, hlm.23..

20 Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Penerbit Toko Gunung Agung, Jakarta, hlm.82-83.

(32)

17 2. Teori Perlindungan Hukum

Teori perlindungan hukum merupakan salah satu teori yang sangat penting untuk dikaji, karena fokus kajian teori ini pada perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat. Masyarakat yang disasarkan pada teori ini, yaitu masyarakat yang berada pada posisi yang lemah, baik secara ekonomis maupun lemah dari aspek yuridis.

Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak - hak yang diberikan oleh hukum. Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan. Hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial21.

Aturan hukum sebagai pedoman tingkah laku wajib dipatuhi para pihak dan dengan penuh rasa tanggung-jawab. Kepatuhan bukan merupakan paksaan, melainkan budaya taat terhadap ketentuan hukum. Perlindungan hukum dapat berupa keadilan yaitu kesetaraan antara semua orang, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam bentuk kebebasan hak dan kewajiban.

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subjek –

subjek hukum melalui pengaturan perundang – undangan yang berlaku dan

(33)

18

dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan Hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu22 :

a. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang – undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu – rambu atau batasan – batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

b.Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakkukan suatu pelanggaran.

3. Teori Pertanggung Jawaban

Suatu konsep terkait dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Seseorang dikatakan secara hukum bertanggung jawab untuk suatu perbuatan tertentu adalah bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatan yang berlawanan. Normalnya, dalam kasus sanksi dikenakan terhadap individu pelaku kesalahan adalah karena

perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut harus

bertanggungjawab. Adapun prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pertanggungjawaban hukum yaitu Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan

22 Muchsin. 2003. Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia. Surakarta : Magister Ilmu Hukm Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Hlm. 14

(34)

19

Unsur Kesalahan. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya Pasal 1365

yang menyatakan “tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa

kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian

itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut”, selanjutnya dalam Pasal 1366 yang menyatakan “setiap orang bertanggung jawab, bukan

hanya atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga

atas kerugian yang disebabkan kelalaian atau kesembronoannya”, dan terakhir adalah Pasal 1367 yang menyatakan “seseorang tidak hanya

bertanggung jawab, atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang

berada dibawah pengawasannya”. Keseluruhan prinsip yang dinyatakan

dalam KUHPerdata ini dipegang harus secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Pengertian hukum tidak hanya bertentangan dengan undang-undang tetapi juga kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat23.

23http://mindsetgori.blogspot.co.id/2017/07/teori-pertanggungjawaban-hukum.html. Dikutip

(35)

20

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan jalan atau cara sehubungan dengan ilmiah, dimana metode penelitian menyangkut cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian hukum adalah segala aktivitas seseorang untuk menjawab permasalahan hukum yang bersifat akademik dan praktis, baik bersifat asas-asas hukum, norma-norma hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, maupun yang berkenaan dengan kenyataan hukum dalam masyarakat.24

1. Jenis Penelitian

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan didukung penelitian empiris. Jenis penelitian Normatif adalah penelitian kepustakaan25. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan mempelajari

dan menelaah data sekunder berupa teori dan konsep hukum, bahan-bahan hukum, perundang-undangan, serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Pendekatan yuridis empiris dilakukan guna mendapatkan data lapangan (primer) sebagai pendukung.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data hukum berupa:

24 H.Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, Hlm. 17

25 Anwar. Yesmil. Dkk. 2017. Law Enforment of The Bandung Regional On The Orderliness Cleanliness, and The Beauty. Sriwijaya Law Review : Volume 1 Edisi 1. Januari 2017. Hlm.102.

(36)

21

a)Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, observasi, maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah kembali untuk menggumpulkan data-data yang akan dijadikan bahan penulisan ini26.

b)Data Skunder yaitu data yang memberikan penjelasan mengenai data primer atau yang dapat membantu dalam menganalisa data primer, berupa teori-teori, pendapat para ahli, hasil dari seminar dan pertemuan ilmiah lainya, dan hasil penelitian terdahulu yang sejalan dengan permasalahan.27

3. Lokasi Penelitian

Studi penelitian yaitu studi yang dilakukan dengan cara ikut serta turun langsung ke lapangan atau ke kantor notaris yang dipilih untuk menjalani serta menggumpulkan data-data dalam studi penelitiaan. Lokasi penelitian ini adalah Kota Palembang. Dipilihnya kota ini sebagai objek penelitian karena kota ini adalah kota yang sedang berkembang, mobilitas masyarakat yang cukup tinggi dan jumlah notaris yang cukup banyak.

4. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Data tersebut diuraikan secara

26 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, Hlm.106

(37)

22

sistematis dengan cara menghubungkan data yang satu dengan yang lainnya yang bersumber dari penelitian kepustakaan, penelitian lapangan dan wawancara28. Sehingga dapat diketahui bagaimana bentuk-bentuk tanggung

jawab notaris terhadap kewajiban-kewajiban notaris disaat menjabat sebagai notaris dan kewajiban-kewajiban notaris yang akan berakhir masa jabatannya dan sampai kapankah tanggung jawaban yang diberikan kepada notaris atas kewajiban-kewajibannya serta dan bagaimana peraturannya dimasa yang akan datang.

5. Penarikan Kesimpulan

Hasil analisis dari data yang telah terkumpul ditarik kesimpulan dengan menggunakan prosedur deduktif dan prosedur induktif. Pada prosedur induktif, proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.29 Sedangkan pada prosedur deduktif, bertolak dari

suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui (diyakini) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus.30 Kemudian hasil analisis dari prosedur induktif berupa asas umum

dikaitkan dengan hasil analisis dari prosedur deduktif yang bersifat lebih khusus untuk menarik keasimpulan dalam menjawab permasalahan.

28 Bambang Sunggono, 2010, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hlm. 119

29 Ibid. Hlm. 10 30 Ibid. Hlm 11

(38)

103

Daftar Pustaka

Buku – Buku :

Abdul Ghofur, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, Yogyakarta : UII Press, 2009.

Abdul Bari Azed, Profesi Notaris sebagai Profesi Mulia, Jakarta : Media Ilmu, 2005.

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Penerbit Toko Gunung Agung, Jakarta, 2002.

Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2012.

Andi Junianto, Notaris dan Protokol Notaris, Bandung : Eresco, 2007

Anke Dwi Saputro, Jati Diri Notaris Indonesia Dulu, Sekarang, dan di Masa Datang, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 2010, hlm. 40 .

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. C. S. T. Kansil, Modul Hukum Perdata, Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1995.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2002

Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, , Yogyakarta, Laksbang Pressindo, 2010.

E. Sumaryono. Etika Profesi Hukum : Norma – Norma Bagi Penegak Hukum. Yogakarta : Kanisius. 1995

(39)

104

G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, cet. 5, Erlangga, Jakarta, 1999.

Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris), Bandung : Refika Aditama, 2009.

Habib Adjie, Majelis Pengawas Notaris,Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, Bandung: Refika Aditama, 2011.

Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan di Bidang Hukum Perdata Buku Kedua,

Herlina Effendie, Notaris Sebagai Pejabat Publik Dan Profesi, Jakarta : Pustaka Ilmu, 2013.

H.Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

M. Luthfan Hadi Darus, Hukum Notariat dan Tanggungjawab Jabatan Notaris, Yogyakarta : UII Press, 2017.

Raden Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia suatu Penjelasan, Jakarta: RAJA Grafindo Persada, 1993

Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung, Penerbit Citra Aditya Bakti, 1999

Santia Dewi & R.M. Fauwas Diradja, Panduan Teori Dan Praktik Notaris, Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2011

Sjaifurrachamn & Habib Adjie, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, Bandung : Cv Mandar Maju, 2011.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-PRESS, 2012

Titik Wulan dan Shita Febrian. Perlindungan Hukum Bagi Pasien. Jakarta : Prestasi Pustaka. 2010.

Internet :

http://digilib.unila.ac.id/10362/12/BAB%20II.pdf.

(40)

105 http://www.informasiahli.com/2016/04/pengertian-notaris-dan-etika-profesi-notaris.html. https://ridhamujahidahulumuddin.wordpress.com/2017/05/27/makalah-profesi-notaris/. https://anzdoc.com/tanggung-jawab-notaris-yang-telah-berakhir-masa-jabatannyat.html.

http;//id.google.com/”melatih tanggung jawab.

http://wardanirizki.blogspot.co.id/2013/10/tanggung-jawab-notaris-ditinjau-dari.html,

http://millamantiez.blogspot.com/2013/04/tinjauan-terhadap-kode-etik-notaris.

Issak Laurens, www.google.com. Tugas dan Tanggung Jawab Notaris Menurut UUJN,

http://akademikita.blogspot.co.id/2016/11/bab-i-makalah-notaris.html.

Jurnal Hukum :

Anwar. Yesmil. Dkk. 2017. Law Enforment of The Bandung Regional On The Orderliness Cleanliness, and The Beauty. Sriwijaya Law Review : Volume 1 Edisi 1. Januari 2017.

Undang – Undang :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Wawancara :

Wawancara dengan Notaris – PPAT Fauzie Hadi S.H.

Wawancara dengan Notaris – PPAT H. Achmad Sarifudin, S.H., Sp.N

Referensi

Dokumen terkait

sangat dipengaruhi oleh jenis bambu yang digunakan.Tingginya persentase hidup stek cabang yang didapat pada penelitian ini disebabkan jenis bambu ampel kuning

Berdasarkan pengamatan respon ikan gabus ( C. striata ) terhadap pakan uji menunjukkan bahwa ikan gabus lebih menyukai pakan uji yang ditambahkan dengan bahan atraktan cumi

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model pembelajaran NHT

Pada SPS pasal 80 ayat (3), peringatan merupakan mekanisme bagi KPI untuk memperingatkan lembaga penyiaran agar melaksanakan sanksi penghentian sementara. Pada praktiknya,

Dengan begitu, ketika transaksi e-commerce dengan segala bentuknya telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang disebut di atas, dalam pelaksanaan akad secara umum dan

Di samping mengetahui peran, fungsi dan kegunaan mata pelajaran yang diampu seorang guru juga diperlukan untuk mampu menerapkan beberapa metode ajar sehingga paradigma pengajaran

Bayi cukup bulan atau aterm bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari).. Bayi lebih bulan atau post

Untuk itu strategi yang berpotensi dapat diambil dan dikembangkan dengan memperhatikan isu-isu strategis tersebut, yaitu: strategi SO dimana strategi yang