• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris dan hampir sebagian penduduk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris dan hampir sebagian penduduk"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara agraris dan hampir sebagian penduduk

bermatapencaharian petani, dikarenakan keadaan tanah di Indonesia yang begitu

subur. Seiring dengan perkembangan yang ada di Indonesia, laju pertumbuhan

pendudukpun semakin pesat. Hal ini menimbulkan masalah yang cukup penting

yang harus dihadapi oleh pemerintah, khususnya dinegara-negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia. Laju pertumbuhan yang cukup cepat

mengakibatkan meledaknya jumlah penduduk yang berpengaruh pada jumlah

angkatan kerja. Jumlah penduduk yang semakin besar berdampak pada

kesempatan dalam memperoleh pekerjaan yang semakin sedikit. Di Indonesia,

kebanyakan penduduknya bermatapencaharian petani. Adanya pertambahan

penduduk yang sangat pesat ini menyebabkan tanah pertanian yang ada tidak

dapat lagi mencukupi. Akibatnya, hasil usaha tidak lagi dapat mencukupi

kebutuhan keluarga dan tidak mampu menyerap kelebihan tenaga kerja yang ada.

Hal tersebut yang mendorong mereka untuk bekerja di luar sektor pertanian.1

Industri skala kecil di Indonesia merupakan bahan yang terus-menerus

dibahas dan merupakan pokok perhatian pemerintah. Keberadaan industri kecil

mempunyai arti penting, baik secara ekonomi maupun politik. Pembangunan

industri kecil dan menengah, termasuk industri kerajinan serta industri rumah

1 M. Husein Sawit., “Kerajinan Rakyat Dan Masa Depannya: DAS

(2)

tangga, perlu didorong dan dibina menjadi usaha yang makin berkembang dan

efisien, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas

lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta mampu meningkatkan peranannya

dalam menyediakan barang dan jasa dan berbagai komponen untuk memenuhi

keperluan masyarakat. Industri kecil rumah tangga sebagai salah satu pekerjaan

sampingan masyarakat desa ternyata mampu menampung tenaga kerja yang

setengah mengganggur dari sektor pertanian, membantu kehidupan petani selain

juga dapat mengatasi pengangguran di desa.2

Dengan semakin besarnya peran industri kecil dan kerajinan di dalam

masyarakat pedesaan, maka diharapkan akan mampu melahirkan hasil ganda bagi

masyarakat desa, yaitu pertumbuhan ekonomi desa secara rasional dan semakin

terbentuknya ide modernisasi, seperti masuknya teknologi baru, karena pengusaha

industri kecil tidak hanya dilihat dari pengusaha belaka, melainkan juga diembeli

dengan simbol ideal, yaitu sebagai agen of change dan juga agen of

modernization di kalangan masyarakat desa.3

Pembangunan desa yang mandiri tidak dapat dilepaskan dari ada atau tidak

adanya kelas menengah di dalam masyarakat pedesaan. Lembaga Pengembangan

Swadaya Masyarakat (LPSM) mengisi kekosongan kelas menengah di pedesaan.

LPSM dapat menjadi penggerak semangat kemandirian dalam masyarakat

pedesaan dengan cara memberikan alternatif baru dalam pembangunan pedesaan,

2 M. Dawam Rahardjo., Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan

Kesempatan Kerja, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1984), hlm. 83.

3Fachry Ali., “Pengusaha Industri Kecil dan Perubahan Sosial Desa”,

BERITA INDUSTRI, Buletin Resmi Departemen Perindustrian, Tahun XV Juni No. 3 1982, hlm. 18.

(3)

baik kepada masyarakat desa maupun kepada pihak pemerintah.4 Industri kecil pedesaan sebagai bentuk kelembagaan yang mampu menyerap tenaga kerja yang

begitu banyak dari keseluruhan kesempatan kerja di bidang industri, perlu

mendapat perhatian yang lebih besar dari pemerintah. Sebagaimana ditekankan

oleh pemerintah dalam setiap pencanangan Program Pembangunan Lima Tahun

atau Repelita, di situ selalu disinggung keterkaitan antara sektor pertanian dan

sektor industri. Dalam rangka mengemban misi pemerataan, maka pemerintah

disarankan banyak melaksanakan hasrat politiknya itu, terutama dalam

kesempatan bekerja dan berusaha.5

Industri kecil dan rumah tangga merupakan kegiatan di sektor informal

yang memiliki peran aktif dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan. Industri kecil ini memiliki arti suatu bentuk usaha yang

mempekerjakan lima sampai sepuluh orang.6 Di samping itu, industri kecil dapat

didefinisikan perusahaan yang melakukan pengolahan suatu barang sampai hasil

produksi barang aneka rupa dengan tangan, mesin ataupun secara kimia. Industri

kecil bisa dikatakan sebagai usaha dalam bentuk tradisional.

4 Loekman Soetrisno., “Negara Dan Peranannnya Dalam Menciptakan

Pembangunan Desa Yang Mandiri”, Prisma No.1, (Tahun xvii edisi Januari

1998), hlm. 25.

5 Rivanov Ardiyansyah., 2008, “Dinamika Sosial Ekonomi Masyarakat

Pengrajin Ketupat Desa Baturan Kecamatan Colomadu Karanganyar Tahun

1993-2003”,SkripsiSurakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Negeri

Sebelas Maret, hlm. 2.

6 Irsan Azhary Saleh., Industri Kecil: Sebuah Tinjauan Dan

(4)

Industri merupakan suatu usaha manusia dalam menggabungkan

bahan-bahan dari lingkungan menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia.7

Industrialisasi adalah proses meningkatnya kesempatan suatu masyarakat dan

bangsa secara keseluruhan untuk memproduksi aneka rupa barang kebutuhan

masyarakat.8 Industri kecil sendiri memiliki peranan penting dalam dunia

ketenaga kerjaan dan sebisa mungkin dilakukan usaha untuk mengembangkannya.

Hal ini dikarenakan potensi alamiyah yang besar dalam memberi andil bagi

masalah kesempatan kerja, sehingga dalam proses produksinya banyak

memerlukan tenaga kerja, di samping itu industri kecil tidak memerlukan modal

yang besar.9 Kehadiran industri kecil tersebut secara tidak langsung akan

mempengaruhi kehidupan masyarakatnya yang menyebabkan terjadinya

perubahan di dalam aspek-aspek struktur sosial, etos kerja, dimensi kesenjangan,

pembaharuan, dan moderenisasi.10 Di samping itu, terjadinya pola kehidupan

masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya, sehingga menimbulkan ide

pembaharuan dan modernisasi yang dapat menyebabkan mobilitas sosial. Adanya

pergeseran dari sektor pertanian ke sektor kerajinan menandakan adanya sifat

kelenturan masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan stuktur sosial yang baru.

Salah satu industri kecil yang mempengaruhi kehidupan masyarakatnya yang

7 Eko Punto Hendro.,Ketika Tenun Mengubah Troso, (Semarang: Bendera,

2000), hlm. 21.

8 Alan B Mountjoy., Industrialisasi dan Negara-Negara Dunia Ketiga,

(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1983), hlm. 62.

9 M. Dawam Rahardjo., “Teknologi Tepat Guna Bagi Industri Pedesaan”,

Prisma No. 6, (1979), hlm. 13.

10Schrool., Moderanisasi Dinamika Pembangunan, (Jakarta: PT.

(5)

menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat adalah kerajinan eceng

gondok yang berada di Desa Kebondowo.

Desa Kebondowo yang terletak di wilayah Kecamatan Banyubiru,

Kabupaten Semarang ini merupakan daerah sentra industri kerajinan eceng

gondok yang keberadaannya membawa pergeseran terhadap perkembangan sosial

dan ekonomi masyarakat daerah tersebut. Keberadaan eceng gondok yang

dianggap pengganggu di Rawa Pening membuat para masyarakat bergerak untuk

mengurangi keberadaan eceng gondok yang ada di rawa. Tanaman eceng gondok

selain mengurangi keindahan rawa juga mengganggu aktivitas bagi para pencari

ikan di rawa. Selain itu, tanaman ini juga menggaggu aktivitas bagi para

wisatawan yang ingin berkeliling rawa menggunakan perahu. Akibat dari yang

ditimbulkan itulah para masyarakat berusaha untuk mengurangi tanaman eceng

gondok yang ada di rawa dengan cara mengambilnya kemudian dikeringkan untuk

dijual dan dijadikan kerajinan.

Awalnya para petani eceng gondok ini hanya mengambilnya dari rawa

kemudian mengeringkannya untuk dijual ke Yogyakarta. Setelah berdirinya KUUP Karya Muda “Syarina Production”, eceng gondok dari Rawa Pening bukan

hanya dijual secara basah ataupun kering namun juga diolah dan dijual dalam

bentuk kerajinan. Ditinjau dari segi target pemasaran menjangkau pasar yang

lebih luas, sehingga peran pedagang perantara menonjol. Produk kerajinan yang

dihasilkan inipun bermacam-macam, di antaranya tas, tempat sampah, dan dalam

(6)

Kerajinan eceng gondok memberikan dampak yang besar bagi Desa

Kebondowo. Hal tersebut dapat dilihat dari makin berkembangnya kerajinan

eceng gondok, sehingga dapat menyerap tenaga kerja sekitar daerah tersebut dan

dari daerah lainnya. Hal yang dapat dibanggakan adalah pemasaran dari kerajinan

ini telah sampai ke luar negeri, seperti Malaysia, Singapore, dan Dubai.11

Perhatian pemerintah terhadap industri kecil dan kerajinan rakyat dapat

dikatakan cukup besar. Hal tersebut terlihat dengan terbentuknya industri kecil,

dan usaha yang dilakukan dalam membantu mengembangkan kerajinan eceng

gondok ini adalah dengan melakukan pembinaan dan juga pelatihan, memberi

bantuan modal dan juga menjalin kerja sama dengan para pengusaha besar untuk

pemasaran.12

Adanya keterlibatan pemerintah dalam mengembangkan industri kecil

memang sangat dibutuhkan. Mengingat ada sebagian industri kecil dan kerajinan

yang tidak dapat berkembang bahkan sampai berhenti produksinya karena

kurangnya perhatian dari pemerintah. Dalam pengembangan industri kecil diperlukan adanya sistem “bapak angkat” di mana industri kecil dapat dibina dan

dikembangkan sesuai dengan tujuannya. Pada dasarnya, industri kecil ini

diharapkan mampu mengubah perekonomian yang ada di masyarakat dari

ekonomi tradisional menuju ke arah ekonomi modern dan tercipta masyarakat

11 Wawancara dengan Bapak Slamet Triamanto selaku pemimpin KUPP

Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

12 Siti Yun Afifah., 2014,“Industri Kerajinan Serat Alam Di Kulon Progo

Tahun 1996-2012 (Studi Sejarah Ekonomi Di Desa Tanjungharjo, Kecamatan

Nanggulan)”,Skripsi Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Univesitas Negeri

(7)

dengan pertumbuhan ekonomi yang merata sesuai dengan keinginan seluruh

masyarakat Indonesia.13

Alasan pengambilan batasan temporal tahun 2004 sampai dengan 2011

adalah pada 2004 merupakan awal berdirinya salah satu kerajinan eceng gondok

yang berada di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang

yang yang dirintis oleh Bapak Slamet Triamanto dan diberi nama KUPP (Kelompok Usaha Pemuda Produktif) Karya Muda “Syarina Production”,

sedangkan tahun 2011 merupakan awal berdirinya Kampoeng Rawa yang

merupakan tempat wisata yang ada di Rawa Pening sekaligus sebagai tempat

penampung hasil eceng gondok kering dan basah dari para pencari eceng gondok

dan penampung kerajinan eceng gondok dari Desa Kebondowo.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang melatarbelakangi munculnya kerajinan eceng gondok di Desa

Kebonbowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun

2004-2011?

2. Bagaimana perkembangan kerajinan eceng gondok di Desa Kebondowo,

Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun 2004-2011?

3. Bagaimana dampak dari kerajinan eceng gondok bagi masyarakat di Desa

Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun

2004-2011?

(8)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya kerajinan di Desa

Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun

2004-2011.

2. Untuk mengetahui perkembangan kerajinan enceng gondok di Desa

Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun

2004-2011.

3. Untuk mengetahui dampak dari adanya kerajinan yang ada di Desa

Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun

2004-2011.

D. Manfaat Penelitian

Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik yang

bersifat teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan dan wawasan yang luas tentang sejarah sosial dan ekonomi yang ada

di Indonesia.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

kepentingan pendidikan dan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi kajian

(9)

ekonomi masyarakat di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten

Semarang.

E. Kajian Pustaka

M. Dawam Rahardjo dalam bukunya yang berjudul Tranformasi

Pertanian Industrialisasi dan Kesempatan Kerja (1984) membatasi peranan

industri kecil bagi pembangunan ekonomi, kedudukan industri di beberapa

negara. Industri kecil dan dimensi pemerataan dan selanjutnya juga membahas

industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Indonesia yang dasar dari

perekonomian Indonesia dewasa ini. Indutri kecil dan kerajinan rakyat sebagai

salah satu pekerjaan sampingan masyarakat desa dapat menampung tenaga kerja

yang setengah menganggur dari sektor pertanian seperti yang dijelaskan Allan

Gibert dan Josef Gugler dalam bukunya Urbainasi Dan Kemiskinan Di Dunia

Ketiga. Selain itu M. Dawam Rahardjo juga mengatakan bahwa industri kecil dan

kerajinan rakyat pada umumnya terletak di pedesaan dapat bertahan, karena

membantu kehidupan para petani.

Pada umumnya industri kecil dan kerajinan rumah tangga diusahakan oleh

keluarga dengan jumlah tenaga kerja yang tidak tetap. Menurut I nyoman Barata (1982), “Berdasarkan sensus kecil pada tahun 1974/1975 jumlah tenaga kerja

yang dipekerjakan pada industri kecil berkisar antara 1-4 orang”. Arah pentingnya

sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga ternyata mampu menyerap

tenaga kerja dengan sistem padat karya. Hal tersebut dapat membantu pemerintah

dalam mengatasi masalah kesempatan kerja dalam besarnya arus urbanisasi dari

(10)

menambah pendapatan keluarga. Hal ini sejalan dengan pendapat Mubyanto

(1983), bahwa tujuan kebijaksanaan memajukan industri kecil bukanlah

semata-mata meningkatkan nilai-nilai out put atau nilai tambah sektor kecil, tetapi lebih

membantu menciptakan kesempatan kerja sekaligus meningkatkan pendapatan

bagi masyarakat miskin di daerah pedesaan. Buku ini sangat berguna sebagai

bahan perbandingan dan juga sebagai bahan acuan untuk dapat mengetahui

tentang perkembangan industri dan dampak perubahan sosial masyarakat.

Soedjito Sosrodiharjo, dalam bukunya Transformasi Sosial menuju

Masyarakat Industri (1986), berpendapat family sistem (sistem kerja) merupakan

dasar terbentuknya industri pedesaan, dalam hal ini yang dimaksud dengan family

adalah keluarga dalam arti batin atau keluarga dalam arti kerabat. Selanjutnya

family sistem tersebut menghasilkan apa yang disebut labour intensive industri di

mana modal paling utama adalah tenaga kerja dan bahan mentah diperoleh dari

perkalangan sendiri atau tempat yang berdekatan meskipun uang turut

menentukan tetapi dibandingkan dengan kedua modal di atas modal uang sangat

terbatas atau sangat kecil jumlahnya. Sebagai akibat dari jenis industri tersebut

lebih lanjut dikemukakan oleh Soedjipto, akan menimbulkan serentetan rumah

tangga akan melakukan jenis pekerjaan yang sama secara bersama-sama pula atau

belum terdapat spesialisasi kerja. Sifat usaha tersebut pada dasarnya adalah

pekerjaan sambilan juga bersifat usaha keluarga, yaitu setiap pekerjaan selalu

dikerjakan oleh seluruh anggota keluarga.

Secara khusus buku ini tidak membahas secara menyeluruh mengenai

bentuk usaha yang bersifat kerajinan atau industri kecil. Dari pembahasan tersebut

(11)

Disebutkan bahwa perubahan-perubahan masyarakat berjumlah sama menurut

pola setahap demi setahap dalam sikap dan tingkah laku anggota-anggota

masyarakat, bukan dalam pendapat serta produksi seperti biasanya ditunjukkan

oleh ahli ekonomi dalam analisa-analisa tentang proses pertumbuhan. Buku ini

sangat berguna sebagai bahan perbandingan dan juga sebagai bahan acuan untuk

dapat mengetahui tentang perkembangan industri dan dampak perubahan sosial

masyarakat.

Sosiologi Pedesaan karya Sajogyo dan Pujiwati Sajogyo tahun 1992. Buku

ini menjelaskan tentang konsepsi sosial budaya yang dijadikan pedoman bertindak

oleh masyarakat. Buku ini juga menyoroti tentang keadaan alam di pedesaan yang

ada di Indonesia yang berasal dari penelitian langsung kemasyarakatan pedesaan.

Buku ini mengupas tentang proses-proses sosial yang ada di dalam masyarakat

pedesaan baik itu proses pembaharuan antar pola kebudayaan, kerja sama, dan

struktur sosial yang ada di dalam masyarakat pedesaan. Pembahasan tentang

konsepsi sistem status dan pelapisan masyarakat juga dijelaskan dalam buku ini,

yaitu hubungan antara masyarakat yang terjadi di pedesaan, arti keluarga dan

peranan wanita serta dua jenis proses yang secara khusus disoroti (komunikasi

disatu pihak dalam pola tradisional, hubungan bapak dan pengikut, dilain pihak

lewat media massa). Selain itu, pada akhir bab mengupas tentang

masalah-masalah yang timbul pada masyarakat pedesaan baik itu petani gurem dan buruh

tanah tak bertanah dengan golongan masyarakat pedesaan. Buku ini sangat

berguna sebagai bahan perbandingan dan juga sebagai bahan acuan untuk dapat

(12)

Astrid Susanto, dalam bukunya yang berjudul Perubahan Sosiologi dan

Perubahan Sosial (1999), Perubahan masyarakat dalam arti luas diartikan sebagai

perubahan atau perkembangan dalam arti positif maupun negatif. Besar kecilnya

pengaruh yang menyebabkan perubahan di pedesaan itu tergantung pada besar

kecilnya pengaruh yang masuk ke desa tersebut. Negara-negara berkembang

biasanya adalah negara-negara bekas jajahan, sejak memperoleh kemerdekaannya

mereka harus menentukan nasibnya sendiri dalam segala bidang. Hal ini

merupakan permulaan dari perubahan besar-besaran dalam bidang mental, sosial,

dan politik. Buku ini sangat berguna untuk mengetahui

permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat di pedesaan.

Skripsi yang berjudul Industri Kerajinan Serat Alam Di Kulon Progo

Tahun 1996-2012 (Studi Sejarah Ekonomi Di Desa Tanjungharjo, Kecamatan

Nanggulan)karya Siti Yun Afifah Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan

Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret. Skripsi tersebut menguraikan tentang

perkembangan industri serat alam yang menyangkut strategi pemerintah dalam

pemberdayaan masyarakat di Desa Tanjungharjo, Kecamatan Nanggulan,

Kabupaten Kulon Progo. Pada skripsi ini dijelaskan bahwa perkembangan

ekonomi masyarakat desa diarahkan pada kerajinan serat alam dan juga dibahas

mengenai dampak perubahan sosial masyarakat Desa Tanjungharjo, Kecamatan

Nanggulan. Skripsi ini sangat berguna sebagai bahan perbandingan dan juga

sebagai bahan acuan untuk dapat mengetahui tentang perkembangan industri dan

(13)

F. Metode Penelitian

Suatu penelitian ilmiah perlu didukung dengan metode agar apa yang

dibuat dan dikerjakan masuk dalam suatu sistem yang terencana dan teratur.

Metode sejarah memerlukan beberapa tahapan yang harus dilakukan agar hasil

dari penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Metode juga erat

kaitannya dengan prosedur, proses atau teknik yang sistematis untuk melakukan

penelitian disiplin tertentu. Hal itu bertujuan agar mendapat objek penelitian.14

Memahami peristiwa-peristiwa pada masa lampau sebagai fakta sejarah

masih memerlukan tahapan proses. Penelitian sejarah menggunakan pandangan

yang didasarkan pada metode sejarah. Metode sejarah merupakan metode

kegiatan mungumpulkan, menguji, dan menganalisis secara kritis rekaman dan

peninggalan masa lampau, kemudian merekonstruksi data-data yang diperoleh

tersebut sehingga menghasilkan suatu historiografi (penulisan sejarah).15

Metode sejarah memiliki empat tahapan, yaitu : heuristik, kritik sumber,

interpretasi, dan historiografi.

1. Heuristik

Tahapan heuristik adalah tahapan pencarian, penemuan, pengumpulan

sumber atau data-data yang diperlukan. Penelitian dan penulisan skripsi ini

menggunakan metode pengumpulan sumber melalui wawancara dan studi

14Suhartono W. Pranoto., Teori & Metodologi Sejarah, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2010), hlm. 11.

15Louis Gottshalk., Mengerti Sejarah, (Jakarta: Universitas Indonesia

(14)

pustaka. Sumber tersebut tentunya yang berkaitan dengan masalah kerajinan

eceng gondok yang berada di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru,

Kabupaten Semarang.

a. Wawancara

Teknik wawancara digunakan oleh untuk mendapat keterangan yang

diperlukan dalam penelitian mengingat keterbatasan dokumen yang tertulis yang

dapat penulis temukan dalam penelitian. Pemilihan informan dilakukan untuk

mendapatkan keterangan mengenai diri pribadi, pendirian ataupun pandangan dari

individu yang diwawancarai.16 Wawancara dilakukan dengan Susilo (Kepala Desa

Kebondowo), Saiful (pegawai Balai Desa Kebondowo), dengan pemilik usaha

kerajinan eceng gondok yaitu, Slamet Triamanto, selain itu wawancara juga

dilakukan dengan parapekerja kerajinan eceng gondok, antara lain: Diah Eka Sari

(Sekretaris), Ahmad amsori (Bendahara), Marmi (Penyedia Bahan Baku Eceng

gondok), Supriyanto (Pegawai), Maskun (Pegawai), dan Mahmudi (Pegawai).

Wawancara juga dilakukan kepada Pemimpin Kampoeng Rawa yaitu Agus

Sumarno dan Kepala PLTA Jelok Supomo Budoyo, serta Sudirman sebagai

pegawai PLTA Jelok. Wawancara yang dilakukan dengan informan-informan

tersebut bertujuan menggali atau mencari informasi data-data pribadi dan

keterangan-keterangan lisan dari subyek yang diwawancarai, dengan

bercakap-cakap dan bertatap muka.

16 Koentjaraningrat., Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT.

(15)

b. Studi Pustaka

Studi ini menggunakan arsip karena dalam metodologi disiplin sejarah,

posisi arsip sebagai sumber sejarah menempati kedudukan yang tertinggi

dibanding sumber lainnya, dan bisa dikatakan sebagai sumber primer. Hal itu

didasarkan karena arsip diciptakan pada masa yang sezaman, juga sebagai

first-hand knowledge yang kredibilitasnya dapat diandalkan. Dalam tahap ini,

arsip-arsip yang diperoleh antara lain : monografi dan demografi Desa Kebondowo,

Peta Desa Kebondowo, Peta Kecamatan Banyubiru, AD/ART Kampoeng Rawa,

dan Akta pendirian Kampoeng Rawa.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka ialah teknik pengumpulan data dengan menggunakan

literature dan referensi sebagai bahan informasi untuk mendapatkan teori dan data

sekunder yang baru sebagai pelengkap data yang tidak dapat diperoleh melalui

wawancara pada sumber data penelitian. Sumber studi pustaka berupa buku,

majalah dan situs yang berkaitan dengan masalah penelitian, kemudian membaca,

menyeleksi, menelaah dan mengolahnya untuk dituliskan ke dalam bentuk

penulisan skripsi. Studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Prodi Ilmu Sejarah,

Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret dan Perpustakaan

(16)

2. Kritik Sumber

Tahapan kritik sumber yaitu usaha mencari keotentikan data yang

diperoleh melalui kritik intern maupun ekstern.17 Hal itu dilakukan dengan tujuan

mencari kebenaran dari sumber-sumber sejarah yang terkumpul setelah

diklasifikasi sesuai dengan tujuan penelitian dan penulisan skripsi

a. Kritik Intern

Kritik intern dilakukan untuk mencari kevalidan dari isi sumber, sehingga

nantinya dapat ditentukan layak tidaknya isi sumber tersebut untuk dijadikan

sebagai bahan penelitian. Pengujian terhadap aspek isi dari sumber sangat

menentukan agar nantinya diperoleh data-data yang terpercaya.

b. Kritik Ekstern

Kritik ekstern digunakan untuk mencari keabsahan sumber atau otentitas.

Kritik eksternal ini dimaksudkan sebagai kritik atas asal-usul dari sumber dan

suatu pemeriksaan keaslian atas sumber sejarah apakah sumber itu telah diubah

atau tidak.18

3. Interpretasi

Tahapan interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang

dimunculkan dari sumber-sumber yang telah terseleksi melalui kritik sumber.

Tujuan dari interpretasi ialah menyatukan fakta-fakta yang diperoleh melalui data

dan sumber sejarah (wawancara), kemudian fakta tersebut disusun bersama

17 Dudung Abdurrahman., Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos

Wacana Ilmu, 1999), hlm. 58.

18 Sjamsuddin. H., Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm.

(17)

teori kedalam interpretasi yang menyeluruh. Dalam tahap ini digunakan

pendekatan interdisipliner, yaitu bentuk pendekatan dalam penelitian sejarah yang

menggunakan bantuan disiplin ilmu lain dengan tujuan mempertajam analisis.

Beberapa ilmu yang digunakan sebagai ilmu bantu dalam pembahasan tersebut

diantaranya ilmu sosiologi, dan ilmu ekonomi. Ilmu sosiologi dipergunakan untk

membahas perubahan-perubahan yang terjadi sehubungan dengan penerapan

teknologi terhadap kerajinan eceng gondok. Ilmu ekonomi digunakan untuk

melihat kehidupan ekonomi serta tindakan-tindakan ekonomi pengusaha kerajinan

eceng gondok dalam memajukan usahanya.

4. Historiografi

Tahapan historiografi yaitu tahapan terakhir dari serangkaian tahapan,

mulai dari tahap heuristik, kritik sumber, intepretasi sampai pada tahap penulisan

sejarah. Penulisan sejarah dihasilkan melalui pemikiran kritis dan analisis dari

fakta-fakta yang telah disusun melalui proses pengujian dan penelitian terhadap

sumber-sumber sejarah, yang kemudian disajikan menjadi sebuah tulisan sejarah

berupa skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dimaksudkan untuk lebih memudahkan memahami

dan mempelajari penulisan ini, yang akan diuraikan dalam bab-bab secara

(18)

Bab I, Pendahuluan, mencakup latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, maanfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, membahas tentang deskripsi wilayah penelitian, antara lain: Desa

Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, PLTA Jelok, dan

Kampoeng Rawa.

Bab III, dalam bab ini dibahas muncul dan berkembangnya kerajinan

eceng gondok di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang

tahun 2004-2007 dan pada tahun 2007-2011.

Bab IV, membahas dampak dari adanya kerajinan eceng gondok bagi

masyarakat di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang

tahun 2004-2011.

Bab V, merupakan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah

dibahas sekaligus jawaban atas pertanyaan dalam permasalahan yang

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa hal yang didapatkan ialah bahwa di Pasar Bantul tidak banyak penjual sayuran dan jajanan yang berada di pinggir jalan.. Selain itu, proses tawar menawar juga terjadi

Dari identifikasi masalah perlu dilakukan pembatasan masalah agar diperoleh analisis yang lebih mendalam, maka penulis membatasi masalah dalam penelitina ini yaitu studi tentang

Agar agroindustri kecil mampu berkembang dan bertahan untuk ke depannya, maka perlu dilakukan penelitian tentang kinerja, nilai tambah dan strategi pengembangan agroindustri

Teknik LAMP menyediakan uji yang lebih cepat dengan hasil akhir visualisasi warna yang dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan alat lain sehingga potensial

Waktu larut tablet efervesen dari masing- masing formula memiliki waktu yang berbeda, hal ini disebabkan pada saat proses pengolahannya dilakukan secara manual sehingga

Dan beberapa faktor yang berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena dapat berupa jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui vena seksi, kateter yang terpasang

Jumlah usahatani yang meningkat, kondisi iklim yang bagus, tidak memerlukan lahan yang luas, bahan baku yang mudah didapat, jumlah permintaan yang banyak dan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perbendaharaan kepustakaan IAIN Tulungagung dan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya