• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat, riset, cerita cerita legenda, kisah kisah inspiratif populer,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat, riset, cerita cerita legenda, kisah kisah inspiratif populer,"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Cerita dalam film dapat berasal dari berbagai sumber, diantaranya pengalaman pribadi penulis naskah, kisah nyata yang menarik yang berlangsung di masyarakat, riset, cerita – cerita legenda, kisah – kisah inspiratif populer, pemberitaan, dan buku atau novel. Salah satu judul film yang meraih kesuksesan

di tahun 2015 adalah Insurgent. Insurgent adalah film petualangan dan fiksi

ilmiah Amerika Serikat yang diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Veronica Roth.

Insurgent mengisahkan tentang kehidupan manusia di Chicago yang hidup terbagi menjadi lima kelompok masyarakat yang dalam film ini disebut

sebagai faction (faksi), yaitu: abnegation (penolong tanpa pamrih), amity (pecinta

damai), candor (penegak keadilan), dauntless (pejuang tangguh), dan erudite

(cendekia). Lima faksi terbentuk setelah masa sulit masyarakat dunia. Kelima faksi ini hidup terisolir dari dunia luar dibalik tembok yang mengelilinginya.

Insurgent akan melanjutkan petualangan Tris (Shailene Woodley) dan

Four (Theo James) dalam film sebelumnya, Divergent. Tris mencoba mengatasi

rasa bersalah karena telah membunuh Will,meskipun hal itu untuk membela

diri. The Group, terutama Tris dan Four, sulit untuk mematuhi aturan di amity

yang melarang penggunaan senjata mereka akhirnya harus melakukan pelarian lagi.

(2)

Tris dan Four yang kini menjadi target buruan Jeanine (Kate Winslet) berusaha melawan dengan mencari faksi baru untuk bersama – sama menumbangkan Jeanine. Tidak hanya diburu, Tris juga harus berusaha

melindungi orang – orang yang dicintainya.1

Film ini menggunakan latar belakang masa berlangsungnya pada era distopia. Distopia sendiri adalah era masyarakat fiktif yang merupakan antitesis dari utopia. Masyarakat distopia umumnya hidup di bawah pemerintah yang totaliter atau otoriter, atau diawasi di bawah pengawasan sosial yang ketat dan menindas. Distopia biasanya terjadi pada masa depan bayangan atau sejarah alternatif, dan eksis akibat perbuatan manusia (merujuk kepada kesalahan yang dilakukan atau malah hanya merujuk kepada tindakan manusia yang sekadar berdiam diri dalam menghadapi masalah). Distopia sebagai latar belakang terjadinya peristiwa juga terdapat dalam beberapa film luar negeri sebelumnya,

diantaranya film The Hunger Games dan Maze Runner. Diangkatnya distopia

sendiri sebagai garis besar sebuah film tidak menutup kemungkinan akan melahirkan sebuah genre ataupun sub-genre film tersendiri.

Selain itu unsur lain dalam film Insurgent yang membuatnya berbeda

dari film bertema distopia lainnya adalah adanya sistem faksi di dalamnya. Dalam realita sistem faksi seolah merepresentasi sistem kasta pada masyarakat yang sudah dikenal selama ini, diantaranya pada masyarakat Hindu dan masyarakat Afrika Selatan pada era aparteid dimana keduanya memliki garis besar yang sama, yakni masyarakat dikelompokkan atas klasifikasi tertentu. Pengelompokkan

1

Diakses pada 1 Desember 2015, pukul 07.56 dari http://www.21cineplex.com/insurgent-movie,3792,15INST.htm

(3)

masyarakat pada film ini didasari oleh uji individu terhadap serangkaian tes yang sifatnya virtual dengan menggunakan alat – alat canggih bernuansa futuristik.

Insurgent menceritakan mengenai eksperimen manusia dimana manusia

dijadikan subjek dan objek penelitian secara langsung oleh manusia lainnya dengan tujuan untuk menemukan jenis manusia yang paling tangguh yang mampu bertahan hidup di kondisi dunia yang semakin sulit. Namun bagaimanapun juga eksperimen yang dilakukan dengan manusia sebagai objeknya merupakan hal yang tidak manusiawi. Konsep tentang eksperimen manusia ini juga terjadi pada

film Maze Runner dengan tujuan yang sama. Perbedaan eksperimen manusia pada

film Insurgent dan Maze Runner adalah pada film Insurgent eksperimen

berlangsung secara alami dari sifat dasar yang timbul dari masing – masing faksi yang diantaranya memiliki kecenderungan menindas dan ditindas atau dengan kata lain subjek saling menguji subjek tanpa mereka sadari, sedangkan dalam film

Maze Runner subjek penelitian diuji dengan serangkaian tes yang dilakukan oleh para pelaku eksperimen.

Film ini juga megandung pehamahan umat manusia yang mengontrol umat manusia lainnya dengan mensimulasikan dunia yang kelihatannya baru tanpa memberikan penjabaran terhadapa keadaan dunia sebenarnya secara utuh. Hal ini seperti meniru konsep neo-kolonialisme yang merupakan praktek dari kolonialisme dimana penjajahan tidak lagi berupa penindasan secara terang – terangan namun dapat berupa kontrol dari berbagai bidang, yakni ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Hal ini tergambar dalam kondisi film

(4)

sebuah tembok terisolir yang pada kenyataannya di luar tembok tersebut hidup masyarakat yang sedang memantau apa yang terjadi pada masyarakat kelima faksi

tersebut. Secara garis besar Insurgent merupakan film yang menarik dan memiliki

banyak liku di dalamnya apalagi ceritanya ditunggu oleh mereka yang

menyaksikan sekuel sebelumnya, Divergent.

Film sendiri merupakan media komunikasi massa populer yang menyajikan hiburan sebagai fungsi utamanya. Menurut UU No. 23 Tahun 2009 tentang Perfilman, Pasal 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat

dipertunjukan.2

Menonton film dapat memberikan kesenangan tersendiri bagi penikmatnya. Menonton film disukai masyarakat karena film merupakan media komunikasi yang mencakup unsur gambar dan suara yang untuk menikmatinya kita hanya perlu duduk dan menyaksikannya. Di sisi lain film juga banyak memberikan manfaat dan kemudahan bagi kita, misalnya mempelajari hal – hal baru, merangsang daya imajinasi, mempelajari sejarah, memberikan gambaran dan pelajaran bagi anak, memahami bahasa dan kebudayaan asing, serta memperluas wawasan.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan hiburan dengan berkembangnya kebudayaan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Maraknya pemberitaan mengenai isu – isu hangat dari dalam dan luar negeri

2

(5)

memicu keingintahuan yang lebih bagi masyarakat. Dari mulai isu – isu di dunia politik, ekonomi, sosial, budaya, seni, hingga sosialita seperti selalu punya penikmatnya tersendiri yang selalu menyimak pemberitaannya.

Bentuk komunikasi di masyarakat pun semakin meluas dan kompleks saat ini. Jika dahulu komunikasi interpersonal merupakan komunikasi utama yang dilakukan masyarakat negeri ini untuk berinteraksi, saat ini masyarakat lebih mengandalkan kemampuan perangkat selularnya masing – masing dalam berinteraksi dan memperoleh informasi. Hal tersebut menjadi pemandangan yang sudah wajar dan serta menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat saat ini, khususnya. Selain itu kemampuan dalam sisi hiburan yang ditawarkan perangkat – perangkat tersebut juga dapat diandalkan untuk menghilangkan kejenuhan.

Komunikasi seringkali diartikan sebagai komunikasi fisik dalam artian perhubungan, misalnya “sarana komunikasi” maka yang dimaksud adalah lapangan terbang, terminal, jalan raya, dan sebagainya. Pengertian komunikasi yang dimaksudkan dalam kaitan ini adalah komunikasi sosial yang mempunyai penegertian: “proses dimana individu/komunikator mengoperkan perangsang – perangsang biasanya lambang bahasa untuk mengubah tingkah laku individu –

individu yang lain” (Carl I. Hovland).3

Film merupakan sebuah media komunikasi massa yang membawa pesan – pesan tertentu yang dikemas dengan sentuhan artistik di dalamnya. Film juga dapat berisi nilai – nilai dan pembelajaran bagi penontonnya. Oleh karena itu film

3

Universitas Padjadjaran. Jurnal Komunikasidan Informasi, Dunia Komunikasi Dunia Kita.

(6)

dapat dipilih sebagai media penyampai aspirasi atau pun pesan - pesan tertentu yang ingin diwujudkan.

Film bisa jadi sangat menyentuh dan membawa penontonnya masuk ke dalam cerita di dalamnya. Hal tersebut dikarenakan film adalah karya sinematografi yang dibuat oleh para pelaku industri kreatif, baik profesional maupun amatir dengan arahan sutradara yang sebelumnya telah mempertimbangkan segala aspek yang ditampilkan, dari mulai cerita, gambar, hingga suara latar belakang yang dapat membangun ataupun memperkuat suasana sebuah bagian dalam sebuah cerita.Selain berisi unsur audio dan visual, film juga terdiri dari campuran dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian.

Film memiliki banyak ragam (genre) yang menyebabkan film memiliki penggemar setianya tersendiri. Film dikelompokkan pada jenis film cerita, film

berita, film dokumenter, dan film kartun.4

Adapun genre film lainnya, diantaranya : film aksi, film drama, film horor, dan film komedi. Film aksi adalah film yang dalam alur ceritanya identik dengan adegan berkelahi, dan kejar – kejaran antara tokoh protagonis dan antagonis. Film drama adalah film yang menyajikan cerita yang menyentuh sisi kemanusiaan yang dapat membuat penontonnya meresapi kejadian di dalam cerita hingga menghadirkan rasa empati dalam diri. Film horor adalah film yang dapat menghadirkan suasana yang menyeramkan dan mencekam lewat cerita, suasana, dan setiap adegan di dalamnya. Film komedi merupakan film yang ditujukan untuk mengahdirkan senyum dan tawa penontonnya. Film komedi berbeda dengan

4

Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah.Komunikasi Massa Suatu Pengantar : Edisi Revisi.

(7)

program komedi yang sering ditayangkan di televisi. Program komedi tidak selalu terikat dengan alur cerita sedangkan film komedi memiliki alur ceritanya tersendiri.Selain itu masih ada genre film lainnya, yakni : kriminal, epik, musikal, fantasi, jagal, dan sebagainya.

Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respons terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan untuk cara menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan

(biasanya) terhormat.5

Sebuah film dapat berpengaruh bagi masyarakat ataupun bagi dunia film itu sendiri. Misalnya dua film yang ditulis dan diproduseri oleh Nakoula Basseley

Nakoula yang berdurasi sekitar empat belas menit berjudul The Real Life of

Muhammad dan Muhammad Movie Trailer pada tahun 2012 yang menghadirkan

pertentangan keras dari kaum muslim karena film tersebut menceritakan tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW dalam penggambaran yang merendahkan dan mengada – ada. Kedua film tersebut memicu reaksi protes warga muslim di Mesir dan negara – negara Arab lainnya yang berujung pada jatuhnya ratusan korban dan puluhan korban jiwa. Namun ada pula film yang berdampak positif bagi masa

depan dunia perfilman itu sendiri, salah satunya adalah filmKing Kong pada tahun

1933 yang menceritakan tentang perjuangan makhluk primata berukuran raksasa yang menghuni sebuah pulau yang menyukai daningin hidup bersama seorang wanita bernama Ann Darrowhingga akhirnya mati di tengah daerah perkotaan. Film ini menjadi salah satu pelopor film dengan penggarapan efek visual yang

5

(8)

serius hingga banyak menginspirasi film – film baru bertema fantasi dan petualangan setelahnya.

Dari hal-hal di atas peneliti berusaha mengungkap beberapa asumsi yang

mungkin timbul setelah menyaksikan film Insurgent, diantaranya tentang konsep

masyarakat distopia yang merupakan latar belakang film tersebut serta hubungannya dengan realita yang ada di dunia.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah konsep masyarakat distopia.

1.3 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dimaksudkan untuk mendeskripsikan gejala – gejala yang mendasari topik penelitian. Dari latar belakang penelitian diperoleh beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kehidupan masyarakat fiktif dalam sistem sosial terklasifikasi

dalam sebuah sistem faksi?

(9)

1.4 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan beberapa hal berikut :

1. Mendeskripsikan teks, gambar, maupun konten dalam film “Insurgent”.

2. Ingin mendeskripsikan konsep masyarakat distopia film “Insurgent”.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu komunikasi dan menambah khazanah keilmuan khususnya di bidang komunikasi massa serta menjadi referensi bagi penelitian relevan berikutnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan masukan bagi para insan perfilman Indonesia untuk dapat produktif sekaligus kreatif pada genre-genre film yang masih belum banyak digarap.

1.5.3 Manfaat Sosial

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan masukan bagi masyarakat umum tentang pentingnya memahami nilai – nilai tersirat yang terdapat dalam sebuah film sebagai salah satu cara mawas diri dari kemungkinan timbulnya pengaruh negatif di dalamnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dataran tinggi Dieng dengan obyek wisata yang berada di sekitar kawah-kawah aktif dengan Aksesabilitas, Amenitas dan atraksi berada di kawasan vulkanis serta lereng- lereng,merupakan

Sebagaimana telah termaktub di atas, bahwa dunia Islam, menurut Jam ā l ad-D ī n, manakala ingin mengalami renaissance dalam bidang intelektual seperti Barat,

Saat ini perlu adanya program pemerintah dalam upaya meningkatkan dayasaing kedelai lokal terhadap kedelai impor, yaitu dengan menekan laju impor dan meningkatkan kesempatan

Guru Kepala Sekolah Pengawas Berhenti Pensiun *201512487380*. UKG

Untuk simulasi daerah downcomer, kondisi awal diasumsikan dengan posisi udara masuk dan gabah masuk berada pada posisi yang sama sehingga kondisi pengeringan dari lapisan 0 (udara

Untuk melihat komoditas buah- buahan di Kabupaten Majalengka pada tahun 2006 adalah sebagai berikut: produksi rambutan sebesar 996,00 ton dengan rata-rata

Terbukti setelah kampung Malon dapat mengembangkan batik Semarang dengan ciri khas yang baru, yaitu menggunakan warna dari baham alam, kampung ini ditetapkan menjadi

Penanaman pohon mangrove sebanyak 10000 pohon di Pulau Untung Jawa dan 5000 pohon di Pulau Lancang oleh Universitas Terbuka pada program Pengabdian kepada Masyarakat