• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kepatuhan Asupan Cairan dan Diet Rendah Kalium pada Pasien Hemodialisa di RS PKU Aisyiyah Boyolali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Kepatuhan Asupan Cairan dan Diet Rendah Kalium pada Pasien Hemodialisa di RS PKU Aisyiyah Boyolali"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KEPATUHAN PEMBATASAN ASUPAN

CAIRAN DAN DIET RENDAH KALIUM PADA PASIEN

HEMODIALISA DI RS PKU AISYIYAH BOYOLALI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

VILLY LIZA AVYANI J210160030

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

GAMBARAN KEPATUHAN ASUPAN CAIRAN DAN DIET RENDAH KALIUM PADA PASIEN HEMODIALISA DI RS PKU

AISIYIYAH BOYOLALI

Abstrak

Chronic Kidney Disiase (CKD) kegagalan dalam fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan elektrolit akibat kerusakan struktur ginjal yang progresif. Adapun penatalaksanaan gagal ginjal kronis adalah dengan melakukan terapi hemodialisa. Keberhasilan Hemodialisa didukung dengan adanya kepatuhan terhadap asupan cairan dan asupan nutrisi (diet) rendah kalium. Tanpa adanya pembatasan cairan, akan mengakibatkan cairan menumpuk dan akan menimbulkan edema diseluruh tubuh, kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung dan pada pasien GGK biasanya hiperkalemia sehingga mengakibatkan distrimia (henti jantung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepatuhan asupan cairan dan untuk mengetahui kepatuhan asupan nutrisi (diet) rendah kalium pada pasien hemodialisa di RS PKU Aisiyiyah Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian

diskriptif kuantitatif. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah responden 38 responden. Metode Pengambilan sampel menggunakan kuesoner sedangkan intrumen untuk penilaian IGWD pada penelitian ini menggunakan timbangan berat badan di unit Hemodialisis RS Aisyiyah Boyolali dan dan peneliti menggunakan lembar pencatatan yang digunakan untuk mencatat berat badan pasien post hemodialisis sebelumnya dan pre hemodialisis sekarang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 92% kurang patuh terhadap asupan cairan dan 89% tidak patuh terhadap asupan nutrisi (diet). Kesimpulannya pasien GGK yang menjalani terapi hemodilisia di RS PKU Aisiyah Boyolali Kurang Patuh terhadapa supan cairan dan asupan nutrisi (diet) rendah kalium.

Kata kunci : Kepatuhan, Hemodialisa, Asupan Cairan, Asupan Diet Rendah Kalium

Abstract

Chronic Kidney Disease (CKD) fails in kidney function to maintain electrolyte fluid balance which causes progressive damage to the kidney structure. Management of chronic kidney failure is by doing hemodialysis therapy. The success of Hemodialysis is supported by contributions to fluid intake and low potassium nutritional (diet) intake. Without the presence of fluids, will release the accumulating fluid and will cause edema throughout the body, this condition will make blood pressure increase and aggravate the work of the heart and in patients with chronic renal failure, hyperkalemia can cause dystrimia (cardiac arrest. To find out the need for low potassium nutritional intake in the diet hemodialysis

(6)

2

patients at PKU Aisiyiyah Boyolali Hospital.This study is a quantitative descriptive study.The sampling method uses a total sampling technique with a total of 38 respondents.This study uses weight scales in the Hemodialysis unit of Aisyiyah Boyolali Hospital and the researchers used a recording sheet used to record post-hemodialysis patients' previous and pre-hemodialysis body weight, ie 92% less adherent to fluid intake and 89% non-adherent to nutrient intake, in conclusion GGK patients who monitor hemodilisia therapy in PKU Aisiyah Boyolali Hospital are less Obedient to fluid intake and Low potassium nutrition.

Keyword : Obedience, Hemodialysis, Fluid Intake, Low Potasium Diet

1. PENDAHULUAN

PTM (Penyakit Tidak Menular) adalah penyakit yang cara penularannya tidak ditularkan dari manusia kemanusia, dan perkembangan penyakit ini tidak menular, cenderung lambat dan berdurasi panjang. Penyakit tidak menular antara lain adalah asma, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), kanker, stroke, batu ginjal, penyakit sendi, jantung koroner, hipertiroid, hipertensi dan gagal ginjal kronis (Riskesdas, 2018). Salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang memiliki angka kesakitan cukup tinggi yaitu Gagal Ginjal Kronis (GGK) (Permatasari & Maliya, 2019).

Penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita di Indonesia. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 oleh Badan Penelitian dan pengembangan masyarakat menunjukan bahwa penderita penyakit gagal ginjal di Indonesia sebesar 3,8 % naikdari 2.0% padatahun 2013 .

Prevalensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur, dengan peningkatan tajam pada kelompok umur 65-74 tahun (8,23%) dibandingkan kelompok umur lainnya. Prevenlensi laki-laki (4,17%) lebih tinggi dari pada perempuan (3.52%), prevelensi lebih tinggi terjadi pada masyarakat perkotaan (3.85%), tidak bersekolah (5,73%), tidak bekerja (4,76%). Provinsi dengan prevelensi tertinggi adalah Kalimantan Utara, Maluku Utara dan diikuti provinsi Sumatera Utara (Risekesdas, 2018).

Menurut Riskesdas 2018 prevalensi penyakit ginjalkronis (permil) berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun, Jawa Tengah

(7)

menduduki posisi ke-15 dengan presentase 4.0%. Penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai bukti stuktural atau gangguan fungsi ginjal selama 3 bulan atau lebih, umunya progresif dan ireversible, mempengaruhi banyak jalur metabolisame(Kalantar-zadeh, Ph, Fouque, & Ph, 2017).

Pada penderita Gagal Ginjal tahap akhir memerlukan terapi untuk dapat menggantikan fungsi ginjal sehingga kehidupan dapat dipertahankan, ada pun salah satu terapinya adalah hemodialisa (HD),Hemodialisa atau cuci darah adalah terapi pengganti ginjal untuk membersihkan sisa metabolik yang ada didalam darah, terapi ini paling sering digunakan pada penderita gagal ginjal kronik dengn tujuan untuk memperpanjang dan memperbaiki kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik(Permatasari & Maliya, 2019). Faktor pendukung dalam keberhasilan hemodialisa antara lain membatasi konsumsi cairan dan juga diet rendah kalium.

Indikasi untuk dialisis meliputi; kegagalan penanganan konservatif, mual, muntah, nafsu makan hilang, kadar ureum dan kreatinin tinggi, hiperkalemia, asidosis berat, kelebihan cairan, dan perikarditis (Cahyaningsih, 2014).

Asupan cairan pada penderita Gagal Ginjal yang melakukan terapi Hemodialisis asupan cairan dan natrium adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan gagal ginjal untuk mencegah komplikasi akibat kelebihan volume cairan seperti edema, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular (Sudoyo et al., 2009).

Pada pasien Gagal Ginjal Kronik diberikan pengaturan diet, pembatasan protein karena terjadinya disfusi ginjal atau terjadinya uremia sehingga terjadinya penumpukan ureum didalam darah, sehingga ginjal tidak mampu mengeluarkan serta menjadikannya semakin tinggi (Rustiana, EkaDewi. 2015). Selain itu, pasien gagal ginjal kronik diberikan diet rendah kalium, karena pada pasien GGK biasanya hiperkalemia sehingga mengakibatkan distrimia (henti jantung), ammonia ginjal menurun, eksresi hydrogen menurun dan asidosis (Nurlaeli, NindiSuci. 2015).

Asidosis dapat berkaitan dengan pengecilan otot, penyakit tulang, hipoalbumiemia, peradangan, perkembangan CKD, dan perkembangan

(8)

4

mortalitas (Kraut & Madias, 2016).Asidosis metabolik juga menyebabkan hiperkalemia yang terjadi melalui perpindahan kalium intraseluler, efek yang timbul akibat peningkatan kalium bervariasi tergantung dengan penyebab primer asidosisnya misalnya pada hiperkalemia akibat gagal ginjal pada asidosis uremik lebih jelas efek hiperkalemianya (Hardisman, 2015).

Bahaya hiperkalemia menyebabkan hemolisis, asidosis, kadar insulin rendah, penggunan beta blocker, overdosis digoxin, succinyholine, atau

rhabdomyolysis (padila 2012). Selain itu menurut Hardisman (2015) bahaya terjadinya peningkatan kalium yang sangat tinggi dapat menyebabkan gangguan irama (aritimia) jantung yang berakibat fatal.

Pentingnya menjaga cairan adalah untuk menjaga aliran darah ke ginjal juga meningkat yang juga meningkatkan laju filtrasi sehingga produksi urin juga bertambah banyak (Hardisman 2015). Selain itu tanpa adanya pembatasan cairan, akan mengakibatkan cairan menumpuk dan akan menimbulkan edema diseluruh tubuh, kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung. Penumpukan cairan juga akan masuk ke paru-paru sehingga membuat pasien mengalami sesak napas, secara tidak langsung berat badan pasien juga mengalami peningkatan berat badan yang cukup tajam (Ratnawati, 2016).

Ketidakpatuhan menjadi masalah utama pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa. Secara keseluruhan, bahwa sebanyak 77,1% tidak patuh dalam pembatasan cairan (Fitriani, Krisnansari, & Winarsi, 2017). Sedangkan Wulan & Emaliyawatimenyatakan bahwa lebih banyak yang tidak patuh terhadap pembatasan cairan dan diet rendah garam (natrium) dibandingkan dengan pasien yang patuh(Wulan & Emaliyawati, 2018).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti data yang diperoleh dari Rekam Medis Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali sebanyak 58 pasien melakukan terapi Hemodialisa dari bulan November 2018 sampai bulan November 2019. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 10 responden peneliti menemukan bahwa 60% Tidak Patuh dan 40% patuh terhadap pembatasan cairan dan diet rendah kalium.

(9)

Berdasarkan data dan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Kepatuhan Asupan Cairan dan Diet Rendah Kalium pada Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali”.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian yang besifat diskriptif kuantitatif.

Pengambilan sampel dalam penelitian menggunkaan teknik total sampling,

Total sampling adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiono, 2015). Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :

a. Pasien yang menjalani terapi Hemodialisa di Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali.

b. Pasien yang mampu diajak berkomunikasi dengan baik. c. Pasien yang bersedia menjadi responden.

d. Tidak dalam kondisi komplikasi (Penyakit Kardiovaskuler). e. Pasien dengan kondisi sadar penuh.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan kepatuhan pembatasan asupan cairan dan diet rendah kalium pada pasien hemodialisa. Penelitian ini dilakukan pada 38 responden pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RS PKU AISIYIYAH BOYOLALI. Setelah dilakukan analisis data, maka hasil penelitian dan pembahasan penelitian adalah sebagai berikut.

(10)

6

3.1Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Gambar 1Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Dari gambar 1 diperoleh distribusi responden yang melakukan terapi hemodialisa menurut usia menujukan distribusi tertinggi adalah usia ≥ 50 tahun sebanyak 20 respoden (52,%).

Pada penelitian Ratnawati (2014) presentase pasien yang menjalani hemodialisa yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta menunjukan pada usia 20-40 tahun (25%), usia 41-60 tahun (53,3%) dan pada usia ≥ 60 tahun (21,7%).

3.2Karakteristik Responden Bedasarkan Jenis Kelamin

Gambar 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari gambar 2 diperoleh distribusi responden menurut jenis kelamin menunjukan distribusi tertinggi adalah perempuan 21 responden (55,3%). Hasil Penelitian yang di lakukan oleh Anisa(2016) yang dilakukan di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo menunjukan hasil yang berbeda yaitu laki laki lebih banyak menderita GGK dengan terapi hemodialisis sebanyak 20

13% 34% 53% ≤ 30 Tahun 31 - 49 Tahun ≥ 50 Tahun 45% 55% Laki laki Perempuan

(11)

responden atau (64,5%) sedangkan perempuan sebanyak 11 responden (35,5%).

3.3Karakteristik Responden Bedasarkan Pendidikan

Gambar 3Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden bedasarkan Tingkat Pendidikan

Dari Gambar 3 diperoleh distribusi responden menurut pendidikan menunjukan ditribusi tertinggi berpendidikan SD sebanyak 17 responden (44,7%).

Penelitian yang dilakukan Febriantara & Purwanti(2016) mendapatkan hasil yang sama, yaitu prevelensi pasein GGK yang menjalani terapi hemodialisa berpendidikan SD (42,4%).

3.4Karakteristik Responden Bedasarkan Pekerjaan

Gambar 4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Dari Gambar 4 diperoleh distribusi responden menurut pekerjaan menunjukkan ditribusi tertinggi tidak bekerja 20 responden (52,6 %).

Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari, Sayuningsih, & Nuning Marina Pengge (2016) sebanyak (84%) responden tidak bekerja.

45% 7% 37% 11% SD SMP SMA Perguruan Tinggi (S1/Diploma) 53% 47% Bekerja Tidak Bekerja

(12)

8

3.5Karakteristik Responden Bedasarkan Peningkatan IGWD

Gambar 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Peningkatan IGWD

Dari Gambar 5 diperoleh distribusi responden menurut peningkatan IGWD menunjukan distribusi terbanyak pada jumlah peningkatan IGWD 4 – 6 % menunjukan 23 responden (60,5%).

Penelitian yang dilakukan oleh (Wulan & Emaliyawati, 2018) sebanyak 31 responden (33,3%) memiliki peningkatan IGWD ≤5%, sedangkan 62 responden (66,7%) memiliki peningkatan IGWD ≥5%.

3.6Kepatuhan Asupan Cairan

3.6.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Asupan Cairan

Gambar 6Distribusi Frekuensi Kepatuhan Asupan Cairan

Berdasarkan Gambar 6 distribusi frekuensi kepatuhan asupan cairan dapat diketahui dari 38 responden terdapat 35 responden (92,1 %) responden kurang patuh terhadap asupan cairan, dan 3 responden (7,9 %) responden patuh terhadap asupan cairan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2016) diperoleh distribusi frekuensi responden sebanyak 43 responden (71,70%)

29% 61% 11% ≤ 3 % 4 % - 6 % ≥ 6 % 0% 92% 8% Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh

(13)

patuh, 17 responden (28,30) kurang patuh dan 0 responden (0%) tidak patuh terhadap asupan cairan.

3.6.2 Crosstabs Kepatuhan Asupan Cairan

Tabel 1 Crosstabs Kepatuhan Asupan Cairan

Karakteristik Kepatuhan Asupan Cairan Total

Patuh Kurang Patuh Tidak Patuh n % n % n % n % Umur ≤ 30 Tahun 31 – 49 Tahun ≥ 50 Tahun 1 2 0 2,6 5,3 0 3 14 18 7,9 36,8 47,4 0 0 0 0 0 0 4 16 18 10,5 42,1 47,4 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 1 2 2,6 5,3 16 19 42,1 50,0 0 0 0 0 17 21 44,7 53,3 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi (S1/Diploma) 0 0 2 1 0 0 5,3 2,6 17 3 12 3 44,7 7,9 31,6 7,9 0 0 0 0 0 0 0 0 17 3 14 4 44,7 7,9 36,8 10,5 Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 1 2 2,6 5,3 14 21 36,8 55,3 0 0 0 0 15 23 39,5 60,5 Peningkatan IGWD ≤ 3 % 4%-5% 2 0 5,3 0 26 8 68,4 21,1 0 0 0 0 28 8 73,7 21,1

(14)

10

≥ 6% 1 2,6 1 2,6 0 0 2 5,3

Crosstabs atau tabulasi silang kepatuhan asupan cairan diperoleh data karakteristik responden berdasarkan umur bahwa diumur ≤ 30 tahun mayoritas responden kurang patuh terhadap asupan cairan yaitu sebanyak 3 responden (7,9%), pada umur antara 31 tahun sampai 49 tahun mayoritas responden kurang patuh terhadap asupan cairan yaitu sebanyak 14 responden (36,8%) dan diumur ≥ 50 tahun sebanyak 18 responden (47,4%) kurang patuh terhadap asupan cairan.

Berdasarkan Jenis Kelamin mayoritas responden laki laki kurang patuh terhadap asupan cairan yaitu sebanyak 16 reponden (42,1%) dan mayoritas responden perempuan kurang patuh terhadap asupan cairan yaitu sebanyak 19 responden (50,0%).

Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan SD mayoritas kurang patuh terhadap asupan cairan sebanyak 17 responden (44,7%), pendidikan stara SMP mayoritas kurang patuh terhadap asupan cairan dan sebanyak 3 reponden (7,9%), pendidikan stara SMA mayoritas kurang patuh terhadap asupan cairan dan diet rendah kalium sebanyak 12 reponden (31,6%) dan pendidikan stara perguruan tinggi mayoritas kurang patuh terhadap asupan cairan dan diet rendah kalium sebanyak 3 responden (7,9%).

Berdasarkan pekerjaan mayoritas responden berkerja dan tidak berkerja kurang patuh terhadap asupan cairan dengan jumlah responden masing masing 14 responden (3,8%) dan 21 responden (55,3%).

Berdasarkan Peningkatan Interdialysis Weight Gain (IGWD) dengan peningkatan ringan (≤ 3%) mayoritas responden kurang patuh terhadap asupan cairan dengan jumlah reponden 26 responden (68,4%) sedangkan peningakatan IGWD sedang (4%-6%) mayoritas responden kurang patuh terhadap asupan cairan dengan 8 responden (21,1%) dan peningkatan IGWD berat (≥6%) mendapatkan data

(15)

dengan 1 reponden (50,0%) patuh terhadap asupan cairan dan 1 responden kuyurang patuh terhadap asupan cairan.

3.7Kepatuhan Diet Rendah Kalium

Gambar 4 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diet Rendah Kalium Menurut Tabel 4 distribusi frekuensi kepatuhan diet rendah kalium dapat diketahui bahwa dari 30 responden terdapat 2 responden (5,3 %) tidak patuh terhadap asupan cairan, 34 responden (89 %) kurang patuh terhadap asupan cairan, dan 2 responden (5,3%) patuh terhadap asupan cairan.

penelitian yang dilakukan oleh Relawati, Kurniawan, Fauzi, & Hadi (2016) bahwa terdapat 8 responden (61,5%) dari 15 responden kurang patuh terhadap asupan diet (nutrisi) rendah kalium.

Tabel 3 Crosstabs Kepatuhan Diet Rendah Kalium

6% 89% 5% Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh

Karakteristik Kepatuhan Diet Rendah Kalium Total

Patuh Kurang Patuh Tidak Patuh n % n % n % n % Umur ≤ 30 Tahun 31-49 Tahun ≥ 50 Tahun 0 1 1 0 2,6 2,6 4 14 15 10,5 36,8 39,5 0 1 2 0 2,6 5,3 4 16 18 10,5 42,1 47,4

(16)

12

Crosstabd atau tabulasi silang berdasarkan Tabel 3 berdasarkan karateristik responden menurut umur mayoritas umur ≤ 30 tahun kurang patuh terhadap diet rendah kalium dengan 4 responden (10,5%), dengan umur 31 tahun dan 49 tahun mayoritas responden kurang patuh terhadap diet rendah kalium dengan 14 responden (36,8%) dan mayoritas responden berumur ≥ 50 tahun kurang patuh terhadap asupan cairan dengan 15 responden (39,5%).

Berdasarkan jenis kelamin mayoritas jenis kelamin laki laki dengan 14 responden (36,8%) dan perempuan 19 responden (50%) kurang patuh terhadap diet rendah kalium.

Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan SD kurang patuh terhadap diet rendah kalium dengan 14 responden (36,8%), sedangkan stara SMP dengan 2 responden (5,3%) kurang patuh terhadap asupan deit reddah kalium, stara pendidikan SMA dengan 13 reponden (34,2%) kurang patuh terhadap asupan diet rendah kalium, dan pendidikan stara Perguruan tinggi mayoritas kurang patuh terhadap asupan cairan dan diet rendah kalium.

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 1 1 2,6 2,6 14 19 36,8 50,0 2 1 5,3 2,6 17 21 44,7 55,3 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi (S1/Diploma) 1 0 1 0 2,6 0 2,6 0 14 2 13 4 36,8 5,3 34,2 10,5 2 1 0 0 5,3 2,6 0 0 17 3 14 4 44,7 7,9 36,8 10,5 Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 1 1 2,6 2,6 11 22 28,9 57,9 3 0 7,9 0 15 23 39,5 60,5

(17)

Berdasarkan pekerjaan mayoritas responden bekerja dan tidak bekerja dengan masing masing jumlah responden 11 responden (28,9%) dan 22 responden (57,9%) kurang patuh terhadap diet rendah kalium.

4. PENUTUP

a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ruang hemodialisa di RS PKU Aisiyiyah Boyolali, dapat disimpulka bahwa pasien penderita Gagal Ginjal Kronis yang menjalni terapi Hemodialisa adalah perempuan, sebagian besar responden sudah lansia dan sudah tidak bekerja, yakni usia ≥ 50 tahun. Responden yang menjalani terapi hemodialisa yaitu berpendidikan stara SD.

Gambaran kepatuhan asupan cairan pada pasien penderita Gagal Ginjal Kronis yang menjalani terapi Hemodialisa di RS PKU Aisiyiyah Boyolali kurang patuh terhadap asupan cairan. Sedangkan gambaran kepatuhan asipan nutrisi (diet) rendah kalium pada pasien penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Aisiyiyah Boyolali kurang patuh terhadap asupan nutrisi (diet) rendah kalium.

b. Saran

Berdasarakan analisa dan pembahasan dari penelitian ini, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran yang bisa dijadikan program selanjutnya yaitu sebagai berikut:

1) Bagi Peneliti

Bagi peneliti yang akan datang, diharapkan mampu untuk menyempunakan penelitian ini, dengan memberikan edukasi mengenai asupan cairan dan gizi penderita Gagal Ginjal Kronis. 2) Bagi Institusi

Intitusi pendidikan diharapkan mampu menjaga dan meningkatkan proses belajar mengajar, sehingga mampu mencetak generasi yang bisa membawa nama baik almamater melalui prestasi mahasiswa. 3) Bagi Rumah Sakit

(18)

14

Dengan adanya penelitian ini, diharapakan bisa menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan pelayanan Rumah Sakit.

4) Bagi Masyarakat

Berdasarkan penelitian ini diharapkan masyarakat mampu mengenali tanda dan gejala terkena penyakit Gagal Ginjal Kronis dan juga asupan cairan dan nutrisi (diet) rendah kalium.

DAFTAR PUSTAKA

Anisa, H., & W, E. N. (2016). Hubungan Kepatuhan Diet Dan Asupan Kalium Dengan Kadar Kalium Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan Di Rsud Kabupaten Sukoharjo.

Cahyaningsih, N.D. (2014). Hemodialisis (Cuci Darah).Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Febriantara, A., & Purwanti, O. S. (2016). Hubungan Antara Kepatuhan

Menjalani Terapi Hemodialisa dan Kualitas Hidup Pasien Chronik Kidney Disiase (CKD) di RSUD Dr. Moewardi. Eprint.ums.

Fitriani, E., Krisnansari, D., & Winarsi, H. (2017). Factors Affecting Fluid And Natrium Intake In Chronic Kidney disease. Jurnal Gizi Dan Pangan Soedirman, 1(1), 93–104.

Hardisman. (2015). Fisiologi dan Aspek Klinis Cairan Tubuh dan Elektrolit Disertai dengan Soal-soal dan Pembahasan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Kalantar-zadeh, K., Ph, D., Fouque, D., & Ph, D. (2017). Supplementary

Appendix Nutritional Management of Chronic Kidney Disease. 1765–1776. https://doi.org/10.1056/NEJMra1700312

Kraut, J. A., & Madias, N. E. (2016). Metabolic Acidosis of CKD: An Update.

American Journal of Kidney Diseases, 67(2), 307–317. https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2015.08.028

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

(19)

hemodialisis dengan status zat besi pada penderita gagal ginjal kronik.http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/71743

Puspitasari, B., Sayuningsih, E., & Nuning Marina Pengge. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pasien. Retrieved from

http://journal.poltekkesdepkes-sby.ac.id/index.php/GZ/article/viewFile/370/303

Ratnawati. (2014). Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan Terhadap Lama Menjalani. 104–

112.https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/2280

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Hasil Utama Riskedas 2018. http://litbag.depkes.go.id. Diakses tanggal 19 September 2019

Relawati, A., Kurniawan, R., Fauzi, I., & Hadi, R. (2016). Gambaran Kepatuhan Diet pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RSUD Tjitrowardoyo Purworejo. In ثثثثثث (Vol. 2002). https://doi.org/10.1109/ciced.2018.8592188

Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, edisi V. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, 946-1093

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Wulan, S. N., & Emaliyawati, E. (2018). Kepatuhan Pembatasan Cairan dan Diet Rendah Garam (Natrium) pada Pasien GGK yang Menjalani Hemodialisa.

Gambar

Gambar 1 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Usia  Dari  gambar  1  diperoleh  distribusi  responden  yang  melakukan  terapi  hemodialisa menurut usia menujukan distribusi tertinggi adalah usia ≥ 50  tahun  sebanyak 20 respoden (52,%)
Gambar 4  Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan  Dari  Gambar  4  diperoleh  distribusi  responden  menurut  pekerjaan  menunjukkan ditribusi tertinggi tidak bekerja 20 responden (52,6 %)
Gambar 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan  Peningkatan IGWD
Tabel 1 Crosstabs Kepatuhan Asupan Cairan
+2

Referensi

Dokumen terkait

perubahan yang terjadi pada makhluk hidup dan hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (makanan, kesehatan, rekreasi, istirahat dan olah

turbidity sensor akan banyak mempengaruhi sistem secara keseluruhan, sistem akan bekerja jika pembacaan nilai kekeruhan air sudah diproses oleh NodeMCU ESP8266.Jika

Kebutuhan akan aplikasi yang mendukung pembelajaran jarak jauh (e-learning) dapat diatasi dengan maraknya software yang beredar saat ini yang ditujukan sebagai pembuat

Metode yang digunakan pada sistem pakar ini menggunakan teori dempster-shafer, karena metode ketidakpastian ini menghasilkan gambaran kemungkinan sebuah jawaban, dan hanya

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ PENERAPAN F UZZY INF ERENCE SYSTEM

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membuat Media Pembelajaran yang berbentuk animasi elekronik yang efektif dan efesien serta mudah di mengerti bagi siswa sekolah

Ketapang Tahun Anggaran 2017 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada Paket tersebut di atas sebagai berikut :. : #Empat Puluh Sembilan Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah# PEMERINTAH

Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum;6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2002