• Tidak ada hasil yang ditemukan

USULAN PENELITIAN PREFERENSI RISIKO INVESTOR INDIVIDUAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI DENGAN GENDER SEBAGAI PEMODERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USULAN PENELITIAN PREFERENSI RISIKO INVESTOR INDIVIDUAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI DENGAN GENDER SEBAGAI PEMODERASI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PENELITIAN

PREFERENSI RISIKO INVESTOR INDIVIDUAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI DENGAN GENDER

SEBAGAI PEMODERASI

HARYATI SETYORINI NIM : 090970330

(2)

PROGRAM DOKTOR STUDI ILMU EKONOMI PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2013

USULAN PENELITIAN

PREFERENSI RISIKO INVESTOR INDIVIDUAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI DENGAN GENDER

(3)

HARYATI SETYORINI

PROGRAM DOKTOR STUDI ILMU EKONOMI PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(4)

BAB 1

P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang

Pengambilan keputusan secara umum adalah merupakan suatu fenomena yang kompleks, yang meliputi berbagai aspek dari pilihan-pilihan yang tersedia. Didalam kehidupan sehari-hari kita dihadapkan pada berbagai pilihan, baik pilihan yang jelas permasalahannya dan terukur maupun pilihan yang mengandung risiko dan penuh ketidakpastian. Berbagai pilihan ini akhirnya akan menghasilkan keputusan yang terstruktur (structured decision) dan keputusan yang tidak terstruktur (unstructured decision). Pilihan permasalahan yang jelas dan terukur adalah permasalahan yang memiliki kriteria dan ukuran yang jelas tentang sebab dan akibat dari keputusan itu sendiri. Sedangkan keputusan yang tidak terstruktur, biasanya sangat dipengaruhi oleh berbagai hal yang kurang jelas, seperti kita ketahui dalam kehidupan ini adalah mengandung ketidakpastian (uncertainty).

Salah satu contoh keputusan yang tidak terstruktur adalah pengambilan keputusan investasi, karena keputusan ini dipengaruhi oleh berbagai aspek, baik internal maupun eksternal. Didalam pengambilan keputusan investasi para investor memiliki alasan yang berbeda antara investor satu dengan lainnya. Hal ini dikarenakan masing-masing investor memiliki preferensi yang berbeda. Slovic (1995), preferensi adalah merupakan pilihan dan pengambilan keputusan yang

(5)

mempunyai esensi rasional. Apabila ditinjau dari teori preferensi yang dikemukakan oleh Edward (1954), dimana preferensi ada dua aliran yaitu: theory of riskless choice berkenaan dengan dugaan maksimalisasi utility dan theory of risky choice, berkenaan dengan keputusan yang dibuat dalam ketidakpastian mengenai peristiwa yang menetapkan return sebagai satu-satunya pilihan.

Berkaitan dengan model utilitas yang diharapkan (expected utility model), Husnan (2009), menyatakan bahwa para pemodal atau investor akan memilih satu kesempatan investasi yang memberikan utilitas yang diharapkan tertinggi. Utilitas yang diharapkan yang tertinggi tidak selalu sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan tertinggi. Berdasarkan model ini digunakan beberapa aksioma tentang perilaku investor dalam pengambilan keputusan investasi yaitu aksioma perbandingan dan aksioma transitivitas. Dengan berdasarkan aksioma tersebut para investor dapat menyusun fungsi utilitas yang selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan model preferensi investor terhadap risiko atau (risk preferense), dengan tujuan untuk memaksimumkan indeks utilitas yang diharapkan. Di dalam model utilitas ini digunakan beberapa asumsi atas preferensi investor terhadap risiko. Sikap-sikap tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sikap yang tidak menyukai risiko ((risk averse), neutral terhadap risiko (risk neutral atau risk indifference ), dan menyukai risiko (risk seeker).

Model asumsi mengenai preferensi investor, Markowitz (1952) hanya didasarkan pada expected return dan risk dari portofolio yang secara implisit menganggap investor mempunyai fungsi utilitas yang sama. Akan tetapi pada kenyataannya setiap investor memiliki fungsi utilitas yang berbeda-beda. Jika

(6)

preferensi investor terhadap portofolio berbeda karena investor mempunyai fungsi utilitas yang berbeda, maka portofolio optimal untuk masing-masing investor akan berbeda juga. Model Markowitz tidak mempertimbangkan hal ini, karena berfokus pada nilai portofolio dengan resiko terkecil untuk expected return tertentu. Oleh karena preferensi investor berbeda-beda, maka investor yang risk averse akan memilih sesuai dengan tanggapan model Markowitz (1952), sedangkan investor yang risk seeker akan memilih risiko yang tinggi dengan implikasi akan mendapatkan return yang tinggi pula.

Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi. Untuk memahami proses investasi, seorang investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep investasi, yang akan menjadi dasar pijakan dalam setiap tahap pembuatan keputusan investasi. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara expected return dan risiko suatu investasi. Hubungan antara expected return dan risiko dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linear. Artinya, semakin besar expected return, semakin besar pula tingkat risiko yang harus dipertimbangkan. Hubungan seperti itulah yang menjawab pertanyaan mengapa tidak semua investor hanya berinvestasi pada aset yang menawarkan return yang paling tinggi. Di samping memperhatikan return yang tinggi, investor juga harus mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung.

Tandelilin (2010), dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko, serta hubungan antara return dan risiko. Alasan

(7)

utama orang berinvestasi adalah untuk mendapatkan keuntungan. Dalam konteks manajemen investasi, tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Di dalam konteks manajemen investasi, return dibedakan menjadi dua macam, yaitu: return yang diharapkan (expected return), merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa dating dan return yang terjadi (realized return), merupakan tingkat return yang diperoleh investor pada masa lalu.

Umumnya semakin besar risiko, maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return yang diharapkan. Sikap investor dalam pengambilan keputusan investasi akan sangat tergantung kepada preferensi investor tersebut terhadap risiko yang dipilih. Bagi investor yang risk seeker, yaitu investor yang lebih berani akan memilih risiko investasi yang lebih tinggi, maka investor ini sangat mengharapkan tingkat return yang tinggi dalam investasinya. Demikian pula sebaliknya, investor yang tidak mau menanggung risiko (risk averse) yang terlalu tinggi, tentunya tidak akan bisa mengharapkan tingkat return yang tinggi.

Oleh karena pelaku investasi ini bukan hanya dominasi laki-laki, maka dipandang perlu untuk melakukan kajian lebih mendalam tentang gender sebagai variable pemoderasi. Sebagaimana diketahui bahwa laki-laki lebih menggunakan analisa rasionalnya dari perempuan yang lebih mengedepankan emosionalnya

(8)

dalam mengambil suatu keputusan. Investor yang rasional tentu mengharapkan return tertentu dengan tingkat risiko tertentu atau mengharapkan return yang tinggi dengan risiko tertentu. Investasi mana yang dipilih pemodal sangat dipengaruhi oleh perilaku pemodal, yakni sikap pemodal terhadap risiko yang akan dihadapi, apakah pemodal menyukai risiko (risk seeker), menghindari risiko (risk averse), atau mengabaikan risiko (risk indifference or neutral risk). Barber dan Odean (2001) dalam penelitian yang dilakukan di Amerika tentang pengaruh gender dan overconfidence terhadap investor yang menginvestasikan dananya pada saham biasa, menemukan bahwa laki–laki lebih overconfidence dibanding perempuan. Karena perempuan cenderung underestimate terhadap perubahan– perubahan yang terjadi atau biasa disebut dengan recent bias. Kedua, portofolio saham laki–laki lebih bagus dibanding perempuan, yaitu rata–rata volume transaksi saham yang diperoleh laki – laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Dwyer et al., (2001) juga meneliti tentang perbedaan gender dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal, menghasilkan bahwa perempuan lebih risk averse dalam pengambilan keputusan investasi sedangkan laki-laki lebih risk seeker. Al-Ajmi (2008) juga meneliti tentang risk tolerance investor individu dengan membandingkan antara investor laki-laki dan perempuan dengan menambahkan faktor lainnya yaitu usia, level pendidikan. Faktor penentu dalam pengambilan keputusan investasi sesungguhnya ditentukan oleh perilaku keuangan dari para investor itu sendiri atau lebih dikenal dengan behavioral finance. Selanjutnya dalam penelitian Chou et al., (2010) juga meneliti tentang

(9)

bagaimana perilaku investor yang didasarkan pada risk preference dalam pengambilan keputusan investasi.

Oleh karena itu dalam penelitian ini nantinya, juga akan dilakukan penelitian tentang bagaimana perilaku investor itu sendiri yang ditinjau dari faktor risk preference dalam pengambilan keputusan investasi dengan dimoderasi oleh gender khususnya untuk investor di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat disusun rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh preferensi risiko terhadap pengambilan keputusan investasi?

2. Apakah gender sebagai pemoderasi lebih memperkuat atau memperlemah preferensi risiko dalam pengambilan keputusan investasi?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji dan menganalisis adanya pengaruh preferensi risiko (risk seeker, risk averter) terhadap pengambilan keputusan investasi.

2. Untuk menguji dan menganalisis gender sebagai faktor pemoderasi atas preferensi risiko dalam pengambilan keputusan investasi.

(10)

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dengan memberikan bukti empiris yang menunjukkan adanya pengaruh antara risk preference investor (risk seeker, risk averter) dengan pemoderasi gender terhadap pengambilan keputusan investasi.

2. Bagi para peneliti, sebagai referensi yang memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya penelitian tentang risk preferences, dan behavioral finance dalam pengambilan keputusan investasi.

Bagi para praktisi khususnya pemodal, penelitian ini memiliki implikasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi, guna memperoleh keuntungan yang optimal. Selain itu bagi para pialang akan lebih mudah untuk melakukan pendekatan dan meyakinkan para pemodal untuk segera mengambil keputusan investasi sehingga akan sangat membantu dalam kesuksesan para pialang ataupun fund manager dalam menggerakkan sektor investasi.

(11)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Terori

2.1.1. Preferensi Risiko

Menurut Slovic (1995), preferensi dapat diartikan sebagai pilihan atas suatu keputusan yang mempunyai esensi rasional dengan perilaku maksud tertentu. Preferensi investor adalah merupakan sikap dan perilaku investor dalam melakukan pilihan investasi yang tentunya diharapkan dapat memberikan keuntungan. Setiap investor memiliki harapan akan investasinya agar memberikan keuntungan yang maksimal dengan meminimumkan risiko yang mungkin timbul. Mengetahui tingkat toleransi risiko dan gaya investasi akan membantu dalam memilih investasi secara bijak. Meskipun ada berbagai jenis investasi yang dapat dilakukan, hanya ada tiga gaya investasi yang spesifik dan tiga gaya tersebut berkaitan dengan tingkat toleransi risiko. Ketiga gaya investasi tersebut adalah konservatif, moderat dan agresif.

Untuk tipe investor yang memiliki toleransi rendah terhadap risiko, gaya investasi investor tersebut kemungkinan besar adalah tipe konservatif atau risk averse. Jika investor memiliki toleransi yang tinggi untuk faktor risiko, kemungkinan besar akan menjadi investor yang agresif atau risk seeker. Seorang investor agresif bersedia mengambil resiko yang investor lain tidak akan berani ambil. Mereka berinvestasi dalam jumlah uang yang lebih tinggi dalam usaha berisiko dengan harapan mencapai hasil yang lebih besar dari waktu ke waktu

(12)

atau dalam waktu singkat. Investor agresif sering menggunakan semua atau sebagian besar dana investasi mereka ke pasar saham.

Oleh karena itu apabila dikaitkan dengan preferensi sikap investor dalam menghadapi risiko (Gitman, 2002: 161), maka investor dibedakan menjadi tiga yaitu :

Risk seeking investor, Risk indifferent investor dan Risk Averse investor.

Agar di dalam pengambilan keputusan investasi ini dapat lebih tepat dilakukan maka para investor seyogyanya betul-betul menempatkan diri mereka ada di preferensi yang mana sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat dalam arti keputusan yang dapat memberikan return yang optimal atas pilihan investasinya.

Penelitian-penelitan terdahulu seperti yang dilakukan oleh Barber dan Odean (2001) dalam penelitian yang dilakukan di Amerika tentang pengaruh gender dan overconfidence terhadap investor yang menginvestasikan dananya pada saham biasa, menemukan bahwa laki–laki lebih overconfidence dibanding perempuan. Karena perempuan cenderung underestimate terhadap perubahan– perubahan yang terjadi atau biasa disebut dengan recent bias. Portofolio saham laki–laki lebih bagus dibanding perempuan, yaitu rata–rata volume saham yang dipilih laki–laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Dwyer et al., (2001) juga meneliti tentang perbedaan gender dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal, menghasilkan bahwa perempuan lebih risk averse dalam pengambilan keputusan investasi sedangkan laki-laki lebih risk seeker. Al-Ajmi (2008) juga meneliti tentang risk tolerance investor individu dengan

(13)

membandingkan antara investor laki-laki dan perempuan dengan menambahkan faktor lainnya yaitu usia, level pendidikan. Faktor penentu dalam pengambilan keputusan investasi sesungguhnya ditentukan oleh perilaku keuangan dari para investor itu sendiri atau lebih dikenal dengan behavioral finance. Selanjutnya dalam penelitian Chou et al., (2010) juga meneliti tentang bagaimana perilaku investor terhadap risk preference dalam pengambilan keputusan investasi. Adhikara (2008), meneliti tentang preferensi investor yang terdiri dari preferensi waktu, minat investasi, pengetahuan investasi, pengendalian diri, sikap menuju pengambilan risiko, pengendalian keuangan dan situasi ekonomi. Dari hasil penelitian itu ditemukan bahwa berdasarkan preferensi waktu mengindikasikan bahwa investor lebih memilih waktu jangka pendek untuk memperoleh pengembalian yang cepat daripada investasi jangka panjang dalam memaksimalkan nilai utilitasnya. Strategi pemilihan waktu yang pendek dipakai investor untuk memperoleh capital gain sebagai proses pengambilan keuntungan dan dipakai untuk melakukan proses peralihan strategi investasi yang lain dalam memperoleh fixed income, sehingga ada perubahan dari jangka waktu pendek pada investasi jangka waktu panjang. Strategi speculative tidak mendukung terhadap pengendalian diri dan pengendalian keuangan. Strategi speculative tidak mendukung terhadap pengendalian diri dan pengendalian keuangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa investor mempunyai pertimbangan dalam cognitivenya untuk bersikap impatience berdasarkan pengetahuan dan informasi yang diprosesnya sehingga bersikap bebas dalam mengasumsikan maksimalisasi utilitas subyektifitas discount interest rate. Preferensi sikap menuju pengambilan resiko

(14)

tidak didukung oleh strategi aggressive, core, dan foundation capital. Investor mempunyai sikap self control, patience dan cognitive dalam investasi di sekuritas karena discount interest rate sifatnya tidak pasti. Disamping itu, investor mempunyai motif investasi keamanan dan pendapatan teratur yang lebih penting sehingga investasi yang aman dan stabil akan memberikan subyektifitas discount interest rate yang tetap.

Preferensi pengetahuan investasi tidak didukung oleh strategi core karena investor melakukan pengurangan kerumitan karena hambatan cognitive, lebih banyak melakukan pertimbangan secara random, serta mempunyai preferensi motif yang kompleks dengan mengandalkan pendapatan yang tetap dan mengalami pertumbuhan dengan unsur keamanan. Barberis dan Huang (2001) mempertimbangkan bentuk mental accounting, yaitu investor peduli mengenai return/gains dan risk/losses dalam nilai saham individu, serta investor peduli mengenai return/gains dan risk/losses dalam nilai seluruh portofolio. Perilaku investasi tersebut menunjukkan investor mempunyai dua kemungkinan sikap, pertama, sikap preferensi risk untuk menerima resiko (risk., seeker), sikap menghindari resiko (risk averter), ataukah sikap netral (risk neutral). Kedua, sikap preferensi untuk menerima return dalam bentuk capital gain, deviden, ataukah keduanya yaitu capital gain dan deviden (Djunaidi, 1990). Untuk memperlihatkan perilaku investor sebagai proksi investor dalam menyikapi return dan risk tersebut, maka digunakan untuk menjelaskan preferensi investor, sehingga menghasilkan sikap yang cenderung menerima gains/return dalam frame positif ataukah cenderung menerima losses/risk dalam frame negatif

(15)

ataukah menyikapi keduanya secara seimbang. Namun dalam pengambilan keputusan di pasar modal dalam kondisi yang uncertainty sikap irrasisional bagi investor lebih cenderung digunakan karena terdapat kemungkinan investor akan mendapatkan abnormal return. Beberapa penelitian menemukan bahwa asumsi rasionaiitas sering dilanggar karena decision framing yang diadopsi oleh pembuat keputusan tergantung pada formulasi masalah yang dihadapi, aspek cognitive, norma, kebiasaan, dan karakteristik pengambil keputusan itu sendiri. Frame yang diadopsi tergantung pada fenomena cognitive investor dalam menentukan dan mem-pengaruhi keputusannya (Tversky & Kahneman, 1981) yang disebabkan oleh informasi yang tersedia dan bagaimana informasi diinterprestasikan.

2.1.2. Pengambilan Keputusan

Salah satu faktor yang sangat penting dalam berbagai hal kehidupan adalah pengambilan keputusan. Bagi para pemodal atau investor kesuksesan atau keberhasilan dalam berinvestasi adalah tergantung pada pengambilan keputusan yang dilakukan karena hal ini berdampak pada manfaat atau return yang akan diperoleh. Oleh karena itu dinamika pengambilan keputusan telah diteliti dan berkembang menjadi ilmu yang mengandung teori-teori tentang decision science atau pengambilan keputusan dalam berbagai jenis dan lingkungan kehidupan masyarakat. Salah satu teori tersebut adalah karya Nicolas Bernoulli pada tahun 1713, yang kemudian menjadi bagian dari berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, manajemen, ekonomika, akuntansi dan sosiologi (Plous, 1993). Didalam proses pengambilan keputusan ada dua pendekatan yang bisa dilakukan

(16)

yaitu pendekatan rasional (rational approach) dan pendekatan irrasional (behavioral approach).

Pendekatan pengambilan keputusan rasional pada awalnya berkembang dengan teori yang disebut expected utility theory (Plous, 1993) yang menyatakan bahwa manusia mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan nilai manfaat bersih maksimum yang diperoleh dari keputusan yang diambil. Pendekatan ini pada umumnya digunakan dalam pengambilan keputusan masalah ekonomi dan keuangan, dimana pendekatan tersebut menitikberatkan pada analisa cost and benefit dengan menggunakan alat statistik dan ekonometrika. Sebagai contoh dalam pendekatan ini adalah dalam analisis dan keputusan investasi, permintaan dan penawaran, konsumsi dan lain sebagainya termasuk perilaku konsumen dan produsen. Tversky dan Kahneman (1981) menyebutkan bahwa apabila dihadapkan pada suatu pilihan maka manusia cenderung untuk memilih suatu keuntungan dengan risiko yang paling kecil. Artinya bahwa seorang investor akan bersikap risk seeker atau risk averse tergantung pada masalah yang dihadapi. Jadi kondisi ini menunjukkan bahwa faktor risiko berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan.

Pendekatan irrasional atau sering disebut juga dengan pendekatan behavioral yaitu pendekatan keperilakuan, dimana pendekatan ini saat ini dikembangan dalam berbagai disiplin ilmu misalnya ekonomika, keuangan, pemasaran, akuntansi, psikologi bahkan sosiologi. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan kompleksnya permasalahan yang ada mendorong pendekatan ini menjadi semakin luas ruang lingkupnya yang meliputi pengambilan keputusan

(17)

yang dilakukan oleh berbagai pihak, misalkan manajer, dokter, akuntan, hakim dan sebagainya.

2.1.3. Teori Utilitas

Di dalam pengambilan keputusan investasi pada akhirnya investor akan menentukan pilihannya berdasarkan preferensi risiko investor itu sendiri. Salah satu model yang biasa digunakan adalah menggunakan expected utility model atau model utilitas yang diharapkan, yaitu suatu model yang mendasari pemilihan portfolio dalam konteks mean-variance model. Kesulitan merumuskan preferensi risiko dalam model ini akan dibantu diatasi dengan pemilihan dua investasi yang hipotesis ekuivalen.

Expected Utility theory pertama kali dikembangkan oleh John von Neumann dan Oskar Morgensternp pada tahun 1947, (Ackert and Deaves,2010) mengemukakan bahwa didalam menghadapi situasi ketidakpastian (uncertainty) seseorang atau investor harus melakukan tindakan pengambilan keputusan dengan pendekatan yang rasional. Di dalam model ini menyatakan bahwa para investor akan memilih satu kesempatan investasi yang memberikan utilitas yang diharapkan tertinggi. Tingkat utilitas yang diharapkan tertinggi tidak sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan tertinggi. Berdasarkan model ini digunakan beberapa aksioma tentang perilaku investor dalam pengambilan keputusan investasi, yaitu sebagai berikut:

1. Para investor mampu memilih berbagai alternatif dalam menyusun peringkat alternatif tersebut sehingga bisa diambil keputusan.

(18)

2. Setiap peringkat alternatif tersebut bersifat transitif, artinya kalau investasi A lebih disukai dari investasi B, dan B lebih disukai dari pada C, maka A tentu lebih disukai daripada C.

3. Para investor akan memperhatikan risiko alternatif yang dipertimbangkan, dan tidak memperhatikan sifat alternatif-alternatif tersebut.

4. Para investor mampu menentukan certainty equivalent dari setiap investasi yang tidak pasti, yaitu nilai pasti yang ekuivalen dengan nilai pengharapan dari investasi tersebut.

Keempat aksioma tersebut diatas dapat dipergunakan untuk menyusun fungsi utilitas investor, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai dasar untuk model sikap investor terhadap risiko, dengan tujuan untuk memaksimumkan indeks utilitias yang diharapkan.

2.1.4. Allais Paradox

Allais Paradox adalah merupakan tindakan seseorang atau investor dalam pengambilan keputusan investasi berhubung adanya kondisi uncertainty, dimana investor itu akan tetap memilih satu dari dua alternatif yang mendatangkan manfaat yang sama, yang berarti bahwa orang atau investor tidak konsisten dengan prinsip pembatalan akan dua alternatif yang sama, (Ackert, 2010). Alternatif lain pendekatan dalam pengambilan keputusan dalam kondisi uncertainty telah banyak dikembangkan selain expected utility theory. Salah satu teori yang sangat banyak digunakan adalah prospect theory yang dikembangkan oleh Daniel Kahneman dan Tversky.

(19)

2.1.5. Heuristik

Kahneman, Slovic dan Tversky, (2008) menyebutkan bahwa heuristik adalah proses yang dilakukan oleh individu dalam mengambil keputusan secara cepat, dengan menggunakan pedoman umum dan sebagian informasi. Proses ini mengakibatkan adanya kemungkinan bias, kesalahan dan ketidakakuratan keputusan. Beberapa jenis heuristik antara lain: kekeliruan konjungsi (conjuction fallacy), dan bias hindsight. Heuristik itu sendiri biasanya mencakup antara lain: keterwakilan (representativeness), ketersediaan (availability), probabilitas dan risiko (probability and risk), keacakan (randomness), anchoring and adjustment, korelasi, hubungan sebab akibat, control dan atribusi.

Kekeliruan konjungsi adalah pengambilan keputusan tentang kemungkinan peristiwa konjungtif yang berbeda dengan logika teori probabilitas. Sedangkan bias hainsait atau lebih dikenal dengan tendensi bias karena orang yang telah mendapatkan informasi tentang hasil, merasa telah mengetahui suatu hasil tersebut sebelum suatu keputusan terkait diambil. Dalam situasi seperti ini seseorang akan mengambil keputusan berdasar dugaan tentang keadaan suatu hasil diketahui, padahal ada kemungkinan orang akan mengambil keputusan yang sama apabila dia tidak mempunyai informasi tentang hasil. Dengan kata lain, pendapat dia dipengaruhi oleh bias terhadap hasil, bukan oleh pengetahuan dia tentang situasi saat sebelum keputusan diambil.

(20)

2.2. Hubungan Antar Variabel

2.2.1. Pengaruh Preferensi Risiko terhadap Keputusan Investasi

Setiap investor memiliki tingkat preferensi yang berbeda terhadap risiko. Hal ini terkait dengan toleransi atau kesediaan investor menanggung risiko tertentu untuk setiap level return harapan. Karakteristik portofolio seperti ini disebut dengan portofolio yang efisien, sehingga untuk mendapatkan portofolio yang efisien ini investor harus berpedoman pada preferensi risiko yang diambilnya sehingga diperoleh keputusan yang tepat. Untuk tipe investor yang risk averse, akan memilih menghindari risiko, artinya apabila ada dua pilihan investasi A (return 15% dan risiko 8%) dan investasi B (return 10%, risiko 5%) maka akan dipilih investasi B karena risikonya lebih rendah. Berbeda dengan tipe investor yang kedua, yaitu risk seeker. Investor tipe ini lebih berani memilih investasi yang berisiko tinggi, karena pedoman yang dipegang adalah semakin tinggi risiko maka semakin tinggi return harapan yang diperoleh. Untuk contoh seperti di atas, tipe investor ini akan memilih investasi A. Sedangkan tipe investor yang ketiga adalah risk indefference, investor tipe ini bersikap lebih netral. Rabin (2000) menyebutkan bahwa expected utility model sangat tepat untuk mengetahui tipe sikap investor atau risk preference dalam pengambilan keputusan investasi.

Sebagai alternatif lain selain expected utility theory adalah prospect theory. Kahneman and Tversky, 1980, menyatakan bahwa individu menggunakan target atau reference point dalam mengevaluasi pilihan risiko. Pada saat return berada dibawah target, sebagaian besar investor bertindak risk taking dan pada

(21)

saat return berada diatas target investor bertindak sebagai risk averse. Beberapa aspek yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Investor terkadang menunjukkan sikap risk averse dan terkadang menujukkan sikap risk seeking, tergantung pada kondisi prospeknya. 2. Investor menilai prospek tergantung pada nilai gains atau losses pada

reference point.

3. Investor pada umumnya menghidari kerugian karena tampak jelas kerugiannya akan lebih besar dari keuntungan yang diperoleh.

2.3. Gender Sebagai Variabel Pemoderasi Pengaruh Preferensi Risiko terhadap Keputusan Investasi

Investor individual bukan hanya dominasi para laki-laki akan tetapi di masa modern seperti sekarang ini perempuan juga telah aktif terlibat langsung dapat pengambilan keputusan investasi. Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengaruh preferensi risiko dalam pengambilan keputusan investasi, maka gender akan digunakan sebagai variabel pemoderasi. Dengan demikian nantinya akan dapat diketahui apakah masing-masing gender memiliki preferensi risiko yang sama atas pilihan investasinya ataukah berbeda atas pilihan investasinya.

Dwyer et al., (2001) dalam penelitiannya mengkaji tentang perbedaan gender dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal, menghasilkan bahwa perempuan lebih risk averse dalam pengambilan keputusan investasi sedangkan laki-laki lebih risk seeker. Al-Ajmi (2008) juga meneliti tentang risk tolerance investor individu dengan membandingkan antara investor laki-laki dan

(22)

perempuan dengan menambahkan faktor lainnya yaitu usia, level pendidikan. Faktor penentu dalam pengambilan keputusan investasi sesungguhnya ditentukan oleh perilaku keuangan dari para investor itu sendiri atau lebih dikenal dengan behavioral finance. Barber dan Odean (2001) dalam penelitian yang dilakukan di Amerika tentang pengaruh gender dan overconfidence terhadap investor yang menginvestasikan dananya pada saham biasa, menemukan bahwa laki–laki lebih overconfidence dibanding perempuan. Karena perempuan cenderung underestimate terhadap perubahan–perubahan yang terjadi atau biasa disebut dengan recent bias. Portofolio saham laki–laki lebih bagus dibanding perempuan, yaitu rata–rata volume saham yang diperoleh laki – laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Chou et.al.,(2010) dalam penelitiannya terhadap para investor di Taiwan dalam menghadapi resiko investasi. Dalam hal ini dibedakan antara investor laki-laki dan investor perempuan, dan hasil dari penelitian ini bahwa tidak ada perbedaan gender dalam hal menanggapi risiko. Akan tetapi persepsi investor terhadap risiko investasi dipengaruhi oleh pengalaman investor itu sendiri. Investor dengan sedikit pengalaman akan cenderung memiliki persepsi risiko yang tinggi dan sebaliknya investor dengan pengalaman yang tinggi cenderung neutral terhadap risiko. Sadi, Rasoul, et.al., (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan keuangan atau investasi adalah persepsi investor itu sendiri, dimana masing-masing individu memiliki persepsi yang berbeda. Ada lima unsur dalam persepsi investor ini dalam pengambilan keputusan investasi yaitu, overconfidence bias, availability bias, escalation of committment, randomness

(23)

bias dan hindsight bias. Selain itu kalau ditinjau dari sisi personality dalam pengambilan keputusan investasi, ada lima bentuk personality, yaitu: extroversion, agreeableness, concientiousness adalah merupakan sikap dimanaadanya kepercayaan dan cara mengontrol dan menyesuaikan motivasi, neuroticism, dan opennes. Dari hipotesis yang dibangun dapat disimpulkan bahwa ada hubungan langsung antara extroversion dan openness dengan hindsight bias dan overconfidence bias, antara neuroticism dan randomness bias, antara escalation of commitment dan availability biases. Selain itu, ada hubungan terbalik antara concientiousness dan radomness bias, antara openness dan availability bias. Juga ditegaskan bahwa faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi adalah faktor sosiologi seperti usia, gender, personality.

(24)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual dalam penelitian digunakan sebagai alur pikir agar lebih mudah dalam memahami tujuan studi yang ingin dicapai. Kerangka proses berpikir dimaksudkan untuk memberi tuntunan berpikir deduktif melalui teori dan konsep yang telah ada, serta memberikan tuntunan induktif untuk memperjelas wawasan dalam melakukan analisis melalui studi empiris.

Kerangka proses berpikir dalam rancangan penelitian ini dimulai dengan studi teoritik yang digunakan untuk memahami tujuan penelitian berdasarkan teori-teori atau konsep yang sudah ada. Adapun teori-teori yang digunakan dalam studi ini Utility

Theory, teori portofolio (portfolio theory) yang memberikan dasar pada pilihan investasi

yang efisien dengan menghasilkan return yang paling optimal. Selain itu juga akan digunakan The Fisher Separation Theorem.

Dukungan studi empirik untuk memperkuat model ini menjadi referensi dalam penulisan ini yang merupakan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Studi empirik merupakan metode induktif, karena mengkaji sesuatu yang bersifat khusus untuk digeneralisasi guna memperoleh kesimpulan umum. Berdasarkan hasil sintesa dari proses berpikir deduktif dan induktif maka dirumuskan hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis preferensi risiko yang mempengaruhi pengambilan keputusan investasi dengan gender sebagai variabel pemoderasi.

(25)

Penelitian ini adalah merupakan penelitian kuantitatif dimana akan dilakukan penyebaran kuesioner kepada para investor khususnya yang berinvestasi melalui Indonesian Stock Exchange, maka akan dilakukan uji statistik/kuantitatif yang pada intinya sebagai pembuktian dari uji hipotesis yang diajukan sebelumnya. Uji statistik bisa mendukung hipotesis atau juga bisa menolak hipotesis yang diajukan, yang akan digambarkan dengan hasil bahwa hipotesis diterima atau hipotesis ditolak. Berdasarkan proses tersebut diharapkan bisa menghasilkan kajian ilmiah berupa disertasi

Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain, Chou (2010) mengungkapkan bahwa dalam penelitiannya terhadap para investor di Taiwan dalam menghadapi resiko investasi, yang dibedakan antara investor laki-laki dan investor perempuan, dan hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa bahwa tidak ada perbedaan gender dalam hal menanggapi risiko. Akan tetapi persepsi investor terhadap risiko investasi dipengaruhi oleh pengalaman investor itu sendiri. Investor dengan sedikit pengalaman akan cenderung memiliki persepsi risiko yang tinggi dan sebaliknya investor dengan pengalaman yang tinggi cenderung neutral terhadap risiko. Al-Ajmi (2008) juga meneliti tentang risk tolerance investor individu dengan membandingkan antara investor laki-laki dan perempuan dengan menambahkan faktor lainnya yaitu usia, level pendidikan. Faktor penentu dalam pengambilan keputusan investasi sesungguhnya ditentukan oleh perilaku keuangan dari para investor itu sendiri atau lebih dikenal dengan behavioral finance. Dari paparan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dapat disusun sebagai berikut:

(26)

H1 : Preferensi risiko investor berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan investasi.

Adapun hipotesis kedua preferensi risiko investor dengan dimoderasi gender memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap keputusan investasi. Dwyer et al., (2001) dalam penelitiannya mengkaji tentang perbedaan gender dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal, menghasilkan bahwa perempuan lebih risk averse dalam pengambilan keputusan investasi sedangkan laki-laki lebih risk seeker. Barber dan Odean (2001) dalam penelitian yang dilakukan di Amerika tentang pengaruh gender dan overconfidence terhadap investor yang menginvestasikan dananya pada saham biasa, menemukan bahwa laki–laki lebih overconfidence dibanding perempuan. Karena perempuan cenderung underestimate terhadap perubahan–perubahan yang terjadi atau biasa disebut dengan recent bias. Portofolio saham laki–laki lebih bagus dibanding perempuan, yaitu rata–rata volume saham yang diperoleh laki – laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Dari paparan tersebut di atas maka hipotesis yang dibangun adalah:

H2 : preferensi risiko investor dengan dimoderasi gender berpengaruh yang lebih signifikan terhadap keputusan investasi.

Berdasarkan kajian teoritis dan hasil kajian empiris yang telah diuraikan, maka penelitian ini akan mengkaji dan menguji preferensi risiko individual investor terhadap keputusan investasi dengan dimoderasi gender. Berikut ini adalah kerangka konseptual yang dibangun:

(27)

Dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa kerangka konseptual tersebut secara keseluruhan menggambarkan pengaruh langsung antara variabel preferensi risiko (X1) terhadap variabel investment decision (Y) dan pengaruh preferensi risiko (X1) dengan dimoderasi gender terhadap investment decision (Y).

Preferensi risiko sebagai variable eksogen atau independent (X1) diukur dengan menggunakan 8 indikator. Sedangkan variable endogen atau dependent (Y) diukur dengan menggunakan 2 indikator yaitu Active Strategy dan Passive Strategy. Sebagai variabel pemoderasi adalah gender.

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian dengan penalaran deduktif dan merupakan jawaban secara teoritis terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dapat diuji kebenarannya dengan fakta empiris. Adapun hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(28)

H1 : Preferensi risiko berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi.

H2 : Preferensi risiko dengan dimoderasi gender berpengaruh lebih signifikan terhadap keputusan investasi.

(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan/Jenis Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian non eksperimen dengan jenis penelitiannya adalah eksplanatori, karena bertujuan untuk menemukan dan menguji adanya pengaruh preferensi risiko terhadap keputusan investasi.

Metode utama penelitian ini adalah penelitian survei, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai pengumpul data pokok (Singarimbun dan Efendi, 1995). Jenis data berbentuk primer dan dikumpulkan oleh peneliti dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Data penelitian merupakan subyek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik subyek penelitian secara individual. Unit analisis adalah investor individual yang melakukan investasinya di Bursa Efek Indonesia khususnya di Surabaya.

Adapun kriteria preferensi risiko dan pengambilan keputusan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi literatur dari berbagai sumber baik teoritis maupun empiris. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan SEM (Structural Equation Modelling) dengan menggunakan AMOS (Analysis of Moment Structure) dengan menggunakan responden yaitu para investor yang melakukan investasinya melalui Bursa Efek Indonesia khususnya di Surabaya.

(30)

Penelitian ini bertujuan menguji secara empirik pengaruh preferensi risiko investor dengan pemoderasi gender terhadap keputusan investasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu metodologi riset yang berupaya untuk mengkuantifikasi data, dan biasanya menerapkan analisis statistik tertentu (Malhotra, 2005: 115).

4.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 4.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. (Sugiyono, 2001:72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh investor yang melakukan investasinya melalui Bursa Efek Indonesia khususnya di Surabaya.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi. Jumlah sampel disesuaikan dengan alat analisis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu Structural Equation Modelling (SEM). Sarmanu, (2010:26), Solimun (2002:171) menyatakan bahwa besaran sampel untuk analisis yang menggunakan multivariate adalah :

a. besar sampel yang disarankan adalah antara 100 hingga 200

b. sama dengan 5 hingga 10 kali variabel manifest (indikator) atau parameter dalam model.

(31)

Berdasarkan model penelitian yang dibangun, maka pendekatan analisisnya adalah multivariate, dengan 2 variabel laten dan 10 indikator, sehingga dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 10 x 10 = 100 investor dengan kriteria yang disebutkan diatas, penentuan besarnya jumlah sampel berdasarkan pertimbangan :

a. Jumlah sampel yang dipersyaratkan oleh SEM

b. Distribusi kuesioner dilakukan di Bursa Efek Indonesia yang berada di Surabaya.

4.2.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menurut Uma Sekaran, 1998, adalah proses memilih sejumlah unsur yang memadai dari populasi, sehingga dengan meneliti sampel, serta memahami karakteristik sampel, peneliti dapat menggeneralisasi karakteristik populasi. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana atau simplified random sampling terhadap para investor di Surabaya.

4.3. Variabel Penelitian 4.3.1. Klasifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga variabel, yaitu variabel bebas (independent) atau eksogen dan variabel terikat (dependent) atau endogen serta variable pemoderasi. Variabel bebas (independent variables) adalah variabel yang keragamannya (variabilitasnya) mempengaruhi variabel tergantung. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu preferensi risiko.

(32)

Variabel moderating adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Dalam penelitian ini preferensi risiko secara positif significant mempengaruhi keputusan investasi. Sebagai variabel moderasi adalah gender, jadi dalam analisanya akan melihat apakah variabel gender akan memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel preferensi risiko dalam pengambilan keputusan investasi.

Sedangkan variabel terikat (dependend variable) adalah variabel yang keragamannya (variabilitasnya) dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel tergantung adalah keputusan investasi atau investment decision.

4.3.2. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan identifikasi atau klasifikasi variabel di atas, maka selanjutnya akan diuraikan mengenai definisi operasional variabel sebagai berikut:

1) Preferensi Risiko

Preferensi risiko adalah merupakan sikap investor dalam menilai risiko suatu investasi. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur preferensi risiko ini dirujuk dari penelitian Dwyer et al., (2002) dan juga Wahlund et.al., (1996). yang meliputi:

a) Pengetahuan Investasi setiap individu berbeda sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

b) Minat Investasi setiap individu berbeda sesuai dengan dana yang dimilikinya.

(33)

c) Preferensi waktu setiap individu berbeda sesuai dengan harapan pengembalian atas investasi yang dilakukan.

d) Sikap dalam pengambilan risiko investasi setiap individu berbeda sesuai dengan keberanian dan kesiapan mentalnya.

e) Motif investasi setiap individu berbeda, antara lain speculative motive, preventive motive, investment motive.

f) Pengendalian diri setiap individu berbeda, semakin matang seseorang dalam mempertimbangkan suatu permasalahan khususnya investasi semakin menentukan bentuk persepsi investasinya.

g) Pengendalian Keuangan dan Perencanaan setiap individu akan menentukan kesuksesannya dalam pengambilan keputusan khususnya dalam hal ini adalah investasi

h) Situasi ekonomi investor, semakin tinggi tingkat ekonomi investor semakin berani dalam pengambilan keputusan investasi.

Semua indikator risk preference akan diukur dengan menggunakan skala Likert (1-5) dengan skor yang mendukung pernyataan sebagai berikut:

Sangat tidak setuju Diberi nilai 1 Tidak setuju Diberi nilai 2

Ragu-Ragu Diberi nilai 3

Setuju Diberi nilai 4

Sangat setuju Diberi nilai 5

(34)

Variabel pemoderasi dalam hal ini akan diuji apakah variabel gender memperkuat atau memperlemah pengaruh preferensi risiko terhadap keputusan investasi yang dipilih. Dalam hal ini akan diuji apakah investor laki-laki semakin kuat indikasinya sebagai risk seeker. Dan juga akan diuji apakah investor perempuan itu semakin kuat indikasinya sebagai risk averse.

3) Keputusan investasi (investment decision)

Keputusan investasi atau investment decision adalah merupakan keputusan akhir yang diambil oleh seorang investor atas strategi investasi yang dipilih. Wahlund et.al., (1996) dan Jones (1998) mengemukakan tentang keputusan investasi yang pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a) Passive Strategy

Strategi ini dilakukan dengan cara membeli sekuritas dan menyimpan sekuritas tersebut dalam periode waktu yang lama (buy and hold). Strategi pasif dapat dilakukan melalui core investment ataupun foundation capital. Core investment lebih menekankan pada keuntungan berupa deviden sedangkan foundation capital mendasarkan pada keuntungan fixed income. Oleh karena itu, return dan risk strategi core investment dan foundation capital sangat terbatas.

(35)

Strategi ini dilakukan dengan cara membeli sekuritas dan melakukan penjualan sekuritas tersebut (buy and sell). Strategi dilakukan melalui speculative investment dan aggressive investment. Strategi speculative menekankan pada keuntungan berupa capital gain sedangkan strategi aggressive menekankan pada dua keuntungan yaitu capital gain dan deviden, karena itu return dan risk strategi speculative dan aggressive sangat tinggi. Motif strategi adalah spekulasi pasar dan pertumbuhan.

4.4. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan adalah kuisioner. Kuisioner ini berisi sejumlah pertanyaan dari semua indikator penelitian dengan menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2001:86) penggunaaan skala ini untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Adapun pertanyaan unfavorabe cara pemberian nilainya berlawanan dengan pertanyaan favorable. Penggunaan item yang bersifat favorable dan unfavorable ini dimaksudkan untuk menguji konsistensi jawaban responden. 4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam sebuah kuesioner ada dua syarat penting yang berlaku, yaitu keharusan sebuah kuesioner untuk valid dan reliabel. Kuesioner dikatakan valid, apabila pernyataannya mampu mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dikatakan reliabel (handal), apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Oleh karena itu dalam pengolahan data menggunakan software AMOS (Analysis of Moment

(36)

Structure) yang relevan melalui uji validitas dan reliabilitas sebagaimana diuraikan sebagai berikut :

1). Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid atau sahih apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara cepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sampai sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Ferdinand (2000:187) menyebutkan bahwa setiap indikator yang memiliki critical ratio dua kali lebih besar dari pada standart error-nya, maka indikator tersebut valid dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam model yang disajikan nilai critical ratio yang identik dengan t hitung dalam regresi dapat diperoleh melalui program AMOS.

2). Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dan stabilitas dari sebuah skor dalam skala pengukuran. Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil atau tidak rentan dalam situasi apapun. Konsistensi internal ukuran merupakan indikasi homogenitas item-item yang ada harus sama dan harus mampu mengukur konsep yang sama secara independen, sehingga responden seragam dalam mengartikan setiap item. Reliabilitas dihitung melalui indeks reliabilitas instrumen yang dipergunakan dari model SEM yang dianalisis, dimana

(37)

pedoman yang baik untuk menginterprestasikan indeks reliabilitas dengan menyatakan bahwa dalam penelitian explanatory, reliabilitas yang sedang antara 0,5-0,6 sudah cukup untuk menjustifikasi sebuah hasil penelitian. Dengan demikian analisis data yang sedang digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil yang dapat diinterpretasikan sebagai cukup reliabel.

4.4.2 Structural Equation Modeling (SEM)

Structural Equation Modelling (SEM) yang terdiri dari measurement model dan structural model melalui program Analysis of Moment Structure (AMOS). Menurut Ferdinand (2002:2), model persamaan struktural (SEM) adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian pengujian sebuah rangkaian hubungan dan relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit itu dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independen.

Teknik analisis yang diterapkan digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh preferensi risiko, dan gender sebagai variabel pemoderasi dalam pengambilan keputusan investasi.

a. Langkah-Langkah Pemodelan Model SEM

Langkah-langkah pemodelan SEM dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Pengembangan Model Teoritis

Pada tahap ini, sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat dikembangkan. Dalam pengembangan model teoritis, peneliti harus

(38)

hubungan mengenai sebuah fenomena. Dalam penelitian ini mempunyai landasan yang kuat bahwa variabel eksogen : Preferensi risiko, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel endogen dalam pengambilan keputusan investasi.

2. Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram) Untuk Menunjukkan Kausalitas

Setelah model teoritis dibangun, maka langkah selanjutnya adalah menggambarkan sebuah path diagram. Path diagram dimaksudkan untuk melihat hubungan kausalitas yang ingin diuji. Atas dasar model teoritis yang telah diuraikan pada langkah pertama.

Konstruk-konstruk yang dibangun, dapat dibedakan dalam dua kelompok konstruk, yaitu konstruk eksogen dan konstruk endogen.

a. Konstruk Eksogen (Exogenous Constructs)

Konstruk eksogen adalah konstruk yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model. Secara diagramatis konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah. Pada penelitian ini, konstruk eksogennya adalah preferensi risiko.

b. Konstruk Endogen (Endogenous Constructs)

Konstruk endogen adalah konstruk yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya tetapi konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Pada penelitian ini , konstruk endogennya adalah keputusan investasi.

(39)

3. Konversi Diagram Jalur ke Dalam Persamaan

Model diagram jalur diwujudkan dalam persamaan-persamaan struktural (structural equations) dan persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model). Persamaan struktural dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar konstruk yang ada. Persamaan yang dibangun terdiri dari 2 persamaan yaitu :

a. Persamaan-persamaan struktural (structural equations) yaitu persamaan yang merumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk.

b. Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model) yaitu menentukan variabel mana mengukur konstruk mana, serta menentukan serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesiskan antar konstruk atau variabel.

4. Pemilihan Matriks Input dan Estimasi Model

Pada langkah ini melakukan pemilihan jenis input, yaitu kovarians atau korelasi yang sesuai. Apabila yang diuji adalah hubungan kausalitas, maka input yang digunakan adalah kovarians. Mengingat penelitian ini akan menguji hubungan kausalitas, maka matriks kovarians yang diambil sebagai input dalam operasi SEM. Pada SEM ukuran sampel yang ideal adalah 100– 200 (Hair 2005: 47), bila ukuran sampel terlalu besar misalnya lebih dari 400, maka metode menjadi sangat sensitif sehingga sulit untuk mendapatkan ukuran-ukuran goodness of fit yang baik.

(40)

a. Estimasi measurement model dengan teknik confirmatory factor analysis merupakan salah satu teknik analisis statistik multivariate dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara bersama-sama pada semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dan variabel bebas, dan biasanya disebut metode antar ketergantungan (interdependence methods). b. Estimasi analisis jalur sebagai metode untuk mempelajari pengaruh secara

langsung atau tidak langsung dari variabel bebas terhadap variabel tergantung dan digunakan untuk menelaah hubungan antara model kausal yang telah dirumuskan dalam penelitian atas dasar pertimbangan teoritis dan pengetahuan tertentu. Dalam model kausal dibedakan antara variabel eksogen dan variabel endogen.

5. Menilai Problem Identifikasi

Salah satu persoalan mendasar dalam model struktural adalah masalah identifikasi, yang memberikan indikasi sebuah model dapat diselesaikan dengan baik atau tidak dapat diselesaikan sama sekali. Identifikasi model dimaksudkan untuk menghasilkan serangkaian nilai parameter yang konsisten dengan data. Bila sebuah solusi untuk nilai bagi sebuah parameter struktural dapat dihasilkan maka model disebut “identified“. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala sebagai berikut : a. Standart error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar b. Program tidak mampu menghasilkan matriks informasi yang seharusnya

(41)

c. Munculnya angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif

d. Munculnya korelasi yang tinggi antar koefisien estimasi yang didapat, misalnya lebih dari 0,9

6. Evaluasi Model

Evaluasi terhadap ketepatan model pada dasarnya telah dilakukan pada saat model diestimasi oleh Analysis of Moment Structure (AMOS). Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis dengan pemodelan SEM adalah sebagai berikut:

a. Ukuran sampel minimum jumlahnya 100.

b. Normalitas dan linearitas. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode statistik. Sedangkan uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari data dan dilihat pola penyebarannya untuk ada tidaknya linearitas.

c. Outlier, yaitu observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrem baik secara univariant maupun multivariant, yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan nampak sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya.

d. Multicollinearity dan singularity. Multicollinearity dapat dideteksi dari determinan matrik kovarians. Nilai determinan matrik kovarians yang sangat kecil mengindikasikan adanya masalah multicollinearity dan singularity. Perlakuan yang dapat diambil adalah mengeluarkan variabel yang menyebabkan singularitas. Apabila singularity dan multicollinearity

(42)

ditemukan dalam data yang dikeluarkan, maka salah satu perlakuan yang diambil adalah menciptakan composite variables, selanjutnya menggunakan composite variables tersebut dalam analisis selanjutnya. 7. Interpretasi dan Modifikasi Model

Interpretasi dan modifikasi dilakukan terhadap model yang dikembangkan, apabila ternyata estimasi tersebut memiliki tingkat prediksi tidak seperti yang diharapkan, yaitu apabila terdapat residual besar. Namun demikian, modifikasi hanya dapat dilakukan apabila terdapat justifikasi teoritis yang cukup kuat, karena SEM tidak ditujukan untuk menghasilkan teori, tetapi menguji model yang memiliki pijakan teori yang baik.

8. Evaluasi Goodness of Fit

Untuk mendapatkan model hasil analisis yang valid diperlukan beberapa asumsi yaitu yang berkaitan dengan model dan asumsi pendugaan parameter dan pengujia hipotesis. Asumsi untuk model di dalam SEM diantaranya bahwa hubungan antar variabel bersifat linier, dan model bersifat aditif. Asumsi pendugaan parameter dan pengujian hipotesis diantaranya antar unit pengamatan saling bebas, jumlah sampel cukup besar agar dapat diasumsikan sampel tersebut akan mendekati distribusi normal. Secara garis besar uji goodness of fit model dapat dipilah menjadi 4 hal yaitu:

a). Pengujian parameter

Pengujian parameter dalam SEM dilakukan dengan uji t. Pengujian ini dilakukan untuk:

(43)

Parameter Lamda: yaitu parameter berkenaan dengan pengukuran variabel laten berdasarkan variabel manifes/indikator (sering untuk uji validitas instrumen). Apabila hasil signifikan maka indikator tersebut valid untuk mengukur variabel laten

Parameter Delta dan Epsilon: yaitu parameter yang berkenaan dengan error pada pengukuran variabel laten (berkaitan dengan realibilitas). Apabila (α) dan (ε), hasilnya tidak signifikan menunjukkan indikator atau variabel manifes tersebut adalah reliabel.

Parameter Beta: yaitu parameter pengaruh variabel endogen terhadap variabel eksogen. Apabila hasilnya signifikan artinya ada pengaruh variabel endogen terhadap variabel eksogen.

Parameter Gamma: yaitu parameter pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Apabila hasilnya signifikan artinya ada pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen.

b). Pengujian model Overall

Pengujian ini ditujukan apakah model baik struktural maupun pengukuran hasilnya dikatakan baik (fit) atau tidak. Dikatakan fit apabila pengembangan model hipotetik secara konseptual dan teoritis didukung oleh data empirik. Ada beberapa uji yang bisa digunakan diantaranya Chi-Kuadrat, root mean square residual (RMR), root mean square error of approximation (RMSEA), adjusted goodness of fit index (AGFI) dan lain sebagainya.

(44)

Keakuratan model struktural bisa dilihat melalui koefisien determinasi total yaitu yang disimbolkan dengan R². Seperti pada analisis Regresi nilai R² berkisar antara 0 s.d. 1, dan model dikatakan baik bila koefisien makin besar (mendekati 1).

d). Pengujian Model Pengukuran

Model pengukuran dimaksud adalah pemeriksaan mengenai validitas dan realibilitas. Hasil yang signifikan dari λ, menunjukkan data valid dan δ maupun ε yang tidak signifikan menunjukkan hasil yang reliabel.

9. Interpretasi dan Modifikasi Model

Apabila model sudah baik maka model dapat diinterpretasikan, akan tetapi apabila belum baik, perlu dilakukan modifikasi. Modifikasi model dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan indeks modifikasi.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ackert, F. Lucy., Deaves, Richard., 2010. Behavioral Finance, Psychology, Decision Making, and Markets. South Western Publishing, Cengage Learning.

Adhikara, A. Muhammad Fachruddin, 2003. Preferensi Investor terhadap Strategi Investasi di Pasar Modal. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 6, No.2. Hal. 113-130

Adhikara, A. Muhammad Fachruddin, 2008. Mental Accounting Investor (Studi Eksplorasi Perilaku Preferensi Investor di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 13, No.2. Hal. 251- 261

Akhtar, Muhammad Naeem., Hunjra, Ahmed Imran., Andleeb, Arifa., and Butt, Babar Zaheer, 2011. Individual Investors Perception of dividends: Pakistan’s Perspective. MPRA.ub.uni-muenchen.de/40682

Al- Ajmi, 2008. Risk Tolerance of Individual Investor in an Emerging Market. International Research Journal of Finance and Economics, Euro Journals Publishing, Inc.

Barberies, N. 2000. Investing for the Long Run when Returns are Predictable, The Journal of Finance 55, p. 225-264

Barberis, N., and Thaler, R., 2003. A Survey of Behavioral Finance, Handbook of the Economics of Finance

Bazerman,H. Max, 1994. Judgement in Managerial Decision Making, Third Edition, John Wiley & Sons, Inc. Singapore

Bodie, Z. Kane, A. And Marcus, A. A.,2007. Essentials of Investment, McGraw-Hill, NewYork

Bodie, Z. Kane, A. And Marcus, A.J., 2002. Investments, 5th edition, McGraw-Hill/Irwin, New York

Brigham, F. Eugene and Ehrhardt, C. Michael., 2005. Financial Management Theory and Practice, 11th edition, Thomson-South Western-USA

Chris Veld, Merkoulova, 2006. The Risk Preference of Individual Investors. JEL-codes: G11,G12

Copeland, Thomas, E., Weston, J, Fred.,Shastri, Kuldeep 2005. Financial Theory and Corporate Policy, Fourth edition, Pearson-Addison Wesley,Inc

(46)

Danang Sunyoto, Model Analisis Jalur untuk Riset Ekonomi, 2012. CV Yrama Widya

De Bondt, W.F.M., 1998. A Portrait of the Individual Investors, European Economic Review 42, p. 841-844

Dong, M., Robinson, C., and Veld, C., 2005. Why Individual Investors want Dividens, Journal of corporate Finance 12, p. 121-158

Dwyer, Peggy D., Gilkeson,James H., List, John A.,2001. Gender Differences in Revealed Risk Taking: Evidence from Mutual fund Investors, Economic Letter 76, p. 151- 158

Ferdinand, A, 2002. Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen. Edisi 2. Seri Pustaka Kunci 03, BP-UNDIP

Gujarati, Damodar, Sumarno Zein, 1978, “ Ekonometrika Dasar” Penerbit Erlangga

Husnan, Suad, 2009. Dasar-Dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas, Edisi Keempat, Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta

Husnan, Suad, 2009. Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta

Jianakoplos, N. And Bernasek, A., 1998. Are Women More Risk Averse? Economic Inquiry 36, p. 620-630

Johnson, J.E.V. and Powell, P.L., 1994. Decision Making, Risk and Gender: Are Managers Different? British Journal of Management 5, p 123-138

Kahneman, D.,and Tversky, A., 1979. Prospect Theory: An Analysis of Decision Under Risk, Econometrica47, p. 263-292

Kahneman, Daniel., Slovic,Paul., Tversky, Amos., 2001. Judgement Under Uncertainty: Heuristics and Biases. Cambridge University Press, United Kingdom

Keown, Arthur, J., et.al, 2005. Financial Management: Principles and Application, Tenth Edition, Pearson-Prentice-Hall, New Jersey

Kerlinger, Fred 1993, “Foundation of Behavior Research” 3rd edition, diterjemahkan oleh L.R. Simatupang, Yogyakarta : UGM

(47)

Lakonishok, Josef.,Shleifer,Josef.,Vishny,Robert, W., 1992. The Impact of Instutional Trading on Stock Prices. Journal of Financial Economics 32, p.23-43, North-Holland

Malhotra, 2005. Riset Penelitian. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Mandler, Michael., 2001. A Difficult Choice in Preference Theory: Rationality Implies Completeness or Transitivity but not both. E. Millgram, ed., MIT Press, London

Megginson, L. William, 1995. Corporate Finance Theory. J. Wiley & Sons, Inc.- USA

Michaud, Richard O., 1999. Investment Syles, Market Anomalies, and Global Stock Selection. The Research Foundation of The Institute of Chartered Financial Analysis, USA

Plous, S., 1993. The Psychology of Judgement and Decision Making. McGraw-Hill, Inc

Rabin, M., 2000. Risk Aversion and Expected-Utility Theory: a Calibration Theorem. Econometrica 68, p. 1281-1292

Ravichandran, K., Dr. 2008. A Study on Investors Preferences towards various Investment Avenues in Capital Market with Special Reference to Derivatives. Barathidasan Institute of Management, Tiruchirapalli

Rong Chou-Shyan, et.al. 2010. Investor Attitutes and Behavior towards Inherent Risk and Potential Returns in Financial Products. International Research Journal of Finance and Economics, Euro Journals Publishing, Inc.

Sadi, Rasoul, et.al., 2011.Behavioral Finance: The Explanation of Investors’ Personality and Perceptual Biases Efects on Financial Decision. International Journal of Economics and Finance, Vol.3, No. 5

Sekaran, Uma and Bougie, Roger., 2009. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. Fifth Edition, john Wiley & Sons Ltd, United Kingdom Singarimbun, Masri, Effendi, Sofyan, 1992. Metode Penelitian Survei. LP3ES

Jakarta

Slovic, Paul and Sarah Lichtenstein. The Construction of Preference: An Overview. Cambridge University Press, 978-0-521-54220-3

(48)

Slovic,Paul., Finance, Melissa.,Ellen Peters, and MacGregor, Donald, G.,2003. Intuitive Judgement: Heuristics and Biases. Cambridge University Press-London

Solimun, 2002. Multivariate Analysis : Structural Equation Modelling (SEM), Lisrel dan AMOS. Universitas Negeri Malang

Tandelilin, Eduardus, 2010. Portofolio dan Investasi (Teori dan Aplikasi). Edisi Pertama, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Tversky, A., and Kahneman, D., 1981. The Framing of Decisions and The Psychology of choice Science, p. 185

Tversky, A., and Kahneman, D., 1992. Advances in Prospect Theory: Cummulative Representation of Uncertainty, The journal of Risk and Uncertainty 5, p.297-323

Wahlund Richard, Jonnas Gunarsson, 1996. Mental discounting and financial Strategies,Journal of Economic Pshychology,p 709-730

Widoatmodjo, Sawidji,2009. Pasar Modal Indonesia, Pengantar & Studi Kasus. Edisi Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia

Zainuddin, 2004. Metodologi Peneltian Praktis dan Aplikatif. Sinar Grafika, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya di kampung Assegaf, tempat di mana perusahaan es balok berdiri.Jepang merasa perusahaan tersebut menjadi penghambat perjalanannya untuk menguasai

Pembentukan yayasan ini kemudian ditindak lanjuti dengan membuat suatu forum diskusi melalui sosial media (facebook), yang terbuka bagi setiap orang yang peduli

197612152006042017 Penata Muda Tingkat I, III/b BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA KOTA BEKASI 38 FIRMAN ZULFAHMI, S.H.. 198402292011011002

a) Peserta Jamkesda adalah masyarakat miskin di luar peserta Jamkesmas yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan mempunyai kartu peserta Jamkesda. b) Kartu Jamkesda

Bramstio Setiawan/A210150160, PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT MEMBANGUN DIGITAL ENTREPRENEURSHIP DENGAN KONSEP EKONOMI KREATIF MAHASISWA PENDIDIKAN

(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua

Sumber utama emisi GRK adalah pembakaran bahan bakar fosil dalam bentuk bahan bakar minyak untuk industri dan transportasi, penebangan hutan alam yang menyebabkan potensi rosot

frequencies band options, LTE can well coexist with other technologies in the ecosystem such as GSM and UMTS that can be seen from throughput and SINR performance.. For