• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS TERHADAP KEBERADAAN KENDARAAN PRIBADI YANG TIDAK MEMPUNYAI IZIN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM (STUDI DI KOTA SAMARINDA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS YURIDIS TERHADAP KEBERADAAN KENDARAAN PRIBADI YANG TIDAK MEMPUNYAI IZIN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM (STUDI DI KOTA SAMARINDA)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 3 (2014)

http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja © Copyright 2014

ANALISIS YURIDIS TERHADAP KEBERADAAN KENDARAAN PRIBADI YANG

TIDAK MEMPUNYAI IZIN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM

(STUDI DI KOTA SAMARINDA)

Fenny Herlambang1

(Herlambangfenny@yahoo.co.id) Mahendra Putra Kurnia2

(mp_sheva@yahoo.co.id) Erna Susanti3 (r_nas77@rocketmail.com) Abstrak

Transportasi merupakan sarana yang di butuhkan banyak orang sejak jaman dahulu dalam melaksanakan kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk angkutan dengan demikian transportasi atau angkutan dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa bagi masyarakat yang membutuhkan sangat bermanfaat untuk pemindahan penumpang/pengiriman barang. Permasalahan yang diteliti adalah tentang banyaknya kendaraan pribadi serta kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya tanggung jawab dan optimalisasi terhadap kendaraan pribadi yang tidak mempunyai izin sebagai angkutan umum yang di tinjau dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan jalan yang sebagaimana mestinya telah di atur sesuai Undang-Undang tersebut.

Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan yaitu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan penelitian kepustakaan. Data-data yang terkumpul kemudian akan dianalisis dalam bentuk deskripsi kalimat yang teratur, sistematis dan logis. Berdasarkan penelitian, penulis menyarankan Keberadaan kendaraan pribadi sebagai angkutan umum di Kota Samarinda banyak didapati dikarenakan kurangnya keinginan para pemilik kendaraan pribadi untuk mengurus izin trayek yang diperlukan sebagai syarat untuk melakukan praktek pengangkutan penumpang, hambatan-hambatan antara lain seperti kurangnya informasi dan komunikasi kepada masyarakat tentang sosialisasi Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khususnya mengenai angkutan umum dan kurangnya kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas dan terdapat upaya preventif dan upaya represif yang dilakukan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan jalan

Kata Kunci;Kendaraan Pribadi, Izin, Angkutan Umum

1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2

(2)
(3)

JURIDICAL ANALYSIS OF EXISTENCE PERSONAL VEHICLE

WITHOUT PERMISSION AS A PUBLIC TRANSPORT

(STUDY IN SAMARINDA)

Fenny Herlambang4 (Herlambangfenny@yahoo.co.id)

Mahendra Putra Kurnia5 (mp_sheva@yahoo.co.id)

Erna Susanti6 (r_nas77@rocketmail.com)

Abstract

Transportation is needed for many people since ancient time many activities realized in the form of freight transport or transport the carrier generating services for people who require the transfer of passenger / freight. The problem under study is about the number of private vehicles and obstacles encountered in the optimization effort and responsibility on private vehicles that are unlicensed as public transport in the review of the Law Act Number 22 Year 2009 about traffic and road transport as it should has been set as the Law Act.

This research uses empirical research juridical law by using two approaches, namely research approach legislation and conceptual approaches. Data collected by field research is conducted interviews to the parties concerned and the research literature.The data collected will then be analyzed in the form of a sentence descriptions regular, systematic and logical. Based on research, the authors suggest existence of private vehicles as public transport in the city of Samarinda a common sight due to the lack of desire of the owners of private vehicles to take care of route permit is required as a condition to practice transporting passengers, among other barriers such as lack of information and communication to the public about socialization of Law Act Number 22 Year 2009 on Road Traffic and Transportation, particularly on public transport and the lack of ability of law enforcement agencies in carrying out the task and there are preventive measures and efforts undertaken repressive Traffic Office and road. Keywords: Personal vehicles, Permission, Public vehicles

4

Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 5

(4)

Pendahuluan

Transportasi merupakan sarana yang dibutuhkan banyak orang sejak jaman dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan / atau barang yang peruntukannya untuk umum atau pribadi. Mengenai jalurnya bisa melalui udara seperti pesawat terbang, laut atau perairan seperti kapal atau perahu, dan darat seperti mobil, pedati dan sebagainya. Kegiatan dari transportasi memindahkan barang (commodity of goods) dan penumpang dari satu tempat (origin atau port of call) ke tempat lain atau (port of destination), maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau dengan perkataan lain produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan sangat bermanfaat untuk pemindahan/ pengiriman barang-barangnya.

Pengangkutan-pengangkutan tersebut menimbulkan masalah-masalah dalam transportasi yang makin berkembang. Salah satunya adalah mengenai pengangkutan darat dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sejak mesin motor ditemukan, era pengangkutan dengan kendaraan bermotor lambat laun mulai dipergunakan dan dibutuhkan oleh banyak orang. Mengenai pengertian kendaraan bermotor tercantum dalam Pasal 1 ayat (8) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (selanjutnya disebut UULLAJ) “Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel”. Dalam perjalanannya pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor mulai dipergunakan untuk pelayanan umum selain digunakan untuk pribadi. Angkutan

(5)

umum untuk kendaraan bermotor roda empat di darat seperti bis kota atau antar kota atau antar pulau, mikrolet, taksi, angguna (angkutan serba guna), angkudes (angkutan pedesaan), dan sebagainya mulai banyak dijumpai seiring dengan waktu. Hal tersebut akhirnya diatur oleh suatu peraturan hukum oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang dan peraturan pemerintah tentang lalu lintas dan angkutan jalan umum (UULLAJ). Yang diatur dalam izin trayek, izin usaha angkutan, izin operasional, kelaikan angkutan untuk umum beserta persyaratan lain yang ditentukan.

Dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yang akan menjadi dasar dalam penyusunan skripsi. Adapun perumusan masalahnya adalah Mengapa banyak kendaraan pribadi dipergunakan sebagai angkutan umum di kota Samarinda, apa kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam menertibkan mobil pribadi sebagai angkutan umum, dan apa upaya yang dilakukan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam menertibkan mobil pribadi sebagai angkutan umum. Agar penulisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu ditetapkan tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penyebab banyaknya kendaraan pribadi dipergunakan sebagai angkutan umum di Kota Samarinda, untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam menertibkan mobil pribadi sebagai angkutan umum, untuk mengetahui upaya yang dilakukan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam menertibkan mobil pribadi sebagai angkutan umum.

(6)

Metodologi dalam penelitian ini mencantumkan jenis penelitian Yuridis Empiris, pendekatan penelitian Live Case Study, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolahan dan analisa data terdiri dari analisa kualitatif yaitu data yang diperoleh baik dari penelitian lapangan maupun dari penelitian kepustakaan sehingga akan menjawab permasalahan yang ada dan analisa kuantitatif yaitu data merupakan gejala yang terdiri dari angka-angka yang diambil dengan metode yang cermat dan teliti yang mempunya hubungan antar variabel yang sangat jelas.

Pembahasan

Keberadaan Kendaraan Bermotor Pribadi Yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum. Mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum banyak menyalahi ketentuan UULLAJ serta merugikan masyarakan dan negara sebenarnya menyalahi ketentuan UULLAJ, karena mobil tersebut ditujukan untuk penggunaan pribadi, bukan sebagai angkutan umum. angkutan tersebut juga tidak mempunyai ijin serta didaftarkan secara sah sebagai angkutan umum. Peruntukan, persyaratan teknis dan laik jalan yang terdapat dalam angkutan tersebut sebagai jaminan utama keselamatan bagi penumpang sangat meragukan. Ini dikarenakan angkutan tersebut belum menjalani ketentuan-ketentuan sebagai angkutan umum dan ijin dari DLLAJR.

Masyarakat sebagai pengguna jasa angkutan tersebut sebenarnya dirugikan selain semakin diuntungkan dengan semakin banyaknya alternatif sarana angkutan. Merugikan bagi pengguna jasa tersebut, apabila timbul permasalahan dari angkutan tersebut. Awak dan pemilik/ pengusaha angkutan

(7)

tersebut cenderung lepas tangan menghindar dari tanggung jawab bila terjadi sesuatu pada penumpang. Dapat bertindak sewenang-wenang kepada pengguna jasa dimana awak angkutan dapat mengabaikan tata cara pengangkutan penumpang dan tarif penumpang yang dtentukan dalam UULLAJ.

Dalam angkutan ini awak dan pemilik/pengusaha angkutan banyak yang tidak memberikan ganti rugi apabila pengguna jasa mengalami musibah yang timbul dari pengangkutan tersebut. Pengguna jasa tidak mendapat asuransi, karena angkutan tersebut tidak diakui secara sah sebagai angkutan umum resmi oleh Jasa Raharja. Sehingga akibatnya pengguna jasa tidak dapat mengajukan klaim ganti rugi pada Jasa Raharja, apabila awak dan pengusaha angkutan tersebut lepas tangan dan tidak mau memberikan ganti rugi. Pada awak dan pemilik/ pengusaha angkutan umum tidak bisa terlepas dari tanggungjawabnya sebagai pengangkut sebagaimana tercantum dalam Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) selain diatur dalam UULLAJ. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa “Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Berdasarkan Pasal 3 PERDA Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Perijinan Tertentu menyebutkan bahwa dengan nama Retribusi Izin Trayek dipungut retribusi atas pemberian izin untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu dalam wilayah daerah. Dalam hal ini daerah dirugikan karena tidak memperoleh retribusi pendapatan atas beroperasinya angkutan umum dan juga Daerah tidak bisa memantau keberadaan jumlah angkutan umum

(8)

yang sebenarnya untuk pengendalian dan pengawasan bagi angkutan umum yang diijinkan beroperasi. Sementara dari tahun ke tahun, jumlah mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum semakin bertambah. Apabila dibiarkan terus menerus pengguna jasa angkutan tersebut tidak mempunyai jaminan perlindungan hukum, karena angkutan itu tidak mengikuti ketentuan mengenai kewajiban-kewajiban angkutan umum menurut UULLAJ. Ditambah pula tidak ada jaminan perlindungan hukum, karena angkutan itu tidak mengikuti ketentuan mengenai kewajiban-kewajiban yang ditentukan oleh UULLAJ. Ditambah pula tidak ada jaminan tanggung jawab dan ganti kerugian dari awak dan pemilik/ pengusaha angkutan tersebut terhadap pengguna jasa angkutan itu.

Angkutan tersebut keberadaannya meresahkan angkutan umum resmi berplat kuning. Akibatnya bisa timbul persengketaan dalam hal penumpang akibat penyerobotan penumpang oleh mobil pribadi berplat hitam sebagai angkutan umum. sehingga rawan memicu perkelahian antar awak angkutan umum resmi berplat kuning dengan awak angkutan umum ilegal berplat hitam. Kendala-kendala yang Dihadapi Oleh Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dalam Menertibkan Keberadaan Kendaraan (Mobil) Pribadi Sebagai Angkutan Umum di Kota Samarinda. Dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi di bidang angkutan umum, khusus terhadap mobil pribadi yang dipergunakan sebagai angkutan umum tidak resmi, pihak DLLAJR dan Satuan Polisi Lalu Lintas mengalami hambatan-hambatan, antara lain seperti kurangnya informasi dan komunikasi kepada masyarakat mengenai mobil pribadi sebagai angkutan umum menurut Undang-undang dan Peraturan Pemerintah mengenai lalu lintas dan

(9)

angkutan jalan raya (UULLAJ) dan kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas. Yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Samarinda , makin menjamurnya mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum yang beroperasi di jalan raya oleh pemilik/ pengusaha angkutan tersebut, bisa jadi oleh karena kurang genjarnya sosialisasi UULLAJ. Sosialisasi tersebut berupa komunikasi dan informasi mengenai ketentuan-ketentuan angkutan umum berdasarkan UULLAJ oleh pihak DLLAJR kepada pemilik/ pengusaha angkutan umum.

Akibat kurang gencarnya sosialisasi tersebut oleh pihak DLLAJR, maka banyak pemilik/ pengusaha yang menjalankan mobil pribadi berplat hitam sebagai angkutan umum. mereka belum mengerti dan memahami mengenai ketentuan dan persyaratan angkutan umum resmi beserta tindak pidana bagi yang melanggarnya menurut UULLAJ. Sehingga pemilik/ pengusaha mobil angkutan umum plat hitam dengan bersikap masa bodoh tetap mengoperasikan angkutannya, berdasarkan hasil wawancara dengan Ir. H. Agus Tri Sutanto, MT alasan dari pemilik atau pengusaha mobil angkutan umum belum mendengar sosialisasi UULLAJ mengenai angkutan umum, disamping itu bagi pemilik/ pengusaha untuk mengurus perizinan angkutan umum resmi merasa prosedur perizinan berbelit-belit atau tidak mengerti harus kemana mereka mengurusnya.7 Karena itu perlu bagi pihak DLLAJR untuk mensosialisasikan UULLAJ mengenai angkutan umum kepada pemilik/ pengusaha yang menjalankan mobil pribadi sebagai angkutan umum untuk menghentikan kegiatannya. Disamping itu

7

Hasil wawancara terhadap Ir. H. Agus Tri Sutanto, MT, Hari Selasa, Tanggal 04 Pebruari 2014, Pukul 10.04 WITA.

(10)

mengurus perizinan angkutan umum yang sah menurut UULLAJ kepada pihak DLLAJR. Dalam sosialisasi UULLAJ mengenai angkutan umum pihak DLLAJR dapat bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian untuk mensosialisasikan kepada pemilik/ pengusaha angkutan.

Dengan adanya sosialisasi UULLAJ yang gencar dan terus menerus mengenai angkutan umum oleh aparat yang berwenang dibidang angkutan jalan kepada pemilik/ pengusaha angkutan agar menjadi paham dan mengerti serta mematuhi dan melaksanakannya. Mereka tidak bisa mencari alasan-asalan lagi mengenai pelanggaran angkutan tersebut, karena sudah dianggap paham dan mengerti mengenai ketentuan UULLAJ mengenai angkutan umum yang resmi beserta prosedur perijinannya. Yang dilakukan Satuan Polisi Lalu Lintas Kota Samarinda, berdasarkan penjelasan dari Kompol Didik Hariyanto, SIK kemampuan aparat penegak hukum khususnya Satuan Polisi Lalu Lintas Kota Samarinda dalam melaksanakan tugas Untuk menanggulangi dan mencegah mobil pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum, dibutuhkan aparat penegak hukum yang berwenang dibidang angkutan jalan. Aparat yang berwenang melakukan penyidikan dalam hal ini adalah pihak kepolisian dan DLLAJR, dimana keduanya diberi tugas sebagai penyidik tindak pidana di bidang lalu lintas dan angkutan jalan oleh negara. Diatur dalam Pasal 262 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang pada intinya mengatur bahwa Penyidik Pegawai Negeri Sipil juga berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor yang pembuktiannya memerlukan keahlian dan peralatan khusus;

(11)

melakukan pemeriksaan atas pelanggaran perizinan angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum; melakukan pemeriksaan atas pelanggaran muatan dan/atau dimensi Kendaraan Bermotor di tempat penimbangan yang dipasang secara tetap; melarang atau menunda pengoperasian Kendaraan Bermotor yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan; meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, atau Perusahaan Angkutan Umum atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan, pengujian Kendaraan Bermotor, dan perizinan; dan/atau melakukan penyitaan surat tanda lulus uji dan/atau surat izin penyelenggaraan angkutan umum atas pelanggaran dengan membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan.

Aparat tersebut adalah pihak Kepolisian untuk menindak tegas pelanggaran tersebut karena tidak sesuai dengan UULLAJ. Tetapi pelanggaran tersebut tetap berlangsung bahkan semakin banyak saja setiap tahun, seolah-olah pihak Kepolisian tidak berdaya untuk mengatasinya. Ditegaskan kembali oleh Kompol Didik Hariyanto, SIK, Masih banyaknya pelanggaran tersebut ini merupakan bukti bahwa kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas masih kurang. Keterbatasan jumlah personel yang berwenang dalam pengawasan dan penindakan terhadap angkutan umum tidak resmi plat hitam menjadi kendala. Jumlah personel yang terbatas tidak maksimal untuk memberantas angkutan tersebut secara keseluruhan. Penegakan hukum yang tidak tegas dan tidak konsisten juga turut mengurangi kemampuan aparat penegak hukum yang berwenang dibidang angkutan jalan dalam melaksanakan

(12)

tugas. Seperti razia operasi terhadap angkutan umum tersebut hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja oleh aparat. Dimana tidak semua mobil pribadi plat hitam digunakan untuk digunakan sebagai angkutan umum yang beroperasi terjaring razia oleh aparat. Walaupun angkutan tersebut terjaring razia operasi, sebagian dari mereka yang tertangkap sudah kembali beroperasi.

Seharusnya aparat yang berwenang lebih banyak membentuk pos pengawasan di setiap titik wilayah yang sering dilalui oleh angkutan umum plat hitam tersebut. disamping itu aparat yang berwenang seharusnya menyebarkan intel dalam mengawasi dan menindak angkutan umum tersebut pada tiap-tiap jalur yang sering dilalui olehnya. Selain itu oknum aparat memberikan toleransi kepada angkutan tersebut dengan menarik pungutan-pungutan liar (pungli) di tempat tertentu sehingga mengurangi kemampuan aparat yang berwenang dalam melaksanakan tugas penegakan hukum. Pungli termasuk perbuatan yang memperkaya diri sendiri tanpa hak atau tidak halal, yang dapat diklasifikasikan sebagai korupsi. Apabila masalah pungli ini tidak ditangani secara struktural dan bersistem, dikhawatirkan akan terus berlanjut, sehingga menjadi beban masyarakat dan akhirnya membudaya yang sulit diberantas.8 Kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas menindak pelanggaran tersebut harus benar-benar dimaksimalkan dan ditingkatkan lagi. Dituntut lebih pintar, profesional, serta tangguh dalam melaksanakan tugasnya memberantas dan menertibkan angkutan umum plat hitam. Karena itu perlu adanya pembinaan

(13)

mental dan keahlian tiap individu personel aparat secara kontinyu dalam meningkatkan profesionalismenya.9

Upaya Hukum Yang Dilakukan Oleh Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Terhadap Penggunaan Keberadaan Kendaraan (mobil) Pribadi Sebagai Angkutan Umum di Kota Samarinda. Upaya Hukum Preventif, pada perlindungan hukum preventif ini subjek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitive. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa, perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Upaya hukum preventif yang dimaksud disini adalah upaya yang dilakukan oleh aparat-aparat penegak hukum khususnya Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam penegakan atas penyimpangan yang terjadi kendaraan pribadi yang tidak memiliki ijin sebagai angkutan umum di Kota Samarinda seperti tidak dilengkapi dengan perijinan meliputi ijin usaha, trayek dan operasi angkutan umum, kemudian mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum tidak memiliki asuransi terhadap penumpangnya. Berdasarkan hal tersebut upaya-upaya preventif yang dilakukan oleh aparat-aparat penegak hukum khususnya Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yakni melakukan penyuluhan terhadap angkutan umum yang tidak resmi tentang syarat-syarat sebagai angkutan umum sesuai Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

9

Hasil wawancara terhadap Kompol Didik hariyanto, SIK, Hari Selasa, Tanggal 04 Pebruari 2014, Pukul 14.15 WITA.

(14)

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, memberikan pelatihan penegakan hukum bagi aparat-aparat penegak hukum khususnya Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, membuat dan menerbitkan buku-buku pedoman tentang angkutan umum.

Hal lain yang harus dilakukan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah seperti pembuatan baliho mengenai pemberitahuan pelarangan penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum dan agar upaya penertiban dapat berjalan secara efektif maka Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat melakukan tindakan penjagaan ditempat berkumpulnya mobil pribadi sebagai angkutan umum dan apabila hal tersebut belum efektif dapat pula dilakukan teguran secara lisan terhadap supir-supir yang belum mematuhi aturan atau memenuhi syarat-syarat menjadi angkutan resmi menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Upaya Hukum Represif perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintah adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak

(15)

asasi manusia dapat menjadi tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.

Contoh kasus yang dapat dilihat disini, ada banyak jasa travel di Samarinda yang belum mengantongi izin trayek resmi sehingga pada Tanggal 14 September 2013 bertempat di Pos Patwal Jembatan Mahakam dilakukan razia taksi gelap yang mengangkut penumpang menuju Bandara Sepinggan Balikpapan dan Satlantas Polresta Samarinda menindak langsung 42 Unit taksi liar yang beroperasi pada saat itu. Sebagian Taksi-taksi gelap tersebut ada yang ditilang dan sebagian lagi ditahan dikarenakan tidak memiliki surat-surat lengkap dan izin trayek untuk mengangkut penumpang, taksi-taksi gelap yang ditilang dikenakan denda rata-rata berkisar antara Rp. 100.000,- (Seratus Ribu Rupiah) sampai dengan Rp. 300.000,- (Tiga Ratus Ribu Rupiah) sesuai dengan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.10 Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masih

banyak taksi-taksi yang tidak resmi dan tidak memiliki izin trayek bebas berkeliaran di Kota Samarinda untuk mengangkut penumpang dari Samarinda ke beberapa daerah yang berada di Kalimantan Timur. Praktek pengangkutan penumpang yang dilakukan oleh taksi liar yang tidak memiliki izin trayek sangat meresahkan taksi resmi berplat kuning yang memiliki izin trayek karena penumpang lebih memilih menggunakan jasa taksi gelap yang tarifnya cenderung lebih murah dibandingkan taksi resmi. Karena hal itu juga daerah khususnya Kalimantan Timur dirugikan sebab taksi gelap tidak memberikan retribusi kepada

10

Kaltim Post, Travel Tak Berizin = Taksi Gelap , diunduh dari

http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/26568/travel-tak-berizin-taksi-gelap.html, yang diakses pada Hari Senin, 17 Pebruari 2014 Pukul 14.02 WITA.

(16)

Daerah. Selain itu dapat kita lihat jika terjadi kecelakaan hak penumpang disini untuk mendapatkan asuransi tidak terpenuhi dikarenakan taksi gelap tidak melindungi atau menyertakan penumpangnya dalam asuransi kecelakan serta dapat bertindak sewenang-wenang dalam hal tarif penumpang dan tata cara pengangkutan penumpang.

Berdasarkan sanksi yang diberikan terhadap taksi-taksi gelap yang terjaring razia yang hanya dikenakan denda tilang Rp. 100.000,- (Seratus Ribu Rupiah) sampai dengan Rp. 300.000,- (Tiga Ratus Ribu Rupiah) dianggap kurang memberikan efek jera terhadap para supir taksi gelap karena nominal denda tersebut belum memenuhi syarat menurut Pasal 308 yang berbunyi dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah) dan juga tidak ada parameter atau ukuran yang menentukan besaran hukuman pidana dan denda yang diberikan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh supir taksi gelap.

Penutup

Berdasarkan analisa terhadap permasalahan yang timbul dari keberadaan kendaraan (mobil) pribadi sebagai angkutan umum, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu keberadaan kendaraan pribadi sebagai angkutan umum di Kota Samarinda banyak didapati dikarenakan kurangnya keinginan para pemilik kendaraan pribadi untuk mengurus ijin-ijin trayek yang diperlukan sebagai syarat untuk melakukan praktek pengangkutan penumpang seperti yang disebutkan Berdasarkan Pasal 173 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi Perusahaan angkutan umum yang

(17)

menyelenggarakan angkutan orang dan / atau barang wajib memiliki ; 1. Izin penyelenggaran angkutan orang dalam trayek, 2. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek ;dan / atau, 3. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

Bahwa Satuan Polisi lalu lintas Kota Samarinda dan Dinas Perhubungan kota Samarinda dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi di bidang angkutan umum, khususnya terhadap mobil pribadi yang dipergunakan sebagai angkutan umum mengalami hambatan-hambatan antara lain seperti kurangnya informasi dan komunikasi kepada masyarakat tentang sosialisasi Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khususnya mengenai angkutan umum dan kurangnya kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas menjadi hambatan oleh Dinas Perhubungan dan Satuan polisi Lalu Lintas dalam rangka penertiban angkutan umum tersebut.

Upaya Preventif dan Upaya Represif, Upaya Preventif yakni, melakukan penyuluhan terhadap angkutan umum yang tidak resmi tentang syarat-syarat sebagai angkutan umum sesuai Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, memberikan pelatihan penegakan hukum bagi aparat-aparat penegak hukum khususnya Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, membuat dan menerbitkan buku-buku pedoman tentang angkutan umum. Hal lain yang harus dilakukan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah seperti pembuatan baliho mengenai pemberitahuan pelarangan penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum dan agar upaya penertiban dapat berjalan secara efektif maka Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat melakukan tindakan

(18)

penjagaan ditempat berkumpulnya mobil pribadi sebagai angkutan umum dan apabila hal tersebut belum efektif dapat pula dilakukan teguran secara lisan terhadap supir-supir yang belum mematuhi aturan atau memenuhi syarat-syarat menjadi angkutan resmi menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Upaya Represif yakni memberikan sanksi apabila melanggar Pasal 308 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berbunyi Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp.500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah). Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, penulis ingin menyampaikan beberapa pemikiran sebagai saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pemilik/ pengusaha angkutan, masyarakat dan pemerintah/ aparat penegak hukum dalam menyikapi keberadaan mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum. Adapun saran-saran adalah Pemilik/ pengusaha angkutan plat hitam diminta segera menghentikan dan menyadari pengoperasian angkutan tersebut bisa berdampak merugikan masyarakat dan negara. Selain itu pemilik/ pengusaha angkutan dihimbau untuk segera mengurus perizinan angkutan umum serta memenuhi ketentuan-ketentuan angkutan umum menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Ini dimaksudkan agar mereka tidak terlibat masalah dikemudian hari, lalu masyarakat diharapkan tidak menggunakan jasa angkutan tersebut, karena angkutan itu tidak mempunyai tanggung jawab dan jaminan asuransi serta ganti kerugian apabila terjadi musibah. Boikot

(19)

terhadap angkutan tersebut dapat dilakukan masyarakat dalam menanggulangi keberadaan angkutan umum plat hitam.

Pemerintah bersama aparat penegak hukum yang berwenang di bidang lalu lintas dan angkutan jalan yaitu pihak Kepolisian dan DLLAJR harus secara kontinyu melakukan pengawasan dan razia operasi terhadap angkutan umum plat hitam dalam rangka penertiban angkutan umum. Selain itu pembinaan mental dan keahlian aparat harus ditingkatkan. Bertindak konsisten terhadap peraturan perundang-undangan yang sudah ada. Disini dibutuhkan sikap tegas aparat khususnya dalam melakukan law enforcement terhadap pengelola sarana transportasi ilegal sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Disamping itu mempermudah administrasi dan menekan biaya perizinan angkutan umum semaksimal mungkin.

Daftar Pustaka A. Buku

Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Grafindo Persada, Jakarta.

CST Kansil dan Christine Kansil, 2000, Pengantar Ilmu Hukum, Balai Pustaka, Jakarta.

Hadjon, Philipus M., 1999, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta.

Ichsan, Achmad, 1996, Hukum Perdata IA, Pembimbing Masa, Jakarta. Kusuma, Haliman Hadi, 1995, Metode Pembuatan Kertas atau Skripsi Ilmu

Hukum, Mandar Maju, Bandung.

MA, Saifudin Azwar, 2001, Metode Penelitian, Pustaka Belajar, Yogyakarta. Machmudin, Dudu Duswara, 2001, Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa,

P.T Refika Aditama, Bandung.

Muhammad, Abdul Kadir, 1991, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, Citra Aditya Bakti, Bandung.

(20)

Purwosujipto, 1995, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 3 Hukum Pengangkutan, Djambatan, Jakarta.

Sunggono, Bambang, 2006, Metedologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soekanto, Soejono, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.

Soemitro, Ronny Hanitijo, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Tjakranegara, Soegijanta, 1995, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta.

B. Peraturan Perundang – Undangan Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1993 tentang Kendaraan dan pengemudi.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.

C. Dokumen Skripsi dan Tesis

Siregar, Yovianko Salomo P, 2011, Analisa Dugaan Penerapan Tarif Bawah Taksi di Provinsi DKI Jakarta Menurut Hukum Persaingan, Skripsi, Program Studi Ilmu Hukum Kekhususan Kegiatan Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok.

Nursetyo, Oktaf Drajad, 2012, Penggunaan Kendaraan Perseorangan Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Surabaya.

Rosinta, 2013, Tinjauan Hukum Terhadap Angkutan Taksi Gelap Di Bandara Sepinggan Balikpapan, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Samarinda.

(21)

D. Artikel dan Jurnal

Balikpapan Pos, Taksi Gelap Merajalela, diunduh dari http://www.balikpapanpos.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=9 5744, yang diakses tanggal 10 September 2013 Pukul 20.12 WITA. Kaltim Post, Travel Tak Berizin = Taksi Gelap , diunduh dari

http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/26568/travel-tak-berizin-taksi-gelap.html, yang diakses pada hari Senin, 17 Pebruari 2014 Pukul 14.02 WITA.

Terkini News, Warga Diimbau Tak Gunakan Taksi Gelap, http://terkini.com/2013/07/31/warga-diimbau-tak-gunakan-taksi-gelap.html, yang diakses tanggal 7 Oktober 2013 pukul 17.52 WITA.

Referensi

Dokumen terkait

Hazret-i Ebûbekir’in seçiminde çok önemli rol oynadığı gibi, yeni kurulan İslâm devletinin siyasî, ahlâkî ve askerî stratejilerinin oluşmasında da halîfe- nin

Penelitian terbaru yang menggunakan air laut sebagai material campuran dan air tawar sebagai perendaman dalam memperoduksi beton normal memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan

Lebih dari itu, Yang Mulia, menurut kami Pihak Terkait bahwa menghilangkan konteks frasa telah menikah dan adanya delik aduan justru bertentangan dengan hak warga negara

Tempat peristirahatan nelayan yang ada di PPN Pekalongan selalu di gunakan untuk beristirahat oleh nelayan yang ada di PPN Pekalongan, baik itu untuk tidur, ataupun yang

Sustav za iscrtavanje koji je zaduˇzen za iscrtavanje virtualnog svijeta igre na ekranu raˇcunala, te sustav za fiziku koji je zaduˇzen za otkrivanje sudara izmedu objekata unutar

Desain penelitian ini merupakan suatu proses yang dilakukan dalam perencanaan dalam pelaksanaan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai dampak proses produksi,

b.wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya yang terkait dengan layanan jasa atau kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik, proses audit,

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Puskesmas Ranotana Weru maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang