• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional dapat ditemukan dalam aturan-aturan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional dapat ditemukan dalam aturan-aturan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Humaniter Internasional (HHI), sebagai salah satu bagian hukum internasional, merupakan salah satu alat dan cara yang dapat digunakan oleh setiap negara, termasuk oleh negara damai atau negara netral,untuk itu ikut serta mengurangi penderitaan yang dialami oleh masyarakat akibat perang yang terjadi di berbagai negara. Dalam hal ini, Hukum Humaniter Internasional merupakan suatu instrumen kebijakan dan sekaligus pedoman teknis yang dapat digunakan oleh semua aktor internasional untuk mengatasi isu internasional berkaitan dengan

kerugian dan korban perang.1

Hukum Humaniter Internasional dapat ditemukan dalam aturan-aturan keagamaan dan kebudayaan di seluruh dunia. Perkembangan modern dari hukum humaniter baru dimulai pada abad ke-19. Sejak itu, negara-negara telah setuju untuk menyusun aturan-aturan praktis, yang berdasarkan pengalaman-pengalaman pahit atas peperangan modern. Hukum humaniter itu mewakili suatu keseimbangan antara kebutuhan kemanusiaan dan kebutuhan militer dari negara-negara. Seiring dengan berkembangnya komunitas internasional, sejumlah negara di seluruh dunia telah memberikan sumbangan atas perkembangan hukum humaniter internasional.

1Ambarwati. Denny Rahmdhany. Rina Rusman, Hukum Humaniter Internasional dalam studi hubungan internasional, Rajawali pers, Jakarta, 2009 hlm 27

(2)

Keikutsertaan suatu negara, dalam mempraktikan Hukum Humaniter Internasional dalam mengesahkan perjanjian di bidang humaniter internasional, merupakan himbauan bagi negara-negara lainnya. Dengan kata lain, keikutsertaan suatu negara damai merupakan dorongan bagi negara-negara lainnya, termasuk bagi negara-negara yang potensial, dalam perang, untuk berbuat serupa dalam menghormati dan mengikatkan diri dalam dengan perjanjian hukum humaniter internasional. Artinya, makin banyak negara yang mengakui norma-norma hukum humaniter internasional makin besar harapan akan penghormatan dan pelaksanaan hukum humaniter internasional oleh negara yang sedang berperang maupun yang tidak terlibat dalam peperangan.

Pertikaian bersenjata yang terjadi di wilayah sebuah negara disebut pertikaian bersenjata yang bersifat internal atau yang bukan bersifat internasional. salah satu aspek penting dalam hukum humaniter adalah mengenai mekanisme penegakan hukum jika terjadi pelanggaran. Mekanisme ini diatur dalam Konvensi Jenewa 1949 yaitu dengan menggunakan mekanisme hukum nasional. Tanpa adanya mekanisme tersebut dalam penegakan hukum maka hukum humaniter

akan bersifat lemah dan akan terjadi suatu pelanggaran dan kesalahan.2

Hubungan antar negara menyangkut berbagai aspek dalam kehidupan. Termasuk dengan berkembangnya diberbagai bidang kehidupan, namun dalam perkembangannya hampir setiap bidang mempunyai nuansa internasional dan disentuh oleh hukum internasional. Salah satu pembahasan dalam memaparkan berbagai hubungan yang terjadi di dunia ini adalah hubungan internasional, yaitu

2Ibid,Hlm.28.

(3)

dengan mempelajari manusia dan kebudayaan yang berbagai masyarakat diseluruh dunia. Hubungan internasional adalah kunci utama negara atau dasar– dasar negara sebagai dari salah satu bagian dari interaksi negara-negara dalam dunia internasional, dimana negara sebagai aktor utama. Dengan semakin berkembangnya hubungan antar negara, maka dirasakan dari setiap negara perlu untuk mengetahui beberapa dalam melakukan hubungan internasional salah satunya masalah netralitas, yurisdiksi dan imunitas dalam hubungan internasional. Negara merupakan subjek utama dari hukum internasional, baik ditinjau secara historis maupun secara faktual. Secara historis yang pertama-tama merupakan subjek hukum internasional pada awal mula lahir dan pertumbuhan hukum internasional adalah negara. Peranan negara lama-kelamaan juga semakin dominan oleh karena bagian terbesardari hubungan hubungan internasional yang dapat melahirkan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum internasional dilakukan oleh negara-negara. Bahkan hukum internasional itu sendiri boleh dikatakan bagian terbesar terdiri atas hubungan hukum antara negara dengan negara. Kelebihan negara sebagai subjek hukum internasional dibandingkan dengan subjek hukum internasional lainnya adalah, negara memiliki apa yang disebut "kedaulatan" atau sovereignity.3

Kedaulatan yang artinya “kekuasaan tertinggi", pada awalnya diartikan sebagai suatu kedaulatan dan keutuhan yang tidak dapat dipecah-pecah dan dibagi-bagi serta tidak dapat ditempatkan di bawah kekuasaan lain. Akan tetapi kini arti dan makna dari kedaulatan itu telah mengalami perubahan. Kedaulatan

3Huala Adolf, Aspek Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Rajawali pers, Jakarta, 1991 hlm 1

(4)

tidak lagi dipandang sebagai seatu yang bulat dan utuh melainkan dalam batas-batas tertentu sudah tuntuk pada pembatas-batasan-pembatas-batasan. Pembatas-batasan- Pembatasan-pembatasan itu sendiri tidak lain adalah hukum internasional dan kedaulatan dari sesama negara lainnya. Suatu negara yang berdaulat, tetap tunduk pada hukum internasional serta tidak boleh melanggar atau merugikan kedaulatan negara lainnya. Manifestasi kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi mengandung dua sisi yaitu sisi intern dan sisi ekstern. Sisi intern berupa kekuasaan tertinggi yang dimiliki suatu negara itu sendiri. Sedangkan sisi ekstem, brupa kekuasaan tertinggi untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan negara lain atau dengan subjek-subjek hukum internasional lainnya. Wujud nyata dalam sisi intern kedaulatan tersebut dapat di lihat pada bentuk negara maupun bentuk pemerintahannya, di mana antara negara yang satu dengan negara yang lain bisa saja berbeda-beda, ada negara yang berbentuk kesatuan, federasi atau bentuk lainnya.4

Negara-negara netral adalah negara yang membatasi dirinya untuk tidak melibatkan diri dalam berbagai sengketa yang terjadi dalam masyarakat internasional. Netralitas ini mempunyai beberapa arti dan haruslah dibedakan pengertian netralitas tetap dan netralitas sewaktu-waktu, politik netral atau netralitas positif. Pada awalnya Yurisdiksi merupakan konsekuensi logis dari kedaulatan negara atas wilayahnya. Yurisdiksi negara atas individu, benda dan lain-lain dalam batas wilayahnya (teritorial daratan, laut dan udara) pada akhirnya

4Sebagaimana dimuat dari “ http://wwwandymanurung.blogspot.com/2012/02/negara-sebagai-subjek-hukum.html”, diakses pada tanggal 9 Februari 2015.

(5)

dapat berkembang/meluas melalui batas-batas negara (perluasan atas individu dan benda-benda yang terletak dinegara lain).

Swiss adalah salah satu contoh negara netral, dulunya swiss adalah anggota Liga Bangsa Bangsa (LBB). Kemudian setelah lahirnya PBB tahun 1945, Swiss tidak ikut dalam organisasi dunia itu walaupun aktif dalam organisasi-organisasi bersifat teknis (badan-badan khusus PBB). Pada tahun 1986, negara tersebut mengadakan refrendum untuk mengetahui apakah rakyat Swiss ingin tetap berada di luar atau ingin masuk PBB. Refrendum tersebut ditolak 75% penduduk. Kemudian pada bulan Maret 2002, diselanggarakan lagi refrendum dan akhirnya dengan 54,6% suara, Swiss memutuskan untuk menjadi anggota PBB

dan diterima organisasi tersebut pada tanggal 10 September 2002.5

Nama Swiss dalam bahasa Latin, Confoederatio Helvetica yang berarti Konfederasi Helvetika, dipilih untuk menghindari pemilihan salah satu dari keempat bahasa resmi Swiss (bahasa Jerman, Perancis, Italia, dan Romansh). TLD negaranya, Confederatio Helvetica juga diambil dari nama ini. Dilihat ke-26 kantonnya, 17 berbahasa Swiss-Jerman, 4 Swiss-Romande/Prancis, 1 Italia, 3 bilingual (Jerman-Prancis) dan 1 trilingual (Italia-Prancis-Romansh). Swiss berbatasan dengan Jerman, Perancis, Italia, Austria dan kerajaan kecil Liechtenstein. Masyarakat Swiss menuturkan banyak bahasa dan terdapat empat bahasa resmi, iaitu bahasa Jerman, Perancis, Italia dan bahasa Romansh yang kurang populer.

5“Sebagaimana dimuat dari“http://www.Swiss as a Neutral Country and Sovereign.html, Diakses pada tanggal 10 Februari 2015

(6)

Negara swiss sebagai negara netral memiliki beberapa dasar hukum dalam tiga dokumen yuridis yaitu pernyataan bersama tanggal 26 Maret 1815 oleh Inggris, Prancis, Portugal dalam Kongres Wina yang menjamin netralitas swiss, pasal 84 Act The Vienna Conggress dan Pasal 345 Treaty Versailles yang menegaskan bagi netralitas tersebut.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan merupakan pernyataan yang menunjukan adanya jarak antara rencana dan pelaksanaan, antara harapan dan kenyataan, juga antara das

sollen dan das sein.6 Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :

1) Bagaimanakah Ruang Lingkup Hukum Humaniter Internasional? 2) Bagaimakah Hak dan Kewajiban Negara Netral?

3) Bagaimanakah Kedudukan Swiss Sebagai Negara Netral Menurut Hukum Internasional?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui ruang lingkup hukum humaniter internasional. 2) Untuk mengetahui apa saja yang menjadi hak-hak dari negara netral 3) Untuk mengetahui kedudukan swiss sebagai negara netral menurut hukum

internasional.

6 Ronny Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hlm 21.

(7)

Sedangkan Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini adalah :

A. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan konsep ilmiah yang mampu memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu hukum khusu snya dalam bidang hukum internasional terutama mengenai kedudukan swiss sebagai negara netral dalam perspektif Hukum Humaniter Internasional. Hal ini sebagai wujud penjelmaan penerapan dalam belajar Hukum Internasional secara akademis.

B. Manfaat Praktis

Menjadi suatu pedoman atau bahan refrensi pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara secara khusus dan pemabaca pada umumnya serta dapat dijadikan bahan referensi bagi pihak akademisi dalam menambah wawasan mengenai kedudukan swiss sebagai negara netral dalam perspektif Hukum Humaniter Intenasional.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini berjudul: “KEDUDUKAN SWISS SEBAGAI

NEGARA NETRAL DALAM PERPEKTIF HUKUM HUMANITER

INTERNASIONAL” merupakan tulisan yang masih baru yang berasal dari pemikiran sendiri. judul ini sendiri belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan telah diperiksa di dalam data base arsip skripsi Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum USU, dan telah dinyatakan

(8)

belum pernah ditulis oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum USU, penulis menyusun tulisan ini melalui referensi buku-buku, media elektronik, dan bantuan bimbingan dari dosen-dosen pembimbing dan berbagai pihak lain. Dengan demikian penulis dapat mempertanggungjawabkan keaslian skripsi, baik secara ilmiah ataupun secara akademik.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Hukum Humaniter dalam Konvensi Den Haag 1899 dan 1907

Dalam konvensi Den haag 1899 dan 1907 hukum humaniter adalah hukum yang mengatur tentang alat (means) dan cara (methods) berperang. konvensi tersebut merupakan hasil dari konvensi Perdamaian I (First Peace Conference) yang di selanggarakan selama dua bulan (dibuka pada tanggal 20 mei 1899) dan konvensi Perdamaian II (Second Peace Conference) yang di selanggarakan pada tanggal 15 Juni-18 Oktober 1907, kedua konfrensi tersebut diadakan di Den Haag, Belanda. Berkaiatan dengan konferesi Perdamaian I pada tahun 1899, Menteri Luar Negeri Rusia, yaitu Count Mouravieff mengedarkan surat kepada semua kepala perwaikalan negara yang diakreditasikan di St. Petersburg yang berisikan ajakan Maharaja Rusia Untuk berusaha mempertahankan perdamaian dunia dan

mengurangi persenjataan.7

Hukum Humaniter Internasional sendiri membedakan dua jenis pertikaian bersenjata, yaitu sengketa bersenjata yang bersifat internasional dan yang bersifat non-internasional. Jika pertikaian bersenjata itu melibatkan dua negara atau lebih

7 Andrey Sujatmoko, Hukum HAM & HUKUM HUMANITER, Rajawali pers, Jakarta, 2015 hlm 193

(9)

maka disebut pertikaian bersenjata yang bersifat internasional. Tujuan utama dari hukum humaniter adalah memberikan perlindungan dan pertolongan kepada mereka yang menderita/menjadi korban perang, baik mereka yang secara nyata/aktif turut dalam permusuhan (kombat), maupun mereka yang tidak turut

serta dalam permusuhan (penduduk sipil = civilian population).8

2. Negara netral menurut para ahli dan tujuan dari negara netral

Menurut Starke yang dimaksud dengan negara netral ialah suatu negara yang kemerdekaan, politik dan wilayahnya dengan kokoh dijamin oleh suatu perjanjian bersama negara-negara besar (the great power). Negara-negara ini tidak akan pernah berperang melawan negara lain, kecuali untuk pertahanan diri, dan tidak akan pernah mengadakan perjanjian alianis yang dapat menimbulkan peperangan. Netralitas ini mempunyai beberapa arti dan haruslah dibedakan pengertian netralitas tetap dan netralitas sewaktu-waktu, politik netral atau

netralitas positif. Netralitas tetap adalah negara yang netralitasnya dijamin dan

dilindungi oleh perjanjian-perjanjian internasional seperti Swiss dan Austria, sedangkan netralitas sewaktu-waktu adalah sikap netral yang hanya berasal dari kehendak negara itu sendiri (self imposed) yang sewaktu-waktu dapat ditanggalkannya. Swedia misalnya, selalu mempunyai sikap netral dengan menolak mengambil ikatan politik dengan blok kekuatan manapun. Tiap kali terjadi perang, Swedia selalu menyatakan dirinya netral yaitu tidak memihak kepada pihak-pihak yang berperang. Netralitas Swedia tidak diatur oleh perjanjian-perjanjian internasional, tetapi dalam kebijaksanaan yang

(10)

waktu dapat saja ditanggalkannya. Dengan berakhir perang dingin, Swedia dan

juga Finlandia ikut menjadi anggota Uni Eropa semenjak 1 Januari 1985.9 Tujuan

netralisasi ini adalah untuk memelihara perdamaian dengan cara:

1) Melindungi negara-negara kecil dari negara-negara kuat yang berdekatan dengannya.

2) Melindungi dan menjaga kemedekaan negara netral ini di antara negara-negara kuat.

3. Swiss sebagai negara yang netral

Swiss adalah contoh negara netral yang tetap idiil, karena keadaan geografisnya semenjak lahir telah mempraktikkan politik netral terhadap semua sengketa yang terjadi di kawasannya. Negara swiss terdiri dari wilayah-wilayah yang diambil dari Negara-negara tetangganya, yaitu Austria, perancis, dan Italia. Bila dalam suatu sengketa, swiss memihak kepada salah satu Negara tetangga, Negara tersebut akan menjadi pecah belah dan diduduki oleh negara-negara tetangga lainnya. Negara-negara tetangga juga memerlukan swiss sebagai negara

yang berstatus netral untuk menjadi zona penyangga.10

Nama Swiss dalam bahasa Latin, Confoederatio Helvetica yang berarti Konfederasi Helvetika, dipilih untuk menghindari pemilihan salah satu dari keempat bahasa resmi Swiss (bahasa Jerman, Perancis, Italia, dan Romansh). TLD

negaranya, .ch, juga diambil dari nama ini. Dari ke-26 kantonnya11, 17 berbahasa

9“Sebagaimana dimuat dari” https://fitria97.wordpress.com/tugas-tugas/pkn/macam-macam-bentuk-negara/ Diakses pada tanggal 11 Februari 2015

10 “Sebagaimana dimuat dari” http://lanlanrisdiana.blogspot.com/2013/03/makalah-netralitas-yurisdiksi-dan.html, Diakses Pada tanggal 5 Februari 2015

(11)

Swiss-Jerman, 4 Swiss-Romande/Prancis, 1 Italia, 3 bilingual (Jerman-Prancis) dan 1 trilingual (Italia-Prancis-Romansh). Swiss berbatasan dengan Jerman, Perancis, Italia, Austria dan kerajaan kecil Liechtenstein. Masyarakat Swiss menuturkan banyak bahasa dan terdapat empat bahasa resmi, iaitu bahasa Jerman, Perancis, Italia dan bahasa Romansh yang kurang populer.

F. Metode Penulisan

Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu research, yaitu yang berasal dari kata re (kembali) search (mencari). Pada dasarnya yang dicari itu adalah “pengetahuan yang benar” untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu dengan menggunakan logika berfikir yang ditempuh

melalui penalaran dedukatif dan sistematis dalam penguraiannya.12

Metode penelitian digunakan dalam setiap penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah itu sendiri ialah suatu proses penalaran yang mengikuti suatu alur berpikir yang logis dan dengan menggabungkan metode yang juga ilmiah karena penelitian ilmiah selalu menuntut pengujian dan pembuktian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif.

1. Jenis penelitian hukum

Bentuk penelitian yang digunakan adalah bersifat yuridis normatif. artinya penelitian mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum

kepustakaan13, dimana melakukan pengumpulan data secara studi pustaka (library

12 Bambang Sunggono, Metode penelitian hukum, Raja Grafindo, Jakarta, 2005, hlm 27 13 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, cet. 9, Jakarta, Rajawali Press, 2006, hal. 23.

(12)

research) yang berkaitan dengan Kedudukan Swiss sebagai Negara Netral dalam

perspektif Hukum Humaniter. 2. Sumber data

Materi dalam skripsi ini diambil dari sumber data sekunder. Adapun sumber dan sekunder yang dimaksud adalah :

a) Bahan Hukum Primier

Bahan hukum primier merupakan suatu bahan hukum yang mempunyai sifat authoritative yang berarti memiliki otoritas. Bahan hukum dalam skripsi ini dari peraturan perundang-undangan yang ada di Hukum Internasioal dan Konvensi Den Haag yang terdapat di Hukum Humaniter Internasional.

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah semua dokumen yang merupakan sumber informasi yang berkaitan dengan skripsi ini yaitu seperti buku-buku, makalah-makalah, surat kabar, karya tulis ilmiah, dan

beberapa sumber dari website & www.google.com, yang mengulas

tetntang kedudukan swiss sebagai negara netral. c) Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan dari bahan hukum primier dan bahan sekunder seperti Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

(13)

3. Teknik Pengumpulan Data

Secara umum, ada dua teknik pengumpulan data yaitu : Studi kepustakaan

(Library Research) adalah teknik pengumpulan data melalui buku-buku baik

karangan dalam negeri maupun karangan luar negeri, karangan ilmiah, media massa, majalah, serta jurnal-jurnal atau artikel-artikel yang diperoleh dari situs internet yang berhubungan dengan judul skripsi ini.

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data dari kualitatif, yakni data yang ada adalah data yang digambarkan dalam kalimat cenderung ada unsur angka tetapi tidak mengurangi validitas data tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan secara runut dan teratur dengan menggunakan pola deduktif yang dibagi dalam pembahasan bab per bab yang saling berhubungan satu sama lain, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Bab pertama ini merupakan bab yang berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar yang didalamnya terurai mengenai latar belakang tentang judul skripsi ini, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan yang kemudian diakhiri dengan sistematika penulisan

BAB II : Bab kedua ini akan membahas mengenai tinjauan umum tentang hukum humaniter internasional kemudian masuk ke sub bab 2 akan membahas sejarah

(14)

hukum humaniter itu seperti apa, dan bagaimana istilah hukum humaniter, subjek dan objek hukum humaniter, dan sumber sumber hukum humaniter beserta aliran-aliran ruang lingkup hukum humaniter..

BAB III : Bab ketiga ini akan membahas mengenai kedudukan negara netral dalam pandangan hukum humaniter internasional. Kemudian massuk ke sub bab 3 yakni pengertian dan bentuk-bentuk negara, sejarah paham keneteralan suatu negara dan yang terakhir tentang hak dan kewajiban negara netral menurut hukum humaniter.

BAB IV : Bab empat ini akan membahas kedudukan swiss sebagai negara netral dalam perspektif hukum humaniter internasional, kemudian mempunyai 3 sub bab, sub bab tersebut yakni sejarah swiss sebagai negara yang berdaulat, swiss sebagai salah satu negara netral, kedudukan swiss sebagai negara netral menurut hukum internasional.

BAB V : Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dari penulis dari pembahasan terhadap pokok permasalahan serta saran saran penulis atas sebagaimana baiknya langkah-langkah yang diambil di dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 58 Tahun 2011 Tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik di lingkungan Kementerian Perhubungan;..  Peraturan Menteri Perhubungan

Metode yang digunakan adalah isolasi mRNA, sintesis cDNA, amplifikasi gen GnRHR dengan proses Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan primer Promotor F dan Exon 1 R

Sambungkan adaptor daya ke port Thunderbolt 4 (USB Tipe-C) dengan Power Delivery (Sumber daya utama) pada sisi kiri komputer2. Lalu, tekan tombol daya pada komputer Anda

Mengingat pentingnya ball handling dalam meningkatkan keterampilan dasar bola voli, untuk itu sangat dibutuhkan bentuk latihan yang dapat meningkatkan kemampuan

Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi peningkatan konsentrasi pektin albedo jeruk bali dan gliserol yang ditambahkan terhadap karakteristik edible film

a. Sita umum dalam kepailitan hanya meliputi pekara perdata atau termasuk juga perkara pidana. putusan Nomor 156 K/Pdt.Sus-Pailit/2015 yang menyatakan penyelesaian sita