• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Pada bab sebelumnya telah diterangkan mengenai dasar penelitian yang akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Pada bab sebelumnya telah diterangkan mengenai dasar penelitian yang akan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

88

HASIL DAN BAHASAN

Pada bab sebelumnya telah diterangkan mengenai dasar penelitian yang akan dilaksanakan, desain penelitian, pemilihan metode penelitian, termasuk penjelasan teoritis terkait dengan bagaimana melakukan analisa, dimana hasil analisa tersebut digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengumpulan data,pengolahan dan analisa data, mulai dari profil organisasi dan responden, pelaksanaan pengumpulan data, analisa data sampai dengan validasi data.

4.1 Hasil Pengumpulan Data

4.1.1 Pengumpulan Data Tahap Pertama

Pengumpulan data pada tahap pertama dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan/atau wawancara kepada 5 orang pakar untuk memverifikasi, klarifikasi dan validasi variabel dengan menggunakan metode Delphi, apakah variabel tersebut sudah lengkap dan tersusun sebagaimana mestinya. Proses pengumpulan data pada tahap ini juga akan digunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan kuesioner tahap kedua.

Responden yang menjadi pakar merupakan orang yang ahli di bidang pelaksanaan proyek EPC di PT.X, dengan kriteria sebagai berikut:

• Memiliki pengalaman lebih dari sama dengan 15 tahun dalam menangani proyek EPC.

(2)

89 • Memiliki pengalaman minimal 3 proyek dalam melaksanakan proyek EPC • Memiliki pendidikan dan pengetahuan yang menunjang, dengan minimal

pendidikan tingkat S1.

Dari kriteria-kriteria tersebut diperoleh 5 orang responden yang memenuhi persyaratan, dengan gambaran responden seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Daftar Pakar Tahap Satu

Pakar Pengalaman Kerja

(Tahun) Posisi/Jabatan Pendidikan

1 19 Project Manager S2

2 17 Project Manager S2

3 15 General Project Manager S2

4 15 Senior Project Control S2

5 20 Project Manager S2

Data yang diperoleh berupa hasil brainstorming pakar dan pemberian skala terhadap variabel faktor pengaruh pembuatan progess measurement pada saat awal sebelum eksekusi di proyek EPC, berikut komentar atau masukan tambahan terhadap variabel yang diajukan. Pada pengumpulan data ini juga ditanyakan variabel-variabel lain yang mempengaruhi kinerja biaya proyek yang belum tercantum pada kuesioner. Hasil tabel awal ini kemudian direduksi dengan mengurangi pendapat yang sama dari pakar dan tabel awal ini dikelompokkan berdasarkan pendekatan variabel pengaruh progress measurement. Hasil tabel yang didapat kemudian diklarifikasi kembali kepada para pakar untuk mengetahui pendapat mereka terhadap hasil pengumpulan dari pakar lainnya, setelah ditemukan kesepakatan dari pakar-pakar yang terlibat maka hasil akhir variabel pengaruh progress measuremnent disepakati. Lembar kuesioner tahap satu ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Dari hasil kuesioner tahap pertama tersebut oleh para pakar, didapatkan konsesus-konsesus untuk setiap masing-masing kriteria dapat dilihat pada tabel 4.3

(3)

kemudian dilakukan tabulasi data untuk penilaian dengan menggunakan tekhnik Delphi. Hasil tabulasi kuesioner tahap pertama dapat dilihat pada lampiran

Tabel 4.2 Konsesus-konsesus Hasil dari Pakar Tahap Inisiasi

No Variabel

1 Melakukkan studi kelayakan pada proyek, seperti perkiraan biaya dan waktu pada proyek.

2

Membuat Project Charter dimana pendefinisian visi, objektif, jangkuan dan penyampaian untuk proyek dengan membuat struktur organisasi peran dan tanggung jawab, dan meringkas rencana aktifitas, sumberdaya dan pendanaan yang dibutuhkan untuk memulai proyek.

3 Menentukan tim proyek dan menunjuk sumberdaya manusia ke setiap peran berdasarkan keahliannya.

4 Mengetahui tujuan proyek yang akan dibangun

5 Jenis kerjasama kontrak yang akan digunakan antara kontraktor dengan pemilik (owner).

6 Besarnya nilai total kontrak secara keseluruhan pada proyek EPC. 7 Menganalisa faktor-faktor penentu keberhasilan proyek.

8 Pengalaman manajemen proyek dalam menangani proek terutama yang berprofesi dalam bidang EPC.

9 Identifikasi ruang lingkup proyek yang akan dibangun.

Tabel 4.3 Konsesus-konsesus Hasil dari Pakar Tahap Engineering

No Variabel

1 Identifikasi potensi kebutuhan dan mengkaji aspek-aspek dari mulai teknik, ekonomi, waktu, hokum, ingkungan serta sumberdaya yang dibutuhkan. 2 Mengumpulkan data teknis yang diperlukan untuk desain.

3 Membuat spesifikasi material dan peralatan yang akan digunakan.

4 Merancang gambar-gambar dan perekayasaan berbagai disiplin seperti sipil, struktur, mekanikal, pipping, elektrikal serta instrumentasi.

5 Membuat spesifikasi dan kriteria peralatan. Misalnya, reactor utama, turbin penggerak, generator listrik, dll.

6 Mengevaluasi dan meenyetujui usulan desain dan gambar yang diajukan oleh perusahaan manufaktur.

7 Membuat model bagi instalasi yang hendak dibangun dengan skala yang ditentukan.

8 Mengajukan keperluan material untuk kegiatan pembelian.

9 Mengidentifikasi faktor-faktor yang akan terjadi pada proyek dalam segi pengadaan barang/jasa yang berakibat pada waktu, mutu, dan biaya.

10 Menganalisa perencanaan pengelolaan proyek pada setiap batang tubuh manajemen proyek.

11 Mengidentifikasi waktu pekerjaan dari dokumen serta aktifitas yang digunakan pada tahap engineering.

12 Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada tahap engineering.

(4)

91

No Variabel

13

Menganalisa Work Breakdown Structure dengan membuat pekerjaan apa saja yang dilakukan untuk membangun proyek berdasarkan disiplin dan subdisiplinnya.

Tabel 4.4 Konsesus-konsesus Hasil dari Pakar Tahap Procurement

No Variabel

1

Menganalisa apa saja kegiatan subkontraktor seperti: pemaketan pekerjaan proses pemilihan sampai penunjukkan, perencanaan pekerjaan, koordinasi, dan pengendalian pekerjaan subkontraktor.

2 Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada tahap pengadaan.

3

Menganalisis waktu yang digunakan oleh vendor pada masa fabrikasi material dan peralatan hingga ekspedisi. Penerapan kepada vendor/penyedia jasa untuk menyerahkan barang atau jasa lebih cepat dari waktu normal. 4 Menganalisis waktu sampainya barang/jasa tersebut dari tempat pembuatan/

manufacturing untuk melengkapi data kinerja vendor pada proses konstruksi. 5 Melakukan estimasi perencanaan banyaknya vendor yang akan digunakan. 6

Memverifikasi aktifitas proses pembelian, yaitu: menetapkan kebutuhan, menentukan lokasi dan memilih supplier/ vendor, melakukan kesepakatan harga, dan menjamin pengiriman barang.

Tabel 4.5 Konsesus-konsesus Hasil dari Pakar Tahap Construction

No Variabel

1

Mengidentifikasi keperluan pekerjaan fisik meliputi, keperluan perkantorn sementara, persiapan lokasi, lahan, mendirikan fasilitas untuk tempat fabrikasi, memasang perpipaan, dll.

2

Mengidentifikasi macam-macam pekerjaan non fisik, seperti merencanakan kegiatan operasional konstruksi, mengendalikan kegiatan konstruksi,

mengendalikan tenaga kerja, melakukan inspeksi, dan pekerjaan administrasi. 3 Menganalisa berbagai disiplin pekerjaan konstruksi menjadi suatu sistem. 4 Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada

tahap konstruksi.

5 Menganalisa dan mengidentifikasi banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh subkontraktor.

6 Menganalisa estimasi waktu atau penjadwalan dalam peneyelesaian setiap disiplin dan subdisiplin pekerjaan konstruksi.

(5)

4.1.2 Pengumpulan Data Tahap Kedua

Variabel yang telah diverifikasi, klarifikasi dan disepakati oleh pakar selanjutnya dijadikan variabel penelitian untuk diisi oleh para stakeholder yang terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek EPC. Para stakeholder diminta untuk memberikan penilaian (scoring) berupa frekuensi terjadinya dan tingkat pengaruh pada tiap-tiap variabel. Lembar kuesioner tahap dua ini dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pengumpulan data tahap kedua dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada tingkat middle dan senior manajemen konsruksi (job leader) yang telah berpengalaman dalam pelaksanaan proyek EPC lebih dari sama dengan 10 (sepuluh) tahun dan berpendidikan minimal S1. Hal ini dimaksudkan agar para responden dapat melakukan penilaian pada tiap-tiap variabel yang diajukan. Kuesioner disebarkan kepada personil yang mewakili departemen manajemen konstruksi di beberapa perusahaan EPC yang berhubungan dengan manajemen proyek dalam pengendalian pelaksanaan proyek EPC

Kuesioner tahap kedua disebarkan sebanyak 22 buah, dan respon atau jawaban yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 20 atau tingkat pengembalian sebesar 90%. Tabel 4.2 berikut akan menguraikan profil para responden.

(6)

93 Tabel 4.6 Profil Responden Tahap Kedua

Responden Banyaknya Proyek Jabatan Pengalaman Kerja (Tahun) Pendidikan

R1 8 Senior Planning &

Scheduling Engineer 10 S2

R2 4 Ass. Estimator Manager 14 S1

R3 4 Project Engineer 10 S1 R4 7 Planning Engineer 11 S1 R5 3 Project Manager 11 S1 R6 6 Planner 10 S1 R7 3 Project Engineer 11 S1 R8 6 Project Engineer 10 S1

R9 6 Project Planning and

Control Engineer 11 S1

R10 5 Project Control 10 S2

R11 4 Project Control 11 S2

R12 7 Sr. Project Planning &

Controlling 14 S2 R13 3 Planning /Scheduling Engineer 12 S1 R14 12 Lead Planner 10 S1 R15 18 Sr. Estimator/Scheduler 10 S1 R16 4 Cost Controller 10 S1 R17 8 Sr. Estimator 15 S1 R18 3 Cost Controller 11 S1 R19 7 Project Control 10 S2 R20 4 Planning /Scheduling Engineer 12 S1

Dari hasil kuesioner tahap kedua tersebut, dilakukan tabulasi data berupa tingkat pelaksanaan masing-masing variabel di proyek. Hasil tabulasi kuesioner tahap dua dapat dilihat pada lampiran 5.

(7)

4.1.3 Pengumpulan Data Tahap Ketiga (Validasi Hasil)

Kuesioner tahap ketiga atau validasi dilakukan untuk mengklarifikasi apakah faktor-faktor hasil temuan diatas mempunyai dampak yang cukup berpengaruh dalam pembuatan progress measurement pada PT. X untuk mengendalikan progres kinerja pada proyek yang sedang berjalan di proyek XYZ. Responden untuk validasi ini adalah Project Manager sebagai pimpinan tertinggi proyek yang terlibat dalam persiapan proyek tersebut dari tahap proposal sampai dengan eksekusi dan Project

Control Manager yang membuat prosedur progress measurement. Kuesioner

selengkapnya untuk validasi kepada pakar dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 4.7 Profil Pakar untuk Validasi Hasil

Pakar Pengalaman Kerja

(Tahun) Posisi/Jabatan Pendidikan

1 22 Project Manager S1

2 11 Project Control Manager S1

4.1.4 Penerapan Progress Measurement

Dalam menjawab pertanyaan peneliti yang kedua, yaitu: “Bagaimana penerapan standar Progress Measurement terhadap pengendalian progres pekerjaan pada proyek XYZ pada tahap engineering, procurement, dan construction?”. Maka peneliti membutuhkan prosedur Progress Measurement dari perusahaan kontraktor pelaksana proyek XYZ yang menjadi salah satu dari data primer yang dikumpulkan. Kemudian akan dianalisis dengan progres pekerjaan yang sedang berjalan. Prosedur

(8)

95

4.2 Hasil Pengolahan Data

4.2.1 Analisa Data dengan Metode Delphi

Dalam pelaksanaan wawancara, telah dibuat sebelumnya standar operasional prosedur yang menjadi dasar atau acuan dari pelaksanaan wawancara dan kertas kerja yang perlu dibawa untuk menjadikan wawancara lebih terstruktur. Hal ini dapat dilihat dalam Lampiran 1. Dari kajian pustaka didapatkan variabel penelitian yang selanjutnya akan divalidasi melalui wawancara dengan pakar.

Dari hasil wawancara pakar tahap pertama, maka dilakukan pengembangan kuesioner yang merupakan hasil validasi maupun masukan pakar. Dari 24 variabel awal yang ditanyakan kepada pakar, berkembang menjadi 34 variabel yang bisa dilihat pada Lampiran 2. Adapun dari variabel tersebut kemudian ditabulasikan dan diolah dengan metode statistik deskriptif guna memperoleh reduksi variabel sebelum dimasukkan kedalam format kuesioner kepada stakeholder proyek EPC yang dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.2.2 Analisa Data dengan AHP

AHP merupakan sistem pembuat keputusan dengan menggunakan model matematis. AHP membantu dalam menentukan prioritas dari berbagai variabel dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari masing-masing variabel. Dalam memperoleh faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan progress

measurement, maka variabel tersebut adalah ke 34 variabel yang tercantum dalam

hasil kuesioner tahap pertama yang disebar ke responden. Adapun kaidah pembobotan menyatakan bahwa :

1. Nilai bobot variabel berkisar antara 0-1 atau antara 0%-100% jika kita menggunakan persentase

(9)

2. Jumlah total bobot semua variabel harus bernilai 1 (100%) 3. Tidak ada bobot yang bernilai negatif (-)

4.2.2.1Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison)

Pada proses analisa AHP langkah pertama dilakukan adalah mentabulasi hasil jawaban responden dari pengumpulan data kuesioner tahap dua. Penentuan nilai prioritas variabel dilakukan dengan membuat tabel perbandingan berpasangan pengaruh, dapat dilihat pada Tabel 4.5.

4.2.2.2Perhitungan Bobot Elemen

Adapun cara mendapatkan nilai pembobotan yang digunakan sebagai normalisasi data. Nilai total Matriks dalam masing-masing kolom dibandingkan dengan nilai matriks dan di jumlahkan untuk tiap baris. Total nilai baris dari matrik hasil perhitungan tersebut dijumlahkan, dapat dilihat pada Tabel 4.6

Selanjutnya, untuk mengetahui bobot tiap pengaruh yang berkisar antara 0-1. Cara menghitung bobot adalah dengan membagi angka pada tiap kotak dengan penjumlahan semua angka dalam kolom yang sama, sehingga didapat perhitungan bobot pengaruh dapat dilihat pada Tabel 4.7

Setelah mendapatkan nilai normalisasi data langkah selanjutnya adalah mengkalikan nilai faktor bobot pengaruh dengan nilai dari tiap-tiap variabel,.hasil perkalian tersebut kemudian dirangking dari yang terbesar sampai yang terkecil. Tabel hasil perangkingan variabel dapat dilihat pada Tabel 4.8

(10)
(11)

Tabel 4.8 Matriks Perbandingan Berpasangan Pengaruh

Sangat Banyak

Berpengaruh

Cukup Banyak

Berpengaruh

Berpengaruh

Sedikit

Berpengaruh

Tidak

Berpengaruh

Sangat Banyak Berpengaruh

1

2

3

4

5

Cukup Banyak Berpengaruh

1/2

1

2

3

4

Berpengaruh

1/3

1/2

1

2

3

Sedikit Berpengaruh

1/4

1/3

1/2

1

2

Tidak Berpengaruh

1/5

1/4

1/3

1/2

1

Tabel 4.9 Normalisasi Matriks dan Prioritas

Sangat Banyak

Berpengaruh

Cukup Banyak

Berpengaruh

Berpengaruh

Sedikit

Berpengaruh

Tidak

Berpengaruh

Jumlah Prioritas

Persentase

(%)

Sangat Banyak

Berpengaruh

0,4380

0,4898

0,4390

0,3810

0,3333

2,081

0,416

100,000

Cukup Banyak

Berpengaruh

0,2190

0,2449

0,2927

0,2857

0,2667

1,309

0,262

62,898

Berpengaruh

0,1460

0,1224

0,1463

0,1905

0,2000

0,805

0,161

38,694

Sedikit

Berpengaruh

0,1095

0,0816

0,0732

0,0952

0,1333

0,493

0,099

23,683

Tidak

Berpengaruh

0,0876

0,0612

0,0488

0,0476

0,0667

0,312

0,062

14,987

Jumlah

5,000

1,000

(12)

99

Tabel 4.10 Nilai Pengaruh

Varia-

bel

Tidak

Berpengaruh

Sedikit

Berpengaruh

Berpengaruh

Cukup Banyak

Berpengaruh

Sangat Banyak

Berpengaruh

Nilai

Akhir

Rang-

king

0,150

0,237

0,387

0,629

1

X1

0

0

7

8

5

12,741

5

X2

0

0

3

5

12

16,306

1

X3

0

1

10

7

2

10,51

16

X4

1

5

10

2

2

8,463

26

X5

1

3

8

5

3

10,102

20

X6

2

4

7

5

2

9,102

23

X7

3

3

10

3

0

6,918

31

X8

1

3

10

6

0

8,505

25

X9

1

2

7

5

5

11,478

12

X10

3

3

7

7

0

8,273

27

X11

1

4

3

6

6

12,033

8

X12

3

3

6

6

2

9,257

21

X13

3

4

7

6

0

7,881

30

X14

1

2

12

3

2

9,155

22

X15

9

4

3

3

1

6,346

34

X16

1

6

7

2

1

6,539

33

X17

0

3

7

4

6

11,936

9

X18

0

2

8

6

4

11,344

13

X19

1

1

10

3

5

11,144

14

X20

0

0

3

9

8

14,822

2

(13)

Varia-bel

Tidak

Berpengaruh

Sedikit

Berpengaruh

Berpengaruh

Cukup Banyak

Berpengaruh

Sangat Banyak

Berpengaruh

Nilai

Akhir

Rang-

king

0,150

0,237

0,387

0,629

1

X21

0

2

3

9

6

13,296

3

X22

0

2

6

8

4

11,828

10

X23

1

1

9

7

2

10,273

19

X24

1

2

5

5

7

12,704

6

X25

1

1

7

7

4

11,499

11

X26

1

4

9

4

2

9,097

24

X27

3

3

8

6

0

8,031

28

X28

1

1

3

9

6

13,209

4

X29

0

3

10

3

4

10,468

18

X30

1

1

10

4

4

10,773

15

X31

4

7

6

2

1

6,839

32

X32

1

2

8

6

3

10,494

17

X33

3

4

7

6

0

7,881

29

X34

1

3

4

5

7

12,554

7

(14)

101 Rangking yang diambil adalah nilai variabel yang diatas nilai rata-rata penting dan Sangat Penting. Berikut hasil tabel perangkingan:

Tabel. 4.11 Perangkingan Variabel

Variabel

Nilai Akhir Pengaruh

Rangking

X2 Membuat Project Charter dimana pendefinisian visi, objektif, jangkuan dan penyampaian untuk proyek dengan membuat struktur organisasi peran dan tanggung jawab, dan meringkas rencana aktivitas, sumberdaya dan pendanaan yang dibutuhkan untuk memulai proyek,

16,306 1

X20 Mengidentifikasi waktu pengerjaan dan dokumen serta aktivitas yang digunakan pada tahap engineering,

14,822 2

X21 Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada tahap engineering,

13,296 3

X28 Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada tahap pengadaan,

13,209 4

X1 Melakukkan studi kelayakan pada proyek, seperti perkiraan biaya dan waktu pada proyek,

12,741 5

X24 Memverifikasi aktivitas proses pembelian, yaitu: menetapkan kebutuhan, menentukan lokasi dan memilih supplier/ vendor, melakukan kesepakatan harga, dan menjamin pengiriman barang,

12,704 6

X34 Menganalisa estimasi waktu atau penjadwalan dalam peneyelesaian setiap disiplin dan subdisiplin pekerjaan konstruksi,

12,554 7

X11 Mengumpulkan data teknis yang diperlukan untuk desain,

12,033 8

X17 Mengajukan keperluan material untuk kegiatan pembelian,

11,936 9

X22 Menganalisa Work Breakdown Structure dengan membuat pekerjaan apa saja yang dilakukan untuk membangun proyek berdasarkan disiplin dan subdisiplinnya,

(15)

Setelah itu mencari skor terbesar, skor terkecil, rentangan dan batas kelas.nilai rata rata untuk sangat banyak berpengaruh, cukup banyak berpengaruh, berpengaruh, sedikit berpengaruh dan tidak pengaruh. Dalam mencari rentang (range) didapat dari skor terbesar dikurangi dengan skor terkecil.

Skor Tertinggi = 16,306 Skor Terendah = 6,346 Rentang = 9,960

Kemudian mencari lebar kelas dengan rentang kelas dibagi dengan banyaknya kelas. Lebar Kelas = 5 960 , 9 = 1,192

Setelah itu membuat batas kelas dengan menggunakan data minimum yang kita peroleh tadi ditambahkan dengan lebar kelas. Begitu seterusnya sampai kita mendapatkan semua kelasnya yaitu 5 kelas. Batas atas kelas pertama menjadi batas bawah kelas kedua, batas atas kelas kedua menjadi batas bawah kelas ke tiga, begitu seterusnya. Berikut nilai batas bawah dan atas dari kriteria :

Tabel 4.12 Nilai Rata-rata

Nilai Rata-rata Batas Bawah Batas Atas

Sangat Banyak Berpengaruh 6,346 8,338

Cukup Banyak Berpengaruh 8,338 10,330

Berpengaruh 10,330 12,322

Sedikit Berpengaruh 12,322 14,314

(16)

103

4.2.2.3Perhitungan Konsistensi untuk Pengaruh

Hasil konsistensi indeks dan eigen vector dari matriks perbandingan berpasangan. Pengaruh kemudian digunakan untuk menguji konsistensi hirarkinya. Dari matriks perbandingan berpasangan (Tabel 4.5) dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang bersangkutan diperoleh matriks, yang selanjutya diambil rata-rata untuk setiap baris atau yang disebut dengan nilai prioritas.

Nilai prioritas dikalikan dengan matriks perbandingan berpasangan, menghasilkan nilai untuk tiap baris kemudian dijumlahkan, selanjutnya setiap jumlah pada baris dibagi kembali dengan nilai prioritas yang bersangkutan, sehingga didapatkan nilai eigen, kemudian hasilnya dijumlahkan.

Tabel 4.13 Perhitungan Konsisteni Untuk Pengaruh

Sangat Banyak Berpengaruh Cukup Banyak Berpengaruh Berpengaruh Sedikit Berpengaruh Tidak Berpengaruh Nilai Eigen Weight Sum Vector Consistency Vector (λ) Berpengaruh 1 2 3 4 5 0,4162 2,1291 5,1156 Cukup Banyayk Berpengaruh 0,5 1 2 3 4 0,2618 1,337 5,1078 Berpengaruh 0,333 0,5 1 2 3 0,1611 0,8148 5,0594 Sedikit Berpengaruh 0,25 0,333 0,5 1 2 0,0986 0,4951 5,0225 Tidak Berpengaruh 0,2 0,25 0,333 0,5 1 0,0624 0,3140 5,0337 Rata-rata 5,0678

017

,

0

1)

-(5

5

-5,0678

1)

-(n

n

-maks.

=

=

=

CI

CI

CI

λ

Untuk n = 5, nilai random (RI) = 1,12, maka bisa dicari nilai Rasio Konsistensi (Consistency Ratio) atau CR sebagai berikut:

(17)

015

,

0

12

,

1

017

,

0

=

=

=

CR

CR

RI

CI

CR

Karena nilai CR < 0,1 berarti preferensi penilaian adalah konsisten,

4.3 Pengaplikasian Progress Measurement 4.3.1 Progres Engineering

Progress Measurement dalam pengendalian fase engineering adalah dengan mengontrol aktivitas pengerjaan deliverables atau dokumen-dokumen seperti draft spesifikasi gambar, gambar kerja, dokumen untuk vendor, dll, Pemberian bobot pekerjaan pada prosedur progress measurement tahap engineering ialah berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan dokumen (man hour).

Tahap-tahap pengendalian kinerja fase engineering, yaitu:

1. Membuat pembobotan paket pekerjaan tahap engineering yang sudah terdapat pada prosedur Progress Measurement proyek.

2. Membuat asumsi persentase aktivitas pekerjaan baik pekerjaan langsung ataupun aktivitas pada pengerjaan subkontraktor ataupun vendor, yaitu: a. Pembuatan dokumen (Ready for Draft) dengan asumsi senilai 40% b. Isu Pertama (1st Issue), senilai 80% pengertian dalam isu pertama

adalah pemasukkan dokumen yang sudah siap untuk diberikan kepada pemilik proyek untuk mendapatkan persetujuan/revisi ketahap berikutnya setelah diverifikasi dan dievaluasi oleh tim pemilik proyek. c. Konstruksi dengan asumsi senilai 100%

(18)

105 3. Perhitungan total dokumen yang dibutuhkan dan dokumen cadangan (allowance document) yang terdapat dalam setiap disiplin pekerjaan

engineering.

4. Perhitungan pesentase proges pekerjaan yang telah dilakukan (actual) terhadap banyaknya dokumen, sub disiplin, dan terhadap pekerjaan

engineering secara keseluruhan.

Pemberian bobot aktivitas penyelesaian pekerjaan dokumen kontraktor dan subkontraktor/vendor kepada owner mempunyai nilai subtotal ataupun totalnya sebesar 100%. Selanjutnya adalah pemberian bobot aktivitas penyelesaian pekerjaan desain spesifikasi gambar, yang digunakan pada proyek untuk mengetahui jumlah material yang digunakan atau Material Take Off (MTO) pada kebutuhan tahap pengadaan. Pada proyek XYZ tedapat 3 aktivitas pekerjaan desain spesifikasi gambar, yaitu:

1. HAZOP (Hazard and Operability Studies)/SIL (SafetyInregrity Level) 2. 3D Model

3. Pipping MTO

Contoh perhitungan progres terhadap kinerja engineering dapat digambarkan dengan mengambil contoh, yaitu pada pengerjaan dokumen Operation

Manual/Commisioning yang terdapat pada lampiran 7 adalah sebagai berikut:

- Progres terhadap dokumen = 0,72

) 4 33 ( ) 1 12 ( ) 8 , 0 18 ( ) 4 , 0 1 (( = + × + × + ×

- Progres terhadap disiplin = 0,72 100 100 72 , 0 = ×

- Progres terhadap Engineering = 0,01 100 9 , 1 72 , 0 = ×

(19)

Tabel 4.14 Total Progres Engineering

Subdisiplin Bobot

Progres setiap sub

disiplin Bobot Progres (%) Rencana Actual Rencana Actual

Process 8,50% 100,00% 99,47% 8,50% 8,45%

Fire & HSE 2,10% 98,71% 95,56% 2,07% 2,01%

Operation & Maintenance 1,90% 64,85% 72,43% 1,23% 1,38%

Civil 21,90% 71,68% 82,63% 15,70% 18,10% Building 7,50% 59,50% 75,26% 4,46% 5,64% Mechanical 12,70% 86,02% 87,10% 10,92% 11,06% Piping 22,70% 41,13% 57,84% 9,34% 13,13% Instrument 11,80% 48,38% 67,07% 5,71% 7,91% Electrical 10,90% 51,68% 64,38% 5,63% 7,02% Total 100,00% - - 63,56% 74,70%

Dalam laporan progres pekerjaan engineering yang sedang berjalan, terlihat bahwa pada pembuatan dokumen Process dan Fire & HSE terjadi keterlambatan

penyelsaian dokumen dari jadwal yang telah ditentukan sebesar 0,53 %, sedangkan

Fire & HSE sebesar 3,15 %, Tetapi, keterlambatan Process dan Fire & HSE tidak

memperlambat proses kinerja pada subdisiplin yang lainnya. Terbukti terdapat percepatan pekerjaan yang melebihi jadwal rencana dengan total persentase progres pekerjaan yang telah dikerjakan (actual) sebesar 74,70% sedangkan, kumulatif

perencanaan 63,56%. Sehingga, terdapat selesih 11,14% sebagai prestasi kemajuan progres.

4.3.2 Procurement

Persentase pembuatan bobot pekerjaan procurement diukur terhadap jumlah

harga material/jasa dari subkontraktor/vendor. Anggaran pembelanjaan dari setiap daftar material dan peralatan yang sudah dipesan oleh kontraktor (PO) akan dikendalikan oleh bagian divisi project control kontraktor dengan memberikan bobot

(20)

107

persentase asumsi proses subkontraktor dari mulai pemesanan (PO), FOB (Free On Board/Pengiriman) dan kedatangan di situ (arrival at site). Ketiga bobot persentase

untuk aktivitas kontrol tersebut tidak terdapat didalam prosedur progress measurement proyek tetapi, bobot tersebut dikeluarkan oleh kontraktor tetap atas

pesetujuan owner.

Proyek XYZ dilaksanakan oleh PT. X yang merupakan perusahaan konsorsium yang berpusat di Jepang, PT. X yang berada di Indonesia pada proyek XYZ menangani bagian engineering dan procurement saja, sedangkan pada PT. X

pusat menangani keseluruhan progres EPC proyek.

Perhitungan kinerja pengerjaan procurement dihitung berdasarkan penyelesaian asumsi penyelesaian pekerjaan dengan jadwal yang direncanakan dan nilai bobot persentase yang sudah ditentukan pada prosedur progress measurement

dibandingkan dengan penyelesaian pekerjaan yang telah dikerjakan (Current Progress for Each Requisition). Misalkan pada progres pekerjaan PT. X pusat yang

terdapat pada lampiran 8 diketahui bahwa pada kategori equipment dengan sub

kategori Main Refrigran Compressor laporan kinerja pekerjaan per tanggal 25

Desember 2012 yang telah diselesaikan adalah pada Purchase Commitment, Receipt of Key Vendor Drawing, dan Fabrication Start or Major Raw Material Received at

Shop. Sehingga bobot yang telah dikerjakan dijumlahkan yaitu sebesar 55%.

Kemudian hitung jumlah persentase bobot yang telah dikerjakan tadi terhadap bobot kategori tersebut dengan cara mengkalikan bobot kategori dengan hasil persentase bobot aktual terhadap sub kategori (for each requisition) didapatkanlah kinerja

(21)

Dari hasil progres yang diambil pada laporan bulanan, didapatkan bahwa pencapaian progres pekerjaan procurement termasuk dalam kategori baik karena

penyelesaian pekerjaan dapat lebih cepat dilakukan sebelum jadwal yang direncanakan, progres pengadaan keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.14 Begitu pula dengan penendalian procurement di PT. X pusat dan PT. X Indonesia. Hanya

saja terdapat keterlambatan pada subdisiplin pipping sebesar 1,04% yang dikontrol

oleh PT. X pusat (tabel 4.15 ) dan pada subdisiplin equipment yang dikontrol oleh

PT. X di Indonesia (tabel 4,16).

Tabel 4.15 Progres Pengadaan Keseluruhan Subdisiplin Bobot

(%)

Progres setiap disiplin Bobot Progres Rencana Actual Rencana Actual

PT, X Pusat 91,59% 41,42% 49,82% 37,94% 45,63%

PT, X Indonesia 8,41% 25,19% 35,54% 2,12% 2,99%

Proc Overall 100,00% - - 40,06% 48,62%

Tabel 4.16 Progres Pengadaan PT. X

Subdisiplin Bobot Progres setiap disiplin Bobot Progres Rencana Actual Rencana Actual Civil & Steel

Structure 0,10% 95,00% 100,00% 0,10% 0,10% Equipment 70,60% 47,68% 58,07% 33,66% 41,00% Piping 12,80% 46,95% 38,80% 6,01% 4,97% Instrument 8,60% 10,00% 23,75% 0,86% 2,04% Electrical 7,90% 10,00% 21,59% 0,79% 1,71% Total 100,00% - - 41,42% 49,82%

Tabel 4.17 Progres Pengadaan PT. X Indonesia

Subdisiplin Bobot Progres setiap disiplin Bobot Progres Rencana Actual Rencana Actual Civil & Steel

Structure 21,30% 10,00% 24,44% 2,13% 5,21% Equipment 32,00% 57,47% 57,10% 18,39% 18,27% Piping 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Instrument 4,90% 10,00% 10,00% 0,49% 0,49% Electrical 41,80% 10,00% 27,68% 4,18% 11,57% Total 100,00% - - 25,19% 35,54%

(22)

109

4.3.3 Construction

Progres konstruksi mempunyai kesamaan pada progres procurement karena project control perusahaan kontraktor tidak hanya mengukur progres pada pekerjaan

langsung (direct work) yang dikerjakan oleh kontraktor, tetapi juga pengukuran

prestasi pekerjaan yang dilakukan oleh subkontraktor. Pada pekerjaan sub-kontraktor dalam prosedur progress measurement sub-kontraktor mempunyai total bobot

pekerjaan adalah sebesar 20%, sedangkan pekerjaan pekerjaan langsung yang dikerjakan oleh kontraktor ialah sebesar 80%.

4.3.3.1Pekerjaan Sub Kontraktor

Pekerjaan yang dilakukan oleh sub kontraktor mempunyai penyelesaian perencanaan awal yang diberikan oleh kontraktor adalah sebesar 100%, sehingga penyelesaian pekerjaan sub kontraktor tidak boleh lebih dari waktu yang sudah dijadwalkan oleh kontraktor. Apabila subkontraktor melebihi perencanaan yang telah ditetapkan, maka subkontraktor tersebut akan diberikan sangsi yang sesuai dengan kesepakatan kontrak bersama antar subkontraktor dengan kontraktor.

4.3.3.2Pekerjaan Langsung a. Pengukuran Unit

Kinerja kemajuan penyelesaian pekerjaan tahap konstruksi diukur berdasarkan struktur standar kerja yang dikerjakan oleh kontraktor atau yang biasa disebut Work Breakdown Structure (WBS), dengan

menghitung banyaknya pekerjaan yang dihitung dari Bill of Quantity

(23)

b. Perhitungan dasar untuk setiap paket pekerjaan.

Jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan pada setiap paket/kategori pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor akan dipantau harian, mingguan dan bulanan dengan rumus :

Persentase progres =

totalBQ aktualBQ

Satuan paket pekerjaan ditentukan untuk mewakili sifat pekerjaan, seperti panjang (m), berat (ton), area/luas (m2), volume (m3), dll.

c. Persentase bobot setiap sub kategori

Persentase bobot dari masing-masing kategori pekerjaan ditentukan sebanding dengan perkiraan man hour yang dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan langsung. Persentase bobot pengelompokkan kategori harus sesuai dalam WBS. Persentase bobot pencapaian pekerjaan yang sudah dilakukan secara keseluruhan kategori didapatkan dari perkalian bobot persetase progres dengan bobot persentase yang terdapat pada level tersebut.

d. Detail WBS beserta bobot persentasenya.

Progres konstruksi akan diukur sesuai dengan paket pekerjaan Work

Breakdown Structure (WBS) kontraktor yang dilakukan pada tahap

engineering. Dari penyusunan WBS didapatkan tingakatan level dari level 1 (satu) sampai dengan level 6 (enam) kemudian dihitung kembali bobot kategori dalam setiap levelnya.

(24)

111

Tabel 4.18 Progres Konstruksi Pekerjaan Langsung

Subdisiplin Bobot (%) Progres setiap disiplin Current Progress Each Category Weighted percentage for each category

Civil General Works 20,90% 16,72% 46,31% 7,74% Concrete Works 19,90% 15,92% 95,35% 15,18% Steel Election Works 2,50% 2,00% 0,00% 0,00%

Buildings 6,90% 5,52% 65,90% 3,64% Equipment 3,10% 2,48% 0,00% 0,00% Tank 12,30% 9,84% 43,25% 4,26% Piping 11,90% 9,52% 0,00% 0,00% Instrumentation 3,80% 3,04% 0,00% 0,00% Electrical 6,10% 4,88% 0,00% 0,00% Insulation 2,40% 1,92% 0,00% 0,00% Painting 2,20% 1,76% 0,00% 0,00% Marine Work 4,20% 3,36% 44,15% 1,48% PreComissioning/Co mmissioning 3,80% 3,04% 0,00% 0,00% Total 100,00% 80,00% 32,30%

(25)

Tabel 4.19 Progres Konstruksi Pekerjaan Sub Kontraktor Subdisiplin Bobot (%) Progres setiap disiplin (%) Inquiry Package Issue (5%) Letter of Intent Issue (95%) Current Progress Each Category (%) Weighted percentag e for each category Site Preparation

Package 10,40% 2,08% 8-Oct-11 10-Feb-11 100,00% 2,08%

General Construction Package 23,20% 4,64% 100,00% 4,64% General Construction Package (CIVIL/Conc,/Steel/ F,P) 11,60% 2,32% 6-Sep-11 25-Aug-11 100,00% 2,32% General Construction Package (Mech) 4,64% 0,93% 6-Sep-11 20-Sep-11 100,00% 0,93% General Construction Package (Piping) 6,96% 1,39% 6-Sep-11 1-Feb-12 100,00% 1,39%

Civil Package for

Process Train Area 11,60% 2,32% 8-Dec-11 25-Jul-12 100,00% 2,32% Marine Package 12,10% 2,42% 4-Oct-11 10-Feb-12 100,00% 2,42% Building Package 7,30% 1,46% 5-Nov-11 29-Jun-12 100,00% 1,46%

Tank Package 27,90% 5,58% 1-Oct-11 30-Mar-12 100,00% 5,58%

Piping Prefabrication Package

1,50% 0,30% 22-Jun-12 25-Aug-12 100,00% 0,30% Electrical and

Instrument Works 4,10% 0,82% 29-Jul-12 25-Oct-12 100,00% 0,82% Insulation Package 1,90% 0,38% 7-Jul-12 21-Sep-12 100,00% 0,38%

Total 100,00% 20,00% 20,00%

Dari hasil progres pekerjaan yang berdasarkan WBS didapatkanlah total aktual per kategori yang telah dikerjakan oeh subkontraktor sebesar 20,00% dan pada pekerjaan langsung yang dikerjakan oleh kontraktor sebesar 32,20%, Rangkuman pekerjaan secara keseluruhan didapatkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.20 Progres Keseluruhan Pengerjaan Konstruksi

Weight% Individual Progress Weighted Progress Planned Actual Planned Actual Sub Kontraktor 20,00% 100,00% 100,00% 20,00% 20,00% Kontraktor 80,00% 7,12% 40,37% 5,70% 32,30% Progres Konstruksi 100,00% - - 25,70% 52,30%

(26)

113

Tabel 4.21 Progres Pengerjaan Sub Kontraktor

Tabel 4.22 Progres Pengerjaan Kontraktor

Weight% Individual Progress Weighted Progress Planned Actual Planned Actual Civil General 20,90% 20,99% 46,31% 4,39% 9,68% Concrete 19,90% 7,34% 95,35% 1,46% 18,97% Steel Erection 2,50% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Buildings(EPC) 6,90% 1,36% 65,90% 0,09% 4,55% Equipment 3,10% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Tank(EPC) 12,30% 2,40% 43,25% 0,30% 5,32% Piping 11,90% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Instrument 3,80% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Electrical 6,10% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Insulation 2,40% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Painting 2,20% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Marine Work(EPC) 4,20% 20,96% 44,15% 0,88% 1,85% Pre-comm/Comm 3,80% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Const Overall 100,00% - - 7,12% 40,37% 4.4 Pembahasan Hasil 4.4.1 Hasil Kuesioner

Dari hasil analisa dengan menggunakan metoda AHP didapat sepuluh faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan Progress Measurement proyek XYZ, yaitu:

Weight% Individual Progress Weighted Progress Planned Actual Planned Actual Site Preparation 10,40% 100,00% 100,00% 10,40% 10,40% General Construction 23,20% 100,00% 100,00% 23,20% 23,20% Civil Package for Process

Train 11,60% 100,00% 100,00% 11,60% 11,60% Marine 12,10% 100,00% 100,00% 12,10% 12,10% Building 7,30% 100,00% 100,00% 7,30% 7,30% Tank 27,90% 100,00% 100,00% 27,90% 27,90% Piping Pre-Fabrication 1,50% 100,00% 100,00% 1,50% 1,50% Electrical &Instrument 4,10% 100,00% 100,00% 4,10% 4,10% Insulation 1,90% 100,00% 100,00% 1,90% 1,90% Subcon Overall 100,00% - - 100,00% 100,00 %

(27)

Tabel 4.23 Pembahasan Hasil Kuesioner

Rang-king Tahap Variabel Pembahasan

1 Inisiasi Membuat Project Charter dimana pendefinisian visi, objektif, jangkuan dan penyampaian untuk proyek dengan membuat struktur organisasi peran dan tanggung jawab, dan meringkas rencana aktivitas, sumberdaya dan pendanaan yang dibutuhkan untuk memulai proyek.

Pengaplikasian Project Charter berupa penjabaran dasar-dasar jenis proyek yang akan dibangun, kebutuhan yang diperlukan untuk membangun proye, memutuskan perjanjian jenis kontrak yang digunakan antara owner dengan kontraktor, dll. Project charter termasuk ke dalam tahapan proposal untuk menyusun rencana proyek yang akan dibangun.

2 Engineering Mengidentifikasi waktu pengerjaan dan dokumen serta aktivitas yang digunakan pada tahap engineering.

Pengendalian pekerjaan tahap engineering berupa dokumen dan aktivitas dikontrol berdasarkan man hour/ waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan setiap pekerjaan dokumen untuk proyek. Pengendalian tahap engineering dikontrol dengan estimasi waktu yang diselesaikan dengan asumsi Ready For Draft, Isu pertama, dan For Construction 3 Engineering Menganalisa Milestone atau kejadian

yang sangat diperlukkan proyek pada tahap engineering,

Pada proyek pabrik LNG Milestone yang dibutuhkan lebih beragam dan kompleks.

Perencanaan dokumen pipping, kebutuhan material,

commissioning, dll. Mempunyai spesifik kebutuhan yang harus ditinjau.

4 Procurement Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada tahap pengadaan,

Milestone pada tahap procurement dibuat menjadi 2 tahap perencanaan, yaitu: untuk sub kontraktor dan kontraktor (direct works). Asumsi penyelesaian pekerjaan paa kedua pelaksanaan tersebut berdasarkan PO, FOB, arrival at site yang dimana penyelesaian pekerjaan tersebut mempuyai bobotnya masing-masing pada prosedur progress measurement.

(28)

115

Rang-king Tahap Variabel Pembahasan

5 Inisiasi Melakukkan studi kelayakan pada proyek, seperti perkiraan biaya dan waktu pada proyek.

Estimasi perencanaan biaya dan waktu mempunyai peranan yang cukup penting, karena

perencanaan estimasi waktu dan biaya mempunyai pengaruh dalam pengendalian kinerja proyek yang biasanya dibuat dalam kurva S sebagai gambaran grafik pencapaian pekerjan proyek.

6 Procurement Memverifikasi aktivitas proses pembelian, yaitu: menetapkan kebutuhan, menentukan lokasi dan memilih supplier/ vendor, melakukan kesepakatan harga, dan menjamin pengiriman barang,

Pengelolaan biaya pada tahap pengerjaan proyek, merupakan suatu aktivitas yang penting, untuk menghindari adanya klaim. Sehingga, pengendalian pengeluaran/ kebutuhan proyek harus terperinci tidak saja dari kontraktor tetapi juga pada su kontraktor. Pengendalian ini berupa jadwal rencana pada asumsi yang telah dijadwalkan agar penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya.

7 Konstruksi Menganalisa estimasi waktu atau penjadwalan dalam peneyelesaian setiap disiplin dan subdisiplin pekerjaan konstruksi,

Proses pekerjaan konstruksi dikontrol berdasarkan waktu yang dibutuhkan kontraktor untuk menyelesaiakan pekerjaan tersebut. Rencana pekerjaan yang akan dilakukan ditinjau berdasarkan WBS untuk mempermudah pengerjaan secara sistematis.

8 Engineering Mengumpulkan data teknis yang diperlukan untuk desain.

Data teknis yang dibutuhkan berupa ukuran, jenis, banyaknya spesifikasi material/peralatan yang akan digunakan setelah spesifikasi didapat. Maka, didesain awal terlebih dahulu untuk memberikan gambaran.

(29)

Rang-king Tahap Variabel Pembahasan

9 Engineering Mengajukan keperluan material untuk kegiatan pembelian.

Setelah mengetahui peralatan/material yang dibutuhkan maka kontraktor akan menunjuk subkontraktor untuk melalui proses lelang atau penunjukkan langsung. kemudian mengajukan keperluan proyek kepada vendor/ subkontraktor melalui perjanjjian kontrak antara kedua belah pihak.

10 Engineering Menganalisa Work Breakdown Structure dengan membuat pekerjaan apa saja yang dilakukan untuk membangun proyek berdasarkan disiplin dan subdisiplinnya.

Sistem pengerjaan aktivitas pengerjaan knstruksi dirancang berdasarkan disiplin dan subdisiplinnya yang kemudian akan dikontrol melalui actual

Bill of Quantity (BQ).

Perhitungan nilai indeks konsistensi hirarki (CI) menghasilkan angka 0,01695 atau dibulatkan keatas menjadi 0,017. Sehingga, didapatkan nilai rasio konsistensi hirarki (CR) yang cukup kecil atau dibawah 10% yaitu 0,01513 atau dibulatkan keatas menjadi 0,015 berarti hirarki konsisten dan tingkat akurasi tinggi.

4.4.2 Aplikasi Progress Measurement

Keseluruhan progres penyelesaian pengerjaan proyek yang diambil pada bulan Desember 2012 didapatkan bahwa pada tahap engineering, procurement dan

construction adalah sebesar 75%, 48,62%, dan 52,30%.

4.4.2.1Progres Engineering

Penyelesaian tahap engineering tampak tidak adanya keterlambatan yang signifikan dari penyelesaian pekerjaan engineering . Sedangkan, pada progres pekerjaan per dokumen terjadi keterlambatan pada penyelesaian pekerjaan Fire

(30)

117

&HSE dengan selisih nilai dari jadwal rencana pengerjaan dokumen adalah sebesar 7%.

4.4.2.2Progres Procurement

Kemajuan penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh PT. X dan PT. X Indonesia melihatkan prestasi pekerjaan yang baik tidak adanya keterlambatan antara kedua perusahaan tersebut dalam mengolah pengadaan barang untuk proyek XYZ. Tetapi, terdapat keterlambatan dalam sub kategorinya, yaitu pada pekerjaan pipping terjadi keterlambatan sebesar 1,04% yang di prakarsai oleh PT. X.

4.4.2.3Progres Construction

Penyelesaian pekerjaan yang dikerjakan oleh subkontraktor sesuai dengan perencanaan begitu pula dengan pekerjaan langsung yang dikerjakan oleh kontraktor.

Gambar

Tabel 4.1 Daftar Pakar Tahap Satu  Pakar  Pengalaman Kerja
Tabel 4.4 Konsesus-konsesus Hasil dari Pakar Tahap Procurement
Tabel 4.8 Matriks Perbandingan Berpasangan Pengaruh
Tabel 4.10 Nilai Pengaruh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lelang Pengadaan Alat Peraga, Buku Pengayaan/Referensi dan Sarana Multi Media di Dinas Pendidikan Kota Madiun Tahun Anggaran 2007 mengindikasikan adanya kerjasama antara PT

Skor tersebut berada pada kisaran antara 56-75 dengan kategori cukup efektif sehingga dapat disimpulkan bahwa laboratorium virtual cukup efektif digunakan sebagai

Faktor gain kelas eksperimen yang lebih tinggi dari kelas kontrol menunjukkan bahwa model PBL terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa memberikan dampak positif terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah menggali serta menemukan fungsi dan peran dari Mesjid Saka Tunggal di Desa Cikakak, Wangon, Banyumas sebagai ruang ritual bagi

Dan apabila dibandingkan dengan peraturan lainnya, pada program pembelian pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1996 tentang Sistem

  of   of .. &amp;erdasarkan data yang didapat dari o4eran shift pagi pada tanggal 90 September  sampai 9 ktober 209, ditemukan 0 dari 20 pasien mengalami

Untuk memperoleh tipe tutupan lahan pada sumberdaya hutan Gayo Lues digunakan peta citra landsat tahun 2009, dan berdasarkan analisis citra landsat tersebut

Nilai impor Sulawesi Tenggara pada bulan Mei 2015 tercatat US$ 36,66 juta atau mengalami peningkatan sebesar 52,24 persen dibanding impor April 2015 yang tercatat US$ 24,08