• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IRADIASI GAMMA DAN PENYIMPANAN SUHU BEKU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEAMANAN PANGAN PADA IKAN PATIN (Pangasius hypophtalmus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH IRADIASI GAMMA DAN PENYIMPANAN SUHU BEKU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEAMANAN PANGAN PADA IKAN PATIN (Pangasius hypophtalmus)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH IRADIASI GAMMA DAN PENYIMPANAN SUHU BEKU SEBAGAI

UPAYA PENINGKATAN KEAMANAN PANGAN PADA

IKAN PATIN (Pangasius hypophtalmus)

The Effect of Gamma Irradiation and Freezing Storage as an Effort to Improve

Food Safety on “Patin” Fish (Pangasius hypophtlmus)

Rulyta Aprita Sari *, Yunianta1, Harsojo2

1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP, Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang, 65145

2) Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jl. Lebak Bulus, Jakarta Selatan 12240

*Penulis Korespondensi, email: aprita35@gmail.com ABSTRAK

Ikan patin (Pangasius hypoptalmus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar. Ikan patin berpotensi besar sebagai komoditas ekspor dikarenakan memiliki daging yang berwarna putih yang sangat disukai konsumen. Saat ini teknik iradiasi dikembangkan pada produk pangan karena proses iradiasi dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Metode penyimpanan suhu beku dengan teknik iradiasi dapat menjadi kombinasi yang baik, terutama untuk jenis bahan pangan dengan pengolahan minim. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis iradiasi tertentu dan lama penyimpanan pada suhu beku terhadap jumlah mikroorganisme ikan patin (Pangasius hpoptalmus). Penelitian ini dilakukan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Jakarta Selatan. Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif kuantitaf dengan 2 faktor. Faktor I yaitu dosis iradiasi gamma (0; 2.0; 4.0 kGy) pada laju dosis 1 kGy/jam, dan faktor II yaitu lama penyimpanan suhu beku (0, 7, 14 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi dosis iradiasi dan penyimpanan pada suhu beku dapat mereduksi jumlah cemaran mikroorganisme hingga ambang batas SNI, tetapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kadar air dan pH pada ikan patin segar.

Kata kunci: Ikan Patin, Iradiasi, Pembekuan ABSTRACT

“Patin” fish (Pangasius hypoptalmus) is one type of freshwater fish. “Patin” fish potentially large as export commodities because having the flesh white highly favored consumer. Currently, irradiation makes an improvement for food product, because the right irradiation processing can inhibited the growth of pathogenic bacteria. Freezing storage temperature method and irradiaion tecnique could be good combinaton, especially for type of fresh food or foodstuffss with minimal processing. The purpose of this research is to determine the effect of irradiatio doe and the lenght of storange at freezing temperature to the number of microorganism in “Patin” fish. This research was conducted in National Nuclear Energy Agency (BATAN), South Jakarta. This Research used quatitative descriptive method with 2 factors. The first factor (I) was the dose of gamma irradiation (0, 2.0, 4.0 kGy) at dose rate of 1 kGy/h, and the second factor (II) was the duration of freezing storage temperature (0, 7, 14 days). The result from this research showed that the combination irradiation dose and cold storage temperature could elimated the amount of microorganism until below the Indonesia National Standart (SNI), but there wasno effect on moisture content and pH on fresh “Patin” fish (pangasius hypophtalmus).

(2)

2

PENDAHULUAN

Ikan patin (Pangasius hypophtalmus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang tersebar disebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Ikan patin ini menjadi salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Hal tersebut dikarenakan ikan patin mempunyai kelebihan yaitu rasa dagingnya yang lezat, gurih. Ikan patin berpontensi besar sebagai komoditas ekspor dikarenakan memiliki daging berwarna putih yang disukai konsumen di luar negeri seperti Amerika Serikat dan Eropa (Khairuman dan Sudenda, 2002). Disisi lain, ikan patin ini juga mampu bertahan hidup diperairan yang buruk. Ikan patin memiliki kandungan protein dan air yang tinggi sehingga dapat menyebabkan ikan tersebut rentan tercemar oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang tidak boleh terdapat pada ikan segar diantara Escherichia coli, Salmonella sp, dan Staphycoccus aureus (Chattopadyay, 2000).

Penanganan pasca panen untuk produk perikanan biasanya dilakukan dengan pemasakan (Cooking), pengeringan (Drying), pengasapan (Smoking), pengaraman (Salting), pembekuan (Freezing) maupun dengan pendinginan. Namun metode–metode tersebut kurang efektif dalam mengurangi jumlah bakteri patogen, karena pada beberapa kasus keracunan makanan masih dapat ditemukan adanya patogen pada produk ikan yang ditangani dengan proses–proses tersebut (Novotny et al., 2004). Dalam hal ini diperlukan teknologi Iradiasi gamma yang merupakan teknologi terbaru yang mulai dikembangkan.

Penggunaan iradiasi gamma pada produk pangan sangat efektif dalam membunuh mikroorganisme patogen dan pembusuk pada makanan tanpa menyebabkan penurunan kandungan nutrisi signifikan (Cahyani et al., 2015). Pada proses iradiasi akan memutuskan ikatan fosfodiester dan ikatan hidrogen pada untai DNA dari cemaran mikroba sehingga pertumbuhannya terhambat. Namun, dimungkinkan kembali sel mikroba akan mampu memperbaiki DNA-nya sehingga akan tumbuh kembali. Oleh karena itu penggunaan teknik iradiasi harus dikombinasi dengan teknik pengawetan yang lain untuk menghambat pertumbuhan dan mencegah mikroba memperbaiki DNA. Salah satu metode tersebut adalah penyimpanan suhu beku. Ketika bahan pangan disimpan pada suhu beku, kandungan air yang terdapat dalam bahan akan mengalami perubahan bentuk menjadi kristal es. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bakteri dan reaksi kimia lainnya karena tidak adanya air bebas.

Ikan segar menjadi komoditas yang penting karena tingkat permintaan konsumen yang tinggi. Namun hingga saat ini, belum ada informasi yang berkaitan dengan penggunaan iradiasi pada ikan patin. Dalam hasil penelitian Nugroho (2016) menunjukkan kombinasi iradiasi gamma dan penyimpanan suhu dingin memberikan pengaruh terhadap penurunan jumlah cemaran bakteri aerob (ALT), bakteri Koliform, E. coli, dan S. aureus pada ikan gurami segar dan dapat meningkatkan umur simpan. Oleh karena itu, perlu dilakuan penelitian mengenai dosis iradiasi tertentu dan lama penyimpanan suhu beku untuk menurunkan jumlah bakteri patogen pada ikan patin.

BAHAN DAN METODE Bahan

Bahan dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan patin segar yang diperoleh dari swalayan di Jakarta Selatan. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian antara lain akuades, aluminum, alkohol 70%, pepton (Difco-Bacto peptone), media Nutrient Agar (Oxoid), Mac Concey Agar (Oxoid), Baird Parker Agar Base (Oxoid), dan Egg Yolk-Tellurite Emulsion (Oxoid).

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini Iradiator Panorama Serbaguna (IRPASENA), lemari pendingin (Panasonic Deon), timbangan analitik (Excellent

(3)

ScaleHZF-3 A600 dan Mettler Toledo), otoklaf (Hirayama HL36Ae), laminar air flow, vortex, oven (Fisher dan Ikeda Rika), inkubator (New Brunswick), waterbath (Memmert), pH meter (Hanna Instruments).

Perangkat gelas dan non gelas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tabung reaksi, cawan petri, tabung screw cap, beaker glass, gelas ukur, labu erlenmeyer, spreader, pipet ukur, pisau, bunsen, korek api, rak tabung reaksi, desikator, dan penjepit. Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yang terdiri dari 2 faktor. Faktor I yaitu dosis iradiasi gamma (0; 2.0; 4.0 kGy) pada laju dosis 1 kGy/jam, dan faktor II yaitu lama penyimpanan suhu beku (0, 7, 14 hari). Tiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali.

Prosedur Analisis

Sampel ikan patin dipotong kecil-kecil dan ditimbang secara aseptis masing-masing 20 gram. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan dalam plastik PP lalu di-sealer untuk menghindari kontaminasi dari luar. Setiap plastik diberi label yang berisi keterangan dosis radiasi dan lama penyimpanan. Selanjutnya, sampel dimasukkan ke dalam ruang iradiasi. Pengukuran jarak sampel dengan sumber iradiasi serta laju dosis iradiasi dilakukan terlebih dahulu oleh operator agar waktu yang diperlukan untuk melakukan iradiasi dapat diketahui. Setelah diiradiasi, sampel disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu -16ºC selama 7 dan 14 hari.

Pada penelitian ini, analisa sampel yang dilakukan pada 9 kombinasi perlakuan ikan patin meliputi Angka Lempeng Total (ALT), koliform, E. coli, S. aureus, analisa nilai D10, pH, dan kadar air.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Suhu Beku Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Aerob, Koliform, E. coli dan S. aureus pada Ikan Patin

Jumlah cemaran bakteri aerob pada ikan patin dapat dianalisa menggunakan metode Angka Lempeng Total (ALT) atau Total Plate Count (TPC). Analisa jumlah bakteri cemaran dilakukan dengan menggunakan metode Spread Plate pada media Nutrient Agar. Analisa bakteri koliform dan E. coli dilakukan menggunakan metode Spread Plate dengan media MacConkey Agar. Analisa bakteri S. aureus dilakukan menggunakan metode Spread Plate dengan media Baird Parker Agar (BPA). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 7388: 2009), jumlah bakteri cemaran maksimal untuk produk ikan segar adalah 5 x 105 CFU/g dan atas maksimum kontaminasi bakteri E. coli sebesar <3/g dengan metode Angka Paling Mungkin (APM). Tabel 1 merupakan hasil perhitungan jumlah bakteri cemaran yang diperoleh dari berbagai kombinasi perlakuan.

Perlakuan dosis iradiasi dan lama penyimpanan mampu menekan pertumbuhan bakteri cemaran. Penurunan jumlah bakteri cemaran ini disebabkan oleh efek iradiasi dapat memutuskan ikatan rantai DNA pada bakteri, sehingga kemampuan sel bakteri untuk bereplikasi dan mempertahankan hidupnya terpengaruh. Menurut Aquino (2012), asam deoksiribonukleat (DNA) dalam kromosom sel merupakan target utama dari iradiasi. DNA memiliki peranan penting dalam menghambat pembelahan dan pertumbuhan sel karena DNA berfungsi membawa informasi genetik sel. Iradiasi dapat memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Ray dan Bhunia (2007), bahwa efek langsung terjadi dikarenakan adanya tumbukan langsung energi radiasi ke bakteri. Efek tersebut mengakibatkan perubahan sifat fisik kimia DNA diantaranya single break, double break, dan base damage. Single break adalah pemutusan rantai gula phosfat dari masing-masing polinukleotida dari DNA. Double break adalah pemutusan rantai yang berdekatan pada kedua polinukleotida dari DNA. Base damage adalah terbentuknya ikatan silang intramolekuler. Kebanyakan bakteri dapat memperbaiki kerusakan single break tetapi tidak sempurna, sehingga sel bakteri mengalami kematian. Selain itu, efek lain dari iradiasi

(4)

4 gamma adalah terjadinya radiolisis pada molekul air sehingga terbentuk molekul radikal bebas (Adam dan Moss, 2008). Pembentukan radikal bebas hidrogen dan hidroksil yang dapat memutuskan ikatan DNA digolongkan sebagai efek tidak langsung pada proses iradiasi. Reaksi tidak langsung dapat menghasilkan efek yang sama dengan kerusakan materi genetik. Sehingga jumlah total cemaran bakteri aerob akan menurun seiring dengan peningkatan dosis iradiasi (Sedeh, et al., 2007). Selain itu, menurut Ray dan Bhunia (2007) mikroorganisme tidak tumbuh pada makanan beku yang disimpan pada suhu -20°C dan sel mikroorganisme tersebut akan mengalami kematian selama pembekuan. Selama proses pembekuan, molekul air pada bahan pangan akan mulai membeku dan molekul air di dalam sel mikroorganisme akan keluar dari sel sehingga sel mengalami dehidrasi. Sebagian besar tubuh ikan terdiri dari cairan yang terdapat di dalam sel, jaringan, dan ruangan-ruangan antar sel. Proses penyimpanan beku, air bebas maupun air terikat pada bahan pangan berubah menjadi kristal es. Pembentukan kristal es akan mengurangi kadar air bahan dalam fase cair di dalam bahan pangan. Adanya kristalisasi air ini menyebabkan mobilitas air terbatas sehingga aktivitas air pun menurun sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba (Rohana, 2002). Semakin tinggi dosis yang diberikan, maka tingkat kerusakan yang ditimbulkan juga akan semakin tinggi. Bakteri gram positif dikenal memiliki resistensi tinggi, sehingga hanya mengalami kerusakan subletal saat disimpan pada suhu rendah (Khairunnisa, 2008).

Tabel 1. Jumlah Bakteri Aerob, Koliform, E. coli, Dan S. aureus (CFU/g) Dosis Iradiasi (kGy) Lama Penyimpanan (Hari ) Rerata Bakteri Aerob Rerata Bakteri Koliform Rerata Bakteri E. coli Rerata Bakteri S. aureus 0 0 4.83×106 1.05×105 2.57×106 4.09×105 7 7.54×105 2.60×103 4.10×102 1.56×105 14 2.19×105 4.25×102 1.25×102 8.76×104 2 0 3.46×104 1.00×102 0 1.72×103 7 3.40×103 5.00×101 0 5.90×102 14 6.83×103 0 0 2.85×103 4 0 3.95×104 5.00×101 0 1.40×104 7 2.84×102 0 0 1.25×102 14 1.80×103 0 0 4.50×102

Keterangan : Data adalah rerata 2 kali pengulangan Sumber : Data Primer

Penentuan Nilai D10 Bakteri E. coli dan S. aureus

Nilai D10 adalah nilai yang menunjukkan kemampuan dosis iradiasi untuk mereduksi total bakteri pada suatu bahan pangan sebesar 1 siklus log. Penentuan D10 dilakukan dengan cara mengisolasi bakteri patogen dari ikan patin segar. Bakteri yang akan dianalisa yaitu E. coli dan S. aureus yang diinokulasi ke media Nutrient Agar miring yang diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Kultur bakteri S. aureus dan E. coli yang tumbuh pada agar miring lalu dibuat menjadi suspensi pada akuades steril dengan konsentrasi kekeruhan 3 × 108 CFU/g. Suspensi dari masing-masing bakteri akan dimasukkan ke dalam tabung sebanyak 1 ml. Selanjutnya, semua tabung yang telah berisi 1 ml suspensi diiradiasi dengan dosis 0.10; 0.20; 0.30; dan 0.40 kGy. Laju dosis iradiasi yang digunakan adalah 1 kGy/jam. Masing-masing sampel tersebut diinokulasi pada media Nutrient Agar dan diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam untuk dihitung total koloni bakteri yang tumbuh. Nilai D10 E. coli dapat dilihat pada Gambar 1 dan Nilai D10 S. aureus dapat dilihat pada Gambar 2.

Berdasarkan peneliian yang didapatkan bahwa bakteri E. coli lebih sensitif terhadap iradiasi gamma dibandingkan dengan bakteri S. aureus karena dibutuhkan dosis iradiasi sebesar 0.17 kGy untuk mereduksi 1 siklus log bakteri E. coli dan 0.80 kGy untuk mereduksi 1 siklus log bakteri S. aureus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lazarine (2008) bahwa

(5)

5 bakteri gram negatif lebih sensitif terhadap paparan iradiasi gamma dibandingkan dengan bakteri gram positif. Hal ini disebabkan karena bakteri gram negatif memiliki membran multilayer tetapi lapisan peptidoglikan lebih tipis dibandingkan dengan bakteri gram positif yang memiliki lapisan monolayer tetapi lapisan peptidoglikan lebih tebal. Al-Sunday (2010) menyatakan bahwa perbedaan ukuran dan struktur DNA bakteri juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat sensitivitas bakteri terhadap iradiasi gamma. Semakin tinggi nilai D10 suatu bakteri maka semakin tahan pula bakteri tersebut terhadap iradiasi.

Gambar 1. Grafik D10 bakteri E. coli Ikan Patin

Gambar 2. Grafik D10 bakteri S. aureus Ikan Patin

Pengaruh Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Terhadap nilai pH Ikan Patin

Penentuan Nilai Derajat Keasaman (pH) merupakan salah satu indikator menentukkan tingkat kesegaran ikan (Munandar et al., 2009). Pada proses pembusukan ikan, perubahan pH pada daging ikan berkaitan dengan proses autolisis dan penyerangan bakteri (Timbowo et al., 2016). Batas pH maksimum ikan yang masih disebut dengan segar yaitu 6,8 (Wally et al., 2015). Hasil analisa pengaruh iradiasi gamma terhadap nilai pH ikan patin dapat dilihat pada Tabel 2.

(6)

6 Tabel 2. pH Ikan Patin

Dosis Iradiasi (kGy)

Lama Penyimpanan (Hari)

0 7 14

0 7.02±0.36 6.83±0.02 6.74±0.15

2 6.95±0.10 6.78±0.04 6.73±0.10

4 6.80±0.09 6.66±0.06 6.73±0.06

Keterangan : Data adalah rerata 2 kali pengulangan Sumber : Data Primer

Perhitungan statistik juga menunjukkan bahwa perlakuan dosis iradiasi dan lama penyimpanan pada suhu beku masing-masing tidak memberikan pengaruh yang nyata (F hit < F tabel 5%) terhadap nilai pH. Penurunan pH disebabkan terjadiya presipatasi garam-garam yang bersifat alkalis misalnya garam-garam-garam-garam magnesium fosfat, kalsium fosfat, dan natrium fosfat. Kenaikan pH disebabkan terjadinya pengendapan garam-garam bersifat asam misalnya garam kalium sitrat dan natrium sitrat. Menurut Nurhatadi et al., (2013), pada proses pembusukan lanjut, pH ikan akan naik karena adanya senyawa-senyawa volatile lainnya sebagai akibat dari aktivitas bakteri dan enzim proteolitik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Irawati (2006) yang menyatakan bahwa perlakuan dosis iradiasi hingga dosis 5 kGy tidak berpengaruh secara nyata terhadap nilai pH. Irawati (2006) juga menyatakan bahwa perlakuan penyimpanan daging segar yang disimpan pada suhu 4-5OC hingga 15 hari tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai pH daging baik yang diiradiasi maupun yang tidak diiradiasi

Pengaruh Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Terhadap Kadar Air Ikan Patin

Air merupakan komponen yang penting dalam bahan makanan, karena air dapat memberikan pengaruh terhadap mutu bahan pangan seperti penampakan, tekstur, dan cita rasa. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukkan daya terima kesegaran dan daya simpan bahan pangan tersebut (Pramita et al., 2016). Kadar air menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pangan. Air yang terkandung dalam bahan pangan merupakan media yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas mikroba perusak pangan (Sedjati, 2006). kandungan air yang terdapat pada ikan patin sebesar 82,22% (Maghfiroh, 2000).

Hasil analisa pengaruh iradiasi gamma terhadap kadar air ikan patin dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Kadar Air Ikan Patin Dosis Iradiasi

(kGy)

Lama Penyimpanan (Hari)

0 7 14

0 68.35±10.39 68.29±1.45 74.78±0.31

2 66.34±5.35 74.67±2.72 75.23±2.45

4 74.45±2.86 67.17±15.88 68.90±15.30 Keterangan : Data adalah rerata 2 kali pengulangan

Sumber : Data Primer

Perhitungan statistik juga menunjukkan bahwa perlakuan dosis iradiasi dan lama penyimpanan pada suhu beku masing-masing tidak memberikan pengaruh yang nyata (F hit < F tabel 5%) terhadap Kadar Air. Menurut Irawati (1997), selama penyimpanan kadar air bahan pangan akan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena sampel mengalami proses pembusukan. Proses pembusukan disebabkan dikarenakan bakteri yang terdapat di bahan pangan melakukan metabolisme dan menghasilkan sejumlah air, sehingga bahan mengalami pembusukan oleh aktivitas mikroka yang dapat mengakibatkan peningkatan kadar air (Himawati, 2010).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Sudjarno dan Sutjipto (2007) yang membuktikan bahwa iradiasi gamma tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air

(7)

7 pada bahan pangan. Purwaningtyas (2004) menyatakan bahwa dosis iradiasi tidak mempengaruhi kandungan air di dalam bahan pangan secara nyata karena iradiasi gamma hanya sedikit meningkatkan suhu pada bahan pangan.

SIMPULAN

Hasil analisa menunjukkan kombinasi iradiasi gamma dan penyimpanan suhu beku memberikan pengaruh terhadap jumlah bakteri pada ikan patin. Semakin tinggi dosis iradiasi yang diberikan pada sampel ikan patin, semakin rendah jumlah bakteri pada sampel. Berdasarkan hasil penelitian, dosis 4 kGy mampu menekan pertumbuhan bakteri cemaran dan penyimpanan suhu beku dapat meningkatkan aspek keamanan pangan secara mikrobiologi serta memperpanjang masa simpan hingga 14 hari. Hasil D10 menunjukkan bahwa dibutuhkan dosis iradiasi sebesar 0.17 kGy untuk mereduksi 1 siklus log bakteri E. coli dan 0.80 kGy untuk mereduksi 1 siklus log bakteri S. aureus. Aplikasi teknologi iradiasi gamma yang dikombinasikan dengan lama penyimpanan beku 7 dan 14 hari tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan nilai pH dan Kadar Air pada Ikan patin segar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam dalamnya kepada jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang dan Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Indonesia yang telah menjadi tempat penulis menimba ilmu dan tempat dilaksanakannya penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, M.R. dan Moss, M.O. 2008. Food Microbiology Third Edition. RSC Publishing. Cambridge.

Al-Sunday, G. A. A. H., Majeed, W. Z., dan Al-Aubeidi, H. J. A. R. A. 2010. Detection of Gamma Radiation Effect Induced by Cobalt-60 on Escherichia coli cells. Journal of Al-Nahrain Universty 13 (3):129-133.

Aquino, K. 2012. Sterilization by Gamma Irradiation. Dalam Feriz Adrovich (ed.) Gamma Radiation. InTech.

Cahyani, A. F. K., Lauren, C. W., Risqia, A. P., Vischa, V. M., Agustin, K. W., dan Harsojo. 2015. Aplikasi Teknologi Hurdle Menggunakan Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Beku untuk Mereduksi Bakteri Patogen Pada Bahan Pangan: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3 (1):73-79.

Chattopadhyay, P. 2000. Fish-catching and Handling. Dalam Robinson R.K. (ed). Encyclopedia of Food Microbiology Cetakan 2. Academic Press. London.

Irawati, Z., Nurcahaya, C., Handayani, D., dan Sarjoko. 1997. Pengaruh Iradiasi Gamma Pada Kualitas Daging Segar. Prosiding Seminar Teknologi Pangan Buku I, pp. 372-383

Irawati, Z. 2006. Aplikasi Mesin Berkas Elektron pada Industri Pangan. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya, BATAN, Yogyakarta, pp. 87-94.

Khairuman dan D, Sudenda. 2002. Budidaya Ikan Patin Secara Intensif. Penerbit Argo Media Pustaka. Depok.

Khairunnisa, I. 2008. Kombinasi Iradiasi dan Penyimpanan Suhu Beku terhadap Kandungan Bakteri pada Daging Sapi Asal Rumah Potong Hewan Di Kabupaten serta Kota Bogor. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. IPB. Bogor.

(8)

8 Lazarine, A.D. 2008. Development of An Electron Beam Irradiation Design for Use in The Treatment of Municipal Biosolids and Wastewater Effluent. Disertasi Doktor. Texas A&M University. Texas.

Maghfiroh, I. 2000. Pengaruh Perubahan Bahan Pengikat Terhadap Karakteristik Nugget dari Ikan Patin (Pangius hypophthalmus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

Munandar, A., Nurjanah dan Nurimalah, M. 2009. Kemunduran Mutu Ikan Nila (Oreochhromus nioticus) Pada Perlakuan Cara Kematian dan Penyiangan. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan Indonesia. 12 (2): 88-101.

Novotny, L., Dvorska, L., Lorencova, A., Beran, V., dan Pavlik, I. 2004. Fish : A Potential Source of Bacterial Pathogen from Human Being. Vet Med-Czech, 49 (9): 343-358. Nugroho, M. A. 2016. Aplikasi Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Suhu Dingin

Sebagai Upaya untuk Peningkatan Keamanan Pangan Pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) (Kajian Dosis iradiasi dan Lama Penyimpanan). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Nurhartadi, E., Azzahra, F. A., dan Utami, R. 2013. Pengaruh Penambahan Minyak Atsiri Lengkuas Merah (Alpinia purpurata) pada Edible Coating terhadap Stabilitas pH dan Warna Fillet Ikan Patin Selama Penyimpanan Suhu Beku. Jurnal Teknosains Pangan 2 (4): 2302-0733.

Pramita, U., Susi., L.,dan Shanti, D. W. 2016. Pengaruh Metode Pemasakan Terhadap Komposisi Kimia dan Asam Amino Ikan Sekalang (Rasbora argyrotaenia). Jurnal Teknologi Pertanian 5 (1):73-84.

Purwaningtyas. 2004. Manfaat Iradiasi Sinar Gamma untuk Memperpanjang Umur Simpan Telur Itik Segar. Skripsi Sarjana Teknologi Pertanian. Universitas Wangsa Manggala. Yogyakarta.

Ray, B. Dan Bhunia. 2015. Fundamental Food Microbiology Fifth Edition. CRC Press. United States of America.

Rohana, A. 2002. Pembekuan. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Sumatera utara.

Sedeh, F.M., Arbabi, K., Fatolahi, H., dan Abhari, M. 2007. Using Gamma Irradiation and Low Temperature on Microbial Decontamination of Red Meat in Iran. Indian Journal of Microbiology (March 2007) 47:72-76.

Standar Nasional Indonesia. 2009. SNI 7388:2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.

Sedjati, S. 2006. Pengaruh Konsentrasi Khitosan Terhadap Mutu Ikan Teri (Stolephorus heterolus) Asin Kering Selama Penyimpanan Suhu Kamar. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Sutjipto, Y., dan Sudjarno 2007. Efek Iradiasi Gamma Terhadap Kandungan Nutrisi Sampel Lingkungan Telur Itik. Prosiding Pustek Akselertor dan Proses Bahan, BATAN, Jakarta, pp.144-152.

Timbowo, S. M., Tumonda, S., dan Mewengkang, H.W. 2016. Kajian Mutu Ikan Cakalang (Katsuwonus pelanis L) Asap Terhadap Nilai Kadar Air dan pH Selama Penyimpanan. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan 5 (2):158-162.

Wally, E., Mentang, F., dan Montolalu, R. 2015. Kajian Mutu Kimia Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L) Asap (FUFU) Selama Penyimpanan Suhu Ruang dan Suhu Dingin. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan 3 (1): 7-12

Gambar

Tabel 1. Jumlah Bakteri Aerob, Koliform, E. coli, Dan S. aureus (CFU/g)  Dosis  Iradiasi  (kGy)  Lama  Penyimpanan (Hari )  Rerata  Bakteri Aerob  Rerata  Bakteri  Koliform  Rerata  Bakteri E
Gambar 1. Grafik D 10  bakteri E. coli  Ikan Patin

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harapan, kenyataan dan komunikasi eksternal mahasiswa terhadap kemelekatan merek (studi kasus pada mahasiswa

bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor 10 Tahun 2004 tentang tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Pemerintah Kabupaten Asahan perlu dilakukan penyesuaian dengan

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkain perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi pembelajaran untuk

Berdasarkan uraian tersebut, penulis telah melakukan penelitian mengenai potensi limbah jerami padi dan daun singkong untuk mendukung program pembibitan sapi PO di

Penelitian ini mempelajari karakteristik dan kinetika dekomposisi termal dari komposit CR/NR dengan berbagai jenis bahan pengisi menggunakan metode

Judul yang penulis ambil adalah “Pemanfaatan Lahan Pesisir Pantai Dengan Penambahan Lapisan Tanah Atas Topsoil dan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Pertumbuhan Bibit Lada

[r]

Berdasarkan persamaan Q = V A, diketahui nilai kecepatan ( V ) berbanding lurus dengan nilai debit ( Q ), semakin besar kecepatan aliran dalam pipa maka nilai