• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Telur Ayam KUB-G6 dalam Sangkar Individu dan Sangkar Koloni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Produksi Telur Ayam KUB-G6 dalam Sangkar Individu dan Sangkar Koloni"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Produksi Telur Ayam KUB-G

6

dalam Sangkar Individu dan

Sangkar Koloni

(Egg Production of KUB-G

6

Kept in Battery Cage and Colony Cage)

Sofjan Iskandar, Sartika T

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 putraopon54@gmail.com

ABSTRACT

Evaluation on performance of KUB-G6 chicken was carried out in order to anticipate the decline in

production affected by environment, especially type of cage in relation to keeping them in colony cage. The KUB-G6 was improved Kampung chicken selected for 24 weeks high egg production and it was going for six

generation. KUB-G6 chicken produced egg about 50% hen day egg production after about three years

multiplication without applying selection, was 41.73±15.67% hen day. Egg production that higher than 45% hen day was maintained by 50% of hen population. Lower fertility was found in flock kept in battery type system of cage, improving of artificial insemination technique was suggested. Stocking density in colony cage of 1,000 cm2/bird for KUB-G

6 hen resulted in relatively high mortality (41.32%) which caused by

feather pecking, therefore it was suggested to make more space available.

Key Words: KUB-G6 Hen, Battery Cage, Colony Cage

ABSTRAK

Pengamatan terus menerus pada kualitas ayam KUB-G6 perlu dilakukan untuk mengantisipasi adanya

penurunan produksi yang disebabkan oleh lingkungan. Ayam KUB-G6 adalah ayam Kampung hasil seleksi

untuk produksi telur umur 24 minggu. Saat ini, sudah diseleksi sampai generasi keenam. Produksi telur pada generasi keenam ini sudah mencapai sekitar 50% hen day (HD). Ayam KUB-G6 setelah perbanyakan tanpa

penerapan seleksi selama tiga tahun mencapai rata-rata produksi 41,73±15,67% HD. Tingkat produksi di atas 45% HD dihasilkan oleh 50% populasi. Terdapat indikasi fertilitas yang rendah hasil inseminasi buatan (IB), disarankan agar pelaksanaan IB diperbaiki. Adapun kepadatan ternak 1.000 cm2/ekor untuk ayam KUB-G

6

dalam sangkar koloni menimbulkan kematian yang tinggi (41,32%) yang disebabkan oleh saling mematuk (feather pecking) sehingga membutuhkan tingkat kepadatan yang lebih longgar.

Kata Kunci: Ayam KUB-G6, Sangkar Individu, Sangkar Koloni

PENDAHULUAN

Pengamatan pada ayam KUB-G6 perlu

dilakukan untuk mengantisipasi adanya penurunan produksi yang disebabkan oleh lingkungan. Adapun ayam KUB-G6 adalah

ayam Kampung hasil seleksi untuk produksi telur umur 24 minggu. Saat ini, sudah diseleksi sampai generasi keenam. Produksi telur pada generasi keenam ini sudah mencapai sekitar 50% hen day (HD) (Iskandar & Sartika 2014).

Hasil uji coba di beberapa multiplier yaitu di BTP3 Bambu Apus cukup memuaskan, yaitu produksi telur selama enam bulan produksi mencapai 41,13% dengan puncak produksi sebesar 53% (Sartika et al. 2008) dan hasil uji coba di BPPTU Jatiwangi dan Kelompok

Peternak Barokah di Ciamis menunjukkan hasil lebih baik dari populasi ayam lokal setempat (Sartika et al. 2009; Iskandar et al. 2011; 2013) melaporkan adanya kemampuan ayam KUB-G6

dalam mempertahankan produktivitas dengan pencapaian produksi puncak 65% hen day production (HDP) pada umur 35 minggu dan kembali menurun sampai 25% HDP pada umur 60 minggu.

Pemeliharaan ayam KUB-G6 dalam sangkar

berbeda (individu vs koloni) diduga dapat mempengaruhi produksi telur. Pemeliharaan dalam sangkar individu dan pemeliharaan dalam sangkar koloni. Sangkar koloni diisi dengan 10 ekor ayam betina dan dua ekor ayam jantan dewasa. Oleh karena itu, kinerja produksi telur dalam kedua jenis sangkar tersebut perlu

(2)

dievaluasi untuk memperoleh informasi kemampuan produksi ayam KUB-G6 dalam

kedua bentuk sangkar tersebut di atas.

MATERI DAN METODE

Pada perlakuan pertama, sebanyak 496 induk dan 100 jantan ayam KUB-G6, dipelihara

dalam sangkar individu saat mencapai umur 17 minggu. Setiap sangkar berukuran lebar 30 cm x panjang 35 cm x tinggi 35 cm, dengan kepadatan 1.050 cm2/ekor. Sangkar dilengkapi

dengan tempat pakan ditempatkan pada bagian depan di bawah dan tempat minum di bagian tengah sangkar dengan posisi melintang. Lantai sangkar miring ke depan (kemiringan 15º) dengan bagian depannya melengkung ke atas sebagai penahan telur. Selama pencatatan induk-induk ayam dalam individu di atas diinseminasi secara buatan (IB) seminggu dua kali untuk memperoleh anak-anak ayam untuk memenuhi program diseminasi dan kontribusi ke mitra kerjasama perbanyakan bibit.

Pada perlakuan kedua, sebanyak 680 ekor ayam KUB-G6 yang terdiri atas 544 betina dan

136 jantan dewasa umur 19 minggu, dimasukkan dalam sangkar koloni masing-masing delapan ekor betina dan dua ekor jantan. Sangkar koloni berukuran lebar 100 cm x panjang 120 cm x tinggi 80 cm, yang terbuat dari kawat dengan tingkat kepadatan 1.200 cm2/ekor. Lantai sangkar

miring ke depan sekitar 10º sehingga memberikan gaya gravitasi untuk telur menggelinding kedepan. Pada bagian ujung depan lantai melengkung ke atas untuk menahan telur-telur yang dikeluarkan ayam. Setiap sangkar dilengkapi dengan tempat air minum yang mengalir dan tempat pakan. Pakan yang diberikan ad libitum selama produksi telur berupa ransum campuran 75% ransum komersial petelur (17% protein, 2.850 kkal ME/kg) dengan 24% dedak padi dan 1% mineral premix. Ransum campuran tersebut mengandung protein kasar 15,63% dan 2.750 kkal ME/kg, kadar gizi lainnya disesuaikan dengan kadar yang direkomendasikan NRC (1994) untuk ayam petelur ras.

Kedua kelompok ayam KUB-G6 di atas

diperoleh dari enam penetasan yang kemudian dibesarkan dalam sangkar sampai umur lima minggu, kemudian dipindahkan dalam kandang litter sampai umur 16 minggu, sebelum

dipindah dalam sangkar individu atau sangkar koloni. Program kesehatan yang diterapkan pada anak-anak ayam mengikuti program kesehatan yang diterapkan pada ayam ras petelur. Umur satu sampai tujuh hari anak-anak ayam diberi ransum komersial atau ransum pre-starter ayam pedaging ras. Selanjutnya, pakan pertumbuhan diberikan tunggal sejak umur tujuh hari sampai siap bertelur Adapun pakan pertumbuhan yang diberikan ad libitum, berupa ransum campuran 61% ransum komersial broiler starter (21% protein, 3.000 kkal ME/kg) dengan 11% jagung giling, 26% dedak halus dan 1% mineral premix. Ransum tersebut di atas berkadar protein kasar 16,81% dan 2.850 kkal ME/kg, sementara kadar nutrien yang lain disesuaikan dengan kadar yang direkomendasikan NRC (1994) untuk ayam petelur ras masa pertumbuhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi telur, bobot telur dan mortalitas yang dicatat sejak umur 20 minggu sampai dengan 51 minggu untuk sangkar individu dan 46 minggu untuk sangkar koloni, disajikan pada Tabel 1 dan diilustrasikan pada grafik. Produksi telur ayam-ayam yang dipelihara dalam sangkar individu nyata (P<0,05) secara statistik lebih tinggi (41,73±15,67% HD) dari ayam-ayam yang dipelihara dalam sangkar koloni (28,07±6,36% HD). Perbedaan ini sudah diduga mengingat ayam-ayam dipelihara secara koloni, mempunyai ruang gerak yang lebih luas dibandingkan dengan ayam-ayam yang dipelihara dalam kandang individu. Adanya ruang gerak yang lebih luas memberikan peluang pada ayam untuk bergerak lebih banyak, sehingga akan

membutuhkan energi tambahan dan

mengurangi energi tersedia untuk produksi telur.

Rendahnya produksi telur pada sangkar koloni kemungkinan juga karena cekaman kepadatan, yang saat itu rata-rata per ekor disediakan sekitar 1.000 cm2, kemungkinan

tidak cukup luas, meskipun ukuran tersebut sudah melebihi yang disarankan FAO, yakni minimum 550 cm2/ekor ayam petelur dewasa

(Van Horne & Achterbosch 2007). Pada sangkar individu, meskipun ruangan sedikit lebih rendah, namun karena tidak ada interaksi

(3)

Tabel 1. Produksi dan bobot telur, fertilitas dan mortalitas ayam KUB-G6 yang dipelihara dalam sangkar

individu dan sangkar koloni

Parameter Rata-rata Koefisien keragaman (%) Produksi telur (% HD) Individu 41,73b±15,67 37,55

Koloni 28,07a±6,36 22,65

Mortalitas (%) Individu 6,6 -

Koloni 41,32 -

Bobot umur 20 minggu (g/ekor) Individu 1.230f±163 13,23

Koloni 1.195f±168 14,09

Bobot telur (g) Individu 37,80c±3,80 10,05

Koloni 39,20c±3,25 8,28

Fertilitas (%) Individu 43,84d±11,98 27,34

Koloni 80,78e±7,20 8,91

Nilai rata-rata dalam kolom yang sama peubah yang sama dengan tanda superscript yang sama, tidak berbeda nyata (P>0,05)

antar sesama ayam, maka ayam kelihatannya lebih nyaman. Untuk sangkar koloni dengan ukuran sangkar 1,0x1,2x0,8 m yang diisi 10 ekor ayam dewasa, masih kelihatan terlalu sempit khususnya untuk ayam lokal yang sifat liarnya masih sangat terlihat.

Pengurangan jumlah ayam dalam sangkar koloni secara alami terjadi melalui feather pecking yang diikuti dengan luka terbuka, sehingga menarik perhatian ayam lain untuk ikut mematuk dan meyebabkan tingginya mortalitas (41,32%), dibandingkan dengan ayam dalam sangkar individu yang hanya mencapai 6,6%. Suatu jumlah yang tepat untuk satu jago dan lima betina dewasa ayam KUB-G6 dengan ukuran kandang 1,0x1,2x0,8 m,

meskipun Na-Lampang (2014) melaporkan bahwa ukuran 12 ekor/m2 untuk ayam

persilangan Thailand dewasa (bobot hidup 1.242 g/ekor) tidak menurunkan kinerja dengan mortalitas rendah (1%).

Pada bobot badan umur 20 minggu dari kedua kelompok ayam KUB-G6 secara statistik

tidak berbeda nyata (P>0,05), yaitu berkisar antara 1.100-1.200 g/ekor. Bobot tersebut sangat erat hubungannya dengan kepadatan sangkar. Bobot rata-rata di atas sebenarnya tidak begitu banyak berbeda dengan bobot rata-rata ayam petelur lokal dan petelur ras tipe ringan, namun ayam KUB-G6 ini mempunyai

tingkah laku liar yang cukup sensitif, sehingga membutuhkan ruang (luas lantai) yang lebih besar. Pengaruh kepadatan kandang dan tingkah laku ayam KUB-G6 dalam sangkar

koloni terhadap tingginya mortalitas dan

rendahnya produksi telur, diduga lebih besar ketimbang pengaruh pakan (Jacob et al. 2003; Savory et al. 2006).

Melihat besarnya koefisien keragaman yang mencapai 37,55% untuk produksi telur ayam-ayam yang dipelihara dalam sangkar individu, kita dapat melihat bahwa ayam KUB-G6 ini masih mempunyai keragaman yang

cukup tinggi, sehingga upaya untuk menekan keragaman dalam program seleksi perlu dilakukan, terutama setelah individu ayam melewati masa produksi enam bulan. Kriteria seleksi produksi telur enam bulan dengan intensitas 50% rupanya masih perlu diikuti dengan seleksi lanjutan, seperti seleksi

conformity untuk lebih menyeragamkan

kapasitas produksi individu. Keragaman yang tinggi di atas, kemungkinan besar disebabkan oleh adanya interaksi antara individu hasil seleksi dengan lingkungan. Interaksi di atas ini muncul setelah ayam berumur semakin tua. Ilustrasi tingkat keragaman kedua kelompok ayam disajikan pada Grafik 1 dan 2. Perlu diketahui bahwa keragaman produksi telur ayam dalam sangkar koloni relatif kecil, karena keragaman yang ditunjukan merupakan keragaman antar kelompok ayam, bukan antar individu ayam. Kecenderungan produksi yang meningkat pada ayam-ayam dalam sangkar koloni mungkin menunjukkan bahwa ayam-ayam tersebut masih mampu untuk berproduksi lebih tinggi, tapi kelihatannya mereka membutuhkan waktu lebih lama dari pada ayam-ayam dalam sangkar individu.

(4)

Grafik 1. Produksi telur dalam sangkar individu

Grafik 2. Produksi telur dalam sangkar koloni

Dampak bentuk sangkar pada bobot telur kelihatannya tidak nyata secara statistik. Pola perkembangan bobot telur kedua kelompok ayam terlihat serupa, yang dimulai dari bobot antara 20-30 g/butir dan bergerak meningkat secara perlahan mencapai bobot rata-rata 40 g/butir pada umur 30-35 minggu pada saat puncak produksi (Sartika et al. 2009). Rata-rata bobot telur selama masa pengamatan secara statistik tidak nyata (P>0,05, Tabel 1). Pada peubah bobot telur terlihat keragaman yang kecil dengan koefisien variasi individu yang rendah (10,05%) pada ayam-ayam dalam sangkar individu dan koefisien variasi 8,28% pada ayam-ayam dalam kandang koloni, yang lebih menunjukkan keragam per kelompok.

Dalam hubungannya dengan upaya peningkatan produksi telur melalui upaya penyeragaman kapasitas individu ayam, maka frekuensi peluang munculnya individu-individu ayam dengan tingkat produksi tinggi perlu diperhatikan. Informasi ini dapat memudahkan kita untuk mengambil keputusan pada kelompok populasi dengan tingkat

produksi yang mana yang akan kita pilih untuk seleksi lanjutan. Pada Grafik 5 dan 6 disajikan ilustrasi sebaran tingkat produksi telur pada ayam dalam sangkar individu dan koloni.

Grafik 3. Bobot telur dalam sangkar individu

Grafik 4. Bobot telur dalam sangkar koloni

Grafik 5. Sebaran tingkat produksi dalam sangkar individu Umur (minggu) % He n d ay Umur (minggu) % He n d ay Umur (minggu) Bo b o t telu r (g /b u ti r) Umur (minggu) Bo b o t telu r (g /b u ti r) F re k u en si ( % ) Tingkat produksi (% HD) 6,13 15,79 26,84 36,51 45,94 55,6 64,7 75,72

(5)

Grafik 6. Sebaran tingkat produksi dalam sangkar kelompok

Secara umum informasi dalam Grafik 5, lebih dapat diaplikasikan, karena informasinya langsung menyangkut kapasitas individu ayam. Hal ini memang berbeda dengan informasi yang disajikan pada Grafik 6, yang hanya memperlihatkan bagaimana rata-rata tingkat produktivitas kelompok. Sebaran tingkat produksi telur ayam KUB-G6 pada Grafik 5,

menunjukkan bahwa tingkat produksi di atas 45% menempati kurang lebih 50% dari populasi, sehingga dengan informasi ini upaya peningkatan produksi untuk galur KUB-G6 ini

masih harus dilakukan.

Informasi yang cukup menarik pada kapasitas suatu galur, sebagai penghasil keturunan unggul adalah fertilitas atau daya tunas. Fertilitas ayam KUB-G6 yang dipelihara

dalam sangkar individu nyata (P>0,05) lebih rendah (43,84±11,98%) dibandingkan dengan fertilitas ayam KUB-G6 yang dipelihara dalam

sangkar koloni (80,78±7,20%). Perbedaan ini memang sudah diduga sebelumnya, karena pada sangkar koloni perkawinan yang berlangsung adalah perkawinan alam. Sementara pada kandang individu dilakukan IB, yang mempunyai banyak faktor penghambat, diantaranya yang paling utama adalah kebersihan semen yang ditampung.

KESIMPULAN

Ayam KUB-G6 di kandang individu hasil

perbanyakan untuk produksi telur tinggi telah mencapai rata-rata produksi telur 41,73±15,67% HD dengan sebaran tingkat produksi di atas 45% HD dihasilkan oleh sebanyak 50% dari populasi. Adapun kepadatan ternak optimal untuk ayam KUB-G6

dalam sangkar koloni adalah 1.600 cm2/ekor

untuk menghindari tingkat kematian tinggi

akibat feather pecking. Selanjutnya, upaya perbaikan dalam melaksanakan inseminasi buatan perlu dilakukan dengan hati-hati.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami sampaikan kepada teman-teman kami para teknisi chicken complex yang telah menjalankan tugasnya dalam memelihara ayam dan melakukan pencatatan data selama penelitian ini dilakukan dan kepada semua staf dan teknisi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan perbanyakan bibit unggul ayam KUB-G6.

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar S, Resnawati H, Sartika T, Hidayat C, Yulianti. 2011. Perbanyakan bibit induk ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB). Laporan Hasil Penelitian. Bogor (Indonesia): Balai Penelitian Ternak.

Iskandar S, Sartika T, Kadiran. 2013. Perbanyakan bibit induk ayam KUB. Laporan Akhir Kegiatan Balai Penelitian Ternak. Bogor (Indonesia): Balai Penelitian Ternak.

Iskandar S, Sartika T. 2014. KUB-G6 chicken: the

first Indonesia Kampung chicken selected for egg production. In: Proceeding 16th AAAP Congress. Yogyakarta, 10-14 November 2014. Jakarta (Indonesia): Indonesian Society of Animal Science.

Jacob JP, Wilson HR, Miles RD, Butcher GD, Mather FB. 2003. Factors affecting egg production in backyard chicken flocks. EDIS Publ Syst [Internet]. [cited 2014 Jun 4]. Available from: http://edis.ifas.ufl.edu/ps029. Na-Lampang P. 2014. Productivity and tonic

immobility duration of Thai crossbred chickens raised at different stocking densities. Glob J Anim Sci Res. 2:72-75.

NRC. 1994. Nutrient requirement for poultry. Washington DC (US): National Academic Sciences.

Sartika T, Iskandar S, Zainuddin D, Sopiyana S, Wibowo B, Ujianto A. 2009. Seleksi dan open nucleus ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak). Laporan Penelitian. Bogor (Indonesia): Balai Penelitian Ternak.

Sartika T, Zainuddin Z, Iskandar S, Resnawati H, Juarini E, Herawati T, Udjianto A, Gunadi, Yulianti. 2008. Pengembangan ayam Tingkat produksi (% HD) F re k u en si ( % )

(6)

Kampung unggul petelur, melalui sistem pembibitan open nucleus. Dalam: Laporan Penelitian. Bogor (Indonesia): Balai Penelitian Ternak.

Savory CJ, Jack MC, Sandilands V. 2006. Behavioural responses to different floor space allowances in small groups of laying hens. Br Poult Sci. 47:120-124.

Van Horne PLM, Achterbosch TJ. 2007. Animal welfare in poultry production systems: Impact of European Union standards on world trade. FAO [Internet]. [cited 2014 June 4]. Available from: http://www.fao.org/ag/againfo/home/ events/bangkok2007/docs/part2/2_5.pdf.

DISKUSI Pertanyaan:

Apa yang menyebabkan kematian ayam KUB? Jawaban:

Gambar

Tabel 1.  Produksi  dan  bobot  telur,  fertilitas  dan  mortalitas  ayam  KUB-G 6   yang  dipelihara  dalam  sangkar  individu dan sangkar koloni
Grafik 4. Bobot telur dalam sangkar koloni
Grafik 6. Sebaran  tingkat  produksi  dalam  sangkar  kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah bobot telur yang diperoleh dari penimbangan telur per butir menggunakan timbangan digital dalam satuan gram,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi tepung jangkrik dalam ransum komersial tidak berpengaruh terhadap bobot telur dan komposisi fisik telur ayam (persentase

Konsumsi pakan yang tinggi pada ayam Ras strain Lohmann ini selain merupakan ayam tipe medium, ayam ini memiliki bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan ayam

Ayam ras petelur yang dipelihara pada sistem litter jarang dilakukan karena akan sulit dalam mengontrol konsumsi pakan per individu dan pengambilan telur, tetapi

Nilai R 2 sebesar 0,708 menunjukan bahwa 70,8 persen dari produksi telur ayam dapat dijelaskan oleh variasi faktor-faktor produksi seperti ayam dara, ayam petelur, pakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan menganalisis karakteristik produksi, fertilitas dan daya tetas telur ayam arab serta bobot tetas dan

Tetapi tidak nyata pada interaksi umur dan bobot telur tetas terhadap daya tetas.Pengaruh yang tidak nyata pada komponen (keragaman) interaksi antara umur telur

Bobot Telur Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian energi-protein pada level yang berbeda tidak menunjukkan pengaruh yang nyata P>0.05 terhadap bobot telur ayam Arab, ini berarti