• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2 Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2 Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Anak"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah konsep kebiasaan menggosok gigi, konsep karies gigi, konsep anak pra sekolah, kerangka konseptual dan hipotesa.

A. Konsep Kebiasaan Menggosok Gigi 1. Pengertian

Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan. Kebiasaan memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan karena sering dikaitkan dengan adat istiadat yang turun temurun. Karena kebiasaan pada umumnya sudah melekat pada diri seseorang, termasuk kebiasaan yang kurang menguntungkan bagi kesehatan, maka sulit untuk diubah (Notoatmodjo S, 2010 : 16).

Menggosok gigi adalah prosedur rutin yang merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan gigi (www.lintasberita.com. Diakses tanggal 10 Mei 2010).

Jadi kebiasaan menggosok gigi adalah perilaku manusia yang menetap dalam usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan pada gigi.

Kebiasaan menggosok gigi seorang anak dipengaruhi oleh karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

(2)

a. Umur.

Semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup dewasa.

Masa dewasa dibagi menjadi 3 kategori : 1) Masa dewasa awal (21-40 tahun)

Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif. Seseorang mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berfikir abstrak, lugas dan rasional. 2) Masa dewasa madya (40-60 tahun)

Merupakan masa transisi, mereka meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri jasmani dan perilaku yang baru.

3) Masa usia lanjut (60 tahun sampai mati)

Ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, kekuatan fisik dan fungsi psikologis.

(http:// qalbinur.wordprees.com. Diakses tanggal 25 agustus 2010) b. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan begitu pula sebaliknya.

Macam jalur pendidikan : 1) Pendidikan formal

(3)

b) Pendidikan menengah (SMA/MA/SMK)

c) Pendidikan tinggi (diploma,sarjana,magister,spesialis,doctor) 2) Pendidikan nonformal

Diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan pendidikan sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap. 3) Pendidikan informal

Dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri misalnya PAUD, pesantren.

(UU RI No. 20 pasal 17 Sisdiknas tahun 2009) c. Pekerjaan

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

(Nursalam & Pariani S, 2001 : 132-134) d. Penghasilan

Penghasilan yang rendah akan mengurangi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan lainnya seperti perumahan, lingkungan sehat, pendidikan dan kesehatan. Jelas semuanya itu akan dengan mudah dapat menimbulkan penyakit.

Penghasilan keluarga di Kabupaten Bojonegoro dibedakan : 1) Penghasilan tinggi = > Rp. 1.105.000,00/bulan

2) Penghasilan sedang = Rp. 825.000,00-Rp. 1.105.000,00/bulan 3) Penghasilan rendah = < Rp. 825.000,00/bulan.

2. Tujuan menggosok gigi

a. Menghilangkan dan mengganggu pembentukan plak b. Membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan

(4)

c. Menstimulasi jaringan gingiva

d. Mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang ditujukan terhadap karies, penyakit periodental atau sensitivitas

(Sriyono, WN, 2009 : 54). 3. Cara menggosok gigi

a. Menggosok gigi rahang bawah

Cara meletakkan sikat gigi : Tangkai sikat gigi diletakkan sejajar dengan dataran pengunyah. Perhatikan ujung-ujungnya bulu sikat terletak pada perbatasan gigi dan gusi. Sikat gigi kemudian dimiringkan sedikit sehingga bulu sikat terarah pada perbatasan gigi dan gusi.

b. Menggosok permukaan gusi yang menghadap ke pipi/bibir

Sikat gigi digerakkan dengan gerakan maju mundurnya yang pendek, artinya sikat gigi digerak-gerakkan di tempat. Gosoklah terlebih dahulu gigi yang terletak di belakang. Sesudah itu, barulah sikat gigi dipindahkan ke tempat berikutnya.

c. Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke lidah Gosoklah dulu gigi-gigi yang terletak di belakang. d. Menggosok dataran pengunyah

Dimulai dari gigi-gigi rahang atas maupun bawah digosok dengan maju mundur.

(Santoso S, Ranti Al, 2004 : 23-25).

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggosok gigi a. Memilih sikat gigi

1) Bulu harus lembut dan kepala sikat gigi harus kecil sehingga mempermudah anak dalam menyikat sampai gigi belakang.

(5)

2) Permukaan sikat gigi harus rata, cari yang ujung bulunya bulat agar tidak menggores gusi.

3) Sikat gigi orang dewasa tidak cocok untuk anak kecil karena kepala sikatnya terlalu besar untuk bisa masuk ke dalam mulutnya dengan nyaman.

4) Jenis sikat gigi dengan pegangan yang “mantap” bisa membantu memaksimalkan ketrampilan motorik.

5) Simpanlah sikat gigi dalam posisi tegak di tempat bulunya bisa mengering dan pastikan sikat tidak saling bersentuhan karena bisa membuat kuman berpindah dari satu sikat ke sikat lain.

6) Gantilah sikat gigi anak bila ada tanda-tanda kerusakan, misalnya bulunya sudah megar

7) Belilah sikat baru setiap 4 bulan dan langsung setelah anak sembuh dari penyakit, karena sikat yang lama mungkin menyimpan kuman-kuman.

(Rudijanto F, 2004 : 52) b. Memilih pasta gigi

Pasta gigi yang baik melakukan beberapa fungsi sekaligus :

1) Pasta gigi adalah alat pembersih yang membantu menghilangkan sisa makanan dari sekitar gigi dan gusi

2) Pasta gigi biasanya mengandung flourida, yang membantu memperkuat dan melindungi gigi dari pembusukan dan sikat gigi membuat flourida menyentuh permukaan email gigi.

3) Menggunakan pasta gigi membuat mulut anak terasa segar dan bersih

(6)

c. Efektivitas menyikat gigi

Selain tergantung kepada bentuk dan cara menyikat gigi juga tergantung dari frekuensi dan lamanya menyikat gigi. Lama menyikat gigi antara 2-3 menit sudah efektif untuk membersihkan plak. Selain menggunakan lama waktu menyikat gigi, maka untuk efektivitas menyikat gigi, ada ajuran untuk menggosok gigi pada tiap-tiap bagian sebanyak 5 sampai 10 gosokan (Sriyono WN, 2009 : 55-56).

d. Waktu yang tepat untuk menggosok gigi 1) Setiap selesai makan.

2) Sebelum tidur. (Susanto A, 2007 : 31)

5. Kesalahan dalam menggosok gigi a. Menggunakan sikat gigi yang salah

Pertimbangkan besar mulut ketika memilih sikat gigi, pilih juga sikat gigi dengan gagang yang nyaman. Semakin nyaman sikat gigi yang digunakan, semakin sering pula akan menggunakannya dan dengan cara yang tepat.

b. Pemilihan bulu sikat yang tidak tepat

Pilih sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut dan cukup kokoh agar dapat mengikis plak yang menempel pada permukaan gigi, tanpa harus menyakiti gusi.

c. Jarang menggosok gigi atau terlalu lama menggosok gigi

Gosoklah gigi dengan lembut 2 kali sehari (pagi dan malam) setidaknya 2-3 menit atau bisa membagi 30 detik untuk setiap sisi gigi.

(7)

d. Menggosok gigi terlalu sering dan keras

Tiga kali sehari adalah jumlah paling ideal bagi kita untuk menggosok gigi lebih dari tiga kali artinya telah bertindak terlalu berlebihan, menggosok gigi terlalu kasar atau keras dapat mengikis email gigi.

e. Tidak menggosok gigi dengan benar

Menggerakkan sikat gigi memanjang horizontal searah garis gusi akan memicu terjadinya abrasi.

(http://preventionindonesia.com. Diakses tanggal 10 Mei 2010).

B. Konsep karies gigi 1. Pengertian

Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi akibat aktivitas bakteri sehingga terjadilah (melunaknya) jaringan keras gigi yang diikuti terbentuknya kavitas (rongga) (Martariwansyah, 2008 : 18).

2. Klasifikasi

Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan dan jaringan keras yang terkena.

a. Berdasarkan lokasi 1) Karies celah fisura

Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur dan tidak sepenuhnya menyatu dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada struktur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi. Karies celah dan fisura terkadang sulit dideteksi.

(8)

2) Karies pemukaan halus

Ada dua macam karies permukaan halus yaitu : a) Karies proksimal

Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiologi. b) Karies akar

Karies akar adalah tipe yang paling sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri, gigi geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar.

b. Berdasarkan laju penyakit

Laju karies dapat membagi karies menjadi karies akut atau kronis. Karies rekuren berarti karies yang terjadi pada bekas karies terdahulu.

c. Berdasarkan jaringan keras yang terkena

Berdasarkan pada jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat dibedakan menjadi karies yang mempengaruhi enamel, dentin atau sementum serta karies didekat leher gigi disebut karies servikal

(http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 10 Mei 2010). 3. Etiologi

Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies : permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan dan waktu.

(9)

a. Gigi

Anatomi gigi berpengaruh pada pembentukan karies celah atau alur yang dalam. Pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.

b. Bakteri

Mulut merupakan tempat berkembangnya banyak bakteri namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli. Contoh bakteri dapat diambil pada plak

c. Waktu

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat mempengaruhi perkembangan karies. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam (http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 10 Mei 2010).

d. Karbohidrat

Telah diuraikan dalam bab sebelumnya bahwa sisa-sisa makanan dalam rongga mulut terutama makanan lengket dan manis dapat menyebabkan timbulnya plak gigi yang menumpuk kemudian akan menyebabkan karies gigi (Susanto A, 2007 : 27).

Faktor lain yang mempengaruhi : e. Minuman

Selain makanan yang telah diuraikan sebelumnya, ternyata minuman kopi dan teh juga kurang baik untuk kesehatan gigi. Terlalu banyak minum kopi dan teh dapat menimbulkan plak berwarna coklat pada permukaan gigi. Minuman soft drink (minuman bersoda) dapat menyebabkan karies gigi karena mengandung banyak gula.

(10)

f. Menggosok gigi

Kuman akan aktif merusak gigi jika ada sisa-sisa makanan dalam rongga mulut. Jika kegiatan menggosok gigi sudah dilakukan dan masih sakit gigi, hal ini kemungkinan disebabkan cara menyikat gigi yang salah atau alat yang digunakan kurang baik.

g. Berkumur

Ketika menggosok gigi, kadang-kadang kita sulit membersihkan bakteri yang ada disela-sela gigi. Cara yang tepat untuk membasminya dengan berkumur menggunakan obat kumur .

(Susanto A, 2007 : 30-35). 4. Faktor risiko

a. Pengalaman karies

Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies dimasa datang. sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60%.

b. Penggunaan fluor

Pemberian fluor yang teratur baik yang secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis.

(11)

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insiden karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral hygiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.

d. Jumlah bakteri

Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Walaupun laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak.

e. Saliva

Selain mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa makanan di dalam mulut. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara signifikan.

f. Pola makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies, biasanya lebih bersifat lokal dari pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengkonsumsi makanan. Apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.

(12)

g. Umur

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi.

h. Jenis kelamin

Dari berbagai penelitian menyatakan bahwa prevalensi karies gigi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini disebabkan erupsi gigi pada anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan lebih lama didalam mulut dan akan lebih lama berhubungan dengan faktor risiko terjadinya karies.

i. Sosial ekonomi

Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi tinggi dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.

(http://usupress.usu.ac.id. Diakses tanggal 12 Mei 2010). 5. Tanda dan gejala

a. Daerah yang tampak berkabur dipermukaan gigi tampak coklat dan membentuk lubang.

b. Lesi tampak coklat dan mengkilat. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.

c. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh.

(13)

d. Adanya nyeri yang dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dingin dan makanan atau minuman yang manis.

e. Bau nafas tak sedap dan pengecapan yang buruk. (http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 10 Mei 2010). 6. Komplikasi

Jika tidak ditangani, karies gigi biasanya menghancurkan sebagian besar gigi dan menyebar ke jaringan sebelahnya, sehingga menyebabkan sakit dan infeksi, invasi mikroba ke pulpa gigi mempercepat respon radang yang dapat menimbulkan rasa sakit (sakit gigi). Proses ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat dan disertai sepsis serta infeksi pada daerah muka (Nelson, 2000 : 1286).

Gangguan atau penyakit yang timbul akibat sakit gigi dan gusi sebagai berikut :

a. Gangguan pada mata

Gangguan ini sering ditemukan pada orang yang sakit gigi, mata menjadi lelah dan terasa nyeri pada bagian atas mata. Rasa nyeri pada mata ini terjadi karena saraf mata dan saraf pada gigi berpangkal pada tempat yang sama.

b. Sakit kepala

Keluhan ini biasanya dialami oleh orang yang mengunyah makanan menggunakan salah satu gigi karena gigi pada sisi yang lain sakit. Rasa sakit ini umumnya terasa di kepala bagian belakang.

(14)

Infeksi mulut dapat menyebabkan penyakit pada saluran pernafasan jika bakteri terserap masuk ke dalam saluran tersebut. Bakteri dapat masuk sampai ke paru-paru dan menimbulkan infeksi pada alat tubuh tersebut.

d. Penyakit jantung

Bakteri dalam rongga mulut yang masuk bersama aliran darah dapat memproduksi zat kimia yang mempercepat pembekuan darah. Keadaan ini dapat menimbulkan pengerasan pembuluh darah. Bakteri ini juga dapat melekat pada lapisan lemak yang menempel di pembuluh darah jantung akibatnya, penyaluran sari makanan dan oksigen menuju jantung menjadi terhambat.

(Susanto A, 2007 : 25-26). 7. Pencegahan karies gigi

Perawatan gigi mulut pada masa balita dan anak ternyata cukup menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tingkatan usia selanjutnya. Beberapa penyakit gigi dan mulut bisa mereka alami bila perawatan tidak dilakukan dengan baik. Diantaranya caries (lubang pada permukaan gigi), gingivitis (radang gusi) dan sariawan untuk mencegahnya, beberapa hal berikut perlu mendapatkan perhatian orang tua :

a. Kurangi konsumsi makanan manis dan mudah melekat pada gigi seperti permen atau coklat.

b. Ajak mereka menggosok gigi secara teratur dan benar pada pagi, sore dan menjelang tidur. Lebih baik lagi bila dilakukan setiap usai makan. Biasakan mereka berkumur-kumur setelah makan-makanan manis.

(15)

c. Siapkan makanan kaya kalsium (ikan dan susu), flour (teh, daging sapi dan sayuran hijau), fosfor, serta vitamin A (wortel), vitamin C (buah-buahan), vitamin D (susu), vitamin E (kecambah), mineral dan vitamin tersebut diperlukan untuk pertumbuhan gigi mereka.

d. Jaga kesehatan mulut mereka dengan baik. Bila ada karang gigi segera bawa ke dokter gigi untuk dibersihkan.

e. Ajak mereka memeriksakan gigi enam bulan sekali.

f. Bila tiba-tiba mengeluh sakit gigi, suruh mereka berkumur dengan air garam hangat dan lubang ditutup kapas berminyak cengkeh lalu bawa ke dokter atau klinik gigi.

(Surendro D, 2002 : 80-81). 8. Pengobatan karies

a. Bila pencabutan diindikasikan, terapinya juga harus mengarah pada masalah bahwa gigi-gigi disekitar tempat pencabutan akan berubah posisinya pada lengkungan gigi.

b. Antibiotika biasanya tidak diindikasikan, kecuali pada penderita dengan daya tahan terganggu, penyembuhan luka terganggu atau berisiko endokarditis.

c. Jika antibiotika oral tidak efektif, jalan parenteral diindikasikan.

d. Penisilin merupakan antibiotika pilihan, kecuali pada penderita dengan riwayat alergi terhadap penisilin.

e. Kombinasi asetaminofen dengan kodein yang diberikan per oral biasanya adekuat.

(16)

C. Konsep Anak Prasekolah 1. Pengertian

Anak pra sekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun (Muscari EM, 2005 : 59).

2. Kesehatan gigi anak pra sekolah

a. Seluruh gigi desidua yang berjumlah 20 harus lengkap pada usia 3 tahun.

b. Perkembangan motorik halus pada usia pra sekolah memungkinkan anak mampu menggunakan sikat gigi dengan baik, anak harus menggosok giginya dua kali sehari.

c. Orang tua harus mengawasi anak menggosok gigi dan membersihkan sela-sela gigi.

d. Anak harus menghindari makanan yang bersifat kariogenik untuk mencegah karies.

(17)

D. Kerangka Konseptual

Keterangan :

: Tidak diteliti : Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah di TK. Dharma Wanita Mekarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro tahun 2010.

Kerangka konseptual di atas menjelaskan bahwa faktor gigi, bakteri, waktu, karbohidrat, minuman, berkumur dan menggosok gigi dapat mempengaruhi timbulnya karies gigi.

Pada anak pra sekolah sering mengkonsumsi makanan manis dan mudah melekat pada gigi seperti permen dan coklat yang lama kelamaan akan membentuk plak gigi, apabila tidak dicegah dengan menggosok gigi secara

Faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian karies gigi : 1. Gigi. 2. Bakteri. 3. Waktu. 4. Karbohidrat. 5. Minuman. 6. Menggosok gigi. 7. Berkumur.

Kebiasaan menggosok gigi Kejadian karies gigi pada anak pra sekolah

(18)

teratur dan benar plak akan terus menumpuk dan akan membentuk asam. Apabila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan terjadi lesi karies.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini yang diteliti adalah kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008 : 56).

Hipotesa nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran

statistik dan interprestasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau kompleks dan bersifat sebab atau akibat.

Hipotesa alternatif (Ha/H1) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini

menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh dan perbedaan antara dua atau lebih variabel.

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (H1) yaitu ada

hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah di TK. Dharma Wanita Mekarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka   Konseptual  Hubungan   Kebiasaan   Menggosok   Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah  di TK.

Referensi

Dokumen terkait

Bertitik tolak terhadap permasalahan yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, penulis tertarik untuk mengangkat kasus dari fenomena tersebut dengan judul

Penelitian ini bertujuan untuk mengalalisis tingkat kesehatan keuangan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk selama periode 2011-2013 menggunakan analisis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh zat ekstraktif rebung bambu betung ( Dendrocalamus asper ) terhadap pertumbuhan bibit sengon (

Namun demikian, dalam kenyataannya orang tua atau guru dalam melaksanakan hukuman dengan metode dan cara yang kurang tepat sehingga yang terjadi anak bukan menjadi lebih baik

artinya materi disajikan oleh presenter disertai dengan wawancara dengan tokoh/ narasumber. Dalam pengembangan media pembelajaran video room service pada penelitian

Oleh karena probabilitas data di atas lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja

Dalam mengumpulkan data untuk penulisan proposal skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1) Sumber data yang dikumpulkan

Pengukuran produktivitas menjadi suatu alat penting untuk menilai kenerja seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan agar menjadi bahan pertimbangan bagi pihak