• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. fakta-fakta yang sebelumnya telah dimiliki. Menurut Slameto(1998:2),

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. fakta-fakta yang sebelumnya telah dimiliki. Menurut Slameto(1998:2),"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Diskripsi Teori

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar dapat digambarkan sebagai interaksi aktif dengan lingkungannya melalui pengamatan, pencarian, pemikiran, dan penelitian untuk mendapatkan fakta-fakta baru serta hubungan antara fakta-fakta yang sebelumnya telah dimiliki. Menurut Slameto(1998:2), secara psikologis, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa

belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk

mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang

terjadi harus secara sadar. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar

apabila setelah melakukan kegiatan belajar ia menyadari bahwa dalam

dirinya telah terjadi suatu perubahan. Misalnya, ia menyadari bahwa

pengetahuannya bertambah, keterampilannya meningkat, sikapnya semakin

positif, dan sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa perubahan

tingkah laku tanpa usaha dan tanpa disadari bukanlah belajar. Dari

pengertian belajar tersebut, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai

perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan perubahan

tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Hal ini berarti bahwa belajar

pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.

(2)

MenurutJarvis(1990:196) dalamMalcolm Tight(2000:25) bahwa belajar adalah; (1) ada tidaknya perubahan perilaku permanen sebagai hasil dari pengalaman; (2) perubahan relatif sering terjadi yang merupakan hasil dari praktik pembelajaran; (3) proses dimana pengetahuan itu digali melalui transformasi pengalaman; (4) proses transformasi pengalaman yang menghasilkan pengetahuan, skill, dan attitude.dan (5) mengingat informasi.

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya.

Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar di sini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil

(3)

menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapatlah kita simpulkan bahwa pada dasarnya belajar merupakan suatu proses yang ditandai: (1) adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang, (2) perilaku bersifat permanen, (3) perubahan tingkah laku tersebut karena pengalaman sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungan. Adapun perubahan sebagai hasil proses belajar dapat diindentifikasi berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, serta perilaku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, apresiasi, serta peran aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Hasil belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar, maupun oleh peserta didik sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Hasil belajar dinyatakan dengan skor hasil tes atau angka yang diberikan guru berdasarkan pengamatannya belaka atau keduanya, yaitu hasil tes serta pengamatan guru pada waktu peserta didik melakukan diskusi kelompok.

(4)

Tujuan belajar dapat dioperasikan dalam bentuk indikator-indikator, dan hasil belajar yang bersifat kognitif dapat berupa nilai test formatif, nilai ulangan sumatif, nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya. Dengan demikian, hasil belajar dapat dikatakan sebagai indikator penting dalam keseluruhan proses pendidikan pada umumnya dan proses belajar pada khususnya, karena hasil belajar ini berfungsi untuk megetahui keberhasilan belajar pada mata pelajaran atau bidang studi tertentu dan juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan itu sendiri.

Pengukuran hasil belajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non tes. Tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Sedangkan non tes adalah pertanyaan maupun pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non tes bias berbentuk kuesioner atau inventori. pengukuran test meliputi test formatif dan test test sumatif

Tes formatif adalah diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses. Digunakan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.evalusi formatif mempunyai manfat, baik

(5)

bagi siswa, guru, maupun program itu sendiri. Pada pelaksanaanya test formatif ini dikenal dengan nama ulangan harian.

Tes subsumtif dan sumatif, pelaksanaan kegiatan tes subsumatif ini dilakukan pada pertengahan semester mindsemester. Tes sumatif adalah penilaian yang dilakukan tiap akhir semester. Adapun fungsi dari penilaian ini adalah untuk menentukan prestasi hasil belajar siswa terhadap bidang studi atau mata pelajaran selama satu semester.

Dalam buku seri III B dari kurukulum KTSP tentang pedoman penilaian dijelaskan bahwa tes formatif harus dilaksanakan oleh guru setiap mengakhiri satu sub pokok bahasan, sedangkan tes subsumatif dilasksanakan setiap mengakhiri satu pokok bahasan (dalam program yang lebih besar).

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes untuk mengukur indikator-indikator kompetensi siswa yang dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses Pembelajaran.

2. Pengertian Matematika.

Matematika berasal dari kata manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa

(6)

Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.

Para ahli umumnya mendefinisikan matematika sebagai ilmu yang berhubungan dengan struktur, simbol dan logika. Matematika menurut Hamzah (2005; 3) dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual. Sejalan dengan tersebut, Nasution (1980:5) mengemukakan beberapa pengertian matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan . Pengertian matematika sebagai ilmu tentang struktur yang terorganisir juga dikemukakan oleh Ruseffendi(1988:261)

Secara umum definisi dan pengertian matematika dapat disajikan sebagai berikut :

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

(7)

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Tujuan pembelajaran Matematika menurut Standard Kompetensi dan kompetensi dasar Kurikulum KTSP tahun 2006 adalah agar kemempuan peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah

(8)

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

3. Materi Lingkaran

Materi lingkaran dalam kurikulum KTSP di jabarkan dalam Standar Kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut :

Standar Kompetensi : 3. Menyusun persamaan lingkaran dan garis singgungnya

Kompetensi Dasar : 3.1 Menyusun persamaan lingkaran yang memenuhi persyaratan yang ditentukan 3.2 Menentukan persamaan garis singgung

pada lingkaran dalam berbagai situasi Materi Lingkaran dapat diringkas sebagai berikut :

1. PERSAMAAN LINGKARAN a. Pengertian Lingkaran

Lingkaran adalah tempat kedudukan atau himpunan titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik yang tertentu. Titik tertentu tersebut

(9)

dinamakan pusat lingkaran dan jarak yang tetap tersebut dinamakan jari-jari lingkaran.

1) Persamaan Lingkaran dengan Pusat di O(0, 0)

Jika titik A(xA, yA) terletak pada lingkaran yang berpusat di O, maka berlaku OA = jari-jari lingkaran. Dengan menggunakan rumus jarak titik O(0, 0) ke titik A(xA, yA) diperoleh:

2 2 2 2 2 2 2 2 2

y

x

r

atau

y

x

r

AB

OB

OA

Contoh

1. Persamaan lingkaran dengan Pusat O(0,0) berjari jari 12 adalah

144 12 2 2 2 2 2     y x y x

2. Persamaan lingkaran dengan Pusat O(0,0) yang melalui titik (7,-24) adalah

Persamaan lingkaran dengan Pusat O(0,0) adalah

r

2

x

2

y

2 dengan r adalah jari jari lingkaran

(10)

625 25 625 576 49 ) 24 ( 7 2 2 2 2 2 2 2 2 2            y x adalah lingkaran Persamaan r r r r r y x

2) Persamaan Lingkaran dengan Pusat di A(a,b) berjari-jari r

Jika titikA(a,b) adalah pusat lingkaran dan titikB(x,y) terletak pada lingkaran, maka jari-jari lingkaranrsama dengan jarak dariAkeB. r= jarakA keB 2 2 2 2 2 2

)

(

)

(

)

(

)

(

)

(

b

y

a

x

y

y

x

x

AB

r

A B A B

Jadi persamaan lingkaranyang berpusat di (a,b)

dan berjari-jariradalah: (x–a)2+ (y–b)2=r2

Contoh

Tentukan Persamaan Lingkaran yang pusatnya (-2,3) dan berjari-jari 5

0 12 6 4 25 9 6 4 4 5 ) 3 ( ) 2 ( 5 3 , 2 , ) ( ) ( 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2                        y x y x y y x x y x r dan b a r b y a x

(11)

B. Metode Pembelajaran

1. Metode

Dalam dunia pendidikan umumnya dan proses pendidikan khususnya, penggunaan metode yang tepat dalam pengajaran merupakan hal sangat penting diperhatikan, karena keberhasilan pengajaran sangat tergantung kepada cocok tidaknya penggunaan metode pengajaran terhadap suatu topik yang diajarkan sehingga tujuan pengajarannya tercapai dengan baik.

Metode merupakan suatu alat atau cara dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Winarno Surakhmad (2006; 117) metode adalah cara dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Selanjutnya Sudirjo (2005;80) mengemukakan bahwa “Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam menyajikan bahan pelajaran dengan memperhatikan keseluruhan situasi belajar untuk mencapai tujuan”.

Dari kedua pendapat diatas jelas bahwa metode merupakan cara yang dipergunakan guru dalam proses belajar mengajar dimana setiap guru akan menggunakan metode tertentu dalam menyajikan bahan pelajaran kepada siswanya. Hal ini akan memudahkan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

(12)

Pada dasarnya semua metode yang digunakan dalam mengajar adalah baik, namun dalam pelaksanaannya sangat tergantung kepada guru. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan Winarno Surachman dalam buku Dasar dan Tehnik Interaksi Belajar Mengajar bahwa : “Metode yang kurang baik ditangan seorang guru dapat menjadi metode yang baik sekali ditangan guru yang lain, dan metode yang baik akan jelek ditangan guru yang tidak menguasai tehnik pelaksanaannya”. Jadi jelas bahwa guru sangat berperan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar yang baik.

Dalam pengajaran matematika, penggunaan metode mengajar harus berpedoman pada tujuan yang akan dicapai tanpa melupakan faktor-faktor siswa, guru harus menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi dan situasi kelas pada saat berlangsungnya pengajaran.

Dalam pengajaran matematika sebaiknya guru menggunakan metode yang lebih banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan soal dan menemukan sendiri, karena hal ini sesuai dengan tujuan pengajaran matematika yaitu menghasilkan siswa yang aktif, analitis, kritis, dinamis dan optimis dalam menjalani hidupnya dimasa yang akan datang.

(13)

2. Metode Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

Masih banyak guru beranggapan bahwa tugas mereka adalah memindahkan informasi pengetahuan dari buku atau kepala mereka kepada siswa, sedangkan tugas siswa adalah menerima, mengingat, dan menghafalkan informasi tersebut. Dengan kata lain, siswa dianggap sebagai penerima pengetahuan yang pasif sedangkan guru adalah pemilik pengetahuan. Anggapan ini tampaknya didasarkan pada paradigma yang dipopulerkan oleh John Locke, yakni siswa dianggap seperti selembar kertas putih kosong yang menunggu tulisan dari guru. Siswa bagaikan botol kosong yang bisa diisi dengan curahan pengetahuan dari guru, sehubungan dengan ini pula, suasana belajar yang dominan adalah struktur persaingan dimana siswa saling berlomba menjadi lebih baik dari lainnya para guru pun ikut berlomba dengan guru (atau sekolah) lainnya.

Banyak guru menganggap paradigma diatas sebagai satu-satunya jalan. Namun teori dan penelitian menunjukkan bahwa fokus pembelajaran terletak pada belajar secara mendalam dan sesuai dengan pengalaman, memerlukan keterlibatan penuh dan belajar dengan aktif, Dalam hal ini guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator yang melayani pertanyaan dan pendapat siswa tanpa menyalahkan siswa. Guru membimbing siswa dalam

(14)

melakukan proses menuju pada penguasaan materi. Menurut Johnson & Johnson (1994: 2001) dalam Isjoni (2009:17) terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu diantaranya adalah :

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa, dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang saling bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain., sehingga seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. ;

b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat, hal ini terjadi karena seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.

c. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dalam arti tanggung jawab siswa dalam membantu siswa yang membutuhkan bantuan sehingga siswa tidak hanya sekedar membonceng pada hasil kerja teman sekelompoknya.

d. Ketrampilan interpersonal dalam kelompok kecil, dalam hal ini siswa dituntut aktif dalam bersikap dan menyampaiakan ide sebagai angggota kelompok.

e. Proses kelompok, proses ini terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik pula.

Menurut Anita Lie (20079: 24) beberapa manfaat proses pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

(15)

1) Siswa dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama ; 2) Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk

menghargai perbedaan ;

3) Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran ; 4) Mengurangi kecemasan siswa ;

5) Meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif ; 5) Meningkatkan prestasi akademik.

Model-model belajar kooperatif telah terbukti efektif di kelas-kelas yang heterogen. Dengan anggota-anggota grup kecil mungkin saling mendukung dan berbicara satu sama lain, tetapi hanya ada hasil-hasil individual dan tidak ada tujuan bersama.

Untuk melaksanakan pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) langkah-langkanya adalah :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)

2. Guru menyajikan pelajaran.

3. Guru member tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Guru member kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

(16)

6. Kesimpulan.

C.. Kerangka Berpikir

Sebagaian besar siswa merasa terlalu sulit dalam belajar matematika karena guru kurang memperhatikan jengjang tingkat keselitan soal sesuai dengan kemampuan peserta didik di kelas tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut guru harus meningkatkan pemahaman peserta didik selangkah-demi selangkah dari soal yang paling mudah menuju soal yang paling komplek. Dengan demikian maka konsep yang ditamankan dapat dikuasai dengan baik dan siswa mampu menerapkan konsep yang dikuasai untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

Untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuannya dalam pernerapan persoalan, siswa berkalaborasi dengan temannya dalam satu kelompok. Kerjasama ini akan sangat membantu meningkatkan kemampuan dan penguasaan dari setiap kelompok. Untuk siswa yang penguasaannya rendah akan dibantu oleh siswa yang penguasaanya lebih tinggi. Untuk siswa yang penguasaannya lebih tinggi akan meningkatkan pengusaannya karena tuntutan agar mampu menjelaskan kepada yang lain. Persoalan yang komplek yang membutuhkan daya analisis yang tinggi mudah dipecahkan jika dikerjakan secara bersama-sama karena banyak masukan dan dapat dipecahkan dari sudut pandang yang berbeda.

(17)

Cooperative Learning dalam matematika akan dapat membantu meningkatkan sifat positif para siswa dalam belajar matematika. Siswa secara

individu akan membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya dalam

menyelesaikan masalah–masalah matematika, sehingga secara

berangsur-angsur akan mengurangi rasa cemasnya terhadap kesulitan yang sebelumnya

dia alami. Adanya kompetisi antar kelompok belajar juga dapat menumbuhkan

motivasi belajar para pserta didik yang nantinya akan bepengaruh terhadap

hasil belajar dalam kelompoknya.

Pengaruh penggunaan metode Cooperative Learning tipe STAD ini dapat meningkatkan hasil belajar karena diawali dengan penguasaan

materi dasar yang dijelaskan guru diperkuat dengan kerjasama dalam

kelompok kecil akan saling kekurangan dari setiap individu sehingga hasilnya

maksimal.

C. Hipotesis Tindakan

Dari beberapa teori yang sudah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah : Pembelajaran matematika dengan metode Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan lingkaran siswa kelas XI IPA-1 di SMA Negeri 74 Jakarta semester ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012.

Referensi

Dokumen terkait

Indikator Kinerja Persentase Jalan Lingkungan dalam kondisi baik pada tahun 2017 sebesar 57,88 % atau mencapai 59,54 % dari target RPJMD tahun 2017, capaian

Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan yang Berbasis Kerakyatan, (Bandung: Humaniora, 2008), hal.. Sebagai tujuan,

ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH. SPESIFIK LOKASI

Pada penelitian ini didapatkan bahwa perbandingan kinerja sistem AC dengan refrigeran hidrokarbon dan refrigeran freon adalah sebagai berikut, yaitu berat

Hasil tersebut menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden setuju dengan pernyataan Aon Indonesia adalah perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial

Ide garapan lelambatan kreasi tabuh dua Geni Semara ini diangkat dari kisah nyata yang merupakan pengalaman pribadi penata.. Gagasan ini berawal dari

8 Ainur rohmah/ 2013/ universitas dian nuswantoro semarang Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode harga pokok pesanan untuk efisiensi biaya produk studi kasus pada

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.. Semua sumber yang