• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Tekanan Darah dan Denyut Nadi Pekerja Sebelum Pemberian Air Kelapa dan Sesudah Pemberian Air Kelapa pada Pekerja Pandai Besi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Tekanan Darah dan Denyut Nadi Pekerja Sebelum Pemberian Air Kelapa dan Sesudah Pemberian Air Kelapa pada Pekerja Pandai Besi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Januari 2013

Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm PERBEDAAN TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI PEKERJA SEBELUM PEMBERIAN AIR KELAPA DAN SESUDAH PEMBERIAN AIR KELAPA PADA

PEKERJA PANDAI BESI

Muhammad Shidiq Katijayanto *)

Mahasiswa Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

**)

Dosen Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Tekanan panas merupakan beban bagi tenaga kerja, yang menyebabkan banyaknya pengeluaran cairan tubuh melalui keringat. Dengan terjadinya keringat yang berlebihan volume darah juga akan berkurang, akibatnya tekanan darah juga mengalami penurunan. Hal tersebut juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi yang mengakibatkan frekuensi denyut nadipun akan meningkat. Pengeluaran keringat yang berlebih mengakibatkan kekurangan cairan elektrolit dalam tubuh. Air kelapa merupakan larutan yang memiliki kandungan bahan elektrolit yang baik untuk sel karna mengandung Natrium dan Kalium yang cukup untuk memenuhi kebutuhan didalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tekanan darah dan denyut nadi pekerja sebelum pemberian air kelapa dan sesudah pemberian air kelapa pada pekerja pandai besi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi experiment dengan pendekatan non-equivalent control group design. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pandai besi Ds.Bandungrojo sejumlah 25 orang. Analisis data menggunakan uji Saphiro Wilk dan T-test menunjukkan adanya perbedaan bermakna (sistole; p value 0,027 dan diastole; p value 0,047) antara tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian air kelapa pada pandai besi. Didapatkan p value 0,040 untuk denyut nadi, yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara denyut nadi sebelum dan sesudah pemberian air kelapa pada pandai besi. Saran bagi pekerja pandai besi, konsumsi air kelapa baik dikonsumsi setiap hari selama bekerja untuk menambah elektrolit yang berkurang dikarenakan oleh banyaknya pengeluaran keringat.

Kata kunci : tekanan darah, denyut nadi, air kelapa LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera, dimana hal tersebut dilakukan disegala bidang termasuk bidang kesehatan. Untuk mencapai tujuan pembangunan dibidang kesehatan, perlu dilakukan berbagai upaya, salah satunya berupa peningkatan kesehatan kerja melalui penerapan hygiene perusahaan dan kesehatan kerja diberbagai sektor

termasuk didalamnya sektor industri.1 Perlindungan terhadap tenaga kerja dalam kondisi aman, sehat, dan selamat akan memberikan hasil yang optimal terhadap industri yang bersangkutan. Pemerintah juga telah membuat Undang-Undang tentang kesehatan kerja khususnya pada Kepmenaker No : Kep 51/Men/1999 bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja

(2)

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Januari 2013

Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm yang bekerja pada iklim di atas nilai

ambang batas (NAB).2

Panas merupakan beban bagi tenaga kerja, yang menyebabkan banyaknya pengeluaran cairan tubuh melalui keringat. Peningkatan produksi keringat akibat terpapar panas akan menurunkan volume cairan ekstraseluler tubuh sehingga mengakibatkan tekanan darah turun. Hal tersebut juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibatnya maka frekuensi denyut nadipun akan meningkat.3

Keseimbangan air didalam tubuh terkait erat dengan keseimbangan elektrolit. Tubuh berusaha menjaga keseimbangan jumlah air dan tingkat elektrolit dalam aliran darah tetap stabil. Berbagai mekanisme terjadi didalam tubuh untuk tetap menjaga kestabilan tersebut. Dalam kaitannya dengan aktifitas fisik tenaga kerja, elektrolit merupakan konsentrasi terbesar dalam air keringat (Natrium dan Kalium).4

Air minum yang mengandung elektrolit merupakan air minum yang baik untuk konsumsi, dimana mengandung garam mineral seperti Natrium dan Kalium. Air kelapa merupakan larutan yang memiliki kandungan bahan elektrolit yang baik untuk sel karna mengandung Natrium dan Kalium yang cukup untuk memenuhi kebutuhan didalam tubuh.5

Industri sektor informal pandai besi di Desa Bandungrojo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora ini merupakan sektor industri yang telah dilestarikan sejak tahun 1980an. Desa Bandungrojo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora terdapat cukup banyak pohon kelapa yang belum dimanfaatkan dengan baik, karena masih sedikitnya pengetahuan mengenai manfaat air kelapa khususnya air kelapa yg masih muda sebagai minuman yang menyehatkan

dan mengandung elektrolit yang baik untuk tubuh. Industri pandai besi di Desa Bandungrojo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora terdapat 4 lokasi yang masing – masing terdapat 7 orang pekerja dan tiga lainnya memiliki 6 pekerja. Pekerja pandai besi bekerja dilingkungan dengan paparan panas setiap harinya. Kekurangan Elektrolit diakibatkan paparan panas dan pengeluaran keringat yang banyak tidak dapat digantikan hanya dengan mengkonsumsi air, dibutuhkan air minum yang mengandung garam mineral seperti Natrium dan Kalium. Air kelapa mengandung Natrium dan Kalium yang dapat menambah kekurangan elektrolit dalam tubuh.6

Dari hasil wawancara, diketahui bahwa 16 persen pekerja mengeluh sering merasa haus, penglihatan berkunang - kunang setelah duduk kemudian berdiri, sering mengantuk, merasa pusing setelah selesai kerja, cepat lelah, banyak mengeluarkan keringat ketika bekerja.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tekanan darah dan denyut nadi pekerja sebelum pemberian air kelapa dan sesudah pemberian air kelapa pada pekerja pandai besi di Desa Bandungrojo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora.

MATERI DAN METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dimana peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel luar, sehingga perubahan yang terjadi pada efek tidak sepenuhnya oleh pengaruh perlakuan. Pendekatan yang digunakan adalah

non-equivalent control group design.

Dalam rancangan penelitian ini kelompok eksperimen berfungsi sebagai kelompok perlakuan sekaligus kelompok control.7

Populasi merupakan seluruh sumber data yang diperlukan dalam

(3)

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Januari 2013

Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm suatu penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua pekerja pandai besi di Desa Bandungrojo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora yang terdapat 4 lokasi, satu lokasi memiliki 7 pekerja dan 3 lokasi yang lain memiliki 6 pekerja. Sampel dapat diartikan sebagai wakil populasi yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan metode total populasi dengan jumlah 25 orang pekerja. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Proses Produksi

Desa Bandungrojo terletak di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah. Desa ini banyak terdapat usaha – usaha sektor informal, salah satunya yaitu usaha pandai besi. Usaha pandai besi ini terdapat 4 kelompok. Satu kelompoknya terdiri dari 6 hingga 7 orang pekerja. Bahan baku utama yang digunakan ialah besi baja bekas rel kereta api, besi baja bekas per mobil, dan besi baja bulat atau pipa, sedangkan bahan baku tambahannya ialah kayu, arang, dan pernis. Pada pengolahan bahan baku dipergunakan peralatan kerja seperti tungku pembakar, penghembus udara, landasan martil penempa, martil, penjepit, mesin gerinda, seperangkat las listrik, dan bak pendingin.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Iklim Kerja Pada Lokasi Pandai Besi Desa Bandungrojo Tahun 2012. Lokasi Penguk uran WB (0C) GT (OC ) dB (OC) ISBB B (OC) Pandai 1 29, 7 34,7 41, 7 31,9 Pandai 2 27, 6 40,2 31, 1 30,42 Pandai 3 30, 1 46,9 33, 3 33,78 Pandai 4 29, 0 40,4 38, 9 32,27 Iklim kerja pada lokasi pandai besi Desa Bandungrojo sebesar 30,42OC sampai 33,78OC ISBB dengan rata – rata ISBB 32.0OC.

Proses produksi pandai besi terdiri dari pemotongan besi baja, pembentukan, pengerasan atau penyepuhan, penghalusan atau penajaman besi baja, pengelasan besi baja dan penyetelan.

Karakteristik Pekerja

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Umur Pekerja Pandai Besi Desa Bandung rojo Tahun 2012. Min (tahun) Max (tahun) Rata – rata (tahun) 21 40 33

Responden pada penelitian ini berumur minimal 21 tahun dan maksimal 40 tahun. Rata - rata responden berumur 33 tahun.

Menurut Siswanto, pada pekerja dengan usia diatas 40 tahun kelenjar keringat mempunyai respon yang lebih lambat terhadap beban panas metabolik dan lingkungan dari pada pekerja usia muda. Semakin tua umur pekerja, fungsi organ akan semakin menurun sehingga tubuh akan mudah kekurangan cairan.8

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Pandai Besi Desa Bandungrojo Tahun 2012. Min (tahun) Max (tahun) Rata – rata(tahun) 6 19 12

(4)

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Januari 2013

Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Dalam penelitian ini masa kerja

responden minimal 6 tahun dan maksimal 19 tahun masa kerja. Rata – rata masa kerja responden adalah 12 tahun. Masa kerja berkaitan dengan proses aklimatisasi tenaga kerja terhadap iklim kerja tertentu sehingga menjadi terbiasa terhadap iklim kerja tersebut dan kondisi fisik, faal dan psikis tidak mengalami efek buruk dari iklim kerja yang dimaksud. Pekerja baru yang mulai bekerja pada lingkungan kerja dengan tekanan panas yang tinggi akan mengalami proses aklimatisasi terhadap intensitas paparan panas yang sebelumnya tidak pernah dialaminya. Proses aklimatisasi ini biasanya memerlukan waktu 7-10 hari.9

Tekanan Panas

Tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi yang dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh. Dari hasil pengukuran iklim kerja yang dilakukan pada 4 lokasi dengan beberapa titik yang kemudian dirata – rata tiap lokasinya, untuk besarnya nilai ISBB yang diukur menggunakan Questemp 34o (pukul 11.00 - 12.00 WIB) menunjukkan bahwa iklim kerja pada lokasi pandai besi Desa Bandungrojo sebesar 30,42OC sampai 33,78OC ISBB dengan rata – rata ISBB 32.0OC. Suhu tersebut melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) berdasarkan Surat Keputusan Menteri tenaga Kerja No. KEP.51/MEN/1999, bahwa NAB iklim kerja yang diperkenankan untuk pekerjaan terus – menerus selama 8 jam/hari dengan beban kerja berat berdasarkan taksiran tingkat kebutuhan kalori menurut jenis aktivitasnya yaitu sebesar 25,9OC. Suhu nikmat kerja bagi orang – orang Indonesia yaitu 24OC sampai 26OC.(3) Keadaan panas lingkungan kerja juga

dipengaruhi cuaca lingkungan yang mana saat pengambilan data penelitian suhu udara lingkungan tidak menentu dikarenakan musim.10

Lingkungan kerja yang panas akan mempengaruhi kesehatan tenaga kerja seperti heat cramps, heat exhaustion, heat stroke dan miliaria yang ditandai dengan penderita berkeringat banyak, tekanan darah menurun dan denyut nadi bergerak cepat. Dampak suhu tinggi terhadap kesehatan dapat menimbulkan berbagai efek atau dampak bagi tenaga kerja, baik secara fisik dan psikis seperti kenaikan denyut jantung, gangguan tekanan darah, suhu tubuh meningkat peningkatan produksi keringat, kenaikan aliran darah kekulit mudah lelah serta dapat meningkatkan suhu tubuh. Untuk mempertahankan kesehatan pekerja diberi minum sesering mungkin berupa air putih atau air minum yang telah cukup garam seperti larutan elektrolit (Natrium dan Kalium).11

Kategori Beban Kerja Pada Pekerja

Pekerja pandai besi melakukan aktivitas antara lain; menempa besi, menjinjing beban, memindahkan barang dan alat, memotong logam, mengangkat dan memindahkan arang berdasarkan Kebutuhan Kalori Per Jam Menurut Jenis Aktivitas ditaksir kebutuhan kalori per jam pandai besi tersebut adalah 6,43 Kilo kalori/jam (pelatihan berat atau aktivitas berat), kemudian dapat ditaksirkan 6,43 Kilo kalori / kg – BB x 59 kg (rata – rata berat badan pandai besi) – BB = 379 Kilo kalori/jam, termasuk kategori beban kerja berat (>350-500 Kilo kalori/jam). Namun demikian perhitungan tersebut belum memperhitungkan faktor tekanan panas yang dapat memberikan beban kerja tambahan. Penentuan kategori beban kerja fisik berdasarkan kebutuhan oksigen melalui penaksiran

(5)

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Januari 2013

Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm kebutuhan kalori belum dapat

menggambarkan beban sebenarnya yang diterima oleh seorang pekerja. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalori. Selain berat ringannya pekerjaan itu sendiri, juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat bekerja, cara dan sikap kerja serta stasiun kerja yang digunakan selama bekerja.12

Hasil Pengukuran Tekanan Darah

Tabel 4. Nilai Minimum, Maksimum dan Rata – rata Tekanan Darah Pekerja Pandai Besi Desa Bandungrojo Tahun 2012. Tekanan Darah Sistole (mmHg) Diastole (mmHg) Sblm Ssdh Sblm Ssdh Min Max Min Max Min Min Max Max 110.0 138.5 109.5 140.0 55.5 56.0 93.0 93.0 Rata – rata Tekanan Darah Sblm Ssdh Slsih Sblm Ssdh Slih 122. 0 120. 1 1.86 75.8 73.8 -2.0

Tekanan darah responden diperoleh rata – rata tekanan darah

sistole sebelum pemberian air kelapa adalah 122 mmHg, dan setelah pemberian air kelapa adalah 120,14 mmHg, dengan rata – rata selisih tekanan darah sistole sebelum dan sesudah pemberian adalah -1.86 mmHg, sedangkan rata – rata tekanan darah diastole sebelum pemberian air kelapa adalah 75,8 mmHg, dan setelah pemberian larutan elektrolit adalah 73,8 mmHg, dengan rata – rata selisih tekanan darah diastole sebelum dan sesudah pemberian adalah -2.0 mmHg. Didapat pula nilai minimum sistole sebelum 110.0, sesudah 109.5,

diastole sebelum 55.5 dan sesudah 56.0.

Dari hasil perhitungan analisis bahwa ada perbedaan yang bermakna tekanan darah pada pekerja pandai besi di Desa Bandungrojo. Berdasarkan hasil uji statistic paired t-test untuk tekanan darah sistole

didapatkan nilai sig. 0,027 dan untuk tekanan darah diastole didapatkan nilai sig. 0,047. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian air kelapa.

0 50 100 150

SisSblm SisSsdh

Gambar 1. Perbedaan tekanan darah

sistole

Berdasarkan Gambar 1. menunjukkan rerata tekanan darah

sistole sesudah pemberian air kelapa mengalami penurunan dari pada sebelum pemberian air kelapa.

(6)

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Januari 2013

Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Gambar 2. Perbedaan tekanan darah

diastole

Berdasarkan Gambar 2. menunjukkan rerata tekanan darah

diastole sesudah pemberian air kelapa lebih rendah dari pada sebelum pemberian air kelapa.

Pemberian larutan air kelapa yang diberikan pada pekerja adalah untuk menambah sejumlah besar garam – garam mineral (Natrium dan Kalium) ditubuh yang hilang saat bekerja berupa pengeluaran keringat. Seperti yang disebutkan Ganong, bahwa salah satu cara untuk mengatasi terjadinya gangguan yang tidak diinginkan akibat kekurangan cairan tubuh berupa pemberian air minum dan garam (NaCl).13

Tabel 5. Perubahan Tekanan Darah Pekerja Sebelum dan Sesudah Pemberian Air Kelapa pada Pekerja Pandai Besi Desa Bandungrojo, Tahun 2012. Teka nan Dara h Kategori Perubahan Tekanan darah Naik Tetap Turun Jm l % Jm l % Jml % Sistol 9 3 6 1 4 15 6 0 Diast ol 11 4 4 1 4 13 5 2

Dari hasil pengukuran tekanan darah sistole sebelum dan sesudah pemberian air kelapa pada pekerja pandai besi terdapat 9 orang (36%) mengalami peningkatan tekanan darah

sistole, 1 orang (4%) tidak mengalami perubahan tekanan darah sistole, dan 15 orang (60%) mengalami penurunan tekanan darah sistole. Sedangkan untuk tekanan darah diastole sebelum dan sesudah pemberian air kelapa pada pekerja pandai besi terdapat 11

orang (44%) mengalami peningkatan tekanan darah diastole, 1 orang (4%) tidak mengalami perubahan tekanan darah diastole, dan 13 orang (52%) mengalami penurunan tekanan darah diastole.

Tekanan Sistolik merupakan tekanan yang terjadi bila otot jantung berdenyut memompa untuk mendorong darah keluar melalui arteri. Pada tekanan ini biasanya berupa angka yang lebih tinggi atau bacaan yang pertama dimana angka itu menunjukkan seberapa kuat jantung memompa untuk mendorong darah melalui pembuluh darah sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan yang terjadi saat otot jantung beristirahat membiarkan darah kembali masuk ke jantung. Pada tekanan ini berupa angka yang lebih rendah atau bacaan yang kedua dimana menunjukkan berapa besar hambatan dari pembuluh darah terhadap aliran darah naik ke jantung.14

Bekerja dalam lingkungan panas dapat menyebabkan terjadinya peningkatan panas didalam tubuh yang mengakibatkan air yang berada dalam sirkulasi aliran darah, dimana darah mengandung 83% air akan

menyerap panas dan

mengeluarkannya pada permukaan kulit melalui kelenjar keringat.15

Pemberian minuman yang mengandung elektrolit dimungkinkan karena glukosa yang terkandung dapat diserap dengan mudah oleh usus karena mengandung garam natrium dan kalium seperti kandungan pada air kelapa yang merupakan komponen elektrolit utama dalam keringat. Natrium bersama – sama dengan kalium menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen sel, mengatur tekanan osmotis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk kedalam sel, menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh dengan

(7)

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Januari 2013

Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm mengimbangi zat – zat yang

membentuk asam. 5

Pemberian larutan elektrolit seperti air kelapa merupakan salah satu upaya penambahan elektrolit, khususnya bagi pekerja dilingkungan kerja panas dengan banyaknya pengeluaran keringat, diharapkan dengan pemberian air kelapa sebagai penambah cairan elektrolit khususnya Natrium dan Kalium dapat bermanfaat bagi keseimbangan cairan elektrolit pada pekerja.

Hasil Pengukuran Denyut Nadi

Tabel 6. Nilai Minimum, Maksimum dan Rata – rata Denyut Nadi Pekerja Pandai Besi Desa Bandungrojo Tahun 2012. Denyut Nadi Sebelum Sesudah Min Ma x Rata- rata Min Ma x Rata - rata Selisih 56. 0 87. 5 73.74 54. 0 84. 5 70.9 4 -2.8 DnSblm DnSsdh

Gambar 3. Perbedaan Denyut Nadi Denyut nadi pekerja sebelum dan sesudah pemberian air kelapa sebanyak 10 orang (40%) mengalami peningkatan denyut nadi, dan 15 orang (60%) mengalami penurunan denyut

nadi. Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa rata - rata denyut nadi sebelum pemberian air kelapa sebesar 73.74 (pulse/menit) dan rata - rata denyut nadi sesudah pemberian air kelapa sebesar 70.94 (pulse/menit), sehingga dapat dilihat bahwa rata – rata selisih penurunan denyut nadi responden sebesar -2,8 (pulse/menit). Nilai minimum sebelum pemberian air kelapa 56.0 sedangkan nilai minimum sesudah pemberian air kelapa 54.0. Pada gambar 3 menunjukkan rerata denyut nadi setelah pemberian air kelapa lebih rendah dari pada sebelum pemberian air kelapa.

Perubahan denyut nadi rata – rata responden sebelum dan sesudah pemberian air kelapa pada pekerja pandai besi Desa Bandungrojo, berdasarkan uji t-test diperoleh p value 0,040, berarti ada perbedaan yang bermakna antara denyut nadi sebelum dan sesudah pemberian air kelapa.

Dari hasil perhitungan analisis bahwa ada perbedaan yang bermakna denyut nadi pada pekerja pandai besi di Desa Bandungrojo. Berdasarkan hasil uji statistic paired t-test untuk denyut nadi didapatkan nilai sig.0,040. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian air kelapa.

Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu darah juga harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian itu juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka

(8)

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Januari 2013

Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm frekuensi denyut nadipun akan

meningkat pula.16

Pemberian larutan elektrolit seperti air kelapa merupakan salah satu upaya penambahan elektrolit, khususnya bagi pekerja dilingkungan kerja panas dengan banyaknya pengeluaran keringat, diharapkan dengan pemberian air kelapa sebagai penambah cairan elektrolit khususnya Natrium dan Kalium dapat bermanfaat bagi keseimbangan cairan elektrolit pada pekerja.

KESIMPULAN

1. Industri pandai besi di Desa Bandungrojo terdapat 4 kelompok pandai besi.

2. Iklim kerja pada lokasi pandai besi sebesar 30,42OC sampai 33,78OC, dengan rata – rata ISBB 32.0OC.

3. Data umur responden dengan frekuensi terbesar pada kelompuk umur 29 – 37 tahun yaitu sebanyak 44%, dengan masa kerja minimal 6 tahun dan maksimal 19 tahun.

4. Rata – rata tekanan darah

sistole sebelum pemberian air kelapa adalah 122 mmHg, dan setelah pemberian air kelapa adalah 120,14 mmHg, rata – rata selisih adalah -1.86 mmHg, sedangkan rata – rata tekanan darah diastole sebelum pemberian air kelapa adalah 75,8 mmHg, dan setelah pemberian larutan elektrolit adalah 73,8 mmHg, dengan rata – rata selisih adalah -2.0 mmHg. 5. Denyut nadi sebelum pemberian air kelapa 73.74 (pulse/mnt) dan rata - rata denyut nadi sesudah pemberian air kelapa 70.94 (pulse/menit), rata – rata selisih -2,8 (pulse/menit).

6. Ada perbedaan antara tekanan darah sebelum dan sesudah

pemberian air kelapa pada pandai besi.

7. Ada perbedaan antara denyut nadi sebelum dan sesudah pemberian air kelapa pada pandai besi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada pekerja pandai besi Desa Bandungrojo, Kec.Ngawen, Kab.Blora yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan banyak membantu jalannya proses penelitian. Dan terimakasih pula pada rekan – rekan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, yang telah membantu selama proses penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Darmanto,Dj.,Kesehatan Kerja di

Perusahaan. Jakarta. PT.

Gramedia Pustaka Utama. 1999. 2. Depnaker. Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Nomor KEP-51/ MEN/ 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Jakarta . 1999.

3. Guyton, A.C. Fisiologi Manusia dan Mekanisme penyakit. Jakarta. EGC penerbit buku Kedokteran. 1995.

4. Graber, Mark A. Terapi Cairan Elektrolit dan Metabolik. Jakarta. Farmedia. 2002.

5. Cheng, Y.L. and Yu, A.W. Water-Electrolyte Balance. In Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition, 2nd Edition, Caballero, B. Trugo, L.C., & Finglas, P.M.,Eds,. Academic Press. 2003.

6. Helmin Agustina. Konsumsi Air Kelapa Saat Demam Berdarah.

2009, (online), (http://www

.ahlinyalambung.com/?q=content/

(9)

konsumsi-air-kelapa-saat-demam-JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Januari 2013

Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

berdarah, diakses tanggal 21 Juni 2012).

7. Budiarto, Eko. Biostatistik untuk

kedokteran dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC;2002. 8. Siswanto. Tekanan Panas,

Surabaya : Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Jawa Timur. 1987.

9. Suma’mur, PK. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta. CV. Haji Masagung. 1998

10. Kalpika Anis. Perbedaan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Iklim Kerja Panas di

Unit Workshop PT. INDO

ACIDATAMA Tbk, Kemiri,

Kebakkramay,

Karanganyar.[Skripsi]. Surakarta. FK Universitas Sebelas Maret. 2010.

11. Kertasapoetra, G. Ilmu Gizi: Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas Kerja : Jakarta : Rineka Cipta;2003.

12. Tarwaka. Dasar Dasar

Pengetahuan Ergonomi dan

Aplikasi di Tempat Kerja.

Surakarta. Harapan Press ; 2011. 13. Ganong, W.,F. Fisiologi

Kedokteran. Terjemahan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002.

14. Guyton, C.R. Fisiologi Manusia Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit : Buku Kedokteran EGC. 1995. 15. Pratiknjo, dkk. Biologi 2. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1985.

16. Tarwaka., Bakri, dan Sudiajen.

Ergonomi untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan

Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS. 2004.

17. Suma’mur P. K. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.

Jakarta.PT. Toko Gunung Agung. 1996.

18. Budiono, Sugeng. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Solo. Tri Tunggal Tata Fajar. 2003.

19. Ritu Jain. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah.

Ika Meilani, Febri (Alih Bahasa). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama; 2011.

20. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Pedoman Pengukuran Dan

Pemeriksaan. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI, 2007. 21. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu

Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.

22. Suhardo, K. Pengantar Kardiologi. Jakarta. EGC Penerbit Buku Kedokteran. 1981.

23. Grandjean, E. Fitting the Task to

the Man, A textbook of

Occupational Ergonomic. New

York : Philadelphia, 1986.

24. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Manajemen dan Implementasi di Tempat Kerja. Surakarta. Harapan Press. 2008.

25. Lim, Awim. Pengaturan Suhu Tubuh (Thermoregulasi).2007. 26. Purwiyatno H. Air Kelapa Muda

Sebagai Minuman Isotonis Alami.

(Kompas Online) (http://www.

mbrio-food.com/article7.htm, diakses tanggal 6 Agustus 2012).

27. Anis S, Kalpika. Perbedaan

Denyut Nadi Sebelum dan

Sesudah Bekerja pada Iklim Kerja Panas di Unit Workshop PT. Indo

Acidatama Tbk Kemiri,

Kebakkramat, Karanganyar

[skripsi]. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret;2010.

28. Praktiknya Ahmad. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : CV Rajawali 1986

(10)

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Januari 2013

Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm 29. Artdiyasa N. Air kelapa. 2008.

(online), (http://www. Trubus-online.co.id/mod.php?mod:publish er&top=printarticle&arsip=118,

diakses tanggal 21 Juni 2012). 30. Badan Standart Nasional.

Penilaian Beban Kerja

Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Kalori Menurut Pengeluaran Energi. Jakarta:. BSNI. 2009.

31. Praktiknya, A.W. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: CV Rajawali, 1986. 32. Vita Health. Hipertensi. Jakarta :

PT. Gramedia Pustaka Utama. 2004

33. Wahyu Heri W. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan

Sesudah Pemberian Larutan

Elektrolit pada Pekerja Bagian

Produksi di Industri PT.X

Semarang. [Skripsi]. Semarang. FKM UNDIP. 2009.

34. Lana A, Etisa A. Pengaruh Pemberian Air Kelapa Terhadap Kebugaran Atlet Sepak Bola.

Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 336-349.

35. Susilorini. Perbedaan Tekanan Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah Terpapar Panas Serta Upaya Pengendaliannya.

Jurnal Penelitian Kesehatan Forikes, Edisi Khusus Hari Kesehatan Internasional, Hardiknas dan Hari Bidan, Mei 2010 ISSN: 2086-3098.

Gambar

Gambar  2.  Perbedaan  tekanan  darah  diastole

Referensi

Dokumen terkait

3. klik load template, dan pilih template yang ingin dibuka 4. kemudian klik OK. Setelah program selesai, maka untuk dapat melihat jalannya output yang telah diprogram dilakukan

Lembar data keselamatan bahan untuk produk-produk di dalam katalog, juga tersedia di www.merck-chemicals.com... Lembar Data Keselamatan menurut Peraturan

Sistem Informasi Manajemen Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnya disebut SIMPBB adalah sistem yang terintegrasi untuk mengolah

Menurut Budiono, pelaksanaan HAM dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:a) Keseimbangan antara

Mitra Internasional Yogyakarta. Analisis Kinerja Pegawai Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012. Analisis Pengaruh Motivasi dan Lingkungan

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbantuan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dijabarkan oleh peneliti maka didapatlah kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara

Neskak eskolan doituago daudela erakusten duten ebidentziak izan badira: errendimendua, integrazioa, kide eta irakasleekiko harremana eta itxaropen akademikoak (Antonio-Agirre et