• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA NOVEMBER,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA NOVEMBER,"

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTUAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJARFISIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA NEGERI 2 PINRANG. SKRIPSI. Oleh Hardianti NIM 10539 1111 13. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA NOVEMBER, 2017.

(2) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTUAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJARFISIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA NEGERI 2 PINRANG. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Oleh Hardianti NIM 10539 1111 13. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA NOVEMBER, 2017 i.

(3)

(4)

(5) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama. : Hardianti. NIM. : 10539 1111 13. Program Studi. : Pendidikan Fisika. Judul Skripsi. : Implementasi Pembelajaran Contexteual Teaching and Learning. (CTL). Berbantuan. Media. Visual. terhadap. Hasil Belajar Fisika pada Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pinrang. Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.. Makassar,. November 2017. Yang Membuat Pernyataan. Hardianti. iv.

(6) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama. :. Hardianti. NIM. :. 10539 1111 13. Program Studi. :. Pendidikan Fisika. Fakultas. :. Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut : 1.. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).. 2.. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.. 3.. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi ini.. 4.. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.. Makassar, November 2017 Yang Membuat Perjanjian. Hardianti. v.

(7) ABSTRAK. Hardianti. 2017. Implementasi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Media Visual terhadap Hasil Belajar Fisika pada Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pinrang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. (Dibimbing oleh: H. Abd. Samad dan Ma’ruf) Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana implementasi pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) berbantuan media visual terhadap hasil belajar fisika pada peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pinrang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar fisika sebelum dan setelah diajarkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual serta peningkatan hasil belajar fisika pada peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pinrang. Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen yang menggunakan desain The One Group Pretest-posttest yang melibatkan dua variabel terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat yaitu hasil belajar fisika peserta didik dan variabel bebas yaitu pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar fisika sebanyak 34 item yang berbentuk multiple choise test pada pokok bahasan “Gerak Harmonik Sederhana, Usaha dan Energi”. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan uji gain. Sampel penelitian ini berjumlah 32 peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan pada pretest peserta didik memperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 24,94. Sedangkan pada posttest diperoleh nilai rata-rata sebesar 73,16. Dari perhitungan N-gain diperoleh sebesar 0,64. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pinrang meningkat dalam kategori sedang setelah diterapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media visual. Kata kunci: Contextual Teaching and Learning, media visual, gerak harmonik sederhana, usaha dan energi. vi.

(8) Motto dan Persembahan Motto : ¤ “ Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan. ” (QS-Al Mujadalah Ayat 11) ¤ “ Pelajarilah olehmu ilmu pengetahuan dan pelajarilah pengetahuan itu dengan tenang dan sopan, rendah hatilah kami kepada orang yang belajar kepadanya .” ¤ “ Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan hari ini .”. Persembahan : Kupersembahkan karya ini kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, dan dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur, kuperuntukkan karya ini sebagai bukti kecintaanku pada : 1. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberi dukungan,. semangat. dan. doa. restunya. demi. keberhasilanku dalam menuntut ilmu 2. Kakak dan adikku tersayang dan semua keluarga yang memberikan semangat serta berjasa dalam hidupku. 3. Teman-teman. seperjuangan. (Pendidikan. Fisika’013. khususnya kelas A) terima kasih untuk kebersamaan kita. 4. Orang-orang yang menyayangiku. terimakasih telah hadir dalam hidupku. 5. Almamater yang kubanggakan.. vii.

(9) KATA PENGANTAR. Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah SWT, sehingga proposal dengan Judul : “Implementasi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Media Visual pada Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pinrang” dapat diselesaikan. Pernyataan rasa syukur kepada Allah SWT atas apa yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ini tidak dapat diucapkan dengan kata-kata dan dituliskan dengan kalimat apapun. Tak lupa juga penulis panjatkan shalawat dan salam atas junjungan Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa istiqamah memperjuangkan agama Allah hingga akhir zaman. Teristimewa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Ayahanda Haruna dan Ibunda Darmawati yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak berpamrih untuk kesuksesan penulis. Dan ke dua saudaraku Harmawati dan Fadli yang senantiasa memberikan semangat hingga akhir studi ini. Seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih disampaikan dengan hormat kepada: Bapak Dr. H. Abdul Rahman Rahim SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Erwin Akib, S.Pd.,. viii.

(10) ix. M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibu Nurlina, S.Si., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan Bapak Ma’ruf, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Tidak lupa juga penulis mengucapakan terima kasih kepada: Bapak Dr. H. Bahrun Amin, M. Hum., Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis selama perkuliahan, Bapak Drs. H. Abd Samad, M.Si., sebagai pembimbing I dan Ma’ruf, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II dengan segala kerendahan hatinya telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini, Bapak Dr. Muh. Tawil, M.Si., M.Pd dan Drs. H. Abd Samad, M.Si., sebagai validator yang telah meluangkan waktunya untuk memeriksa dan memberikan saran terhadap perbaikan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian, seluruh bapak dan ibu dosen di Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan banyak ilmu dan berbagi pengalaman selama penulis menimba ilmu di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Darwis, L, M.Pd., Kepala Sekolah SMA NEGERI 2 PINRANG, atas kesediaannya untuk menerima penulis dalam melakukan penelitian ini, Bapak Haspullah, S.Pd., M.Pd dan Muhammad Syafri, S.Pd. Guru mata pelajaran fisika yang telah membantu penulis selama mengadakan penelitian tersebut, Bapak/Ibu Guru serta seluruh staf tata usaha SMA Negeri 2 Pinrang telah memberikan bantuan dan petunjuk selama.

(11) x. penelitian, peserta didik SMA Negeri 2 Pinrang khususnya Kelas XI IPA.1 atas kerjasama, motivasi serta semangatnya dalam mengikuti pelajaran. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatku: Nurcahyana Pattahuddin, Nurasmi, Andi Hikma Wardani, Fifi Angrasari, dan Wiwik yang selalu berbagi semangat dan keceriaan dalam menjalankan aktivitas. Semoga kisah persahabatan kita tak pernah berakhir hingga ajal menjemput, kepada seluruh keluarga besarku terima kasih banyak atas do’a, nasehat-nasehat, dukungan dan pengorbanannya selama ini, rekan seperjuangan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Angkatan 2013 terkhusus dimensi A Universitas Muhammadiyah Makassar, terima kasih atas solidaritas yang diberikan selama menjalani perkuliahan, semoga keakraban dan kebersamaan kita tidak berakhir sampai disini dan semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak sempat disebutkan satu persatu. Insya Allah tidak akan ada yang sia-sia, semua akan dibalas dengan indah oleh-Nya. Akhirnya, Tiada gading yang tak retak, tak ada makhluk yang sempurna. Demikian pula dalam penulisan skripsi ini, masih terdapat kekurangan yang tentunya membutuhkan perbaikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik, dan umpan balik yang bersifat membangun dari para pembaca. Tiada imbalan yang dapat diberikan oleh penulis, hanya kepada Allah SWT penulis menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan selama ini bernilai ibadah disisi-Nya Amin. Makassar,. November 2017. Penulis.

(12) DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................. i. HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... iii. SURAT PERNYATAAN ....................................................................... iv. SURAT PERJANJIAN ............................................................................ v. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi. ABSTRAK ............................................................................................... vii. KATA PENGANTAR ............................................................................. viii. DAFTAR ISI............................................................................................ xi. DAFTAR TABEL.................................................................................... xiii. DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv. DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv. BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1. A. Latar Belakang ........................................................................... 1. B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4. C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4. D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5. BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 6. A. Kajian Pustaka ........................................................................... 6. 1. Teori yang Mendasari Pendekatan CTL .............................. 6. 2. Hasil Belajar Fisika .............................................................. 9. 3. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) .... 11. 4. Karakteristik CTL………………………………………..... 16. 5. Kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL) ............................................................. 18. xi.

(13) xii. 6. Pola Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). 20. 7. Media Visual ........................................................................ 21. B. Kerangka Pikir ........................................................................... 22. BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 24. A. Rancangan Penelitian............................................................ 1. Jenis Penelitian................................................................ 2. Variabel Penelitian.......................................................... 3. Desain Penelitian ............................................................ B. Populasi dan Sampel ............................................................. C. Definisi Operasional Variabel............................................... D. Instrumen Penelitian ............................................................. E. Prosedur Penelitian ............................................................... F. Teknik Pengumpulan Data.................................................... G. Teknik Analisis Data ............................................................. 24 24 24 24 25 25 25 26 28 29. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 35. A. Hasil Penelitian .................................................................... 1. Analisis Deskriptif……... ............................................... 2. Analisis Uji N-Gain……................................................. 3. Analisis Aktivitas Peserta Didik ..................................... B. Pembahasan .......................................................................... 35 35 38 39 41. BAB V PENUTUP .................................................................................. 44. A. Simpulan .............................................................................. 44. B. Saran ..................................................................................... 44. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 46. LAMPIRAN............................................................................................. 48. RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 232.

(14) DAFTAR TABEL. Halaman. Tabel 2.1 Pola Pembelajaran CTL……………………………………………….20 Tabel 3.1 Kriteria Validasi……………………………………………………….30 Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas…...……………………………………………….31 Tabel 3.3 Taraf Kesukaran….…...……………………………………………….31 Tabel 3.4 Kategori Tingkat N-Gain…..………………………………………….34 Tabel 3.5 Kualifikasi Persentase Keaktifan Peserta Didik………………...…….34 Tabel 4.1 Statistika Nilai Pretest Hasil Belajar Fisika Peserta Didik…..…….....35 Tabel 4.2 Statistika Nilai Posttest Hasil Belajar Fisika Peserta Didik .………....36 Tabel 4.3 Kategori Nilai Hasil Belajar Fisika Peserta Didik ……………………37 Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Fisika Peserta Didik………………………37 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perolehan Gain Ternormalisasi Peserta Didik…….38 Tabel 4.6 Kualifikasi Persentase Keaktifan Peserta Didik………………………39 Tabel 4.7 Data Hasil Analisis Aktifitas Peserta Didik ……………………...…..40. xiii.

(15) DAFTAR GAMBAR. Halaman. Gambar 2.1 Skema kerangka pikir………………………………...……………..22 Gambar 4.1 Diagram rekapitulasi Hasil Belajar Fisika……………………….....38. xiv.

(16) DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A: Perangkat Pembelajaran ..................................................... 49. A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)................................. 50. A.2. Materi Ajar .................................................................................. 96. A.3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).......................................... 120. A.4. Media Visual ............................................................................... 139. Lampiran B: Lembar Observasi dan Deskriptor ...................................... 144. B.1. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Peserta didik ..................... 145. B.2. Deskriptor Aktivitas Belajar Peserta Didik ................................. 147. Lampiran C: Instrumen Penelitian ........................................................... 150. C.1. Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Fisika ............................. 151. C.2. Tes Hasil Belajar Fisika (Pretest)................................................ 157. C.3. Tes Hasil Belajar Fisika (Posttest) .............................................. 165. Lampiran D: Analisis Instrumen dan Analisis Data ................................ 173. D.1. Uji Validasi Instrumen Penelitian ............................................... 174. D.2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian .......................................... 177. D.3. Uji Tingkat Kesukaran ................................................................ 179. D.4. Uji Daya pembeda....................................................................... 181. D.5. Data Tes Hasil Belajar Fisika (Pretest) ....................................... 201. D.6. Analisis Data Tes Hasil Belajar Fisika (Pretest) ......................... 202. D.7. Data Tes Hasil Belajar Fisika (Posttest)...................................... 204. D.8. Analisis Data Tes Hasil Belajar Fisika (Posttest) ....................... 205. D.9. Analisis Uji N-Gain .................................................................... 207. Lampiran E: Daftar Hadir, Nilai dan Dokumentasi ................................. 209. E.1. Daftar Hadir................................................................................. 210. E.2. Daftar Nilai Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ...................... 212. E.3. Dokumentasi................................................................................ 215. Lampiran F: Persuratan............................................................................ 222. xv.

(17) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat maka dibutuhkan juga sumber daya manusia yang berkualitas, agar dapat ikut berperan serta dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi secara tepat di masa yang akan datang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan pendidikan yang baik, agar memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berpikir kreatif. Melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, berbagai masalah pun timbul, mulai dari sarana yang tidak memadai, kurikulum yang selalu berubah, peserta didik tidak mampu mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan di kehidupan sehari – harinya serta kepribadian peserta didik jauh dari yang diharapkan, selain itu pembelajaran masih mengutamakan produk daripada proses sebagai dasar. penilaian, sehingga kurangnya pemahaman konsep peserta didik dalam. memecahkan permasalahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dimana peserta didik cenderung menghafal konsep-konsep. Perbaikan kegiatan belajar mengajar di sekolah harus diupayakan secara optimal agar mutu pendidikan dapat meningkat. Hal ini mutlak dilakukan karena majunya ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh pada meluasnya cara berpikir manusia terdidik sesuai dengan tuntutan zaman. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang terbilang sulit dipahami dan sangat abstrak. Namun pelajaran fisika juga bisa menjadikan keahlian bagi peserta didik ketika dia bisa belajar dengan sungguh-sungguh.. 1.

(18) 2. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada guru fisika kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pinrang, bahwa dari 42 orang peserta didik yang terdiri dari 16 laki – laki dan 26 perempuan hanya 17 orang yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75 secara individual dan 80% secara klasikal. Hal ini disebabkan karena antusias peserta didik untuk belajar sangat kurang, peserta didik cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, diam dan enggan mengemukakan pertanyaan maupun pendapat serta gurulah yang selalu berperang aktif dalam menjelaskan permasalahan-permasalahan sehingga sebagian besar peserta didik kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan, tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya. dalam. kehidupan. nyata. dan. malas. mengikuti. proses. pembelajaran di kelas. Akibatnya hasil belajar peserta didik tidak mengalami peningkatan bahkan menurun dari sebelumnya, dan ketika peserta didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, maka diperlukan suatu pembelajaran yang dapat membuat peserta didik menjadi lebih interaktif, aktif dan termotivasi dalam proses pembelajaran. Membuat pembelajaran yang tidak mengharuskan peserta didik menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah pembelajaran yang mendorong peserta didik mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri, dan melibatkan peserta didik dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademisnya dengan konteks kehidupan nyata yang peserta didik hadapi, serta. mendorong peserta didik membuat. hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam.

(19) 3. kehidupan mereka sehari-hari, sehingga belajar akan lebih bermakna dan materi yang disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh peserta didik. Menurut Johnson (2014: 67) suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan lebih daripada sekedar menuntun peserta didik dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan mereka sendiri disebut sebagai pendekatan CTL. Tujuan utama CTL adalah membantu para peserta didik dengan cara yang tepat untuk mengaitkan makna pada pelajaran-pelajaran akademik mereka. Johnson (2014: 64). Menurut Suyadi (2015: 95) keunggulan pembelajaran kontekstual yaitu: 1) Pembelajaran kontekstual dapat mendorong peserta didik menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya peserta didik secara tidak langsung dituntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di lingkungan masyarakat, sehingga mampu menggali, berdiskusi, berpikir kritis, dan memecahkan masalah nyata yang dihadapi dengan cara bersama-sama. 2) Pembelajaran kontekstual mampu mendorong peserta didik untuk menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan nyata. Artinya peserta didik tidak hanya diharapkan dapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku/tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. 3) Pembelajaran kontekstual menekankan pada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman tidak langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan peserta didik hanya menerima materi pelajaran, melainkan dengan cara proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran..

(20) 4. Berdasarkan uraian dan fakta diatas, maka peneliti berinisiatif melakukan penelitian. tentang. “Implementasi Pembelajaran. untuk. Contextual. Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Media Visual terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pinrang”.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar hasil belajar peserta didik sebelum diimplementasikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual? 2. Seberapa besar hasil belajar peserta didik setelah diimplementasikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual? 3. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik dengan implementasi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual?. C. Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk. mengetahui. besarnya. hasil. belajar. peserta. didik. sebelum. diimplementasikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual?.

(21) 5. 2. Untuk. mengetahui. besarnya. hasil. belajar. peserta. didik. setelah. diimplementasikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual? 3. Untuk. mengetahui. peningkatan. hasil. belajar. peserta. didik. dengan. implementasi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual?. 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar fisika dan membatu peserta didik menghubungkan materi yang telah di pelajari dengan dunia nyata mereka. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika..

(22) BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Pustaka 1. Teori yang Mendasari Pendekatan CTL Pembelajaran kontekstual atau pendekatan CTL dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar tertentu, yaitu: a. Teori Perkembangan Kognitif Piaget Menurut Piaget (dalam Syaiful, 2014: 27), pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi. terus menerus. dengan. lingkungan. Konsep Piaget mengenai perkembangan kognitif berasal dari kepuasannya atas perkembangan biologi dan organisme tertentu. Struktur kognitif seperti halnya struktur biologi, bukan ketentuan yang sudah ada sebelumnya, tidak ada dalam pikiran orang maupun di dunia luar sebagaimana kita melihat dan mengorganisasikannya. Secara garis besar interaksi dengan lingkungan akan semakin mengembangkan fungsi intelek dilihat dari perkembangan usia melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1) Tahap sensori motor (berlangsung sejak lahir sampai sekitar 2 tahun), yaitu anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dengan penglihatan, penciuman, pendekatan, perabaan, dan menggerakkannya. Tingkat sensori motor menempati dua tahun pertama dalam kehidupan, selama periode ini anak mengatur alam dengan indera-inderanya. 2) Tahap pra-operasional (sekitar usia 2 –7 tahun), yaitu anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas, ia telah mampu menggunakan simbol,. 6.

(23) 7. bahasa, konsep sederhana, partisipasi, membuat gambar, dan mengolonggolongkan. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. 3) Tahap operasional konkret (berlangsung sekitar 7 – 11 tahun), yaitu dapat mengembangkan pemikiran logis walau kadang-kadang memecahkan masalah secara trial and eror. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional. Ini berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkrit. 4) Tahap operasional formal (mulai usia 11 tahun dan seterusnya), yaitu anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa. Pada periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode ini, ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak. Berdasarkan teori Piaget yang telah diuraikan di atas maka pembelajaran kontekstual cocok diterapkan karena pembelajaran kontekstual menekankan perkembangan kognitif peserta didik sesuai dengan yang dikemukakan oleh Piaget. b. Teori Free Discovery Learning dari Bruner Jerome Bruner (dalam Syaiful, 2014: 35), berpendapat bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase yaitu: 1) Fase informasi, dalam setiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap..

(24) 8. 2) Fase. transformasi,. informasi. itu. harus. dianalisis,. diubah. atau. ditransformasikan kedalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan. 3) Fase evaluasi, kemudian itu nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. Bruner menegakkan. hipotesis bahwa mata pelajaran apapun dapat. diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak ke dalam tahap perkembagan manapun. Ia meyakini bahwa anak kecil pun dapat mengatasi masalah yang sulit. Maka kurikulum harus berisi tema-tema hidup dikonseptualisasi menjawab tiga pertanyaan yaitu: 1) Apa yang menjadi ciri khas manusia, 2) Bagaimana manusia mendapat ciri khas itu dan 3) Bagaiman ciri khas itu dibentuk. Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengelolaan informasi, bahkan bukan penerapan “teori belajar” di kelas atau menggunakan hasil “ujian prestasi” yang berpusat pada mata pelajaran subject centered “achievement testing”. Pendidikan merupakan usaha yang kompleks untuk menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan menyesuaikan anggotanya dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan. Berdasarkan teori Bruner yang telah diuraikan di atas, maka pembelajaran kontekstual cocok diterapkan karena pembelajaran kontekstual.

(25) 9. menekankan pengalaman belajar aktif, berpusat pada peserta didik, di mana peserta didik menemukan ide-idenya dan mengambil maknanya sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bruner. c. Teori Meaningful Learning dari Ausubel Menurut Ausubel (dalam Komalasari, 2014: 21), belajar merupakan asimilasi bermakna karena materi yang dipelajari dipadukan, dihubungkan dengan pengetahuan sebelumnya. Belajar lebih bermakna bagi peserta didik jika materi pelajaran diurutkan dari umum ke khusus. Jadi, peserta didik belajar dengan. mengkonstruksikan. pengetahuan. lama. yang. pengetahuannya, telah. yaitu. menghubungkan. dimiliki dengan pengetahuan baru yang. didapatkannya. Berdasarkan uraian di atas tentang teori Piaget, Bruner, dan Ausubel memiliki keterkaitan yang mana menekankan pada keaktifan peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Selain itu, kedua teori belajar tersebut menekankan proses belajar peserta didik sedangkan guru hanya bertugas mendampingi dan membimbing peserta didik mencapai tujuannya. Hal ini sesuai dengan pembelajaran kontekstual yang dapat membantu peserta didik melihat makna pada materi pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek pelajaran dengan konteks kehidupan sehari-harinya. 2. Hasil Belajar Fisika Menurut Gagne (dalam Syaiful, 2014: 7) belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif menurut Skiner.

(26) 10. (dalam Syaiful, 2014: 14). Sedangkan menurut Hamdani (2011: 23), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru, dan sebagai. Selain itu, belajar akan lebih baik subjek belajar mengalami atau melakukannya. Jadi, tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Sejalan dengan itu, menurut Sofiyah (2010: 30), hasil belajar adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai peserta didik setelah melakukan pembelajaran Fisika. Sesuai pendapat Amrizaldi (2010: 32), hasil belajar adalah kemampuan aktual yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan yang dicapai peserta didik sebagai hasil dari suatu yang dipelajarinya. Menurut (Malik, 2014: 20), hasil belajar adalah segala sesuatu yang diperoleh peserta didik dari proses belajar yang mencakup kemampuan kognitif, kemampuan efektif, keterampilan motorik, serta kemampuan verbal maupun non verbal. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2017: 22). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika merupakan segala kemampuan peserta didik sebagai hasil aktivitas meliputi kemampuan kognitif yang diperoleh dari hasil evaluasi berupa tes tertulis diakhir pembelajaran fisika, afektif, dan keterampilan peserta didik dari hasil observasi yang digunakan guru sebagai ukuran mencapai suatu tujuan pembelajaran. Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2017: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan.

(27) 11. yang telah diterapkan dalam kurikulum. Sedangkan menurut Gagne (dalam Sudjana, 2017: 22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (1) informasi Verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap dan (5) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 2017: 22-23) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga itu, ranah kognitiflah yang paling dominan dalam penilaian para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan pengajaran. 3. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Syaiful (2014: 87), belajar akan lebih bermakna jika peserta didik mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi. terbukti berhasil. dalam kompetisi. mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontekstual atau pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual atau pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya.

(28) 12. dengan situasi dunia nyata peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Johnson (2014: 67), sistem CTL merupakan sebuah proses pendidikan bertujuan menolong para peserta didik melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka melalui penerapan delapan komponen yaitu melakukan hubungan bermakna, mengerjakan pekerjaan berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara pribadi peserta didik, mencapai standar tinggi, dan menggunakan asesmen penilaian. Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu konsep pembelajaran dimana guru mengaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata peserta didik ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara materi dengan kehidupan nyata peserta didik. Menurut Nurhadi (dalam Syaiful, 2014: 88-92), melibatkan komponen utama pembelajaran efektif yakni: a. Constructivism (konstruktivisme) Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,.

(29) 13. menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu peserta didik harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Dalam. pandangan. kontruktivisme,. strategi. memperoleh. lebih. diutamakan dibandingkan seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu guru adalah menfasilitasi proses tersebut dengan: (1). menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta. didik; (2) memberikan kesempatan bagi peserta didik menemukan dan menerapan idenya sendiri; dan (3) menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. b. Questioning (bertanya) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya karena dengan bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; (2) mengecek pemahaman peserta didik; (3) membangkitkan respon pada peserta didik; (4) mengetahui sejumlah mana keingin tahuan peserta didik; (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui peserta didik; (6) menfokuskan perhatian peserta didik pada sesuatu yang dikehendaki guru; (7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari peserta didik; (8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik. Pada semua kegiatan belajar, questioning dapat diterapkan antara peserta didik dengan peserta didik, antara guru dengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan orang lain yang didatangkan ke kelas dan sebagainya..

(30) 14. c. Inqury (menemukan) Menemukan merupakan bagian inti dari proses pembelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh peserta didik diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry adalah: (1) observation (observasi), (2) questioning (bertanya), (3) hiphotesis (mengajukan dugaan), (4) data gathering (pengumpulan data), (5) conclussion (penyimpulan). d. Learning Community (Masyarakat Belajar) Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antara kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila pada proses komunikasi dan arah. “Seorang guru yang mengajari peserta didiknya” bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah peserta didik, tidak arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah peserta didik. e. Modeling (Pemodelan) Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru model itu, memberi peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaiman cara belajar. Sebagian guru memberi contoh tentang cara mengerjakan sesuatu, sebelum peserta didik melaksanakan tugas..

(31) 15. f. Refelection (Refleksi) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar dimasa yang lalu. Peserta didik mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pangayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. g. Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran yang benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa peserta didik mengalami kesulitan. dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil. tindakan yang tepat agar peserta didik terbebas dari kesulitan tersebut. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan diakhir periode seperti akhir semester. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan Contextual Teaching and Learning (CTL). memiliki tujuh komponen. meliputi. konstruktivisme,. menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang. sebenarnya. Dalam proses pembelajaran, ketujuh komponen utama. memiliki keterkaitan satu sama lain..

(32) 16. 4. Karakteristik CTL Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik khusus yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran lain. Menurut Johnson (2014: 93-95) mengidentifikasi delapan. karakteristik. pendekatan CTL, yaitu: a. Membuat keterkaitan bermakna Peserta didik dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar aktif untuk mengembangkan minat secara individual, dapat bekerja sendiri atau berkelompok, membangun. keterkaitan. antara. sekolah. dan. konteks. kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat. Memanfaatkan sumber daya masyarakat untuk mempelajari materi akademik. b. Melakukan pekerjaan berarti Peserta didik melakukan pekerjaan yang memiliki tujuan, berguna untuk orang lain, melibatkan proses menentukan pilihan, dan menghasilkan produk nyata atau tidak nyata. Mempelajari persoalan-persoalan kontroversial dan menyelesaikan masalah-masalah yang berarti. c. Mengatur cara belajar sendiri Peserta didik secara mandiri mengatur diri. sendiri, aktif dalam. mengembangkan minat peserta didik, mampu bekerja sendiri atau dalam kelompok, belajar lewat praktik, memperoleh keterampilan akademik melalui kegiatan langsung. Proses belajar yang demikian memberikan peserta didik kesempatan untuk mempertajam. kesadaran terhadap lingkungan sehingga. dapat membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari..

(33) 17. d. Bekerja sama Pembelajaran CTL menuntut peserta didik bekerja secara kelompok dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas yang diberikan sehingga peserta didik dapat menemukan persoalan, merancang rencana, mencari pemecahan masalah agar mencapai hasil optimal. e. Berpikir kritis dan kreatif Berpikir kritis adalah kemampuan berpendapat dengan cara terorganisasi, dapat menilai pendapat pribadi dan orang lain. Sedangkan berpikir kreatif adalah memupuk ide dengan pemahaman baru. Berpikir kritis dan kreatif dapat membantu peserta didik mempelajari dan menghadapi masalah secara sistematis,. merumuskan. pertanyaan. inovatif,. dan. merancang. solusi. permasalahan. f. Membantu peserta didik tumbuh dan berkembang Mengembangkan sikap ingin tahu, memberi perhatian,. memotivasi dan. mendorong setiap peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar optimal. g. Mencapai standar tinggi CTL memberikan kesempatan peserta didik bekerja, memotivasi diri sendiri untuk mencapai hasil belajar optimal. h. Menggunakan penilaian autentik Penggunaan berbagai strategi penilaian (misalnya: penilaian proyek, portofolio, daftar cek, pedoman observasi) akan merefleksikan hasil belajar sesungguhnya. Berdasarkan uraian diatas karakteristik CTL itu ada delapan diantaranya: (1) Membuat keterkaitan-keterkaitan bermakna, (2) melakukan pekerjaan berarti,.

(34) 18. (3) melaksanakan pembelajaran diatur sendiri, (4) bekerjasama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar tinggi, dan (8) menggunakan penilaian autentik. Kedelapan karakteristik tersebut apabila diterapkan dalam pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam memperoleh pembelajaran yang efektif dan aktif karena dapat mengaitkan materi dengan kehidupan dunia nyata peserta didik. 5. Kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut. (Nurhidayah,. 2016:. 18-19). kelebihan. dan. kekurangan. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) antara lain sebagai berikut: Beberapa kelebihan dari pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah: a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata. Artinya peserta didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi peserta didik maka materi itu akan berfungsi secara fungsional, sehingga materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori peserta didik. b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada peserta didik karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang peserta didik dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme peserta didik diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”..

(35) 19. c. Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik secara penuh, baik fisik maupun mental. d. Kelas. dalam. pembelajaran. Kontekstual bukan sebagai tempat. untuk. memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. e. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh peserta didik, bukan hasil pemberian dari guru. f. Penerapan. pembelajaran. Kontekstual. dapat. menciptakan. suasana. pembelajaran yang bermakna g. Peserta didik dapat membuat kesimpulan sendiri dari kegiatan pembelajaran. Sedangkan kekurangan dari pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah: a. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung. b. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas, maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif. c. Bagi peserta didik yang tidak dapat mengikuti pembelajaran, tidak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan teman lainnya karena peserta didik tidak mengalami sendiri d. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelolah kelas sebagai sebuah. tim. yang bekerja bersama untuk menemukan. pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.. peserta didik, kadang.

(36) 20. 6. Pola Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Adapun pola pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Pola Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Langkah-langkah Kegiatan Guru Unsur Pembelajaran  Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi Pemodelan pelajaran yang akan dipelajari. a. Kegiatan Awal  Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap peserta Bertanya didik Peserta didik melakukan observasi sesuai Masyarakat dengan pembagian kelompok belajar. b. Kegiantan Inti. c. Kegiatan Penutup. Peserta didik mencatat hal-hal yang mereka temukan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.. Menemukan. Peserta didik mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompok masingmasing. Refleksi. Peserta didik melaporkan hasil diskusi Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain. Bertanya. Dengan bantuan guru peserta didik Konstruktivisme menyimpulkan hasil observasi sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai Guru menugaskan peserta didik tentang pengalaman belajar mereka. Penilaian autentik. (Sanjaya, 2013: 270-271).

(37) 21. 7. Media Visual Menurut Gerlach dan Ely (dalam Hamdani, 2011: 248) media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi agar peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Sesuai pendapat Hamdani (2011: 249) media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan peserta didik, yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual terdiri atas media yang non Projected visual (tidak dapat diproyeksikan) dan project visual (media yang dapat diproyeksikan). Media yang dapat diproyeksikan berupa Still Pictures (gambar diam) atau motion Picture (bergerak). Adapun media yang tidak dapat diproyeksikan adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan atau isi pelajaran, yang akan disampaikan kepada peserta didik. Media yang diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat proyeksi (Proyektor) sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar (Sreen) (Hamdani, 2011: 249). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media visual adalah suatu alat bantu yang dapat digunakan dalam pemberian materi ajar kepada peserta didik baik itu gambar bergerak maupun gambar diam dengan.

(38) 22. menggunakan indra penglihatan peserta didik dalam memahami ataupun melihatnya.. B. Kerangka Pikir Masalah. Hasil yang diharapkan. Pembelajaran materi fisika kurang bermakna, guru dalam pembelajaran di kelas tidak mengaitkannya dengan skema yang telah dimiliki peserta didik, kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi metode utama dalam mengajar. Sehingga siswa pasif dalam proses pembelajaran.. Peserta didik menjadi lebih aktif dan terciptanya suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga peserta didik mampu mengkonstruksi pengetahuannya serta mampu mengaitkan materi yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata. Selain itu, pembelajaran berpusat pada peserta didik.. Peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal fisika, salah dalam menggunakan rumus, dan tidak mampu menghubungkan materi yang dipelajari dalam kehidupan. Peserta didik mampu menyelesaikan soal-soal fisika, benar dalam menggunakan rumus, dan mampu menghubungkan materi yang dipelajari dalam kehidupan nyatanya. nyatanya Mengimplementasikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual. hasil belajar meningkat. Gambar 2.1 : Skema kerangka berpikir Latar belakang penelitian ini yaitu, rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fisika. Hal yang menyebabkan sulitnya mata pelajaran fisika bagi peserta didik, karena pembelajaran materi kurang bermakna. Guru jarang menggunakan benda sekitar peserta didik sebagai alat peraga dan jarang.

(39) 23. menggunakan alat bantu media visual, kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama dalam pembelajaran, peserta didik kurang berperan aktif ketika pembelajaran berlangsung, akibatnya peserta didik melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal-soal seperti salah memasukkan rumus, salah menganalisis soal cerita, dan susah dalam menentukan satuan dari besara-besaran fisika. Untuk itu, diperlukan sebuah pembelajaran yang lebih memberdayakan peserta didik, sebuah pembelajaran yang tidak mengharuskan peserta didik menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah pembelajaran yang mendorong peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Upaya yang dianggap relevan oleh peneliti mengenai permasalahan di atas yaitu dengan menerapkan pendekatan CTL agar peserta didik menjadi lebih aktif dan terciptanya suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga peserta didik mampu mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari..

(40) BAB III METODE PENELITIAN. A. Rangcangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yaitu penelitian Eksperimen dengan menggunakan Pre – Eksperimental Design. 2. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika. 3. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan “One Group Pretest-Posttest Design” dengan rancangan sebagai berikut: Pretest. Treatment. Posttest. X. O2. O1. (Sugiyono, 2016: 102) dengan: X = Perlakuan yang diberikan. O1 = Tes hasil belaja fisika peserta didik sebelum diajar menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual. O2 = Tes hasil belajar fisika peserta didik setelah diajar menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual.. 24.

(41) 25. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pinrang yang terdiri dari lima kelas dengan jumlah 158 peserta didik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan secara Simple random sampling, sehingga terpilih peserta didik kelas XI IPA1 yang berjumlah 32 orang sebagai sampel penelitian.. C. Definisi Operasional Variabel Untuk menghindari beda penafsiran tentang variabel dalam penelitian, maka dirumuskan definisi operasional sebagai berikut: a. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual adalah suatu konsep pembelajaran yang bertujuan untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dengan bantuan media visual sehingga proses pembelajaran peserta didik menjadi lebih interaktif. b. Hasil belajar Fisika adalah pengetahuan yang diperoleh dalam aspek kognitif yang dinyatakan dengan skor.. D. Instrumen Penelitian Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar Observasi Lembar observasi untuk memperoleh data tentang aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual..

(42) 26. 2. Tes hasil Belajar (Kognitif) Tes hasil belajar, untuk memperoleh data tentang hasil belajar peserta didik setelah diterapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual . 3. Media Visual Media Visual, alat yang digunakan untuk menyampaikan isi dari meterimateri ajar, yang mana berupa gambar, grafik dan bagan, sehingga peserta didik dapat termotivasi dalam proses pembelajaran.. E. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian agar berjalan sesuai yang diinginkan, maka penelitian ini dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta tahap pelaksanaan tes akhir. 1. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan observasi di kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pinrang untuk melihat kondisi dalam proses pembelajaran fisika yang dilakukan oleh guru bidang studi dan peserta didik, kemudian melakukan wawancara kepada guru bidang studi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. 2. Tahap persiapan Hal-hal yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah menerapkan jadwal penelitian a. Menentukan populasi penelitian yaitu seluruh peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pinrang yang terdiri dari lima kelas dengan jumlah 131 peserta didik.

(43) 27. b. Menentukan sampel penelitian dengan cara Simple random sampling dan terpilih peserta didik kelas XI IPA1 yang berjumlah 32 orang sebagai sampel penelitian. c. Membuat dan mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran (media visual) d. Membuat soal pretest dan posttest yang akan diberikan di awal dan akhir pembelajaran. e. Menyusun lembar pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) dan lembar pengamatan aktivitas peserta didik f. Melakukan validasi perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh tim validator g. Mengurus surat izin penelitian ke lembaga penelitian pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat (LP3M) h. Mengujicobakan instrumen tes di kelas uji coba yaitu kelas XI IPA SMA Negeri 9 Makassar. i. Menganalisis data hasil uji coba soal tes untuk menguji apakah instrumen valid, realibel, memenuhi tingkat kesukaran, dan daya pembeda. j. Mengantar surat izin penelitian ke kantor Bupati dan ke sekolah tempat penelitian dilaksanakan yaitu SMA Negeri 2 Pinrang k. Bertemu dengan guru bidang studi fisika dan melakukan observasi untuk mendapatkan informasi mengenai jadwal pelajaran kelas XI IPA. 1 l. Memberikan pretest pada peserta didik kelas XI IPA.1 SMA Negeri 2 Pinrang untuk melihat kemampuan awal peserta didik..

(44) 28. m. Menganalisis hasil pretest yang dilakukan pada kelas XI IPA.1 SMA Negeri 2 Pinrang setelah proses pembelajaran 3. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar a. Melaksanakan proses pembelajaran dengan mengunakan pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) berbantuan media visual pada kelas XI IPA. 1 SMA Negeri 2 pinrang b. Observer mengamati pelaksanaan pembelajaran, yakni aktivitas belajar peserta didik untuk mengecek kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas peserta didik. 4. Tahap Pelaksanaan Tes Akhir a. Memberikan posttest pada kelas XI IPA.1 SMA Negeri 2 Pinrang untuk melihat kemampuan peserta didik setelah diterapkan pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) berbantuan media visual. b. Menganalisis data aktivitas peserta didik, pretest dan posttest hasil belajar fisika peserta didik.. F. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Observasi Metode observasi untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah: Data tentang keaktifan peserta didik diambil dari lembar observasi aktivitas peserta didik. Observasi ini dibuat dalam bentuk checklist. Jadi dalam pengisiannya, teman sejawat sebagai observer memberikan tanda checklist pada kolom 1, 2, 3, dan 4 untuk setiap deskriptor yang tampak, namun sebelumnya dikoordinasikan dengan observer agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format observasi yang akan diisi..

(45) 29. 2. Metode Tes Data tes yang dihasilkan berupa rata-rata gain skor Pretest-Posttest hasil belajar. Tes yang dibuat berupa soal multiple choice (pilihan ganda) dengan lima pilihan (options) yang dilaksanakan sebelum dan setelah perlakuan diberikan. Tes hasil belajar fisika dibuat oleh peneliti dalam bentuk pilihan ganda dengan lima alternatif pilihan jawaban, dimana salah satu jawaban tersebut merupakan kunci jawaban, sedangkan pilihan jawaban yang lain merupakan jawaban pengecoh, maka untuk jawaban benar skor 1 dan salah skor 0.. G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Instrumen Sebelum instrumen tersebut digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu instrumen yang telah dibuat diujicobakan dengan jumlah soal sebanyak 70 item soal dalam aspek kognitif dengan indikator meliputi C1, C2, C3, dan C4 yang selanjutnya diujicobakan untuk melihat validitas dan reliabilitasnya. Pemberian skor pada ujicoba instrumen adalah skor satu untuk tiap jawaban yang benar dan skor nol untuk jawaban yang salah. Instrumen tersebut setelah diujicobakan kemudian. diolah dan dianalisis. Berikut dipaparkan analisis-analisis yang. digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes penelitian. a. Analisis Validitas Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi instrumen hasil belajar yaitu menggunakan rumus koefisien korelasi biserial (. ) untuk menentukan validitas. tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebahgai berikut: =. (Arikunto, 2015: 93).

(46) 30. dengan: γ. = Koefisien korelasi biserial. M. = Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya = Rerata skor total = Standar deviasi dari skor total = Proporsi peserta didik yang menjawab benar. M S p. p= q. = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q=1- p). No 1 2 3 4 5. Tabel 3.1 Kriteria Validitas Rentang Nilai Kriteria 0,800 – 1,000 Validitas sangat tinggi 0,600 – 0,800 Validitas tinggi 0,400 – 0,600 Validitas cukup 0,200 – 0,400 Validitas rendah 0,000 – 0,200 Validitas sangat rendah (Kasmadi, 2013:78). Berdasarkan hasil analisis instrumen soal no 4 dengan menggunakan bantuan Microsoft excel menunjukkan nilai koefisien korelasi biserial 0,413 berada pada rentang 0,400 – 0,600 dengan kategori Validitas cukup b. Analisis Reliabilitas Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar, yakni metode Kuder Richardson-20 (KR-20) untuk mencari reliabilitas, dengan rumus sebagai berikut: =. ∑. (Arikunto, 2015: 115). dengan: r11 = Realibilitas secara keseluruhan p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q n = Banyaknya item S = Standar deviasi dari tes Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah sebagai berikut:.

(47) 31. No 1 2 3 4 5. Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Rentang Nilai Kriteria 0,800 – 1,000 Tinggi 0,600 – 0,800 Cukup tinggi 0,400 – 0,700 Sedang 0,200 – 0,400 Rendah 0,000 – 0,200 Sangat rendah (Kasmadi, 2013:79). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai reliabilitas tes yaitu 0,868 dan berada pada rentang 0,800 – 1,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar fisika peserta didik memiliki kategori reliabilitas tinggi c. Tingkat kesukaran soal Tingkat kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal. Adapun rumus untuk menentukan taraf kesukaran adalah sebagai berikut: P= dengan: P = Indeks kesukaran B = Banyaknya peserta didik yang menjawab dengan benar JS = Jumlah peserta didik. No 1 2 3. Tabel 3.3 Taraf Kesukaran Rentang Nilai Kriteria Sukar 0,00 ≤ P < 0,30 Sedang 0,31 ≤ P < 0,70 Mudah 0,71 ≤ P < 1,00 (Nana Sudjana, 2017 :137). Berdasarkan hasil analisis instrumen soal no 1 dengan menggunakan bantuan Microsoft excel menunjukkan nilai indeks kesukaran yaitu 0,607, karena 0,31 ≤ 0,607 < 0,70 berada pada kategori sedang..

(48) 32. d. Analisis daya pembeda Untuk menentukan besarnya daya pembeda suatu butir soal, digunakan rumus sebagai berikut : D =. -. =P -P Arikunto (dalam Mungawanah, 2016: 64). dengan : J J J B B P P. = Jumlah peserta = Banyaknya peserta kelompok atas = Banyaknya peserta kelompok bawah = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar. = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. 2. Analisis Data Untuk mengetahui nilai yang diperoleh peserta didik, maka skor dikonversi dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut: =. × 100. (Arifin, 2013: 229). dengan: B = Jumlah Jawaban Benar N = Jumlah Soal a. Analisis Deskripstif Teknik analisis deskriptif yang digunakan adalah penyajian data berupa Nilai rata-rata, standar deviasi, frekuensi komulatif, nilai maksimal, dan nilai minimal 1) Untuk menghitung rentang nilai digunakan rumus sebagai berikut: =. −. (Sugiyono, 2007: 48). dengan: R Xt Xr. = Rentang = Data terbesar dalam kelompok = Data terkecil dalam kelompok.

(49) 33. 2) Untuk menghitung nilai rata-rata digunakan rumus sebagai berikut:. X=. ∑. (Riduwan, 2012: 157). dengan : X ∑ N. = Mean yang dicari = Jumlah dari hasil perkalian antara midpoint dari masing-masing interval, dengan frekuensinya = Banyaknya data. 3) Untuk menghitung nilai standar deviasi digunakan rumus sebagai berikut: =. ( )(∑. ) − (∑ ( − 1). ). dengan: N = Banyaknya data s = Standar Deviasi yang dicari 2 fX = Jumlah hasil perkalian antara frekuensi tiap-tiap nilai (f) dengan jumlah nilai yang telah dikuadratkan lebih dahulu (X2) ( fX)2 = Kuadrat jumlah hasil perkalian antara frekuensi tiaptiap nilai (f) dengan masing-masing nilai yang bersangkutan (X) (Riduwan, 2012: 157). b. Analisis Uji N-Gain Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternomalisasi (N-Gain). Rumus yang digunakan untuk mencari standar gain adalah sebagai berikut: g= dengan: Spost Spre Smaks. = Nilai tes akhir = Nilai tes awal = Nilai maksimum yang mungkin dicapai.

(50) 34. Tabel 3.4 Kategori Tingkat N-Gain Batasan Kategori Tinggi g > 0,7 Sedang 0,30 ≤ g ≤ 0,70 Rendah g < 0,3 (Meltzer, 2003 :153). c. Pengolahan Aktivitas Peserta Didik Pengolahan data dilihat pada lembar observasi peserta didik. Untuk mendeskripsikan hasil observasi aktivitas belajar peserta didik, langkah-langkah yang ditempuh adalah memberikan skor 1, 2, 3, dan 4 untuk untuk setiap deskriptor yang tampak dalam pembelajaran, setelah itu menjumlahkan skor nilai aktivitas peserta didik kemudian menentukan persentase aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan persamaan berikut : P=. × 100%. (Arikunto, 2015: 58). Kriteria keberhasilan aktivitas peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.5 Kualifikasi Persentase Keaktifan Peserta Didik Presentase Kriteria 75% - 100,00% Sangat Tinggi 50% - 74,99% Tinggi 25% - 49,99% Sedang 0% - 24,99% Rendah Yonny (dalam Malik, 2014: 88).

(51) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Penelitian 1. Analisis Deskriptif Data dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil pre test dan post test. Pretest dilaksanakan sebelum diberikan perlakuan, dimana perlakuan dilakukan beberapa kali pertemuan dengan menggunakan pembelajaran Contextual Teaching. and. Learning. (CTL). berbantuan. media. visual,. selanjutnya. dilaksanakanlah posttest untuk mengukur peningkatan hasil belajar fisika peserta didik. Adapun analisis deskriptif dari hasil pretest dan posttest sebagai berikut: a. Statistik Nilai Hasil Belajar Peserta didik (Pretest) sebelum diajar dengan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Media Visual Berdasarkan tes hasil belajar fisika yang diberikan peserta didik pada saat pretest, setelah dianalisis sebagaimana terlampir pada lampiran (halaman 144146), maka dibuat statistik deskriptif nilai hasil belajar fisika peserta didik yang dirangkum pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Statistika Nilai Pretest Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Statistik Nilai statistic Jumlah peserta didik 32 Nilai ideal 100 Nilai tertinggi 41 Nilai terendah 12 Nilai rata-rata (mean) 24,94 Standar deviasi 8,37 Varians 70,06. 35.

(52) 36. Dari tabel 4.1 di atas diperoleh informasi bahwa skor rata-rata hasil belajar fisika peserta didik sebelum diajar dengan menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual adalah 24,94 dengan standar deviasi 8,37 dan varians yaitu 70,06. Skor terendah yaitu 12 dan skor tertinggi adalah 41 dari skor ideal 100 yang mungkin dicapai. b. Statistik Nilai Hasil Belajar Peserta didik (Posttest) setelah diajar dengan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Media Visual Berdasarkan tes hasil belajar fisika yang diberikan peserta didik pada saat posttest, setelah diberikan perlakuan dengan mengimplementasikan pembelajar Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual, kemudian dianalisis sebagaiman terlampir pada lampiran (halaman 147-149), maka dibuat statistik deskriptif nilai hasil belajar fisika peserta didik yang dirangkum pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Statistika Nilai Posttest Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Statistik Nilai statistik Jumlah peserta didik 32 Nilai ideal 100 Nilai tertinggi 85 Nilai terendah 56 Nilai rata-rata (mean) 73,16 Standar deviasi 7,46 Varians 55,62. Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai maksimum yang dicapai peserta didik kelas XI IPA.1 SMA Negeri 2 Pinrang adalah 85 dari nilai ideal yang mungkin dicapai yaitu 100 dan nilai terendah yang dicapai peserta didik.

(53) 37. adalah 56, dimana standar deviasi yang diperoleh adalah 7,46 dan varians yaitu 55,62 Tabel 4.3 Kategori Nilai Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Frekuensi Kelas Interval Kategori Pretest Posttest 80 – 100 0 5 Sangat baik 66 – 79 0 22 Baik 56 – 65 0 5 Cukup 40 – 55 1 0 Kurang 0 – 39 31 0 Gagal (Arikunto, 2015: 281) Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan kategori nilai hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA.1 pada saat pretest yang mendapatkan kategori sangat baik, baik, dan cukup yaitu 0, Peserta didik yang mendapatkan kategori kurang yaitu 1 dan kategori gagal adalah 31 peserta didik, sedangkan pada saat posttest atau setelah diberi perlakuan dengan mengimplementasikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual, peserta didik yang mendapatkan kategori sangat baik adalah 5, kategori baik adalah 22 peserta didik dan 5 peserta didik yang mendapatkan kategori cukup. Untuk melihat pemusatan dan penyebaran data hasil pretest dan posttest dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Pemusatan dan Penyebaran data Pretest Nilai tertinggi 41 Nilai terendah 12 Mean 24,94 Standar deviasi 8,37 Varians 70,06. Posttest 85 56 73,16 7,46 55,62. Pengelolahan dan analisis data pretest dan posttest dapat dilihat pada halaman 144 - 149.

(54) Nilai. 38. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0. Pretest Posttest Nilai Nilai Mean Standar Varians tertinggi terendah deviasi Pemusatan dan Penyebaran Data. Gambar 4.1 Diagram rekapitulasi Hasil Belajar Fisika Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.1 diatas terlihat bahwa nilai tertinggi untuk posttest yaitu 85 lebih tinggi dibandingkan hasil pretest yaitu 41, sedangkan nilai rata-rata pretest yaitu 24,94 dan posttest yaitu 73,16. Hal ini menunjukkan bahwa nilai posttest mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan. 2. Analisis Uji N-Gain Untuk mengetahui peningkatan (Gain) hasil belajar fisika peserta didik diperoleh dengan cara membandingkan nilai pretest dan posttestnya. Adapun rata rata gain dirangkum pada tabel 4.5 distribusi frekuensi rata-rata gaing berdasarkan kriteria indeks gain. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perolehan Gain Ternormalisasi Peserta Didik Kriteria Indeks Gain Frekuensi Rata-rata Gain (G) Tinggi g > 0,7 8 Sedang 0,30 ≤ g ≤ 0,70 24 0,64 Rendah g < 0,3 0 Jumlah 32 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 8 peserta didik memenuhi kriteria tinggi, 24 peserta didik memenuhi kriteria sedang. Terlihat juga bahwa peserta didik kelas XI.

(55) 39. IPA SMA Negeri 2 Pinrang memiliki nilai rata-rata gain sebesar 0,64 yang merupakan kategori sedang. Perhitungan analisis data untuk uji N-Gain dapat dilihat pada lampiran (halaman 150-151). 3. Analisis Aktivitas Peserta Didik Penilaian aktivitas belajar peserta didik berdasarkan instrumen lembar pengamatan (terlampir halaman 90-91) dengan berpedoman pada lembar deskriptor aktivitas belajar peserta didik (terlampir halaman 92-94) dalam kegiatan belajar mengajar dengan mengunakan pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) berbantuan media visual. Lembar ini terdiri dari 6 aspek dengan nilai rentang aspek 1 sampai 4. SAPD (Skor Aktivitas Peserta Didik) dihitung dengan menggunakan rumus SAPD =. ×. 100% dengan kualifikasi persentase keaktifan peserta didik sebagai berikut: Tabel 4.6 Kualifikasi Persentase Keaktifan Peserta Didik Presentase 75% - 100,00% 50% - 74,99% 25% - 49,99% 0% - 24,99%. Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Yonny (dalam Malik, 2014: 88). Karakteristik aktivitas peserta didik yang dinilai sebagai berikut: A = Ketekunan peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru B = Ketekunan peserta didik dalam melakukan percobaan C = Kemampuan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan kepada peserta didik lain atau guru D = Kemampuan peserta didik dalam mempresentasikan hasil kerjanya.

(56) 40. E = Kemampuan peserta didik bekerjasama dalam kelompok F = Keberanian peserta didik dalam mengemukakan pendapat Berdasarkan hasil yang telah dianalisis dari 7 lembar observasi aktivitas peserta didik, diperoleh nilai rata-rata aktivitas belajar peserta didik tiap pertemuan yang disajikan dalam tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Data Hasil Analisis Aktifitas Peserta Didik Aspek Lembar Observasi. A. B. C. D. E. F. I II III IV V VI VII. 3.10 3.33 3.45 3.53 3.53 3.06 3.47. 3.06 3.07 3.29 3.41 3.41 3.13 3.50. 2.19 2.27 2.35 2.97 2.97 3.06 2.25. 2.23 3.07 2.97 3.03 3.03 2.26 2.25. 2.87 2.97 3.00 2.88 2.88 2.97 3.09. 2.35 3.00 2.23 2.19 2.19 3.23 2.94. Nilai. Kriteria. 65.86% 73.75% 72.04% 75.00% 75.00% 73.79% 72.92%. Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi. Aktivitas belajar peserta didik dinilai saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual. Dari hasil pengamatan diperoleh nilai rata-rata observasi pertama sebesar 65,86% termasuk kriteria tinggi, observasi kedua diperoleh nilai ratarata sebesar 73,75% termasuk kriteria tinggi, rata-rata aktivitas peserta didik observasi ketiga diperoleh 72,04% termasuk kriteria tinggi, pada observasi keempat dan kelima diperoleh rata-rata aktivitas peserta sama sebesar 75,00% termasuk kategori sangat tinggi, rata-rata aktivitas peserta didik observasi keenam diperoleh hasil sebesar 75,00% termasuk kategori sangat tinggi, dan pada observasi ketujuh rata-rata aktivitas peserta didik sebesar 72,92% termasuk kategori tinggi. Berdasarkan hasil rata-rata dari observasi pertama sampai observasi terakhir jika di rata-ratakan ketujuh lembar observasi tersebut diperoleh hasil aktivitas.

(57) 41. belajar peserta didik selama diimplementasikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual sebesar 72,62% termasuk kategori tinggi, dimana dapat dikatakan peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran.. B. Pembahasan Pada pelaksanaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual berbagai aktivitas yang telah dilakukan oleh peserta didik. Untuk mengetahui akibat dari pembelajaran tersebut, diambil satu kelas eksperimen sebagai kelompok sampel. Pada kelas eksperimen desain penelitian yang digunakan adalah one-group pretest posttest design. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan komponen-komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual. Dalam penelitian eksperimen ini dilakukan beberapa tahapan yaitu uji validasi oleh dua validator, uji coba tes hasil belajar fisika, observasi, perkenalan, pretest, proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media visual, pemantapan seluruh materi pembelajaran, dan Postest. Melalui berbagai tahapan tersebut diperoleh data tes hasil belajar fisika peserta didik yang diukur melalui sebelum diberi perlakuan (pretest) dan setelah diberi perlakuan (posttest) Hasil analisis data sebelum diimplementasikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media visual yang telah dilaksanakan di kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pinrang diperoleh nilai rata-rata yaitu 24,94 dengan standar deviasi persebaran nilai peserta didik adalah 8,37 dan variansi persebarannya adalah 70,06, artinya keberagaman nilai yang dicapai peserta didik.

Referensi

Dokumen terkait

Layanan perbankan modern yang menyeluruh, yang memungkinkan BPR, BPRS, Koperasi dan BMT menangani akun tabungan, deposito berjangka, pinjaman, akuntansi, pelaporan operasional

Karya tulis ini aku persembahkan untuk Ayah yang telah mengajarkanku cara berinteraksi dan memafkan orang lain, untuk Ibu yang mengajarkan apa itu arti ketegaran dan

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul

Hal ini berarti belanja modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara ditentukan oleh PAD, DAU dan DAK, yakni terlihat dari koefisien determinasi sebesar

menuju kehidupan yang lebih baik dan bermutu dan juga berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu negera. Ketidaktahuan tentang entrepreneur menyebabkan usaha atau bisnis

Khususnya untuk fotokatalis, oksida logam atau semikonduktor seperti TiO 2 , ZnO, SnO 2 sudah terlebih dulu dikembangkan karena ketersediaan di alam yang cukup besar,

PENGGUASAAN TEKNIK DASAR PASSING ATAS BOLAVOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN MENGGUNAKAN DUA BOLA PADA SISWA KELAS XI IPS1 SMA N 1 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2012/2013”

Dari hasil wawancara para santri putra dan putri pondok pesantren Kyai Gading, diketahui bahwa para santri rata- rata dalam melaksanakan shalat tahajud,