MOTIVASI PERILAKU ALTRUISME PADA RELAWAN RUMAH SINGGAH SEDEKAH ROMBONGAN (RSSR) SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)
Psikologi (S.Psi)
Istik Aulia Jauharin J71216110
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2020
iii
v
vii
ABSTRAK
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya merupakan sebuah komunitas sosial yang fokus terhadap kesejahteraan dhuafa sakit. Banyaknya tugas dan rumitnya penanganan pasien dampingan komunitas membuat banyak relawan yang tidak mampu menjaga konsistensi keterlibatan dalam komunitas. Namun diluar hal tersebut ada sebagian kecil relawan yang mampu bertahan dari awal berdirinya komunitas dan tetap aktif mengikuti kegiatan komunitas hingga hari ini. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui motivasi altruisme pada relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini melibatkan satu orang relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya yang merupakan salah satu relawan paling lama dan paling aktif dalam menjalankan tugas komunitas hingga hari ini. Hasil penelitian ini mengungkapkan 3 motivasi mendasar dari relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya yaitu adanya rasa tanggung jawab sosial (social responsibility), adanya kepuasan setelah melakukan kebaikan (distress-inner reward) dan sedikitnya perhatian kepada dhuafa miskin dari komunitas maupun orang lain secara personal.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...iv
HALAMAN PENGESAHAN ...v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 5 C. Keaslian Penelitian ... 5 D. Tujuan Penelitian ... 8 E. Manfaat Penelitian ... 8 F. Sistematika Pembahasan ... 9 BAB II ... 12 KAJIAN PUSTAKA ... 12 A. Altruisme ... 12 a. Pengertian Altruisme ... 12 B. Motivasi Altruisme ... 14 C. Relawan ... 16 a. Pengertian Relawan ... 16 b. Ciri-Ciri Relawan ... 17
D. Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) ... 18
E. Perspektif Teoritik ... 20
BAB III ... 24
METODE PENELITIAN ... 24
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 24
B. Kehadiran Peneliti ... 24
C. Lokasi Penelitian ... 25
D. Sumber Data ... 25
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 26
ix
G. Pengecekan Keabsahan Temuan ...29
BAB IV ... 32
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32
A. Setting Penelitian ... 32
a. Profil Informan ... 33
b. Riwayat Kasus Informan ... 36
B. Hasil Penelitian ... 39
1. Deskripsi Temuan Penelitian ... 39
2. Hasil Analisis Data ... 50
C. Pembahasan ... 54 BAB V ... 60 PENUTUP ... 60 A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA ... 62
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya pertama kali
didirikan di Jln. Kalidami 1 no.18 Surabaya sebagai tempat singgah pasien
selama menjalani pengobatan di rumah sakit rujukan RSSR. Pada 2018,
tempat singgah pasien dampingan Rumah Singgah Sedekah Rombongan
(RSSR) Surabaya dipindahkan ke Jl. Lap. Dharmawangsa No. 74A,
Gubeng, Surabaya. Kepindahan lokasi singgah pasien tersebut dikarenakan
perimbangan jarak tempat singgah awal yang dirasa terlalu jauh dengan
rumah sakit rujukan RSSR Surabaya yaitu Rumah Sakit dr.Soetomo
Surabaya.
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya didirikan
pada 2013 sebagai upaya meringankan beban pasien dhuafa yang ada di
daerah Surabaya dan sekitarnya. Seiring berjalannya waktu, saat ini Rumah
Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya telah memiliki lebih dari
50 relawan (https://sedekahrombongan.com, 2019). Relawan Rumah
Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya memiliki tanggung jawab
yang cukup berat untuk memberikan pendampingan kepada pasien
dampingan RSSR yang merupakan pasien dengan penyakit yang cukup
2
Pasien dampingan RSSR umumnya memiliki penyakit berat seperti
kanker, tumor, hingga pasien yang disarankan untuk amputasi namun tidak
memiliki biaya yang cukup untuk proses operasinya. Selain itu, relawan
RSSR juga bertugas menjemput dan mengantar pasien dari rumah maupun
dari tempat singgah untuk dibawa ke rumah sakit dalam kondisi darurat
(Tembus Langit edisi.7). Hal itu tentu berbeda dengan tugas relawan pada
komunitas lain yang hanya melaksanakan tugasnya di waktu tertentu.
Relawan Sedekah Rombongan (SR) harus selalu bergantian berjaga di
rumah singgah untuk menemani para pasien dampingan.
Tanggung jawab yang cukup berat yang harus diemban oleh relawan
sedekah Rombongan (SR) membuat beberapa relawan Rumah Singgah
Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya kurang aktif dalam mengikuti
kegiatan pendampingan. Namun meskipun begitu, ada beberapa relawan
yang mengikuti perkembangan Rumah Singgah Sedekah Rombongan
(RSSR) Surabaya dari awal berdiri hingga kini dan selalu aktif menjalankan
kegiatan RSSR. Para relawan yang mampu bertahan lebih dari 7 tahun itu
mengaku mendapatkan kepuasan tersendiri setiap selesai melakukan tugas.
Perasaan puas telah melakukan kebaikan tanpa imbalan merupakan salah
satu wujud perilaku altruisme pada relawan. Dimana altruisme merupakan
suatu perilaku menolong tanpa mengharapkan imbalan(Taufik, 2012).
Perilaku altruisme dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari
perilaku menolong kepada orang yang tidak dikenal. Hal itu membuktikan
3
menolong tersebut (Taufik, 2012). Perilaku altruisme juga dapat dilihat dari
seseorang yang tetap memberikan bantuan meskipun hal tersebut
menyulitkan.
Perilaku altruisme tentu identik dengan para relawan, dimana relawan
melakukan tugas sosial untuk membantu kesejahteraan orang lain tanpa
mendapatkan imbalan atau upah apapun. Keinginan menjadi relawan tanpa
upah menunjukkan ketulusan niat dan kesukarelaan. Relawan juga dengan
senang hati membantu para dhuafa meskipun tidak mengenal secara
personal. Para relawan bahkan menyisihkan sebagian waktu dan tenaga
demi menjalankan tugas sosial tersebut. Perilaku altruisme juga dapat
dilihat dari kesediaan relawan dalam membantu kaum rentan yang tidak
dikenal, relawan juga senantiasa memberikan bantuan kepada para dhuafa
sakit yang berada di daerah pedalaman (Tembus Langit, edisi 12).
Motivasi perilaku altruisme dapat dilihat dari konsistensi relawan
dalam menjalankan tugas sosial, adanya perasaan bertanggung jawab atas
kaum dhuafa, serta kesukarelaan dalam menjalankan tugas relawan dengan
menyisihkan waktu dan tenaga demi kesejahteraan orang lain.
Informan dalam penelitian ini merupakan seorang relawan yang telah
bergabung sejak awal berdirinya Sedekah Rombongan (SR) di Surabaya.
Hal itu membuatnya menjadi salah satu relawan paling lama yang bertugas
dalam Rumah Singgah Sedekah Rombongan ( RSSR) Surabaya. Dari 8
4
merupakan relawan yang hingga hari ini terbilang paling aktif dan paling
rajin berkunjung ke rumah singgah.
Keaktifan informan dalam menjalankan tugas sosial dapat dilihat dari
buku absen kunjungan relawan. Dalam satu minggu, rata-rata informan
berkunjung ke rumah singgah adalah 4-7 kali. Hal itu tentu berbeda dengan
relawan lain yang hanya berkunjung ketika mendapatkan tugas jaga atau
ketika ada kegiatan di rumah singgah.
Pengalaman informan selama 7 tahun bertugas sebagai relawan dapat
dilihat sebagai bentuk kesukarelaan dan perwujudan komitmen yang baik.
Kesukarelaan tentu erat kaitannya dengan perilaku altruisme, dimana dasar
pemberian pertolongan dalam perilaku altruisme merupakan kesukarelaan
dan tanpa mengharapkan imbalan (Taufik, 2012).
Konsistensi dan keaktifan sebagai tenaga relawan pada komunitas
sosial yang bahkan dapat dijaga lebih dari 7 tahun tentu merupakan sesuatu
yang tidak mudah dan banyak orang yang gagal melakukannya. Hal itu
membuat peneliti ingin mendalami hal apa saja yang mendorong atau
memberikan motivasi terhadap informan sehingga mampu menjaga
konsistensi dalam berperilaku altruisme dengan selalu aktif melakukan
kegiatan komunitas lebih dari 7 tahun.
Motivasi altruisme pada penelitian ini merupakan sesuatu yang
mendorong relawan untuk berperilaku altruisme dengan melakukan tugas
komunitas untuk membantu pasien dhuafa dengan sukarela tanpa
5
Penelitian ini dilakukan guna memberikan pengetahuan mengenai
motivasi altruisme kepada para relawan komunitas sosial, khususnya
relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan. Mengingat semakin
berkurangnya persentase pertumbuhan relawan dari tahun ke tahun
(www.sedekahrombongan.com, 2019), sehingga relawan dapat menjadikan
penelitian ini sebagai acuan untuk terus menjaga komitmen dalam
menjalankan tugas komunitas.
B. Fokus Penelitian
Apa saja motivasi altruisme pada relawan Rumah Singgah Sedekah
Rombongan (RSSR) Surabaya?
C. Keaslian Penelitian
Penelitian terdahulu yang mengangkat tema altruisme diantaranya
adalah yang dilakukan oleh Botty (2016) yang membuktikan adanya
pengaruh kecerdasan emosi terhadap altruisme dengan sumbangsih sebesar
37,4%. Begitu pula dengan faktor efikasi diri, dimana faktor tersebut
memberikan sumbangan efektif terhadap perilaku altruisme sebesar 47,7%
(Frieda, 2018). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ni’mah (2017) membuktikan adanya pengaruh empati terhadap perilaku altruisme,
pengaruh tersebut bersifat positif dengan sumbangan sebesar 66, 4%.
Sementara penelitian Mugiarso (2018) menyebutkan adanya pengaruh
kegiatan konseling kelompok terhadap peningkatan perilaku altruisme pada
6
tanggung jawab sosial, sementara indikator dengan peningkatan terendah
adalah adanya keinginan untuk memberi.
Sulawati (2017), dalam penelitiannya menyebutkan adanya perbedaan
tingkat perilaku altruisme ditinjau dari EQ dan SQ. Dalam penelitian
tersebut dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat EQ dan SQ seseorang
maka semakin tinggi pula tingkat perilaku altruisme. Adapun perbedaan
jenis kelamin juga mampu mempengaruhi perilaku altruisme pada
seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Harjo (2018) menunjukkan
bahwa perilaku altruisme pada perempuan berada di titik 2,14 sementara
perilaku altruisme pada laki-laki berada di titik 1,59. Hal tersebut
berdasarkan pengujian hipotesis dengan model rasch pada aplikasi winstep.
Pada penelitian Nurhidayati (2012), munculnya perilaku altruisme
dipengaruhi oleh perasaan empati pada seseorang. Dalam hal ini, empati
diartikan sebagai pemahaman terhadap perasaan orang lain serta
menempatkan sudut pandang sebagai orang lain dengan maksud membantu
kesejahteraan orang yang bersangkutan. Adanya perasaan ingin membantu
kesejahteraan orang lain inilah yang menjadi sumber munculnya perilaku
altruisme. Perilaku altruisme pada remaja juga dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan keluarga, pembiasaan yang dilakukan oleh keluarga dalam hal
kebaikan mampu mempengaruhi munculnya perilaku altruisme pada
remaja. Sementara status sosial keluarga secara objektif tidak
mempengaruhi perilaku altruisme, namun status sosial secara subjektif
7
pandang seseorang terhadap tingkat kesejahteraan keluarganya
(Nursetiawati, 2019)
Penelitian yang dilakukan oleh Asmarany (2015) dengan metode
kualitatif pada wanita berusia 48 tahun yang mengajar anak jalanan dan
berkebutuhan khusus menyebutkan bahwa subjek melakukan kegiatan
mengajar dengan dasar kebersyukuran serta pengaplkasian terhadap ajaran
agama sehingga memunculkan berkah bagi dirinya sendiri. Selain berbagi
kebaikan dengan anak-anak, subjek juga melakukan kebaikan serta bekerja
sama dengan sesama relawan guru. Sementara relawan guru yang lain dalam
penelitian Erlyani (2017) yang merupakan seorang laki-laki berusia 23
tahun membuktikan adanya gambaran perilaku altruisme pada subjek yang
ditandai oleh munculnya kelima aspek altruisme diantaranya empati,
tanggung jawab sosial, meyakini keadilan dunia, kontrol diri internal serta
ego diri yang rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Gailliot (2006) menunjukkan bahwa
beberapa hal yang menjadi motivasi perilaku altruisme ppada subjek adalah
perasaan empati dan adanya hubungan kekerabatan yang erat. Dimana
dalam penelitian itu, subjek akan lebih mudah memberikan bantuan kepada
seseorang yang memiliki hubungan keluarga yang erat dibandingkan
dengan orang lain yang bukan merupakan keluarga.
Perbedaan metode serta subjek dan lokasi penelitian pada penelitian
ini menjadikan adanya perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
8
penelitian ini yang merupakan penelitian dengan metode kualitatif menjadi
berbeda. Selain itu subjek yang merupakan relawan Rumah Singgah
Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya membedakan penelitian ini dengan
subjek pada penelitian yang lain. Penelitian ini juga terfokus pada motivasi
perilaku altruisme pada subjek. Sementara pada penelitian sebelumnya lebih
terfokus terhadap faktor altruisme ataupun munculnya aspek altruisme pada
subjek.
D. Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan apa saja motivasi perilaku altruisme pada relawan
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah
terhadap keilmuan psikologi, khususnya dalam bidang psikologi sosial.
2. Manfaat Praktis
Bagi para relawan komunitas sosial, menambah pengetahuan
mengenai hal-hal yang mampu menjadi motivasi dalam berperilaku
altruisme. Sehingga para relawan diharapkan selalu menjaga hal
tersebut untuk konsistensi dalam melakukan kebaikan dan membantu
9
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika dalam skripsi ini disusun berdasarkan pada panduan
skripsi Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya 2018.
Dimana susunan skripsi ini diawali dengan kata pengantar, halaman
pengesahan, halaman persembahan, serta abstrak dan dilanjutkan dengan
lima bab yang menjadi inti dari naskah skripsi ini, dimana setiap bab
membahas kajian yang berbeda sebagaimana susunan skripsi pada
umumnya.
Bab I dalam skripsi ini terdiri dari 6 sub bahasan diantaranya adalah
latar belakang, dimana sub bahasan ini membahas hal-hal yang mendasari
peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan
yang dibahas dalam skripsi. Selanjutnya adalah fokus penelitian yang
memuat rincian pertanyaan mengenai pokok bahasan yang akan diungkap
dalam penelitian. Pertanyaan dalam sub bab ini merupakan hal pokok yang
akan diajukan kepada informan untuk menggali data lebih lanjut. Sub
pembahasan ketiga merupakan keaslian penelitian, dimana dalam sub
pembahasan ini peneliti mencantumkan beberapa penelitian terdahulu yang
sesuai dengan penelitian ini dan membahas kesimpulan dan kaitannya
dengan penelitian ini. Hal itu sebagai upaya menggambarkan posisi
penelitian dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Selanjutnya adalah
tujuan penelitian yang menyatakan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian. Manfaat penelitian berisi mengenai hal-hal yang diharapkan
10
pembahasan terakhir membahas sistematika penulisan skripsi yang dalam
hal ini mengacu pada panduan yang telah ditetapkan oleh fakultas.
Kajian pustaka dibahas dalam bab 2 yang berisi teori-teori, hasil
penelitian maupun pendapat yang relevan dengan penelitian ini, dalam hal
ini adalah altruisme, relawan dan juga hal-hal mengenai Rumah Singgah
Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya. Selanjutnya terdapat perspektif
teoritis yang mencantumkan teori yang telah dibahas sebelumnya dan
digunakan untuk memberikan suatu pemahaman bahwa topik dan judul
skripsi yang diambil secara data maupun teori telah relevan.
Bab 3 membahas mengenai metode dan langkah penelitian secara
operasional, terdiri dari 7 sub pembahasan diantaranya pendekatan dan jenis
penelitian, dimana penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis studi kasus. Selanjutnya kehadiran peneliti dicantumkan guna
menjelaskan posisi peneliti dalam proses pencarian dan pengumpulan data
penelitian. Lokasi penelitian memberitahukan karakteristik lokasi
pengumpulan data dan mencantumkan alasan mengapa lokasi tersebut
dipilih. Selanjutnya sub bahasan mengenai sumber data menguraikan jenis
data, sumber data serta teknik penjaringan data. Yaitu mengenai data apa
saja yang dikumpulkan, siapa saja yang terlibat dalam pengumpulan data
serta siapa informan dalam penelitian dan alasan apa yang membuatnya
dipilih sebagai informan penelitian.
Prosedur pengumpulan data menjelaskan cara yang dipakai dalam
11
Selanjutnya analisis data menguraikan proses pelacakan transkip
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain untuk diproses dan
disajikan dengan lebih menarik sebagai naskah skripsi. Sub bahasan terakhir
mengenai pengecekan keabsahan temuan menggambarkan bagaimana
peneliti memperoleh keabsahan dari data yang telah diperoleh sehingga data
tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Hasil temuan data dibahas lebih lanjut pada bab 4 dengan
menguraikan setting penelitian secara riil serta membahas seluruh data yang
diperoleh dalam penelitian dan dihubungkan dengan teori-teori yang telah
dibahas sebelumnya kemudian diuraikan. Penguraian ini untuk menjelaskan
hubungan teori dengan data yang telah diberikan oleh informan penelitian.
Pada bab 5 terdiri dari 2 sub bahasan mengenai kesimpulan saran.
Kesimpulan merupakan jawaban dari temuan penelitian berdasarkan fokus
penelitian ini. Sementara saran diajukan untuk perbaikan penelitian maupun
penelitian lain setelahnya dengan kajian yang sama yaitu seputar motivasi
altruisme pada relawan.
Setelah penutup disusul oleh daftar pustaka yang berisi
literatur-literatur yang menjadi acuan sebagai referensi penelitian, baik literatur-literatur
berupa jurnal, buku, koran, serta dokumen publikasi online. Kemudian
naskah skripsi ditutup dengan lampiran-lampiran yang berisi informed concent, surat izin penelitian, transkip wawancara serta dokumen-dokumen.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Altruisme a. Pengertian AltruismePerilaku altruisme merupakan perilaku menolong dengan
tulus, murni dan tanpa mengharap balasan dari orang lain ataupun
mengambil manfaat untuk dirinya sendiri (Taufik, 2012). Altruisme
dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok dengan memberikan
pertolongan secara sukarela kepada orang lain tanpa adanya perasaan
ingin mendapatkan imbalan kecuali perasaan telah melakukan
kebaikan (Myers, 2012). Secara umum altruisme dapat dipahami
sebagai perilaku menolong tanpa pamrih dan hanya bertujuan untuk
berbuat kebaikan (Taylor, 2012).
Borrong (2006) memberikan definisi altruisme sebagai suatu
kewajiban kepada orang lain. Yaitu tindakan kasih sayang dan
memperlakukan orang lain dengan baik demi kebaikan orang tersebut
serta tanpa disertai perasaan ingin menerima balasan dan tanpa adanya
suatu kepentingan bagi dirinya, dimana dalam bahasa Yunani hal
tersebut diartikan sebagai agape. Perilaku altruisme merefleksikan kepada seseorang untuk tidak mementingkan diri sendiri dan
13
Santrock (2003) mendefinisikan altruisme sebagai minat
dalam membantu orang lain dengan mengesampingkan kepentingan
pribadi. Altruisme dinilai sebagai tindakan cinta kasih kepada sesama
manusia, dengan mengutamakan orang lain dan tidak mementingkan
diri sendiri dalam segala hal.
Dari beberapa definisi tersebut, altruisme dapat dipahami
sebagai perilaku menolong orang lain dengan tulus demi kebaikan dan
kesejahteraan orang yang ditolong dan tanpa adanya perasaan
mengharapkan imbalan atas pertolongan yang ia berikan.
Myers (2012) menjelaskan karakteristik perilaku altruisme
diantaranya :
1) Emphaty, dalam melakukan tindakan altruistik selalu melibatkan empati pada diri seseorang.
2) Belief an a just world, dimana seseorang percaya bahwa setiap perilaku yang dilakukan akan mendapatkan balasan yang sesuai.
3) Social responsibility, yaitu merasa bertanggung jawab atas apapun yang terjadi kepada orang lain karena adanya kepedulian
sosial.
4) Internal locus of control, melakukan sesuatu berdasarkan adanya motivasi dari kontrol diri yang baik.
5) Low egocentrism, rendahnya perasaan egois dalam diri seseorang sehingga selalu mampu untuk selalu mementingkan orang lain
14
B. Motivasi Altruisme
Motivasi diartikan sebagai keadaan diri yang mendorong keinginan
pada individu untuk melakukan kegiatan atau perilaku tertentu (Handoko,
2001). Motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang atau
kelompok untuk mengerahkan tenaga dan kemampuannya untuk melakukan
suatu kegiatan atau tindakan (Siagian, 2003). Motivasi merupakan faktor
dominan yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang karena dengan
adanya motivasi maka segala pekerjaan yang dilakukan akan menghasilkan
kepuasan dalam diri seseorang (Ratnawati, 2004).
Motivasi altruisme merupakan suatu hasrat atau keinginan dalam diri
seseorang untuk melakukan suatu kebaikan guna memberikan manfaat bagi
orang lain secara sukarela (Grant, 2008). Altruisme diartikan sebagai hasrat
untuk menolong orang lain dengan mengesampingkan diri sendiri, maka
motivasi altruisme diartikan sebagai hal-hal yang mendasari seseorang
untuk memberikan suatu pertolongan (Baron, 2006).
Dari beberapa pengertian tersebut, motivasi altruisme dapat
diartikan sebagai suatu keinginan yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan altruisme atau tindakan menolong tanpa pamrih guna
memberikan manfaat bagi orang lain. Menurut Myers (2012) ada beberapa
hal yang mampu merangsang seseorang untuk lebih mudah melakukan
tindakan altruisme, diantaranya :
1. Social Responcibility, seseorang merasa memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi kepada orang lain.
15
2. Distress-Inner Reward, kepuasan yang ada didalam diri seseorang tanpa dipengaruhi faktor eksternal.
3. Kin Selection, merasa pernah mengalami nasib atau kesulitan serupa.
Sementara menurut Taylor (2009), altruisme hanya akan terjadi
ketika kita memberikan bantuan tanpa pamrih. Motivasi altruisme sendiri
ada dua, yaitu personal distress dan empati. Personal distress merupakan reaksi emosional ang dirasakan seseorang ketika melihat penderitaan orang
lain. Personal distress dapat berupa perasaan terkejut, ngeri, waspada,
prihatin, atau tidak berdaya. Kesedihan personal terjadi ketika seeorang
yang menyaksikan suatu kejadian tenggelam dalam reaksi emosionalnya.
Sementara empati merupakan perasaan simpati dan perhatian kepada
orang lain, khususnya pada orang yang menderita. Empati terjadi ketika
pengamat fokus terhadap kebutuhan dan emosi dari korban. Dalam hal ini,
personal ditress menyebabkan seseorang merasa cemas dan prihatin sementara empati menyebabkan seseorang merasakan simpati dan kasih
sayang.
Penelitian yang dilakukan oleh Gailliot (2006) menunjukkan bahwa
beberapa hal yang menjadi motivasi perilaku altruisme ppada subjek adalah
perasaan empati dan adanya hubungan kekerabatan yang erat. Dimana
dalam penelitian itu, subjek akan lebih mudah memberikan bantuan kepada
seseorang yang memiliki hubungan keluarga yang erat dibandingkan
16
Motivasi altruisme berdasarkan penjelasan tersebut dapat diartikan
sebagai suatu keinginan yang mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan altruisme dengan menolong orang lain. Dimana motivasi tersebut
dapat berbeda pada setiap orang, misalnya adanya perasaan empati, adanya
social responsibility atau tanggungjawab sosial, kin selection, distress-inner reward atau adanya hubungan yang erat dengan seseorang yang berada dalam kesulitan.
C. Relawan
a. Pengertian Relawan
Relawan adalah orang-orang yang memiliki hati yang tulus dan
luar biasa dalam menolong orang lain, meskipun dalam beberapa
kesempatan, nyawa menjadi taruhan terhadap perilaku menolong yang
mereka berikan. Relawan dikenal sebagai sosok yang tidak kenal lelah
dan tanpa pamrih serta memberikan bantuan tanpa melihat resiko yang
harus dihadapi (Alwi, 2007).
Relawan ialah orang yang bekerja tanpa dibayar dan tanpa
mendapat imbalan apapun. Relawan menyisihkan waktunya demi
kebaikan kelompok dengan tanggung jawab yang besar. Relawan tidak
mendapatkan latihan khusus dalam memberikan pertolongan, namun
ada pula relawan yang dilatih dalam bidang tertentu untuk memberikan
bantuan secara sukarela di dalam bidang tersebut untuk membantu
17
Asmarany (2015) yang mengatakan bahwa relawan merupakan orang
yang rela menyediakan waktunya tanpa dibayar demi mencapai tujuan
organisasi maupun kelompok serta memiliki rasa tanggung jawab yang
besar tanpa mengharapkan imbalan.
Sementara menurut Schoender (Fransisca, 2012) relawan adalah
seseorang yang dengan sukarela menyumbangkan tenaga, jasa,
kemampuan, maupun waktu tanpa mengharapkan upah secara finansial
dan tanpa mengharapkan keuntungan materi dari organisasi maupun
dari orang yang diberi pertolongan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat dipahami bahwa
relawan adalah orang yang menyediakan waktu, tenaga maupun jasa
untuk membantu orang lain dengan tujuan kesejahteraan bagi orang
yang mendapat pertolongan tanpa mengharapkan imbalan finansial
baik secara langsung maupun di waktu mendatang.
b. Ciri-Ciri Relawan
Menurut Omoto dan Snyder (1995), ciri-ciri dari relawan
yaitu:
1) Selalu mencari celah untuk memberikan bantuan, dalam proses
pemberian bantuan ini biasanya membutuhkan waktu yang
relatif lama serta membutuhkan keterlibatan fisik yang cukup
18
2) Mampu berkomitmen dengan menyediakan waktu yang relatif
lama untuk menyelesaikan suatu tujuan.
3) Memerlukan personal cost yang tinggi (waktu, tenaga, uang dan
sebagainya).
4) Bantuan biasanya diberikan kepada orang yang tidak dikenal
sebelumnya.
5) Bantuan yang diberikan bukan karena merupakan suatu
kewajiban melainkan karena adanya rasa kasih sayang terhadap
sesama manusia.
D. Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) merupakan salah satu
komunitas sosial yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan fokus
terhadap kesejahteraan dhuafa sakit. Dhuafa sakit dalam hal ini merupakan
kaum dhuafa yang mengidap suatu penyakit dan tidak mampu melakukan
pengobatan karena adanya keterbatasan biaya (Tembus Langit, 2015)
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) awalnya didirikan di
Kota Jogjakarta pada tahun 2011. Melihat progress komunitas yang baik dan
mampu memberikan banyak manfaat, Rumah Singgah Sedekah Rombongan
(RSSR) akhirnya menyebar ke banyak daerah salah satunya Surabaya.
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya sendiri berdiri pada
tahun 2013 dengan menyewa salah satu rumah di jalan Jln. Kalidami 1 no.18
19
Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
(https://sedekahrombongansurabaya.com,2017).
Pada awal berdirinya, Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
ditujukan untuk kegiatan penyantunan balita terlantar serta membantu
penyelenggaraan pengangkatan anak berdasarkan penetapan aturan
pemerintah. Namun seiring berjalannya waktu, RSSR melakukan lebih
banyak kegiatan sosial termasuk perawatan bagi pasien kurang mampu.
Pasien kurang mampu dalam hal ini adalah pasien dengan penyakit tertentu
yang memiliki kendala finansial maupun tenaga dalam pengobatannya.
Sampai saat ini, RSSR telah menaungi 15.516 pasien dampingan yang
tersebar di berbagai kota.
Pasien dampingan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
biasanya tinggal di rumah yang telah disediakan sebagai tempat singgah
yang berada di kota tersebut. Rumah tersebut umumnya berada dekat
dengan beberapa rumah sakit sehingga memudahkan pasien dalam
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pengobatan. Para relawan
umumnya mengunjungi rumah singgah setiap harinya untuk membantu
kebutuhan pasien dampingan baik berupa membuat makanan, terapi fisik
sederhana ataupun kegiatan yang lain.
Selain mendapatkan bantuan berupa pengobatan rumah sakit secara
gratis dan tenaga bantuan relawan, pasien dampingan juga mendapat kan
20
Setiap pasien dampingan biasanya diperbolehkan untuk didampingi satu
orang keluarga dengan tujuan perawatan yang lebih intensif pada pasien.
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) juga menyediakan
ambulan sebagai kendaraan antar jemput pasien dampingan. Hingga saat ini,
RSSR telah memiliki lebih dari 34 ambulan yang siap menjemput pasien
dampingan maupun masyarakat umum yang membutuhkan bantuan secara
cepat. Segala hal terkait berjalannya program Rumah Singgah Sedekah
Rombongan (RSSR) dilakukan oleh para relawan, dalam hal ini relawan
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) biasa disebut dengan istilah
“kurir”.
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) telah tersebar di
berbagai kota besar di Indonesia sehingga memiliki lebih dari 500 kurir
sebagai tenaga relawan dalam menjalankan segala kegiatan rumah singgah.
Di Surabaya sendiri, Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
memiliki banyak kurir dan telah membentuk struktur sehingga segala
kegiatan dapat berjalan dengan baik. Kurir yang tergabung dalam RSSR
biasanya dengan senang hati berkunjung ke rumah singgah untuk membantu
pasien dampingan dalam melakukan aktivitas seperti membuat makanan,
minum obat serta aktivitas lain demi kesembuhan pasien dampingan.
E. Perspektif Teoritik
Myers (2012) mendefinisikan altruisme sebagai tindakan sukarela
yang ditunjukkan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan
21
perasaan telah melakukan kebaikan. Menurut Myers (2012), perilaku
altruisme dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, dalam hal ini
kelompok dapat berupa kelompok sosial non-formal maupun organisasi.
Pada suatu organisasi sosial umumnya perilaku altruisme diberikan melalui
tenaga relawan yang dalam hal ini memberikan bantuan fisik, tenaga,
pikiran maupun finansial tanpa mendapatkan upah apapun. Untuk menjadi
tenaga relawan, seseorang membutuhkan komitmen dan tanggung jawab
yang besar demi kebaikan organisasi maupun orang yang menerima bantuan
(Slamet, 2012). Sehingga relawan membutuhkan motivasi yang kuat untuk
selalu konsisten dalam menjalani tugasnya.
Perilaku menolong pada seseorang dengan altruisme tidak dengan
melihat latar belakang orang yang diberi pertolongan, namun ada beberapa
hal yang dapat mendorong munculnya perilaku altruisme menjadi lebih kuat
diantaranya empati, faktor personal maupun emosional, nilai agama dan
moral, norma tanggung jawab sosial, suasana hati yang baik ataupun norma
timbal balik. Namun meskipun begitu ada banyak hal lain yang mampu
memotivasi seseorang untuk mendorong munculnya perilaku altruisme,
dimana motivasi tersebut dapat berbeda antar orang dengan yang lain.
Motivasi altruisme tentu sangat penting ada pada diri relawan, karena
motivasi tersebut akan mampu membuat relawan lebih rajin dalam
melaksanakan tugas komunitas. Selain itu, motivasi altruisme juga dapat
22
relawan, dimana seorang relawan harus rela menghabiskan waktu dan
tenaganya demi orang lain tanpa mendapatkan imbalan.
Penelitian ini akan dilakukan pada relawan Rumah Singgah Sedekah
Rombongan (RSSR). Para relawan RSSR adalah orang yang bersedia
dengan senang hati ikut membantu perawatan pasien dampingan RSSR
dengan baik. Relawan ialah orang yang bekerja tanpa dibayar dan tanpa
mendapat imbalan apapun. Relawan menyisihkan waktunya demi kebaikan
kelompok dengan tanggung jawab yang besar. Relawan tidak mendapatkan
latihan khusus dalam memberikan pertolongan, namun ada pula relawan
yang dilatih dalam bidang tertentu untuk memberikan bantuan secara
sukarela di dalam bidang tersebut untuk membantu tenaga profesional
(Slamet, 2012).
Perilaku altruisme dapat dilakukan secara individu maupun kelompok
dengan perasaan tanggung jawab pada masing-masing orang. Perilaku
altruisme secara kelompok biasanya dilakukan oleh organisasi atau
komunitas. Dalam hal ini, motivasi altruisme di gali melalui relawan
komunitas yang melakukan tindakan altruisme secara kelompok. Informan
merupakan seseorang yang memberikan bantuan tenaga serta materi kepada
pasien dhuafa yang dilakukan secara kelompok melalui komunitas Sedekah
Rombongan (SR) Surabaya.
Motivasi altruisme pada penelitian ini adalah sesuatu yang mendasari
seseorang untuk melakukan tindakan altruisme atau memberikan bantuan
23
apapun. Motivasi altruisme juga dapat dipahami sebagai suatu keinginan
yang mendorong seeorang untuk melakukan tindakan menolong (Grant,
2008). Perilaku menolong dapat dikatakan sebagai tindakan altruisme ketika
didasari oleh motivasi yang kuat sehingga perilaku menolong tersebut dapat
dilihat sebagai tindakan menolong tanpa pamrih (Taylor, 2009).
Motivasi altruisme menurut Myers (2012) diantaranya : Social Responcibility, seseorang merasa memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi kepada orang lain. Hal itu dapat dilihat dari komitmen dan keaktifan
relawan dalam melakukan tugas komunitas sebagai wujud membantu
kesejahteraan dhuafa sakit.
Motivasi kedua yang mendasari munculnya perilaku altruisme
menurut Myers adalah Distress-Inner Reward, kepuasan yang ada didalam diri seseorang setelah melakukan kebaikan tanpa dipengaruhi faktor
eksternal. Dan motivasi yang ketiga adalah Kin Selection, yaitu merasa pernah mengalami kesulitan yang serupa. Dalam penelitian ini, Kin selection adalah perasaan bahwa relawan pernah merasakan kesulitan ekonomi atau mengidap penyakit dan tidak mampu berobat karena
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus dengan tujuan memahami pengalaman seseorang
atau sekelompok orang yang berbeda dan tidak dialami oleh orang lain,
pengalaman tersebut bersifat unik dan berbeda dengan siapapun (Creswell,
2015). Pendekatan studi kasus digunakan dalam penelitian untuk mengkaji
pengalaman subjek sehingga peneliti dapat memaparkan hasil pengkajian
dari kasus tersebut.
B. Kehadiran Peneliti
Penelitian dengan metode kualitatif ini perlu melibatkan peneliti
secara penuh sebagai partisipan. Peneliti terlibat aktif dalam pengumpulan
data wawancara maupun dokumentasi. Dalam hal ini informan mengetahui
kehadiran peneliti sebagai seorang peneliti dan juga sebagai interviewer
dalam proses wawancara pengumpulan data. Peneliti juga mengumpulkan
dokumentasi berupa bukti percakapan elektronik dengan informan karena
25
juga mengumpulkan dokumentasi berupa foto informan ketika bertugas dan
gambar-gambar lain yang mendukung penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Segala hal terkait pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
secara online karena adanya keterbatasan kesempatan untuk bertatap muka
antara peneliti dengan informan penelitian. Percakapan dilakukan melalui
aplikasi instagram, begitu pula dengan pengumpulan gambar melalui pesan
instagram ataupun dari postingan instagram informan. Segala bentuk
pengumpulan dokumen disertai dengan izin dari informan.
D. Sumber Data
Penelitian ini melibatkan satu orang informan penelitian yang
merupakan seorang relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
Surabaya. Informan merupakan salah satu orang yang paling lama
bergabung dalam komunitas yaitu sejak awal berdirinya komunitas yang
sampai saat ini telah terhitung 7 tahun, informan juga merupakan salah
seorang yang terbilang paling aktif dalam komunitas yang menyempatkan
untuk berkunjung ke rumah singgah setiap hari, kecuali pada saat bertugas
sebagai relawan di luar rumah singgah. Hal itu membuktikan adanya
komitmen dalam diri informan untuk selalu ikut andil dalam berjalannya
komunitas.
26
langsung oleh informan tanpa melalui perantara (Umar, 2003). Sumber data
primer juga didapatkan dari data berupa audio yang diberikan oleh informan
dalam proses wawancara (Moleong, 2017). Selain itu data juga diperoleh
secara sekunder berupa informasi umum mengenai informan yang diperoleh
dari rekan relawan informan, selain itu ada beberapa informasi yang
diperoleh dari akun instagram informan berupa gambar maupun video
(Sugiyono, 2005).
Subjek dalam penelitian ini adalah relawan yang memenuhi
karakteristik sebagai berikut :
a) Merupakan relawan yang telah bergabung dalam komunitas sejak
awal berdirinya komunitas.
b) Terbilang paling aktif bertugas dan paling banyak melakukan
penanganan pasien yg dibuktikan dengan dokumentasi komunitas
berupa foto saat bertugas dan absen harian relawan.
c) Mengunjungi rumah singgah minimal 4x dalam seminggu, kecuali
saat melakukan tugas relawan.
E. Prosedur Pengumpulan Data
a. Wawancara
Teknik wawancara digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui dorongan subjek dalam melakukan perilaku altruisme,
pandangan mengenai altruisme, cara pandang terhadap orang yang
27
diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur yang dilakukan
dengan menyusun guideline namun pertanyaan wawancara diberikan
secara non-formal dan mengalir mengikuti pembicaraan dengan subjek
(Creswell, 2015).
b. Observasi
Observasi digunakan dalam peneitian ini sebagai data tambahan
untuk memahami lebih lanjut mengenai data yang telah didapatkan dari
proses wawancara. Observasi yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah observasi non-partisipan, dimana peneliti hanya berfungsi untuk
melakukan pengamatan dan tidak terlibat aktif dalam kegiatan yang
dilakukan oleh informan (Moleong, 2017). Obervasi dilakukan dengan
mengamati akun media sosial berupa instagram informan serta akun
twitter Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya karena
keterbatasan kesempatan untuk kegiatan observasi langsung di tempat
kejadian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengungkap
profesi subjek, rentang waktu bergabung sebagai tenaga relawan serta
keaktifan subjek dalam menjalankan kegiatan bersama Rumah Singgah
28
penelitian ini diantaranya KTP atau kartu nama (Creswell, 2015). Selain
itu dokumentasi juga digunakan untuk pengumpulan gambar sebagai
bukti peran aktif informan sebagai relawan Rumah Singgah Sedekah
Rombongan (RSSR) Surabaya, dokumen gambar dalam penelitian ini
banyak diambil dari akun sosial media informan.
F. Analisis Data
Analisis data tentu menjadi sesuatu yang sangat diperlukan dalam
mengungkap hal-hal terkait suatu penelitian, dalam hal ini peneliti
menggunakan beberapa analisis data yang dikemukakan oleh Creswell
(2015) diantaranya :
a. Peneliti mengorganisasi data yang telah diperoleh dengan bentuk teks,
visual maupun audio menjadi satu kesatuan yang kemudian dianalisis
lebih lanjut membentuk suatu konsep.
b. Peneliti melakukan coding dengan mengelompokkan data-data ke
dalam kategori yang lebih spesifik kemudian meninjau kembali data
tersebut untuk kemudian diberi label atau tema tertentu. Hal itu guna
memudahkan peneliti dalam pengelompokkan data.
c. Peneliti memberikan pemaknaan yang lebih luas terhadap suatu data
untuk kemudian mempelajari lebih lanjut.
d. Membuat matriks atau kerangka tertentu tentang fokus penelitian untuk
melihat hubungan ataupun perbandingan suatu kategori. Pada
29
perbandingan motivasi perilaku altruisme pada masing-masing subjek
dengan latar belakang kesibukan yang berbeda serta persamaan antar
subjek sebagai relawan pada Rumah Singgah Sedekah Rombongan
(RSSR).
e. Peneliti menyajikan data yang telah diproses dalam bentuk teks, tabel
ataupun gambar guna menyajikan data penelitian dengan baik dan
mudah dipahami.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Pengecekan keabsahan temuan atau validitas data menurut Creswell
(2015) ada delapan cara, diantaranya adalah; triangulasi, member checking, membuat deskripsi tentang hasil temuan data, mengklarifikasi bias dalam
penelitian, menyajikan informasi yang berbeda pada tema tertentu,
memanfaatkan waktu yang relatif lama untuk melakukan penelitian,
melakukan tanya jawab dengan rekan peneliti, dan mengajak auditor untuk
mereview keseluruhan penelitian. Delapan cara tersebut dapat digunakan
untuk mengetahui validitas atau keabsahan data dalam penelitian. Setiap
cara dipilih berdasarkan yang paling cocok untuk digunakan dalam suatu
penelitian. Pada penelitian ini, triangulasi dipilih sebagai strategi untuk
mengetahui validitas atau keabsahan data.
Triangulasi digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan
pengecekan data yang diperoleh melalui beberapa teknik diantaranya
30
dua teknik yang berbeda itu kemudian dibandingkan untuk saling
melengkapi antar data satu dengan yang lain. Dengan melakukan
triangulasi, mempermudah peneliti untuk memahami serta mengolah data
lebih lanjut sehingga peneliti hanya perlu mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk saling melengkapi menjadi data yang utuh.
Strategi triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
strategi triangulasi metode dan triangulasi sumber. Triangulasi metode
dilakukan dengan melakukan pembandingan data yang tidak diperoleh dari
wawancara sehingga dapat dilengkapi dengan data yang diperoleh dari
dokumentasi. Begitu pula dengan data yang tidak ditemukan dari
dokumentasi dapat dicari dari data wawancara sehingga peneliti dapat
mengumpulkan data secara lengkap untuk mengetahui gambaran motivasi
perilaku altruisme pada informan penelitian (Herdiansyah, 2012). Hal itu
karena data yang tidak muncul dalam proses wawancara seringkali
didapatkan dari dokumentasi yang dikumpulkan oleh peneliti. Begitu pula
dengan banyaknya data wawancara yang tidak ditemukan dalam data
dokumentasi dari informan penelitian. Sehingga data dari kedua metode
tersebut dapat digabungkan sehingga menjadi data yang utuh dan lebih
mudah dipahami.
Triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan
pencocokan data yang diperoleh dari beberapa sumber yaitu data yang
diperoleh dari informan dan data yang diperoleh dari rekan relawan
31
informan dan bersifat pribadi dengan data yang diberikan oleh rekan
relawan informan yang bersifat umum sehingga data yang diperoleh dapat
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Setting Penelitian
Peneliti mulanya datang ke Rumah Singgah Sedekah Rombongan
(RSSR) Surabaya yang berada di daerah Gubeng untuk melakukan survei
secara langsung mengenai keadaan Rumah Singgah Sedekah Rombongan
(RSSR) Surabaya. Dalam kunjungan tersebut, peneliti bertemu dengan
salah satu pengurus Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
Surabaya dan menyampaikan tujuan penelitian dan hal-hal terkait informan
penelitian yang dicari. Peneliti juga meminta nomer pengurus tersebut untuk
berkomunikasi lebih lanjut.
Pengurus Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya
dengan senang hati memberikan nomor telepon dan bersedia mencarikan
informan sesuai dengan kebutuhan peneliti. Namun karena adanya pandemi
yang terjadi, peneliti tidak dapat berkunjung lagi ke Rumah Singgah
Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya karena akses masuk rumah singgah
sangat terbatas. Pengurus Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
Surabaya menyampaikan kepada peneliti untuk tidak melakukan proses
pengumpulan data penelitian di Rumah Singgah Sedekah Rombongan
33
demi mencegah sesuatu yang tidak diinginkan, mengingat banyaknya pasien
yang berada di rumah singgah.
Pengurus Sedekah Rombongan (SR) Surabaya memberikan alternatif
beberapa relawan yang sekiranya tepat menjadi informan penelitian
berdasarkan judul penelitian serta syarat informan yang telah dibuat oleh
peneliti. Setelah memilih satu relawan untuk menjadi informan dan
mendiskusikannya dengan pengurus komunitas, peneliti mencari kontak
informan untuk dapat menghubungi secara langsung. Namun pengurus
Sedekah Rombongan (SR) Surabaya mengatakan bahwa informan telah
bersedia memberikan data yang dibutuhkan namun hanya bisa dihubungi
melalui instagram. Selanjutnya peneliti menghubungi akun instagram
informan, namun karena informan merupakan seorang laki-laki sementara
peneliti seorang perempuan, informan tidak bersedia melakukan telpon
ataupun panggilan video dengan peneliti dan pengumpulan data hanya bisa
dilakukan melalui pesan dan dokumentasi.
Gambaran Umum Informan Penelitian a. Profil Informan
Nama : Kelik Juliantoro
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 34 tahun
34
Informan biasa dipanggil dengan sapaan Mas Kelik.Informan
telah bergabung dalam Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
Surabaya sejak awal berdirinya komunitas dan telah terhitung lebih dari
7 tahun hingga hari ini. Informan berkunjung ke rumah singgah
rata-rata 4-5 hari dalam seminggu bahkan setiap hari. Hal itu membuat
informan terbilang sebagai relawan paling aktif dalam menjalankan
tugas komunitas.
Informan mengenal Rumah Singgah Sedekah Rombongan
(RSSR) Surabaya dari seorang teman hingga akhirnya memutuskan
untuk bergabung sebagai relawan komunitas. Setelah beberapa bulan
bergabung sebagai relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan
(RSSR) Surabaya, informan mulai mengenalkan komunitas tersebut
kepada istrinya. Istri informan mendukung penuh keputusannya untuk
bergabung menjadi relawan Sedekah Rombongan bahkan di tahun
kedua bertugas, istri informan ikut bergabung sebagai relawan Sedekah
Rombongan. Melihat hal itu membuat informan semakin mantap dan
yakin untuk bersungguh-sungguh melakukan kegiatan relawan dan
turut serta ikut membantu banyak pasien dhuafa.
Informan merupakan salah satu lulusan perguruan tinggi swasta
di Surabaya jurusan multimedia. Dengan modal tersebut informan
bergabung menjadi salah satu fotografer sebuah Event Organizer yang
cukup besar di Surabaya. Namun seiring berjalannya waktu, mengingat
35
untuk keluar dari EO dan lebih fokus dalam membantu Rumah Singgah
Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya. Untuk menutupi ekonomi
keluarganya, informan kemudian menerima panggilan fotografer
secara mandiri, meskipun hal itu membuat pemasukannya menjadi
sedikit berkurang ia merasa tidak keberatan dan tetap semangat
membantu pasien dampingan Sedekah Rombongan (SR) Surabaya.
Dalam komunitas Sedekah Rombongan (SR) sendiri, informan
dikenal sebagai pribadi yang cukup taat beribadah dan selalu tenang
dalam menghadapi keadaan yang tidak terduga. Hal itu membuat
informan mendapatkan kepercayaan yang cukup besar dari rekan
sesama relawan untuk mengemban tugas yang cukup berat
dibandingkan tugas relawan yang lain. Informan biasanya bertugas
menemui pasien dampingan dengan penyakit yang terbilang cukup
berat untuk memberikan bantuan berupa dana maupun sembako (dalam
hal ini adalah pasien yang tidak melakukan pengobatan medis melalui
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya).
Informan juga biasa memberikan pertolongan pertama kepada
pasien dampingan dalam keadaan darurat yang masih berada di rumah
dan belum mendapat rujukan. Biasanya pasien memerlukan
pertolongan sehingga tim Sedekah Rombongan (SR) Surabaya datang
dengan membawa ambulance Sedekah Rombongan untuk mengantar
dan memberikan rujukan ke Rumah Sakit yang menjadi rujukan
36
Dedikasi yang tinggi terhadap komunitas tidak serta merta
membuat informan hanya fokus bertugas sebagai relawan namun juga
mampu menjalankan profesinya sebagai fotografer dengan baik.
Informan enggan meninggalkan tugasnya sebagai fotografer untuk
melakukan tugas mendadak dari komunitas. Hal itu dilakukan demi
menjaga amanat yang diemban dari client fotografinya. Namun meskipun begitu, informan tetap ikut memastikan bahwa tugas
komunitas tetap ada yang menjalankan sehingga tidak ada dhuafa sakit
yang terlantar.
Komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas sangat penting
dimiliki oleh setiap relawan karena dengan kondisi kesehatan yang
terbilang cukup buruk pada rata-rata pasien, pasien dapat
membutuhkan bantuan kapanpun secara tiba-tiba sehingga tenaga
relawan harus siaga setiap saat. Dalam menjaga komitmen relawan
untuk terus konsisten memberikan bantuan tenaga tentu membutuhkan
motivasi yang cukup besar. Hal itu bisa dilihat dari Informan yang
bersedia meluangkan waktu untuk memastikan bahwa tugas komunitas
berjalan dengan lancar di tengah kesibukannya, ia juga mengatakan
akan terus membantu komunitas sekuat tenaganya hingga akhir
usianya.
b. Riwayat Kasus Informan
Penetapan relawan sebagai informan penelitian dijelaskan pada bab
37
terbilang paling aktif menjalankan misi Rumah Singgah Sedekah
Rombongan (RSSR) Surabaya. Informan telah bergabung sebagai
relawan Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya sejak awal berdirinya
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya pada 2013, saat
ini telah terhitung tujuh tahun sejak Informan bergabung menjadi
relawan Sedekah Rombongan (SR) Surabaya. Ia juga merupakan salah
satu relawan paling aktif menurut anggota relawan yang lain, informan
selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Rumah Singgah
Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya meskipun sedang tidak ada
kegiatan yang mengharuskannya datang ke rumah singgah.
Jumlah relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
Surabaya yang bergabung sejak awal berdirinya komunitas sebenarnya
cukup banyak, namun seiring berjalannya waktu banyak relawan yang
memutuskan keluar atau tetap bertahan namun tidak lagi aktif
menjalankan kegiatan rumah singgah. Informan merupakan salah satu
dari sedikit relawan yang mampu tetap bertahan membantu pasien
dampingan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya dan
aktif berkontribusi dalam banyak kegiatan rumah singgah setiap
harinya. Hal itu membuatnya dihormati oleh relawan lain yang baru
bergabung dengan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
Surabaya.
Informan biasanya melakukan tugas relawan untuk memberikan
38
merupakan pasien yang tidak melakukan perawatan medis/rumah sakit
atas bantuan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya).
Informan juga biasa menjadi relawan yang menjemput pasien darurat
untuk diantarkan ke Rumah Sakit rujukan Rumah Singgah Sedekah
Rombongan (RSSR) Surabaya untuk mendapatkan penanganan medis.
Jika tidak ada tugas tersebut, informan akan berkunjung ke rumah
singgah sekedar untuk mengunjungi pasien dampingan yang sedang
melakukan rawat jalan di rumah singgah.
Hanya ada dua keadaan yang membuat informen tidak berkunjung
ke rumah singgah, yaitu ketika ia sedang menjalankan tugas relawan di
luar rumah singgah (seperti tersebut diatas) dan ketika melakukan job
fotografi. Hal itu membuat Informan dikenal sebagai relawan paling
aktif di Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya.
Informan memiliki seorang istri yang berprofesi sebagai perawat di
salah satu rumah sakit di Surabaya. Sejak awal, istri Informan
mendukung 100% keputusan informan untuk menjadi relawan, hingga
saat ini istri Informan juga bergabung sebagai relawan Rumah Singgah
Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya yang bertugas sebagai tenaga
perawat dalam komunitas. Informan dan istri menjadi pasangan relawan
yang terbilang paling aktif dan dikenal baik oleh anggota relawan yang
39
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari informan baik berupa data
wawancara maupun dokumentasi, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Deskripsi Temuan Penelitian
a) Data Wawancara
1. Wawancara Informan
Perilaku altruisme pada relawan dalam penelitian ini
berfokus pada motivasi perilaku altruisme. Maka dari data
wawancara yang diperoleh dapat dilihat bahwa informan
memiliki empati yang cukup tinggi, ditunjukkan oleh :
“Saya membayangkan, jika saya yang berada dalam kondisi tersebut, kekurangan materi ditambah dengan sakit. Tentu saya akan sangat senang jika ada orang lain yang peduli. Itu saja.” (Wcr.9)
Adanya perasaan membayangkan jika memiliki nasib
serupa dhuafa sakit, membuat informan yakin bahwa tugas
sebagai relawan merupakan sesuatu yang baik dan akan
membawanya kepada keberkahan. Adanya rasa empati pada
informan juga mendorongnya untuk selalu terlibat aktif dalam
segala kegiatan komunitas, bahkan perasaan empati juga
mendorong informan untuk rela turun tangan membantu korban
bencana alam.
Informan juga memiliki respon sosial yang baik sehingga
merasa memiliki tanggung jawab terhadap nasib dhuafa sakit.
40
seseorang secara personal yang fokus memperhatikan dhuafa
sakit membuat informan meyakinkan dirinya bahwa ini adalah
sesuatu yang memang menjadi tanggung jawabnya.
“Bersedekah ternyata bukan hanya tentang uang. Bisa juga dengan tenaga atau pikiran. (Wcr.4) Apalagi Sedekah Rombongan (SR) Surabaya konsen terhadap dhuafa sakit, menurut saya itu sangat menarik.” (Wcr.5)
“Sementara kita diberi kecukupan materi dan kesehatan, tentu tidak pantas jika kita mengabaikan keberadaan mereka yg serba kekurangan, ditambah kesehatan yang juga bermasalah” (Wcr.6)
Adanya empati dan respon sosial yang baik membuat
informan mudah memberikan bantuan kepada orang lain. Hal
itu membuat informan mampu memperlakukan semua pasien
dampingan komunitas dengan baik tanpa memandang latar
belakang pasien. Selain itu, perasaan puas yang dirasakan
informan setelah membantu orang lain membuatnya selalu
bersemangat dalam menjalankan tugas sebagai relawan dan
membantu para dhuafa sakit sehingga informan menjadikan
kegiatan berkunjung ke rumah singgah sebagai sesuatu yang
selalu dilakukan, hal itu juga ditunjukkan oleh:
“Setiap menjumpai mereka yang kurang mampu dan sakit membuat saya lebih bersyukur tentang nikmat yang Allah SWT berikan.” (Wcr.7)
“Ada suatu kebahagiaan yang saya rasakan dengan membahagiakan orang lain.” (Wcr.14)
41
Perasaan sukarela membuat informan semakin
bersemangat dalam menjalankan tugas komunitas, tidak adanya
imbalan yang diterima dari komunitas membuat informan
semakin menyukai keterlibatannya dalam Rumah Singgah
Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya.
“Justru tidak diberi imbalan ini yang saya suka, berbuat baik tanpa ada batasan imbalan jadi malah tidak ada beban.” (Wcr.26)
“Dulu saya fotografer di salah satu EO yang cukup besar, tapi sejak bergabung Sedekah Rombongan (SR) Surabaya saya berhenti dari EO dan menerima job secara personal saja sehingga tidak terlalu sibuk.” (Wcr.20)
“Iya, ya biar saya bisa lebih banyak waktu buat Sedekah Rombongan (SR) Surabaya.” (Wcr.21)
“Ya disempatkan aja setiap hari untuk berkunjung, untuk mengurus SR.” (Wcr.28)
“Harus diluangkan lah, asal kewajiban (kerja, keluarga) sudah terpenuhi.”(Wcr.29)
Perasaan sukarela dalam memberikan bantuan kepada
orang lain mampu mendorong informan untuk selalu
menyisihkan waktu berkunjung ke rumah singgah 5 hari bahkan
7 hari dalam seminggu. Adanya perasaan tanggung jawab
terhadap nasib pasien dampingan membuat Informan mampu
mengesampingkan egonya demi kepentingan komunitas
sehingga informan terdorong untuk selalu mendampingi
42
informan tidak berat dalam memberikan bantuan, ditunjukkan
oleh :
“Kalo saya sama istri ya selalu merasa cukup aja, lagian rejeki kan sudah diatur.” (Wcr.33)
“Nggak papa punya uang secukupnya asal berkah. Kalau saya sih gitu aja.” (Wcr.34)
Rasa egois yang rendah pada diri informan membuatnya
yakin untuk melepaskan pekerjaannya sehingga dapat
menyisihkan lebih banyak waktu untuk komunitas.
“Bagaimana cara mas menyisihkan waktu untuk Sedekah Rombongan (SR) Surabaya ditengah kesibukan sebagai fotografer? “ (Wcr.17)
“Dulu saya fotografer di salah satu EO yang cukup besar, tapi sejak bergabung Sedekah Rombongan (SR) Surabaya saya berhenti dari EO dan menerima job secara personal saja sehingga tidak terlalu sibuk.” (Wcr.18)
“Apa keputusan itu ada hubungannya dengan Sedekah Rombongan (SR) Surabaya? “ (Wcr.20) “Iya, ya biar saya bisa lebih banyak waktu buat Sedekah Rombongan (SR) Surabaya.”(Wcr.21)
Keegoisan diri yang rendah juga membuat informan
mampu berbagi tugas dengan baik dengan istri ditengah
kesibukan pekerjaan maupun posisinya sebagai relawan.
Pengertian yang diberikan oleh istri dan keluarga membuat
informan termotivasi untuk selalu datang berkunjung ke rumah
singgah untuk sekedar berkunjung ataupun membantu
43
“Ya disempatkan aja setiap hari untuk berkunjung, untuk mengurus SR.”(Wcr.28)
“Saya sudah 7 tahun, dari awal berdirinya Sedekah Rombongan (SR) Surabaya dan saya ini termasuk kurir SR yang paling aktif.” (Wcr.12)
Namun meskipun begitu, informan tidak mengabaikan
kewajibannya sebagai fotografer maupun sebagai kepala
keluarga.
“Apa yang mas lakukan ketika lagi kerja (fotografer) tapi tiba-tiba ada panggilan dari Sedekah Rombongan (SR) Surabaya dan kekurangan kurir untuk bertugas?” (Wcr.35)
“Kalau pas lagi job ya saya tidak bisa tiba-tiba pergi, membatalkan.(Wcr.36) Karena itu kan udah janjian jauh-jauh hari. Saya tidak mau mengecewakan orang.”(Wcr.37)
“Ya paling saya bantu hubungi kurir yang lain, yang sekiranya bisa membantu bisa ikut bertugas.”(Wcr.38)
Adanya pembagian tugas yang baik untuk mengurus
rumah tangga dan komunitas menjadi salah satu motivasi dan
kunci bagi informan dan istri untuk menjaga komitmen sebagai
relawan :
“Kalau saya tidak ada job ya saya bantu ngurusin anak, ngurus kebutuhan rumah. Kalau udah beres baru ke rumah singgah.” (Wcr.40)
“Atau kadang kita ke rumah singgah itu barengan, habis maghrib pas istri udah free, (Wcr.41) jadi sekalian dia bantu cek up harian pasien dampingan.” (Wcr.42)
44
2. Wawancara Significant Other
Wawancara yang dilakukan dengan rekan relawan
informan menunjukkan beberapa data diantaranya bahwa
informan merupakan salah satu relawan paling aktif terlibat
kegiatan komunitas. informan merupakan relawan yang paling
sering berkunjung ke rumah singgah serta paling bersemangat
dalam mengikuti kegiatan komunitas.
“Mas Kelik itu hampir tiap hari lo dek di rumah singgah, ya kadang sebentar kadang lama. Tapi bener-bener hampir setiap hari dateng kesini.” (Wcr.6)
“Kalo Mas Kelik sih hampir semua ya menurut ku, dia juga bantu penyaluran donasi, bantu antar jemput pasien, dan dia juga yang paling sering dikirim ke bencana alam, soalnya emang Mas Kelik selalu menawarkan diri.” (Wcr. 12)
Rentang waktu bergabungnya informan sebagai relawan
yang lebih lama dari relawan lain membuatnya disegani oleh
relawan lain.
“Iya dek, ya bikin sungkan juga soale dia udah senior tapi masih ssemangat buat ngerjain banyak kegiatan. Bahkan kalo pas dia ada kegiatan diuar gitu, suka minta tolong yang lain, di telvon i biar pada ikut kegiatan.” (Wcr. 14) Menurut penuturan rekan relawan informan, keterlibatan
informan dalam setiap kegiatan komunitas didorong oleh
dukungan istri serta keluarga sehingga informan selalu
bersemangat untuk melaksanakn kegiatan komunitas.
“Kurang tau ya dek, tapi istri Mas Kelik itu juga kurir SR. Dan karena sama-sama kurir, jadi Mas Kelik itu semangat bertugas, karena istrinya juga sangat mendukung aktifitasnya.” (Wcr. 9)
45
Dorongan lain yang mempengaruhi keaktifan informan
sebagai relawan adalah adanya rasa tanggung jawab yang ada
pada diri informan sehingga informan selalu ingin memberikan
bantuan kepada dhuafa, terlebih kepada dhuafa sakit.
“Mas Kelik itu kayak merasa bahwa memang kegiatan-kegiatan ini tanggung jawabnya dia, jadi dia nggak mau sampai lepas tangan.” (Wcr. 15)
“Bahkan kalau ada laporan tentang dhuafa sakit yang sekiranya butuh bantuan, itu pasti Mas Kelik yang paling semangat buat dateng dan nyalurkan donasi. Soanya dia itu ada rasa tanggung jawab, jadi kayak semangat banget buat nyari pasien, bantu pasien lebih banyak.” (Wcr.16) Tanggung jawab yang besar pada diri informan untuk
selalu memperhatikan kesejahteraan dhuafa sakit termotivasi dari
sedikitnya komunitas sosial yang fokus terhadap kesejahteraan
dhuafa sakit sehingga informan selalu bersemangat memberikan
bantuan terhadap para pasien dampingan komunitas maupun
dhuafa sakit yang bukan merupakan pasien dampingan
komunitas. Ditunjukkan oleh perkataan significant other :
“Iya dek. Tapi mungkin salah satunya juga karena kan komunitas sosial yang peduli dhuafa sakit kan termasuk jarang ya, atau mungkin malah belum ada, jadi itu sih biasanya yang bikin kurir disini semangat buat memberikan bantuan ke para pasien.” (Wcr.18)
b) Data Observasi
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan melalui akun
46
Rombongan yang dibagikan oleh informan ke media sosial, hal itu
membuktikan bahwa informan masih terlibat aktif sebagai relawan
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya.
Hasil percakapan wawancara yang dilakukan melalui pesan
instagram menunjukkan bahwa informan dengan senang hati
menjawab semua pertanyaan dengan baik dan panjang. Informan
juga membeberkan beberapa informasi mengenai Rumah Singgah
Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya tanpa diminta oleh peneliti.
Hal itu menunjukkan adanya rasa antusias pada informan mengenai
hal-hal terkait Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
Surabaya.
Peneliti juga melakukan observasi melalui akun twitter
informan, dimana pada akun twitter-nya informan lebih banyak
membagikan informasi mengenai kegiatan Rumah Singgah Sedekah
Rombongan (RSSR) Surabaya dan jarang menuliskan hal-hal diluar
komunitas. Hampir setiap hari informan menuliskan kegiatan
komunitas maupun donasi yang sedang dibuka oleh komunitas. Hal
itu menunjukkan antusiasme informan dalam melaksanakan
tugasnya sebagai relawan.
Observasi yang dilakukan pada akun media sosial twitter milik
Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya
menunjukkan keterlibatan informan dalam beberapa kegiatan