• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi altruisme pada relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Motivasi altruisme pada relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan Surabaya"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI PERILAKU ALTRUISME PADA RELAWAN RUMAH SINGGAH SEDEKAH ROMBONGAN (RSSR) SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Psikologi (S.Psi)

Istik Aulia Jauharin J71216110

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2020

(2)

iii

(3)
(4)

v

(5)
(6)

vii

ABSTRAK

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya merupakan sebuah komunitas sosial yang fokus terhadap kesejahteraan dhuafa sakit. Banyaknya tugas dan rumitnya penanganan pasien dampingan komunitas membuat banyak relawan yang tidak mampu menjaga konsistensi keterlibatan dalam komunitas. Namun diluar hal tersebut ada sebagian kecil relawan yang mampu bertahan dari awal berdirinya komunitas dan tetap aktif mengikuti kegiatan komunitas hingga hari ini. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui motivasi altruisme pada relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini melibatkan satu orang relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya yang merupakan salah satu relawan paling lama dan paling aktif dalam menjalankan tugas komunitas hingga hari ini. Hasil penelitian ini mengungkapkan 3 motivasi mendasar dari relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya yaitu adanya rasa tanggung jawab sosial (social responsibility), adanya kepuasan setelah melakukan kebaikan (distress-inner reward) dan sedikitnya perhatian kepada dhuafa miskin dari komunitas maupun orang lain secara personal.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...iv

HALAMAN PENGESAHAN ...v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5 C. Keaslian Penelitian ... 5 D. Tujuan Penelitian ... 8 E. Manfaat Penelitian ... 8 F. Sistematika Pembahasan ... 9 BAB II ... 12 KAJIAN PUSTAKA ... 12 A. Altruisme ... 12 a. Pengertian Altruisme ... 12 B. Motivasi Altruisme ... 14 C. Relawan ... 16 a. Pengertian Relawan ... 16 b. Ciri-Ciri Relawan ... 17

D. Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) ... 18

E. Perspektif Teoritik ... 20

BAB III ... 24

METODE PENELITIAN ... 24

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 24

B. Kehadiran Peneliti ... 24

C. Lokasi Penelitian ... 25

D. Sumber Data ... 25

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 26

(8)

ix

G. Pengecekan Keabsahan Temuan ...29

BAB IV ... 32

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Setting Penelitian ... 32

a. Profil Informan ... 33

b. Riwayat Kasus Informan ... 36

B. Hasil Penelitian ... 39

1. Deskripsi Temuan Penelitian ... 39

2. Hasil Analisis Data ... 50

C. Pembahasan ... 54 BAB V ... 60 PENUTUP ... 60 A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA ... 62

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya pertama kali

didirikan di Jln. Kalidami 1 no.18 Surabaya sebagai tempat singgah pasien

selama menjalani pengobatan di rumah sakit rujukan RSSR. Pada 2018,

tempat singgah pasien dampingan Rumah Singgah Sedekah Rombongan

(RSSR) Surabaya dipindahkan ke Jl. Lap. Dharmawangsa No. 74A,

Gubeng, Surabaya. Kepindahan lokasi singgah pasien tersebut dikarenakan

perimbangan jarak tempat singgah awal yang dirasa terlalu jauh dengan

rumah sakit rujukan RSSR Surabaya yaitu Rumah Sakit dr.Soetomo

Surabaya.

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya didirikan

pada 2013 sebagai upaya meringankan beban pasien dhuafa yang ada di

daerah Surabaya dan sekitarnya. Seiring berjalannya waktu, saat ini Rumah

Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya telah memiliki lebih dari

50 relawan (https://sedekahrombongan.com, 2019). Relawan Rumah

Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya memiliki tanggung jawab

yang cukup berat untuk memberikan pendampingan kepada pasien

dampingan RSSR yang merupakan pasien dengan penyakit yang cukup

(10)

2

Pasien dampingan RSSR umumnya memiliki penyakit berat seperti

kanker, tumor, hingga pasien yang disarankan untuk amputasi namun tidak

memiliki biaya yang cukup untuk proses operasinya. Selain itu, relawan

RSSR juga bertugas menjemput dan mengantar pasien dari rumah maupun

dari tempat singgah untuk dibawa ke rumah sakit dalam kondisi darurat

(Tembus Langit edisi.7). Hal itu tentu berbeda dengan tugas relawan pada

komunitas lain yang hanya melaksanakan tugasnya di waktu tertentu.

Relawan Sedekah Rombongan (SR) harus selalu bergantian berjaga di

rumah singgah untuk menemani para pasien dampingan.

Tanggung jawab yang cukup berat yang harus diemban oleh relawan

sedekah Rombongan (SR) membuat beberapa relawan Rumah Singgah

Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya kurang aktif dalam mengikuti

kegiatan pendampingan. Namun meskipun begitu, ada beberapa relawan

yang mengikuti perkembangan Rumah Singgah Sedekah Rombongan

(RSSR) Surabaya dari awal berdiri hingga kini dan selalu aktif menjalankan

kegiatan RSSR. Para relawan yang mampu bertahan lebih dari 7 tahun itu

mengaku mendapatkan kepuasan tersendiri setiap selesai melakukan tugas.

Perasaan puas telah melakukan kebaikan tanpa imbalan merupakan salah

satu wujud perilaku altruisme pada relawan. Dimana altruisme merupakan

suatu perilaku menolong tanpa mengharapkan imbalan(Taufik, 2012).

Perilaku altruisme dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari

perilaku menolong kepada orang yang tidak dikenal. Hal itu membuktikan

(11)

3

menolong tersebut (Taufik, 2012). Perilaku altruisme juga dapat dilihat dari

seseorang yang tetap memberikan bantuan meskipun hal tersebut

menyulitkan.

Perilaku altruisme tentu identik dengan para relawan, dimana relawan

melakukan tugas sosial untuk membantu kesejahteraan orang lain tanpa

mendapatkan imbalan atau upah apapun. Keinginan menjadi relawan tanpa

upah menunjukkan ketulusan niat dan kesukarelaan. Relawan juga dengan

senang hati membantu para dhuafa meskipun tidak mengenal secara

personal. Para relawan bahkan menyisihkan sebagian waktu dan tenaga

demi menjalankan tugas sosial tersebut. Perilaku altruisme juga dapat

dilihat dari kesediaan relawan dalam membantu kaum rentan yang tidak

dikenal, relawan juga senantiasa memberikan bantuan kepada para dhuafa

sakit yang berada di daerah pedalaman (Tembus Langit, edisi 12).

Motivasi perilaku altruisme dapat dilihat dari konsistensi relawan

dalam menjalankan tugas sosial, adanya perasaan bertanggung jawab atas

kaum dhuafa, serta kesukarelaan dalam menjalankan tugas relawan dengan

menyisihkan waktu dan tenaga demi kesejahteraan orang lain.

Informan dalam penelitian ini merupakan seorang relawan yang telah

bergabung sejak awal berdirinya Sedekah Rombongan (SR) di Surabaya.

Hal itu membuatnya menjadi salah satu relawan paling lama yang bertugas

dalam Rumah Singgah Sedekah Rombongan ( RSSR) Surabaya. Dari 8

(12)

4

merupakan relawan yang hingga hari ini terbilang paling aktif dan paling

rajin berkunjung ke rumah singgah.

Keaktifan informan dalam menjalankan tugas sosial dapat dilihat dari

buku absen kunjungan relawan. Dalam satu minggu, rata-rata informan

berkunjung ke rumah singgah adalah 4-7 kali. Hal itu tentu berbeda dengan

relawan lain yang hanya berkunjung ketika mendapatkan tugas jaga atau

ketika ada kegiatan di rumah singgah.

Pengalaman informan selama 7 tahun bertugas sebagai relawan dapat

dilihat sebagai bentuk kesukarelaan dan perwujudan komitmen yang baik.

Kesukarelaan tentu erat kaitannya dengan perilaku altruisme, dimana dasar

pemberian pertolongan dalam perilaku altruisme merupakan kesukarelaan

dan tanpa mengharapkan imbalan (Taufik, 2012).

Konsistensi dan keaktifan sebagai tenaga relawan pada komunitas

sosial yang bahkan dapat dijaga lebih dari 7 tahun tentu merupakan sesuatu

yang tidak mudah dan banyak orang yang gagal melakukannya. Hal itu

membuat peneliti ingin mendalami hal apa saja yang mendorong atau

memberikan motivasi terhadap informan sehingga mampu menjaga

konsistensi dalam berperilaku altruisme dengan selalu aktif melakukan

kegiatan komunitas lebih dari 7 tahun.

Motivasi altruisme pada penelitian ini merupakan sesuatu yang

mendorong relawan untuk berperilaku altruisme dengan melakukan tugas

komunitas untuk membantu pasien dhuafa dengan sukarela tanpa

(13)

5

Penelitian ini dilakukan guna memberikan pengetahuan mengenai

motivasi altruisme kepada para relawan komunitas sosial, khususnya

relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan. Mengingat semakin

berkurangnya persentase pertumbuhan relawan dari tahun ke tahun

(www.sedekahrombongan.com, 2019), sehingga relawan dapat menjadikan

penelitian ini sebagai acuan untuk terus menjaga komitmen dalam

menjalankan tugas komunitas.

B. Fokus Penelitian

Apa saja motivasi altruisme pada relawan Rumah Singgah Sedekah

Rombongan (RSSR) Surabaya?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian terdahulu yang mengangkat tema altruisme diantaranya

adalah yang dilakukan oleh Botty (2016) yang membuktikan adanya

pengaruh kecerdasan emosi terhadap altruisme dengan sumbangsih sebesar

37,4%. Begitu pula dengan faktor efikasi diri, dimana faktor tersebut

memberikan sumbangan efektif terhadap perilaku altruisme sebesar 47,7%

(Frieda, 2018). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ni’mah (2017) membuktikan adanya pengaruh empati terhadap perilaku altruisme,

pengaruh tersebut bersifat positif dengan sumbangan sebesar 66, 4%.

Sementara penelitian Mugiarso (2018) menyebutkan adanya pengaruh

kegiatan konseling kelompok terhadap peningkatan perilaku altruisme pada

(14)

6

tanggung jawab sosial, sementara indikator dengan peningkatan terendah

adalah adanya keinginan untuk memberi.

Sulawati (2017), dalam penelitiannya menyebutkan adanya perbedaan

tingkat perilaku altruisme ditinjau dari EQ dan SQ. Dalam penelitian

tersebut dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat EQ dan SQ seseorang

maka semakin tinggi pula tingkat perilaku altruisme. Adapun perbedaan

jenis kelamin juga mampu mempengaruhi perilaku altruisme pada

seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Harjo (2018) menunjukkan

bahwa perilaku altruisme pada perempuan berada di titik 2,14 sementara

perilaku altruisme pada laki-laki berada di titik 1,59. Hal tersebut

berdasarkan pengujian hipotesis dengan model rasch pada aplikasi winstep.

Pada penelitian Nurhidayati (2012), munculnya perilaku altruisme

dipengaruhi oleh perasaan empati pada seseorang. Dalam hal ini, empati

diartikan sebagai pemahaman terhadap perasaan orang lain serta

menempatkan sudut pandang sebagai orang lain dengan maksud membantu

kesejahteraan orang yang bersangkutan. Adanya perasaan ingin membantu

kesejahteraan orang lain inilah yang menjadi sumber munculnya perilaku

altruisme. Perilaku altruisme pada remaja juga dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan keluarga, pembiasaan yang dilakukan oleh keluarga dalam hal

kebaikan mampu mempengaruhi munculnya perilaku altruisme pada

remaja. Sementara status sosial keluarga secara objektif tidak

mempengaruhi perilaku altruisme, namun status sosial secara subjektif

(15)

7

pandang seseorang terhadap tingkat kesejahteraan keluarganya

(Nursetiawati, 2019)

Penelitian yang dilakukan oleh Asmarany (2015) dengan metode

kualitatif pada wanita berusia 48 tahun yang mengajar anak jalanan dan

berkebutuhan khusus menyebutkan bahwa subjek melakukan kegiatan

mengajar dengan dasar kebersyukuran serta pengaplkasian terhadap ajaran

agama sehingga memunculkan berkah bagi dirinya sendiri. Selain berbagi

kebaikan dengan anak-anak, subjek juga melakukan kebaikan serta bekerja

sama dengan sesama relawan guru. Sementara relawan guru yang lain dalam

penelitian Erlyani (2017) yang merupakan seorang laki-laki berusia 23

tahun membuktikan adanya gambaran perilaku altruisme pada subjek yang

ditandai oleh munculnya kelima aspek altruisme diantaranya empati,

tanggung jawab sosial, meyakini keadilan dunia, kontrol diri internal serta

ego diri yang rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Gailliot (2006) menunjukkan bahwa

beberapa hal yang menjadi motivasi perilaku altruisme ppada subjek adalah

perasaan empati dan adanya hubungan kekerabatan yang erat. Dimana

dalam penelitian itu, subjek akan lebih mudah memberikan bantuan kepada

seseorang yang memiliki hubungan keluarga yang erat dibandingkan

dengan orang lain yang bukan merupakan keluarga.

Perbedaan metode serta subjek dan lokasi penelitian pada penelitian

ini menjadikan adanya perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

(16)

8

penelitian ini yang merupakan penelitian dengan metode kualitatif menjadi

berbeda. Selain itu subjek yang merupakan relawan Rumah Singgah

Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya membedakan penelitian ini dengan

subjek pada penelitian yang lain. Penelitian ini juga terfokus pada motivasi

perilaku altruisme pada subjek. Sementara pada penelitian sebelumnya lebih

terfokus terhadap faktor altruisme ataupun munculnya aspek altruisme pada

subjek.

D. Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan apa saja motivasi perilaku altruisme pada relawan

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah

terhadap keilmuan psikologi, khususnya dalam bidang psikologi sosial.

2. Manfaat Praktis

Bagi para relawan komunitas sosial, menambah pengetahuan

mengenai hal-hal yang mampu menjadi motivasi dalam berperilaku

altruisme. Sehingga para relawan diharapkan selalu menjaga hal

tersebut untuk konsistensi dalam melakukan kebaikan dan membantu

(17)

9

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika dalam skripsi ini disusun berdasarkan pada panduan

skripsi Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya 2018.

Dimana susunan skripsi ini diawali dengan kata pengantar, halaman

pengesahan, halaman persembahan, serta abstrak dan dilanjutkan dengan

lima bab yang menjadi inti dari naskah skripsi ini, dimana setiap bab

membahas kajian yang berbeda sebagaimana susunan skripsi pada

umumnya.

Bab I dalam skripsi ini terdiri dari 6 sub bahasan diantaranya adalah

latar belakang, dimana sub bahasan ini membahas hal-hal yang mendasari

peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan

yang dibahas dalam skripsi. Selanjutnya adalah fokus penelitian yang

memuat rincian pertanyaan mengenai pokok bahasan yang akan diungkap

dalam penelitian. Pertanyaan dalam sub bab ini merupakan hal pokok yang

akan diajukan kepada informan untuk menggali data lebih lanjut. Sub

pembahasan ketiga merupakan keaslian penelitian, dimana dalam sub

pembahasan ini peneliti mencantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

sesuai dengan penelitian ini dan membahas kesimpulan dan kaitannya

dengan penelitian ini. Hal itu sebagai upaya menggambarkan posisi

penelitian dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Selanjutnya adalah

tujuan penelitian yang menyatakan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian. Manfaat penelitian berisi mengenai hal-hal yang diharapkan

(18)

10

pembahasan terakhir membahas sistematika penulisan skripsi yang dalam

hal ini mengacu pada panduan yang telah ditetapkan oleh fakultas.

Kajian pustaka dibahas dalam bab 2 yang berisi teori-teori, hasil

penelitian maupun pendapat yang relevan dengan penelitian ini, dalam hal

ini adalah altruisme, relawan dan juga hal-hal mengenai Rumah Singgah

Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya. Selanjutnya terdapat perspektif

teoritis yang mencantumkan teori yang telah dibahas sebelumnya dan

digunakan untuk memberikan suatu pemahaman bahwa topik dan judul

skripsi yang diambil secara data maupun teori telah relevan.

Bab 3 membahas mengenai metode dan langkah penelitian secara

operasional, terdiri dari 7 sub pembahasan diantaranya pendekatan dan jenis

penelitian, dimana penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan jenis studi kasus. Selanjutnya kehadiran peneliti dicantumkan guna

menjelaskan posisi peneliti dalam proses pencarian dan pengumpulan data

penelitian. Lokasi penelitian memberitahukan karakteristik lokasi

pengumpulan data dan mencantumkan alasan mengapa lokasi tersebut

dipilih. Selanjutnya sub bahasan mengenai sumber data menguraikan jenis

data, sumber data serta teknik penjaringan data. Yaitu mengenai data apa

saja yang dikumpulkan, siapa saja yang terlibat dalam pengumpulan data

serta siapa informan dalam penelitian dan alasan apa yang membuatnya

dipilih sebagai informan penelitian.

Prosedur pengumpulan data menjelaskan cara yang dipakai dalam

(19)

11

Selanjutnya analisis data menguraikan proses pelacakan transkip

wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain untuk diproses dan

disajikan dengan lebih menarik sebagai naskah skripsi. Sub bahasan terakhir

mengenai pengecekan keabsahan temuan menggambarkan bagaimana

peneliti memperoleh keabsahan dari data yang telah diperoleh sehingga data

tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Hasil temuan data dibahas lebih lanjut pada bab 4 dengan

menguraikan setting penelitian secara riil serta membahas seluruh data yang

diperoleh dalam penelitian dan dihubungkan dengan teori-teori yang telah

dibahas sebelumnya kemudian diuraikan. Penguraian ini untuk menjelaskan

hubungan teori dengan data yang telah diberikan oleh informan penelitian.

Pada bab 5 terdiri dari 2 sub bahasan mengenai kesimpulan saran.

Kesimpulan merupakan jawaban dari temuan penelitian berdasarkan fokus

penelitian ini. Sementara saran diajukan untuk perbaikan penelitian maupun

penelitian lain setelahnya dengan kajian yang sama yaitu seputar motivasi

altruisme pada relawan.

Setelah penutup disusul oleh daftar pustaka yang berisi

literatur-literatur yang menjadi acuan sebagai referensi penelitian, baik literatur-literatur

berupa jurnal, buku, koran, serta dokumen publikasi online. Kemudian

naskah skripsi ditutup dengan lampiran-lampiran yang berisi informed concent, surat izin penelitian, transkip wawancara serta dokumen-dokumen.

(20)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Altruisme a. Pengertian Altruisme

Perilaku altruisme merupakan perilaku menolong dengan

tulus, murni dan tanpa mengharap balasan dari orang lain ataupun

mengambil manfaat untuk dirinya sendiri (Taufik, 2012). Altruisme

dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok dengan memberikan

pertolongan secara sukarela kepada orang lain tanpa adanya perasaan

ingin mendapatkan imbalan kecuali perasaan telah melakukan

kebaikan (Myers, 2012). Secara umum altruisme dapat dipahami

sebagai perilaku menolong tanpa pamrih dan hanya bertujuan untuk

berbuat kebaikan (Taylor, 2012).

Borrong (2006) memberikan definisi altruisme sebagai suatu

kewajiban kepada orang lain. Yaitu tindakan kasih sayang dan

memperlakukan orang lain dengan baik demi kebaikan orang tersebut

serta tanpa disertai perasaan ingin menerima balasan dan tanpa adanya

suatu kepentingan bagi dirinya, dimana dalam bahasa Yunani hal

tersebut diartikan sebagai agape. Perilaku altruisme merefleksikan kepada seseorang untuk tidak mementingkan diri sendiri dan

(21)

13

Santrock (2003) mendefinisikan altruisme sebagai minat

dalam membantu orang lain dengan mengesampingkan kepentingan

pribadi. Altruisme dinilai sebagai tindakan cinta kasih kepada sesama

manusia, dengan mengutamakan orang lain dan tidak mementingkan

diri sendiri dalam segala hal.

Dari beberapa definisi tersebut, altruisme dapat dipahami

sebagai perilaku menolong orang lain dengan tulus demi kebaikan dan

kesejahteraan orang yang ditolong dan tanpa adanya perasaan

mengharapkan imbalan atas pertolongan yang ia berikan.

Myers (2012) menjelaskan karakteristik perilaku altruisme

diantaranya :

1) Emphaty, dalam melakukan tindakan altruistik selalu melibatkan empati pada diri seseorang.

2) Belief an a just world, dimana seseorang percaya bahwa setiap perilaku yang dilakukan akan mendapatkan balasan yang sesuai.

3) Social responsibility, yaitu merasa bertanggung jawab atas apapun yang terjadi kepada orang lain karena adanya kepedulian

sosial.

4) Internal locus of control, melakukan sesuatu berdasarkan adanya motivasi dari kontrol diri yang baik.

5) Low egocentrism, rendahnya perasaan egois dalam diri seseorang sehingga selalu mampu untuk selalu mementingkan orang lain

(22)

14

B. Motivasi Altruisme

Motivasi diartikan sebagai keadaan diri yang mendorong keinginan

pada individu untuk melakukan kegiatan atau perilaku tertentu (Handoko,

2001). Motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang atau

kelompok untuk mengerahkan tenaga dan kemampuannya untuk melakukan

suatu kegiatan atau tindakan (Siagian, 2003). Motivasi merupakan faktor

dominan yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang karena dengan

adanya motivasi maka segala pekerjaan yang dilakukan akan menghasilkan

kepuasan dalam diri seseorang (Ratnawati, 2004).

Motivasi altruisme merupakan suatu hasrat atau keinginan dalam diri

seseorang untuk melakukan suatu kebaikan guna memberikan manfaat bagi

orang lain secara sukarela (Grant, 2008). Altruisme diartikan sebagai hasrat

untuk menolong orang lain dengan mengesampingkan diri sendiri, maka

motivasi altruisme diartikan sebagai hal-hal yang mendasari seseorang

untuk memberikan suatu pertolongan (Baron, 2006).

Dari beberapa pengertian tersebut, motivasi altruisme dapat

diartikan sebagai suatu keinginan yang mendorong seseorang untuk

melakukan tindakan altruisme atau tindakan menolong tanpa pamrih guna

memberikan manfaat bagi orang lain. Menurut Myers (2012) ada beberapa

hal yang mampu merangsang seseorang untuk lebih mudah melakukan

tindakan altruisme, diantaranya :

1. Social Responcibility, seseorang merasa memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi kepada orang lain.

(23)

15

2. Distress-Inner Reward, kepuasan yang ada didalam diri seseorang tanpa dipengaruhi faktor eksternal.

3. Kin Selection, merasa pernah mengalami nasib atau kesulitan serupa.

Sementara menurut Taylor (2009), altruisme hanya akan terjadi

ketika kita memberikan bantuan tanpa pamrih. Motivasi altruisme sendiri

ada dua, yaitu personal distress dan empati. Personal distress merupakan reaksi emosional ang dirasakan seseorang ketika melihat penderitaan orang

lain. Personal distress dapat berupa perasaan terkejut, ngeri, waspada,

prihatin, atau tidak berdaya. Kesedihan personal terjadi ketika seeorang

yang menyaksikan suatu kejadian tenggelam dalam reaksi emosionalnya.

Sementara empati merupakan perasaan simpati dan perhatian kepada

orang lain, khususnya pada orang yang menderita. Empati terjadi ketika

pengamat fokus terhadap kebutuhan dan emosi dari korban. Dalam hal ini,

personal ditress menyebabkan seseorang merasa cemas dan prihatin sementara empati menyebabkan seseorang merasakan simpati dan kasih

sayang.

Penelitian yang dilakukan oleh Gailliot (2006) menunjukkan bahwa

beberapa hal yang menjadi motivasi perilaku altruisme ppada subjek adalah

perasaan empati dan adanya hubungan kekerabatan yang erat. Dimana

dalam penelitian itu, subjek akan lebih mudah memberikan bantuan kepada

seseorang yang memiliki hubungan keluarga yang erat dibandingkan

(24)

16

Motivasi altruisme berdasarkan penjelasan tersebut dapat diartikan

sebagai suatu keinginan yang mendorong seseorang untuk melakukan

tindakan altruisme dengan menolong orang lain. Dimana motivasi tersebut

dapat berbeda pada setiap orang, misalnya adanya perasaan empati, adanya

social responsibility atau tanggungjawab sosial, kin selection, distress-inner reward atau adanya hubungan yang erat dengan seseorang yang berada dalam kesulitan.

C. Relawan

a. Pengertian Relawan

Relawan adalah orang-orang yang memiliki hati yang tulus dan

luar biasa dalam menolong orang lain, meskipun dalam beberapa

kesempatan, nyawa menjadi taruhan terhadap perilaku menolong yang

mereka berikan. Relawan dikenal sebagai sosok yang tidak kenal lelah

dan tanpa pamrih serta memberikan bantuan tanpa melihat resiko yang

harus dihadapi (Alwi, 2007).

Relawan ialah orang yang bekerja tanpa dibayar dan tanpa

mendapat imbalan apapun. Relawan menyisihkan waktunya demi

kebaikan kelompok dengan tanggung jawab yang besar. Relawan tidak

mendapatkan latihan khusus dalam memberikan pertolongan, namun

ada pula relawan yang dilatih dalam bidang tertentu untuk memberikan

bantuan secara sukarela di dalam bidang tersebut untuk membantu

(25)

17

Asmarany (2015) yang mengatakan bahwa relawan merupakan orang

yang rela menyediakan waktunya tanpa dibayar demi mencapai tujuan

organisasi maupun kelompok serta memiliki rasa tanggung jawab yang

besar tanpa mengharapkan imbalan.

Sementara menurut Schoender (Fransisca, 2012) relawan adalah

seseorang yang dengan sukarela menyumbangkan tenaga, jasa,

kemampuan, maupun waktu tanpa mengharapkan upah secara finansial

dan tanpa mengharapkan keuntungan materi dari organisasi maupun

dari orang yang diberi pertolongan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat dipahami bahwa

relawan adalah orang yang menyediakan waktu, tenaga maupun jasa

untuk membantu orang lain dengan tujuan kesejahteraan bagi orang

yang mendapat pertolongan tanpa mengharapkan imbalan finansial

baik secara langsung maupun di waktu mendatang.

b. Ciri-Ciri Relawan

Menurut Omoto dan Snyder (1995), ciri-ciri dari relawan

yaitu:

1) Selalu mencari celah untuk memberikan bantuan, dalam proses

pemberian bantuan ini biasanya membutuhkan waktu yang

relatif lama serta membutuhkan keterlibatan fisik yang cukup

(26)

18

2) Mampu berkomitmen dengan menyediakan waktu yang relatif

lama untuk menyelesaikan suatu tujuan.

3) Memerlukan personal cost yang tinggi (waktu, tenaga, uang dan

sebagainya).

4) Bantuan biasanya diberikan kepada orang yang tidak dikenal

sebelumnya.

5) Bantuan yang diberikan bukan karena merupakan suatu

kewajiban melainkan karena adanya rasa kasih sayang terhadap

sesama manusia.

D. Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) merupakan salah satu

komunitas sosial yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan fokus

terhadap kesejahteraan dhuafa sakit. Dhuafa sakit dalam hal ini merupakan

kaum dhuafa yang mengidap suatu penyakit dan tidak mampu melakukan

pengobatan karena adanya keterbatasan biaya (Tembus Langit, 2015)

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) awalnya didirikan di

Kota Jogjakarta pada tahun 2011. Melihat progress komunitas yang baik dan

mampu memberikan banyak manfaat, Rumah Singgah Sedekah Rombongan

(RSSR) akhirnya menyebar ke banyak daerah salah satunya Surabaya.

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya sendiri berdiri pada

tahun 2013 dengan menyewa salah satu rumah di jalan Jln. Kalidami 1 no.18

(27)

19

Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

(https://sedekahrombongansurabaya.com,2017).

Pada awal berdirinya, Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

ditujukan untuk kegiatan penyantunan balita terlantar serta membantu

penyelenggaraan pengangkatan anak berdasarkan penetapan aturan

pemerintah. Namun seiring berjalannya waktu, RSSR melakukan lebih

banyak kegiatan sosial termasuk perawatan bagi pasien kurang mampu.

Pasien kurang mampu dalam hal ini adalah pasien dengan penyakit tertentu

yang memiliki kendala finansial maupun tenaga dalam pengobatannya.

Sampai saat ini, RSSR telah menaungi 15.516 pasien dampingan yang

tersebar di berbagai kota.

Pasien dampingan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

biasanya tinggal di rumah yang telah disediakan sebagai tempat singgah

yang berada di kota tersebut. Rumah tersebut umumnya berada dekat

dengan beberapa rumah sakit sehingga memudahkan pasien dalam

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pengobatan. Para relawan

umumnya mengunjungi rumah singgah setiap harinya untuk membantu

kebutuhan pasien dampingan baik berupa membuat makanan, terapi fisik

sederhana ataupun kegiatan yang lain.

Selain mendapatkan bantuan berupa pengobatan rumah sakit secara

gratis dan tenaga bantuan relawan, pasien dampingan juga mendapat kan

(28)

20

Setiap pasien dampingan biasanya diperbolehkan untuk didampingi satu

orang keluarga dengan tujuan perawatan yang lebih intensif pada pasien.

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) juga menyediakan

ambulan sebagai kendaraan antar jemput pasien dampingan. Hingga saat ini,

RSSR telah memiliki lebih dari 34 ambulan yang siap menjemput pasien

dampingan maupun masyarakat umum yang membutuhkan bantuan secara

cepat. Segala hal terkait berjalannya program Rumah Singgah Sedekah

Rombongan (RSSR) dilakukan oleh para relawan, dalam hal ini relawan

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) biasa disebut dengan istilah

“kurir”.

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) telah tersebar di

berbagai kota besar di Indonesia sehingga memiliki lebih dari 500 kurir

sebagai tenaga relawan dalam menjalankan segala kegiatan rumah singgah.

Di Surabaya sendiri, Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

memiliki banyak kurir dan telah membentuk struktur sehingga segala

kegiatan dapat berjalan dengan baik. Kurir yang tergabung dalam RSSR

biasanya dengan senang hati berkunjung ke rumah singgah untuk membantu

pasien dampingan dalam melakukan aktivitas seperti membuat makanan,

minum obat serta aktivitas lain demi kesembuhan pasien dampingan.

E. Perspektif Teoritik

Myers (2012) mendefinisikan altruisme sebagai tindakan sukarela

yang ditunjukkan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan

(29)

21

perasaan telah melakukan kebaikan. Menurut Myers (2012), perilaku

altruisme dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, dalam hal ini

kelompok dapat berupa kelompok sosial non-formal maupun organisasi.

Pada suatu organisasi sosial umumnya perilaku altruisme diberikan melalui

tenaga relawan yang dalam hal ini memberikan bantuan fisik, tenaga,

pikiran maupun finansial tanpa mendapatkan upah apapun. Untuk menjadi

tenaga relawan, seseorang membutuhkan komitmen dan tanggung jawab

yang besar demi kebaikan organisasi maupun orang yang menerima bantuan

(Slamet, 2012). Sehingga relawan membutuhkan motivasi yang kuat untuk

selalu konsisten dalam menjalani tugasnya.

Perilaku menolong pada seseorang dengan altruisme tidak dengan

melihat latar belakang orang yang diberi pertolongan, namun ada beberapa

hal yang dapat mendorong munculnya perilaku altruisme menjadi lebih kuat

diantaranya empati, faktor personal maupun emosional, nilai agama dan

moral, norma tanggung jawab sosial, suasana hati yang baik ataupun norma

timbal balik. Namun meskipun begitu ada banyak hal lain yang mampu

memotivasi seseorang untuk mendorong munculnya perilaku altruisme,

dimana motivasi tersebut dapat berbeda antar orang dengan yang lain.

Motivasi altruisme tentu sangat penting ada pada diri relawan, karena

motivasi tersebut akan mampu membuat relawan lebih rajin dalam

melaksanakan tugas komunitas. Selain itu, motivasi altruisme juga dapat

(30)

22

relawan, dimana seorang relawan harus rela menghabiskan waktu dan

tenaganya demi orang lain tanpa mendapatkan imbalan.

Penelitian ini akan dilakukan pada relawan Rumah Singgah Sedekah

Rombongan (RSSR). Para relawan RSSR adalah orang yang bersedia

dengan senang hati ikut membantu perawatan pasien dampingan RSSR

dengan baik. Relawan ialah orang yang bekerja tanpa dibayar dan tanpa

mendapat imbalan apapun. Relawan menyisihkan waktunya demi kebaikan

kelompok dengan tanggung jawab yang besar. Relawan tidak mendapatkan

latihan khusus dalam memberikan pertolongan, namun ada pula relawan

yang dilatih dalam bidang tertentu untuk memberikan bantuan secara

sukarela di dalam bidang tersebut untuk membantu tenaga profesional

(Slamet, 2012).

Perilaku altruisme dapat dilakukan secara individu maupun kelompok

dengan perasaan tanggung jawab pada masing-masing orang. Perilaku

altruisme secara kelompok biasanya dilakukan oleh organisasi atau

komunitas. Dalam hal ini, motivasi altruisme di gali melalui relawan

komunitas yang melakukan tindakan altruisme secara kelompok. Informan

merupakan seseorang yang memberikan bantuan tenaga serta materi kepada

pasien dhuafa yang dilakukan secara kelompok melalui komunitas Sedekah

Rombongan (SR) Surabaya.

Motivasi altruisme pada penelitian ini adalah sesuatu yang mendasari

seseorang untuk melakukan tindakan altruisme atau memberikan bantuan

(31)

23

apapun. Motivasi altruisme juga dapat dipahami sebagai suatu keinginan

yang mendorong seeorang untuk melakukan tindakan menolong (Grant,

2008). Perilaku menolong dapat dikatakan sebagai tindakan altruisme ketika

didasari oleh motivasi yang kuat sehingga perilaku menolong tersebut dapat

dilihat sebagai tindakan menolong tanpa pamrih (Taylor, 2009).

Motivasi altruisme menurut Myers (2012) diantaranya : Social Responcibility, seseorang merasa memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi kepada orang lain. Hal itu dapat dilihat dari komitmen dan keaktifan

relawan dalam melakukan tugas komunitas sebagai wujud membantu

kesejahteraan dhuafa sakit.

Motivasi kedua yang mendasari munculnya perilaku altruisme

menurut Myers adalah Distress-Inner Reward, kepuasan yang ada didalam diri seseorang setelah melakukan kebaikan tanpa dipengaruhi faktor

eksternal. Dan motivasi yang ketiga adalah Kin Selection, yaitu merasa pernah mengalami kesulitan yang serupa. Dalam penelitian ini, Kin selection adalah perasaan bahwa relawan pernah merasakan kesulitan ekonomi atau mengidap penyakit dan tidak mampu berobat karena

(32)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi kasus dengan tujuan memahami pengalaman seseorang

atau sekelompok orang yang berbeda dan tidak dialami oleh orang lain,

pengalaman tersebut bersifat unik dan berbeda dengan siapapun (Creswell,

2015). Pendekatan studi kasus digunakan dalam penelitian untuk mengkaji

pengalaman subjek sehingga peneliti dapat memaparkan hasil pengkajian

dari kasus tersebut.

B. Kehadiran Peneliti

Penelitian dengan metode kualitatif ini perlu melibatkan peneliti

secara penuh sebagai partisipan. Peneliti terlibat aktif dalam pengumpulan

data wawancara maupun dokumentasi. Dalam hal ini informan mengetahui

kehadiran peneliti sebagai seorang peneliti dan juga sebagai interviewer

dalam proses wawancara pengumpulan data. Peneliti juga mengumpulkan

dokumentasi berupa bukti percakapan elektronik dengan informan karena

(33)

25

juga mengumpulkan dokumentasi berupa foto informan ketika bertugas dan

gambar-gambar lain yang mendukung penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Segala hal terkait pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

secara online karena adanya keterbatasan kesempatan untuk bertatap muka

antara peneliti dengan informan penelitian. Percakapan dilakukan melalui

aplikasi instagram, begitu pula dengan pengumpulan gambar melalui pesan

instagram ataupun dari postingan instagram informan. Segala bentuk

pengumpulan dokumen disertai dengan izin dari informan.

D. Sumber Data

Penelitian ini melibatkan satu orang informan penelitian yang

merupakan seorang relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

Surabaya. Informan merupakan salah satu orang yang paling lama

bergabung dalam komunitas yaitu sejak awal berdirinya komunitas yang

sampai saat ini telah terhitung 7 tahun, informan juga merupakan salah

seorang yang terbilang paling aktif dalam komunitas yang menyempatkan

untuk berkunjung ke rumah singgah setiap hari, kecuali pada saat bertugas

sebagai relawan di luar rumah singgah. Hal itu membuktikan adanya

komitmen dalam diri informan untuk selalu ikut andil dalam berjalannya

komunitas.

(34)

26

langsung oleh informan tanpa melalui perantara (Umar, 2003). Sumber data

primer juga didapatkan dari data berupa audio yang diberikan oleh informan

dalam proses wawancara (Moleong, 2017). Selain itu data juga diperoleh

secara sekunder berupa informasi umum mengenai informan yang diperoleh

dari rekan relawan informan, selain itu ada beberapa informasi yang

diperoleh dari akun instagram informan berupa gambar maupun video

(Sugiyono, 2005).

Subjek dalam penelitian ini adalah relawan yang memenuhi

karakteristik sebagai berikut :

a) Merupakan relawan yang telah bergabung dalam komunitas sejak

awal berdirinya komunitas.

b) Terbilang paling aktif bertugas dan paling banyak melakukan

penanganan pasien yg dibuktikan dengan dokumentasi komunitas

berupa foto saat bertugas dan absen harian relawan.

c) Mengunjungi rumah singgah minimal 4x dalam seminggu, kecuali

saat melakukan tugas relawan.

E. Prosedur Pengumpulan Data

a. Wawancara

Teknik wawancara digunakan dalam penelitian ini untuk

mengetahui dorongan subjek dalam melakukan perilaku altruisme,

pandangan mengenai altruisme, cara pandang terhadap orang yang

(35)

27

diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur yang dilakukan

dengan menyusun guideline namun pertanyaan wawancara diberikan

secara non-formal dan mengalir mengikuti pembicaraan dengan subjek

(Creswell, 2015).

b. Observasi

Observasi digunakan dalam peneitian ini sebagai data tambahan

untuk memahami lebih lanjut mengenai data yang telah didapatkan dari

proses wawancara. Observasi yang diterapkan dalam penelitian ini

adalah observasi non-partisipan, dimana peneliti hanya berfungsi untuk

melakukan pengamatan dan tidak terlibat aktif dalam kegiatan yang

dilakukan oleh informan (Moleong, 2017). Obervasi dilakukan dengan

mengamati akun media sosial berupa instagram informan serta akun

twitter Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya karena

keterbatasan kesempatan untuk kegiatan observasi langsung di tempat

kejadian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengungkap

profesi subjek, rentang waktu bergabung sebagai tenaga relawan serta

keaktifan subjek dalam menjalankan kegiatan bersama Rumah Singgah

(36)

28

penelitian ini diantaranya KTP atau kartu nama (Creswell, 2015). Selain

itu dokumentasi juga digunakan untuk pengumpulan gambar sebagai

bukti peran aktif informan sebagai relawan Rumah Singgah Sedekah

Rombongan (RSSR) Surabaya, dokumen gambar dalam penelitian ini

banyak diambil dari akun sosial media informan.

F. Analisis Data

Analisis data tentu menjadi sesuatu yang sangat diperlukan dalam

mengungkap hal-hal terkait suatu penelitian, dalam hal ini peneliti

menggunakan beberapa analisis data yang dikemukakan oleh Creswell

(2015) diantaranya :

a. Peneliti mengorganisasi data yang telah diperoleh dengan bentuk teks,

visual maupun audio menjadi satu kesatuan yang kemudian dianalisis

lebih lanjut membentuk suatu konsep.

b. Peneliti melakukan coding dengan mengelompokkan data-data ke

dalam kategori yang lebih spesifik kemudian meninjau kembali data

tersebut untuk kemudian diberi label atau tema tertentu. Hal itu guna

memudahkan peneliti dalam pengelompokkan data.

c. Peneliti memberikan pemaknaan yang lebih luas terhadap suatu data

untuk kemudian mempelajari lebih lanjut.

d. Membuat matriks atau kerangka tertentu tentang fokus penelitian untuk

melihat hubungan ataupun perbandingan suatu kategori. Pada

(37)

29

perbandingan motivasi perilaku altruisme pada masing-masing subjek

dengan latar belakang kesibukan yang berbeda serta persamaan antar

subjek sebagai relawan pada Rumah Singgah Sedekah Rombongan

(RSSR).

e. Peneliti menyajikan data yang telah diproses dalam bentuk teks, tabel

ataupun gambar guna menyajikan data penelitian dengan baik dan

mudah dipahami.

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Pengecekan keabsahan temuan atau validitas data menurut Creswell

(2015) ada delapan cara, diantaranya adalah; triangulasi, member checking, membuat deskripsi tentang hasil temuan data, mengklarifikasi bias dalam

penelitian, menyajikan informasi yang berbeda pada tema tertentu,

memanfaatkan waktu yang relatif lama untuk melakukan penelitian,

melakukan tanya jawab dengan rekan peneliti, dan mengajak auditor untuk

mereview keseluruhan penelitian. Delapan cara tersebut dapat digunakan

untuk mengetahui validitas atau keabsahan data dalam penelitian. Setiap

cara dipilih berdasarkan yang paling cocok untuk digunakan dalam suatu

penelitian. Pada penelitian ini, triangulasi dipilih sebagai strategi untuk

mengetahui validitas atau keabsahan data.

Triangulasi digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan

pengecekan data yang diperoleh melalui beberapa teknik diantaranya

(38)

30

dua teknik yang berbeda itu kemudian dibandingkan untuk saling

melengkapi antar data satu dengan yang lain. Dengan melakukan

triangulasi, mempermudah peneliti untuk memahami serta mengolah data

lebih lanjut sehingga peneliti hanya perlu mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk saling melengkapi menjadi data yang utuh.

Strategi triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

strategi triangulasi metode dan triangulasi sumber. Triangulasi metode

dilakukan dengan melakukan pembandingan data yang tidak diperoleh dari

wawancara sehingga dapat dilengkapi dengan data yang diperoleh dari

dokumentasi. Begitu pula dengan data yang tidak ditemukan dari

dokumentasi dapat dicari dari data wawancara sehingga peneliti dapat

mengumpulkan data secara lengkap untuk mengetahui gambaran motivasi

perilaku altruisme pada informan penelitian (Herdiansyah, 2012). Hal itu

karena data yang tidak muncul dalam proses wawancara seringkali

didapatkan dari dokumentasi yang dikumpulkan oleh peneliti. Begitu pula

dengan banyaknya data wawancara yang tidak ditemukan dalam data

dokumentasi dari informan penelitian. Sehingga data dari kedua metode

tersebut dapat digabungkan sehingga menjadi data yang utuh dan lebih

mudah dipahami.

Triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan

pencocokan data yang diperoleh dari beberapa sumber yaitu data yang

diperoleh dari informan dan data yang diperoleh dari rekan relawan

(39)

31

informan dan bersifat pribadi dengan data yang diberikan oleh rekan

relawan informan yang bersifat umum sehingga data yang diperoleh dapat

(40)

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Setting Penelitian

Peneliti mulanya datang ke Rumah Singgah Sedekah Rombongan

(RSSR) Surabaya yang berada di daerah Gubeng untuk melakukan survei

secara langsung mengenai keadaan Rumah Singgah Sedekah Rombongan

(RSSR) Surabaya. Dalam kunjungan tersebut, peneliti bertemu dengan

salah satu pengurus Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

Surabaya dan menyampaikan tujuan penelitian dan hal-hal terkait informan

penelitian yang dicari. Peneliti juga meminta nomer pengurus tersebut untuk

berkomunikasi lebih lanjut.

Pengurus Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya

dengan senang hati memberikan nomor telepon dan bersedia mencarikan

informan sesuai dengan kebutuhan peneliti. Namun karena adanya pandemi

yang terjadi, peneliti tidak dapat berkunjung lagi ke Rumah Singgah

Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya karena akses masuk rumah singgah

sangat terbatas. Pengurus Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

Surabaya menyampaikan kepada peneliti untuk tidak melakukan proses

pengumpulan data penelitian di Rumah Singgah Sedekah Rombongan

(41)

33

demi mencegah sesuatu yang tidak diinginkan, mengingat banyaknya pasien

yang berada di rumah singgah.

Pengurus Sedekah Rombongan (SR) Surabaya memberikan alternatif

beberapa relawan yang sekiranya tepat menjadi informan penelitian

berdasarkan judul penelitian serta syarat informan yang telah dibuat oleh

peneliti. Setelah memilih satu relawan untuk menjadi informan dan

mendiskusikannya dengan pengurus komunitas, peneliti mencari kontak

informan untuk dapat menghubungi secara langsung. Namun pengurus

Sedekah Rombongan (SR) Surabaya mengatakan bahwa informan telah

bersedia memberikan data yang dibutuhkan namun hanya bisa dihubungi

melalui instagram. Selanjutnya peneliti menghubungi akun instagram

informan, namun karena informan merupakan seorang laki-laki sementara

peneliti seorang perempuan, informan tidak bersedia melakukan telpon

ataupun panggilan video dengan peneliti dan pengumpulan data hanya bisa

dilakukan melalui pesan dan dokumentasi.

Gambaran Umum Informan Penelitian a. Profil Informan

Nama : Kelik Juliantoro

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 34 tahun

(42)

34

Informan biasa dipanggil dengan sapaan Mas Kelik.Informan

telah bergabung dalam Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

Surabaya sejak awal berdirinya komunitas dan telah terhitung lebih dari

7 tahun hingga hari ini. Informan berkunjung ke rumah singgah

rata-rata 4-5 hari dalam seminggu bahkan setiap hari. Hal itu membuat

informan terbilang sebagai relawan paling aktif dalam menjalankan

tugas komunitas.

Informan mengenal Rumah Singgah Sedekah Rombongan

(RSSR) Surabaya dari seorang teman hingga akhirnya memutuskan

untuk bergabung sebagai relawan komunitas. Setelah beberapa bulan

bergabung sebagai relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan

(RSSR) Surabaya, informan mulai mengenalkan komunitas tersebut

kepada istrinya. Istri informan mendukung penuh keputusannya untuk

bergabung menjadi relawan Sedekah Rombongan bahkan di tahun

kedua bertugas, istri informan ikut bergabung sebagai relawan Sedekah

Rombongan. Melihat hal itu membuat informan semakin mantap dan

yakin untuk bersungguh-sungguh melakukan kegiatan relawan dan

turut serta ikut membantu banyak pasien dhuafa.

Informan merupakan salah satu lulusan perguruan tinggi swasta

di Surabaya jurusan multimedia. Dengan modal tersebut informan

bergabung menjadi salah satu fotografer sebuah Event Organizer yang

cukup besar di Surabaya. Namun seiring berjalannya waktu, mengingat

(43)

35

untuk keluar dari EO dan lebih fokus dalam membantu Rumah Singgah

Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya. Untuk menutupi ekonomi

keluarganya, informan kemudian menerima panggilan fotografer

secara mandiri, meskipun hal itu membuat pemasukannya menjadi

sedikit berkurang ia merasa tidak keberatan dan tetap semangat

membantu pasien dampingan Sedekah Rombongan (SR) Surabaya.

Dalam komunitas Sedekah Rombongan (SR) sendiri, informan

dikenal sebagai pribadi yang cukup taat beribadah dan selalu tenang

dalam menghadapi keadaan yang tidak terduga. Hal itu membuat

informan mendapatkan kepercayaan yang cukup besar dari rekan

sesama relawan untuk mengemban tugas yang cukup berat

dibandingkan tugas relawan yang lain. Informan biasanya bertugas

menemui pasien dampingan dengan penyakit yang terbilang cukup

berat untuk memberikan bantuan berupa dana maupun sembako (dalam

hal ini adalah pasien yang tidak melakukan pengobatan medis melalui

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya).

Informan juga biasa memberikan pertolongan pertama kepada

pasien dampingan dalam keadaan darurat yang masih berada di rumah

dan belum mendapat rujukan. Biasanya pasien memerlukan

pertolongan sehingga tim Sedekah Rombongan (SR) Surabaya datang

dengan membawa ambulance Sedekah Rombongan untuk mengantar

dan memberikan rujukan ke Rumah Sakit yang menjadi rujukan

(44)

36

Dedikasi yang tinggi terhadap komunitas tidak serta merta

membuat informan hanya fokus bertugas sebagai relawan namun juga

mampu menjalankan profesinya sebagai fotografer dengan baik.

Informan enggan meninggalkan tugasnya sebagai fotografer untuk

melakukan tugas mendadak dari komunitas. Hal itu dilakukan demi

menjaga amanat yang diemban dari client fotografinya. Namun meskipun begitu, informan tetap ikut memastikan bahwa tugas

komunitas tetap ada yang menjalankan sehingga tidak ada dhuafa sakit

yang terlantar.

Komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas sangat penting

dimiliki oleh setiap relawan karena dengan kondisi kesehatan yang

terbilang cukup buruk pada rata-rata pasien, pasien dapat

membutuhkan bantuan kapanpun secara tiba-tiba sehingga tenaga

relawan harus siaga setiap saat. Dalam menjaga komitmen relawan

untuk terus konsisten memberikan bantuan tenaga tentu membutuhkan

motivasi yang cukup besar. Hal itu bisa dilihat dari Informan yang

bersedia meluangkan waktu untuk memastikan bahwa tugas komunitas

berjalan dengan lancar di tengah kesibukannya, ia juga mengatakan

akan terus membantu komunitas sekuat tenaganya hingga akhir

usianya.

b. Riwayat Kasus Informan

Penetapan relawan sebagai informan penelitian dijelaskan pada bab

(45)

37

terbilang paling aktif menjalankan misi Rumah Singgah Sedekah

Rombongan (RSSR) Surabaya. Informan telah bergabung sebagai

relawan Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya sejak awal berdirinya

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya pada 2013, saat

ini telah terhitung tujuh tahun sejak Informan bergabung menjadi

relawan Sedekah Rombongan (SR) Surabaya. Ia juga merupakan salah

satu relawan paling aktif menurut anggota relawan yang lain, informan

selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Rumah Singgah

Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya meskipun sedang tidak ada

kegiatan yang mengharuskannya datang ke rumah singgah.

Jumlah relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

Surabaya yang bergabung sejak awal berdirinya komunitas sebenarnya

cukup banyak, namun seiring berjalannya waktu banyak relawan yang

memutuskan keluar atau tetap bertahan namun tidak lagi aktif

menjalankan kegiatan rumah singgah. Informan merupakan salah satu

dari sedikit relawan yang mampu tetap bertahan membantu pasien

dampingan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya dan

aktif berkontribusi dalam banyak kegiatan rumah singgah setiap

harinya. Hal itu membuatnya dihormati oleh relawan lain yang baru

bergabung dengan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

Surabaya.

Informan biasanya melakukan tugas relawan untuk memberikan

(46)

38

merupakan pasien yang tidak melakukan perawatan medis/rumah sakit

atas bantuan Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya).

Informan juga biasa menjadi relawan yang menjemput pasien darurat

untuk diantarkan ke Rumah Sakit rujukan Rumah Singgah Sedekah

Rombongan (RSSR) Surabaya untuk mendapatkan penanganan medis.

Jika tidak ada tugas tersebut, informan akan berkunjung ke rumah

singgah sekedar untuk mengunjungi pasien dampingan yang sedang

melakukan rawat jalan di rumah singgah.

Hanya ada dua keadaan yang membuat informen tidak berkunjung

ke rumah singgah, yaitu ketika ia sedang menjalankan tugas relawan di

luar rumah singgah (seperti tersebut diatas) dan ketika melakukan job

fotografi. Hal itu membuat Informan dikenal sebagai relawan paling

aktif di Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya.

Informan memiliki seorang istri yang berprofesi sebagai perawat di

salah satu rumah sakit di Surabaya. Sejak awal, istri Informan

mendukung 100% keputusan informan untuk menjadi relawan, hingga

saat ini istri Informan juga bergabung sebagai relawan Rumah Singgah

Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya yang bertugas sebagai tenaga

perawat dalam komunitas. Informan dan istri menjadi pasangan relawan

yang terbilang paling aktif dan dikenal baik oleh anggota relawan yang

(47)

39

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari informan baik berupa data

wawancara maupun dokumentasi, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Deskripsi Temuan Penelitian

a) Data Wawancara

1. Wawancara Informan

Perilaku altruisme pada relawan dalam penelitian ini

berfokus pada motivasi perilaku altruisme. Maka dari data

wawancara yang diperoleh dapat dilihat bahwa informan

memiliki empati yang cukup tinggi, ditunjukkan oleh :

“Saya membayangkan, jika saya yang berada dalam kondisi tersebut, kekurangan materi ditambah dengan sakit. Tentu saya akan sangat senang jika ada orang lain yang peduli. Itu saja.” (Wcr.9)

Adanya perasaan membayangkan jika memiliki nasib

serupa dhuafa sakit, membuat informan yakin bahwa tugas

sebagai relawan merupakan sesuatu yang baik dan akan

membawanya kepada keberkahan. Adanya rasa empati pada

informan juga mendorongnya untuk selalu terlibat aktif dalam

segala kegiatan komunitas, bahkan perasaan empati juga

mendorong informan untuk rela turun tangan membantu korban

bencana alam.

Informan juga memiliki respon sosial yang baik sehingga

merasa memiliki tanggung jawab terhadap nasib dhuafa sakit.

(48)

40

seseorang secara personal yang fokus memperhatikan dhuafa

sakit membuat informan meyakinkan dirinya bahwa ini adalah

sesuatu yang memang menjadi tanggung jawabnya.

“Bersedekah ternyata bukan hanya tentang uang. Bisa juga dengan tenaga atau pikiran. (Wcr.4) Apalagi Sedekah Rombongan (SR) Surabaya konsen terhadap dhuafa sakit, menurut saya itu sangat menarik.” (Wcr.5)

“Sementara kita diberi kecukupan materi dan kesehatan, tentu tidak pantas jika kita mengabaikan keberadaan mereka yg serba kekurangan, ditambah kesehatan yang juga bermasalah” (Wcr.6)

Adanya empati dan respon sosial yang baik membuat

informan mudah memberikan bantuan kepada orang lain. Hal

itu membuat informan mampu memperlakukan semua pasien

dampingan komunitas dengan baik tanpa memandang latar

belakang pasien. Selain itu, perasaan puas yang dirasakan

informan setelah membantu orang lain membuatnya selalu

bersemangat dalam menjalankan tugas sebagai relawan dan

membantu para dhuafa sakit sehingga informan menjadikan

kegiatan berkunjung ke rumah singgah sebagai sesuatu yang

selalu dilakukan, hal itu juga ditunjukkan oleh:

“Setiap menjumpai mereka yang kurang mampu dan sakit membuat saya lebih bersyukur tentang nikmat yang Allah SWT berikan.” (Wcr.7)

“Ada suatu kebahagiaan yang saya rasakan dengan membahagiakan orang lain.” (Wcr.14)

(49)

41

Perasaan sukarela membuat informan semakin

bersemangat dalam menjalankan tugas komunitas, tidak adanya

imbalan yang diterima dari komunitas membuat informan

semakin menyukai keterlibatannya dalam Rumah Singgah

Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya.

“Justru tidak diberi imbalan ini yang saya suka, berbuat baik tanpa ada batasan imbalan jadi malah tidak ada beban.” (Wcr.26)

“Dulu saya fotografer di salah satu EO yang cukup besar, tapi sejak bergabung Sedekah Rombongan (SR) Surabaya saya berhenti dari EO dan menerima job secara personal saja sehingga tidak terlalu sibuk.” (Wcr.20)

“Iya, ya biar saya bisa lebih banyak waktu buat Sedekah Rombongan (SR) Surabaya.” (Wcr.21)

“Ya disempatkan aja setiap hari untuk berkunjung, untuk mengurus SR.” (Wcr.28)

“Harus diluangkan lah, asal kewajiban (kerja, keluarga) sudah terpenuhi.”(Wcr.29)

Perasaan sukarela dalam memberikan bantuan kepada

orang lain mampu mendorong informan untuk selalu

menyisihkan waktu berkunjung ke rumah singgah 5 hari bahkan

7 hari dalam seminggu. Adanya perasaan tanggung jawab

terhadap nasib pasien dampingan membuat Informan mampu

mengesampingkan egonya demi kepentingan komunitas

sehingga informan terdorong untuk selalu mendampingi

(50)

42

informan tidak berat dalam memberikan bantuan, ditunjukkan

oleh :

“Kalo saya sama istri ya selalu merasa cukup aja, lagian rejeki kan sudah diatur.” (Wcr.33)

“Nggak papa punya uang secukupnya asal berkah. Kalau saya sih gitu aja.” (Wcr.34)

Rasa egois yang rendah pada diri informan membuatnya

yakin untuk melepaskan pekerjaannya sehingga dapat

menyisihkan lebih banyak waktu untuk komunitas.

“Bagaimana cara mas menyisihkan waktu untuk Sedekah Rombongan (SR) Surabaya ditengah kesibukan sebagai fotografer? “ (Wcr.17)

“Dulu saya fotografer di salah satu EO yang cukup besar, tapi sejak bergabung Sedekah Rombongan (SR) Surabaya saya berhenti dari EO dan menerima job secara personal saja sehingga tidak terlalu sibuk.” (Wcr.18)

“Apa keputusan itu ada hubungannya dengan Sedekah Rombongan (SR) Surabaya? “ (Wcr.20) “Iya, ya biar saya bisa lebih banyak waktu buat Sedekah Rombongan (SR) Surabaya.”(Wcr.21)

Keegoisan diri yang rendah juga membuat informan

mampu berbagi tugas dengan baik dengan istri ditengah

kesibukan pekerjaan maupun posisinya sebagai relawan.

Pengertian yang diberikan oleh istri dan keluarga membuat

informan termotivasi untuk selalu datang berkunjung ke rumah

singgah untuk sekedar berkunjung ataupun membantu

(51)

43

“Ya disempatkan aja setiap hari untuk berkunjung, untuk mengurus SR.”(Wcr.28)

“Saya sudah 7 tahun, dari awal berdirinya Sedekah Rombongan (SR) Surabaya dan saya ini termasuk kurir SR yang paling aktif.” (Wcr.12)

Namun meskipun begitu, informan tidak mengabaikan

kewajibannya sebagai fotografer maupun sebagai kepala

keluarga.

“Apa yang mas lakukan ketika lagi kerja (fotografer) tapi tiba-tiba ada panggilan dari Sedekah Rombongan (SR) Surabaya dan kekurangan kurir untuk bertugas?” (Wcr.35)

“Kalau pas lagi job ya saya tidak bisa tiba-tiba pergi, membatalkan.(Wcr.36) Karena itu kan udah janjian jauh-jauh hari. Saya tidak mau mengecewakan orang.”(Wcr.37)

“Ya paling saya bantu hubungi kurir yang lain, yang sekiranya bisa membantu bisa ikut bertugas.”(Wcr.38)

Adanya pembagian tugas yang baik untuk mengurus

rumah tangga dan komunitas menjadi salah satu motivasi dan

kunci bagi informan dan istri untuk menjaga komitmen sebagai

relawan :

“Kalau saya tidak ada job ya saya bantu ngurusin anak, ngurus kebutuhan rumah. Kalau udah beres baru ke rumah singgah.” (Wcr.40)

“Atau kadang kita ke rumah singgah itu barengan, habis maghrib pas istri udah free, (Wcr.41) jadi sekalian dia bantu cek up harian pasien dampingan.” (Wcr.42)

(52)

44

2. Wawancara Significant Other

Wawancara yang dilakukan dengan rekan relawan

informan menunjukkan beberapa data diantaranya bahwa

informan merupakan salah satu relawan paling aktif terlibat

kegiatan komunitas. informan merupakan relawan yang paling

sering berkunjung ke rumah singgah serta paling bersemangat

dalam mengikuti kegiatan komunitas.

“Mas Kelik itu hampir tiap hari lo dek di rumah singgah, ya kadang sebentar kadang lama. Tapi bener-bener hampir setiap hari dateng kesini.” (Wcr.6)

“Kalo Mas Kelik sih hampir semua ya menurut ku, dia juga bantu penyaluran donasi, bantu antar jemput pasien, dan dia juga yang paling sering dikirim ke bencana alam, soalnya emang Mas Kelik selalu menawarkan diri.” (Wcr. 12)

Rentang waktu bergabungnya informan sebagai relawan

yang lebih lama dari relawan lain membuatnya disegani oleh

relawan lain.

“Iya dek, ya bikin sungkan juga soale dia udah senior tapi masih ssemangat buat ngerjain banyak kegiatan. Bahkan kalo pas dia ada kegiatan diuar gitu, suka minta tolong yang lain, di telvon i biar pada ikut kegiatan.” (Wcr. 14) Menurut penuturan rekan relawan informan, keterlibatan

informan dalam setiap kegiatan komunitas didorong oleh

dukungan istri serta keluarga sehingga informan selalu

bersemangat untuk melaksanakn kegiatan komunitas.

“Kurang tau ya dek, tapi istri Mas Kelik itu juga kurir SR. Dan karena sama-sama kurir, jadi Mas Kelik itu semangat bertugas, karena istrinya juga sangat mendukung aktifitasnya.” (Wcr. 9)

(53)

45

Dorongan lain yang mempengaruhi keaktifan informan

sebagai relawan adalah adanya rasa tanggung jawab yang ada

pada diri informan sehingga informan selalu ingin memberikan

bantuan kepada dhuafa, terlebih kepada dhuafa sakit.

“Mas Kelik itu kayak merasa bahwa memang kegiatan-kegiatan ini tanggung jawabnya dia, jadi dia nggak mau sampai lepas tangan.” (Wcr. 15)

“Bahkan kalau ada laporan tentang dhuafa sakit yang sekiranya butuh bantuan, itu pasti Mas Kelik yang paling semangat buat dateng dan nyalurkan donasi. Soanya dia itu ada rasa tanggung jawab, jadi kayak semangat banget buat nyari pasien, bantu pasien lebih banyak.” (Wcr.16) Tanggung jawab yang besar pada diri informan untuk

selalu memperhatikan kesejahteraan dhuafa sakit termotivasi dari

sedikitnya komunitas sosial yang fokus terhadap kesejahteraan

dhuafa sakit sehingga informan selalu bersemangat memberikan

bantuan terhadap para pasien dampingan komunitas maupun

dhuafa sakit yang bukan merupakan pasien dampingan

komunitas. Ditunjukkan oleh perkataan significant other :

“Iya dek. Tapi mungkin salah satunya juga karena kan komunitas sosial yang peduli dhuafa sakit kan termasuk jarang ya, atau mungkin malah belum ada, jadi itu sih biasanya yang bikin kurir disini semangat buat memberikan bantuan ke para pasien.” (Wcr.18)

b) Data Observasi

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan melalui akun

(54)

46

Rombongan yang dibagikan oleh informan ke media sosial, hal itu

membuktikan bahwa informan masih terlibat aktif sebagai relawan

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya.

Hasil percakapan wawancara yang dilakukan melalui pesan

instagram menunjukkan bahwa informan dengan senang hati

menjawab semua pertanyaan dengan baik dan panjang. Informan

juga membeberkan beberapa informasi mengenai Rumah Singgah

Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya tanpa diminta oleh peneliti.

Hal itu menunjukkan adanya rasa antusias pada informan mengenai

hal-hal terkait Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)

Surabaya.

Peneliti juga melakukan observasi melalui akun twitter

informan, dimana pada akun twitter-nya informan lebih banyak

membagikan informasi mengenai kegiatan Rumah Singgah Sedekah

Rombongan (RSSR) Surabaya dan jarang menuliskan hal-hal diluar

komunitas. Hampir setiap hari informan menuliskan kegiatan

komunitas maupun donasi yang sedang dibuka oleh komunitas. Hal

itu menunjukkan antusiasme informan dalam melaksanakan

tugasnya sebagai relawan.

Observasi yang dilakukan pada akun media sosial twitter milik

Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Surabaya

menunjukkan keterlibatan informan dalam beberapa kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana pengaruh motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, kepuasan kerja) dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan keselamatan

Motivasi utama komplain pada table service restaurant di Surabaya adalah ingin meluapkan rasa emosi maka dari itu pihak restoran seharusnya bisa meredam suasana dengan meminta