i
TUGAS AKHIR
PELAKSANAAN RECORDING TERNAK SAPI PERAH DI KELOMPOK TANI MEKAR ASRI DESA KEMIRI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
ULUL AZMIA 04.03.18.189
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTRIAN PERTANIAN 2022
i
TUGAS AKHIR
PELAKSANAAN RECORDING TERNAK SAPI PERAH DI KELOMPOK TANI MEKAR ASRI DESA KEMIRI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG
Diajukan sebagai syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr)
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
ULUL AZMIA 04.03.18.189
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTRIAN PERTANIAN 2022
ii
HALAMAN PERUNTUKAN
Tugas akhir ini saya persembahkan kepada :
1. Ibu Dr. Sad Likah, S.Pt, MP dan Bapak Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si selaku dosen pembimbing, saya mengucapkan banyak terima kasih karena telah sabar dalam membimbing saya sampai akhir, serta memberikan motivasi membangun yang tiada hentinya sehingga Tugas Akhir saya dapat terselesaikan.
2. Ibu Setya Handayani S.Pt, M.Si selaku Dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta bimbingannya guna kesempurnaan Tugas Akhir saya.
3. Alm. Bapak saya Pak Matsihdiono tercinta, al-fatihah. Ibu saya bu mulikah, Bapak Kedua saya Pak Hari Suyanto SP, kakak saya Ulyl Khasanafa beserta suaminya Bang Varanus Oge, Alm. Mbah Jemangin, Mbah Tun, Kakak Suprih, Bunda dan seluruh keluarga besar saya yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan penuh baik secara moril maupun materi untuk memotivasi saya agar bisa menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi serta mendapatkan gelar.
4. Seluruh civitas akademika Polbangtan Malang yang telah memberikan kesempatan dalam menimba ilmu dan pengalaman berharga bagi saya selama menempuh pendidikan di Polbangtan Malang.
5. Seluruh teman perjuangan saya PPKH A, Kaltara Squad, para sahabat saya yang tidak menghilang saat dibutuhkan dan masih banyak lagi tidak bisa saya sebutkan satu-satu. Terimakasih buat 4 tahunnya sedih bareng susah bareng galau bareng, manis pahit sudah kita rasakan hehe, see u on top guys!!!!
6. Alfiano Sandika Pola Mahendra yang selalu membantu, memotivasi, menyumbangkan waktu, tenaga, serta pikirannya demi kelancaran tugas akhir saya, makasih sudah mau sabar mengahadapi saya selama ini. love u hehe
7. Dan yang paling terakhir saya mengucapkan banyak terimakasih untuk Ulung atau diri saya sendiri karena telah berjuang sampai mendapatkan gelar, jangan putus asa lagi ya ulung!!! Perjalanan kita masih panjang.
v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
TUGAS AKHIR
PELAKSANAAN RECORDING TERNAK SAPI PERAH DI KELOMPOK TANI MEKAR ASRI DESA KEMIRI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG
ULUL AZMIA 04.03.18.189
Telah dipertahankan didepan penguji Pada Tanggal 22 Agustus 2022 Dinyatakan telah memenuhi syarat
Mengetahui, Penguji I
Dr. Sad Likah, S.Pt, MP NIP. 19690114 200112 2 001
Penguji II
Dr. Setya Budi Udrayana, S.Pt, M.Si NIP. 19690511 199602 1 001
Penguji III
Setya Handayani, S.Pt, M.Si NIP. 19580128 198103 2 001
vi RINGKASAN
Ulul Azmia, NIRM 04.03.18.189. Penerapan Recording Ternak Sapi Perah Di Kelompok Mekar Asri Desa Kemiri Kecamatan Jabung Kabupaten Malang.
Dosen Pembimbing : Dr. Sad Likah, S.Pt, MP dan Dr. Setya Budi Udrayana, S.Pt, M.Si
Peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha di bidang peternakan yang memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, peningkatan pendapatan penduduk, dan perekonomian nasional.
Peternak masih melakukan pemeliharaan secara ekstensif, tidak mengetahui tentang pentingnya identifikasi dan recording dalam tata laksana pemeliharaan ternaknya. Kurangnya pengetahuan peternak akan fungsi dan manfaat dari pencatatan ternak menyebabkan kurang tepatnya menentukan manajemen pemeliharaan bagi peternak. Perlunya sosialisasi tentang recording ternak untuk menambah pengetahuan peternak akan fungsi dan manfaat dari pencatatan ternak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui pelaksanaan recording ternak sapi perah di desa kemiri. 2) Menyusun rancangan penyuluhan recording ternak sapi perah agar penerapannya efektif. 3) Mengetahui sikap peternak di desa kemiri terhadap desain recording.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.
Dimana penelitian ini memilih pada analisis kuantitatif. Metode survey dipilih untuk mengetahui sikap peternak di desa kemiri kecamatan jabung dalam melaksanakan recording ternak sapi perahnya.
Perancangan penyuluhan disusunberdasarkan hasil kajian dan karakteristik sasaran dengan berdasarkan matrik penetapan materi, metode, media, dan dilanjutkan evaluasi hasil penyuluhan. Ditetapkan materi pengenalan recording ternak sapi perah bagi anggota kelompok Mekar Asri, dengan menggunakan metode diskusi kelompok, menggunakan media leaflet, dan evaluasi hasil pada aspek sikap dan pengetahuan peternak.
Hasil penelitian didapati pelaksanaa recording ternak sapi perah di Desa Kemiri Kecamatan Jabung Kabupaten Malang keseluruhan peternak masih bergantung kepada koperasi unit desa dalam proses pencatatan recording ternak, belum ada peternak yang melakukan penerapan recording secara mandiri. Hasil evaluasi pada tingkat Sikap peternak dalam pengenalan recording ternak sapi perah berada pada kategori tinggi dengan presentase 70,3% dan pada tingkat pengetahuan berada pada kategori tinggi dengan presentase 70,1%.
Kata Kunci : Pelaksanaan, Sapi Perah, Recording
vii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Karena atas rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang Berjudul ”Pelaksanaan recording ternak sapi perah di kelompok tani mekar asri desa kemiri kecamatan jabung kabupaten malang” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan Laporan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dr. Sad Likah, S.Pt, MP selaku dosen Pembimbing l sekaligus Ketua Prodi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
2. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.
3. Setya Handayani, S.Pt, M.Si selaku dosen penguji III
4. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama penulisan laporan tugas akhir ini. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan masukan yang bersifat membangun, semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Malang, Agustus 2022
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERUNTUKAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ... iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... v
RINGKASAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Rumusan Masalah ... 3
Tujuan ... 3
Manfaat ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Penelitian Terdahulu ... 5
Landasan Teori ... 8
Peternakan Sapi Perah ... 8
Manajemen Pemeliharaan ... 8
Recording Pada Peternakan Sapi Perah ... 10
Ear Tag ... 15
Kalung Identifikasi ... 16
Aspek Sikap ... 16
Aspek Penyuluhan ... 17
Alur Pikir ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
Lokasi dan Waktu ... 34
Metode Penelitian ... 34
Populasi dan Sempel ... 34
Jenis Data ... 35
Analisis Data ... 35
Teknik Pengujian Instrumen ... 36
Metode Perancangan Penyuluhan... 37
ix
Tujuan Penyuluhan ... 37
Sasaran Penyuluhan ... 37
Materi Penyuluhan ... 37
Metode Penyuluhan ... 38
Media Penyuluhan ... 38
Evaluasi Penyuluhan ... 38
Metode Implementasi / Uji Coba Rancangan Penyuluhan ... 39
Persiapan Penyuluhan ... 39
Pelaksanaan Penyuluhan ... 39
BAB IV HASIL KAJIAN ... 40
Gambaran Umum ... 40
Keadaan Geografis ... 40
Potensi Wilayah ... 41
Profil Kelompok Ternak Desa Kemiri ... 42
Struktur Organisasi Kelompok Ternak Mekar Asri ... 42
Visi dan Misi Kelompok ... 42
Karakteristik Responden ... 43
Umur Responden ... 43
Pendidikan Responden ... 43
Pelaksanaan Recording Ternak di Desa Kemiri... 44
BAB V PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN ... 45
Perancangan Penyuluhan ... 45
5.1.1 Sasaran Penyuluhan Pertanian... 45
5.1.2 Tujuan Penyuluhan ... 45
5.1.3 Materi Penyuluhan ... 45
5.1.4 Metode Penyuluhan ... 46
5.1.5 Media Penyuluhan ... 46
Implementasi Penyuluhan ... 46
5.2.1 Penyusunan LPM... 46
5.2.2 Penyusunan Sinopsis ... 47
Evaluasi Penyuluhan ... 47
5.3.1 Instrumen Evaluasi Penyuluhan ... 48
5.3.2 Validitas dan Reliabilitas ... 48
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
Hasil Evaluasi Penyuluhan ... 49
Aspek Sikap ... 49
Aspek Pengetahuan ... 50
6.2 Rancangan Tindak Lanjut ... 52
x
BAB VII PENUTUP ... 53
7.1 Kesimpulan ... 53
7.2 Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
LAMPIRAN ... 55
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Potensi Populasi Ternak ... 41 Tabel 2. Keadaan Responden Berdasarkan Umur ... 43 Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden... 43
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Wilayah Desa Kemiri ... 40 Gambar 2. Struktur Organisasi Kelompok Ternak Mekar Asri ... 42
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian... 56
Lampiran 2. Kuesioner Evaluasi Penyuluhan Aspek Sikap Dan Pengetahuan ... 57
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Aspek Sikap ... 61
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Aspek Pengetahuan ... 61
Lampiran 5. Rekapitulasi Data Evaluasi Penyuluhan ... 62
Lampiran 6. Lembar Persiapan Menyuluh... 63
Lampiran 7. SINOPSIS ... 64
Lampiran 8. Matriks Pengambilan Keputusan Penyuluhan ... 65
Lampiran 9. Matriks Pertimbangan Pemilihan Metode Penyuluhan... 66
Lampiran 10. Matriks Pertimbangan Pemilihan Media Penyuluhan ... 67
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan peternakan yang mampu memberikan peningkatan pendapatan peternak rakyat yang relatif lebih tinggi dan menciptakan daya saing global produk peternakan harus selalu diperhatikan. Konsep ini perlu dilakukan mengingat peternakan mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan.
Selain adanya tantangan dan peluang perdagangan bebas dan globalisasi, upaya ini sejalan dengan komposisi dan pola makan sebagian besar penduduk indonesia yang menempatkan produk peternakan diurutan kedua setelah pertanian (Maulidin, 2019).
Sapi perah merupakan ternak yang telah lama menjadi komoditas usaha.
Peterakan sapi perah merupakan salah satu usaha di bidang peternakan yang memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, peningkatan pendapatan penduduk, dan perekonomian nasional.
Bangsa sapi perah yang umum dipelihara adalah bangsa sapi Fries Holland (FH) yang diintroduksikan sejak tahun 1800 – an oleh Pemerintah Belanda. Produksi susu sapi perah FH di negara asalnya mencapai 6000 – 8000 kg/ekor/laktasi, di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi (Arbel et al., 2001).
Banyak peternak, terutama peternak yang melakukan pemeliharaan secara ekstensif, tidak mengetahui tentang pentingnya identifikasi dan recording dalam tata laksana pemeliharaan ternaknya. Menurut Sotarno (2003), sebelum melakukan berbagai catatan (recording) sapi perah, perlu diketahui bahwa sapi perah tersebut terlebih dahulu harus diberi identifikasi (identitas/pengenal) atau marking (tanda). Identifikasi memudahkan peternak dalam mengontrol ternaknya.
Identifikasi dan recording memudahkan peternak dalam mengontrol umur ternak, perkawinan dan produksi susu.
Di beberapa wilayah di Indonesia, kegiatan recording sudah berjalan dengan baik, namun karena kurangnya sosialisasi menyebabkan masih kurangnya pengetahuan peternak akan fungsi dan manfaat dari pencatatan ternak. Manfaat recording antara lain: memudahkan pengenalan terhadap ternak dimana dengan mengetahui identitas dan ciri-ciri khusus ternak, serta mengetahui populasi ternak, memudahkan peternak mengingat kejadian- kejadian penting pada ternaknya, memudahkan peternak mengambil keputusan ataupun tindakan nyata dalam penanganan, perawatan dan pengobatan pada ternak yang sakit berdasarkan catatan riwayat kesehatannya, memudahkan peternak melakukan seleksi. ternak serta dapat mencegah terjadinya kawin sedarah atau inbreeding. Pencatatan ternak merupakan dasar dalam manajemen pemeliharaan ternak. Dengan mengetahui catatan ternak, maka kita dapat menentukan manajemen pemeliharaan yang tepat (Wibawa dkk. 2016).
Jabung merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Malang, terdapat 15 desa dengan luas wilayah 14.602 ha yang memiliki potensi pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan pada masing-masing daerah.
Berdasarkan data programa tahun 2021, potensi peternakan yang paling dominan yaitu ternak sapi perah sebanyak 15.729 ekor, sapi potong 8.104 ekor, kambing 2.724 ekor, dan domba 672 ekor (Programa Kecamatan Jabung, 2021).
Desa Kemiri merupakan salah satu desa di Kecamatan Jabung yang sebagian besar warganya memelihara sapi perah dengan populasi sebanyak 4.794 ekor (Programa Kecamatan Jabung, 2021). Peternak sapi perah di Desa Kemiri melakukan pemeliharan secara intensif, Kelompok Ternak Mekar Asri
merupakan satu-satunya kelompok ternak yang ada di Desa Kemiri, Permasalahan yang terdapat dalam kelompok ternak Mekar Asri yaitu, rendahnya tingkat penerapan peternak mengenai identifikasi dan recording pada ternak sapi perah.
Berdasarkan permasalahan yang ada di lapangan tentang belum optimalnya penerapan mengenai identifikasi dan recording pada ternak sapi perah dapat disebabkan oleh, kurangnya tingkat pengetahuan peternak di Kelompok Tani Mekar Asri di Desa Kemiri. Hal tersebut yang menarik perhatian penulis untuk meneliti tingkat pengetahuan peternak dalam penerapan recording pada ternak sapi perah melalui penelitian yang ber judul “PELAKSANAAN RECORDING TERNAK SAPI PERAH DI KELOMPOK TANI MEKAR ASRI DESA KEMIRI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG”
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan recording ternak sapi perah di desa kemiri?
2. Bagaimana rancangan penyuluhan recording ternak sapi perah di desa kemiri?
3. Bagaimana sikap dan pengetahuan peternak di desa kemiri terhadap recording sapi perah yang telah dirancang?
Tujuan
1. Mengetahui pelaksanaan recording ternak sapi perah di desa kemiri 2. Menyusun rancangan penyuluhan recording ternak sapi perah agar
penerapannya efektif
3. Mengetahui sikap peternak di desa kemiri terhadap desain recording
ternak sapi perah yang telah dirancang
Manfaat
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa, dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan permasalahan dari hasil kajian, dan penelitiaan ini digunakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar S.Tr (Sarjana Terapan) di Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.
2. Bagi Peternak, Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan terkait manfaat dan pembuatan recording ternak sapi perah melalui penyuluhan yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan upaya peneliti untuk membandingkan dan menemukan gagasan baru yang kemudian menjadi penelitian selanjutnya, penelitian terdahulu juga membantu memposisikan penelitian dan menunjukkan orisinalitas dari penelitian. Dari beberapa penelitian yang digunakan sebagai referensi, tidak ada persamaan judul akan tetapi terdapat beberapa persamaan yang digunakan peneliti sebagai referensi.
Theresia Ika Purwantiningsih dan Kristoforus Wilson Kia (2018) melakukan sebuah penelitian dengan judul “Identifikasi Dan Recording Sapi Perah Di Peternakan Biara Novisiat Claretian Benlutu, Timor Tengah Selatan”
penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan identifikasi dan recording pada peternakan sapi perah Novisiat Claretian Benlutu. Populasi sapi perah di peternakan sapi perah Novisiat Claterian Benlutu ada 13 ekor. Identifikasi dilakukan dengan pemasangan kalung identifikasi dan recording dilakukan dengan pemasangan papan recording dan kartu ternak. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah pelatihan.
Anis umbu hina pari (2018) melakukan sebuah penelitian dengan judul
“Pemanfaatan Recording untuk Meningkatkan Manajemen Ternak Kerbau di Kecamatan Matawai La Pawu Kabupaten Sumba Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan recording untuk meningkatkan manajemen ternak kerbau di desa Paribokul Kecamatan Matawai La Pawu Kabupaten Sumba Timur. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Maret 2017 dengan metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan wawancara langsung terhadap 115 responden. Data dianalisis dengan pendekatan statistik deskriptif yang digambarkan pada tabel frekuensi dari
setiap indikator atau dimensi. Adapun variabel-variabel yang diukur adalah recording terhadap populasi, silsilah/keturunan, reproduksi dan riwayat kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85% peternak belum memanfaatkan recording dengan baik sehingga peningkatan populasi ternak kerbau belum signifikan.
Ahmad Ilham Kubro (2019) melakukan sebuah penelitian dengan judul
“Sikap Peternak Terhadap Program Asuransi Usaha Ternak Sapi Di Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sikap Peternak Terhadap Program Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) di Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang, Penelitian ini dilaksanakan pada Maret sampai Juni 2019 yang berlokasi di Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang, Metode yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan kuesioner sikap dengan penyebaran 40 responden yang sudah ikut asuransi dan 40 peternak yang belum ikut asuransi, penentuan responden menggunakan Incidental sampling yaitu pemilihan secara kebetulan, analisis yang digunakan menggunakan skala interval, maka diketahui peternak yang telah ikut asuransi memiliki persentase 57% yang menilai positif dan 42% peternak yang menilai Negatif, sedangkan peternak yang belum ikut asuransi 47% menilai positif dan 52% negatif.
Ratna Aisuwarya, dkk. (2020) melakukan sebuah penelitian dengan judul “Implementasi Teknologi Nfc Untuk Recording Data Sapi Perah kelompok Tani Lembu Alam Serambi Kota Padang Panjang”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas sapi perah adalah dengan menerapkan manajemen pemeliharaan pada sapi perah berupa kegiatan recording atau pencatatan data ternak. Pada kegiatan pengabdian ini dirancang sebuah sistem implementasi teknologi NFC yang terintegrasi dengan ear tag sapi dan aplikasi android. Sistem ini digunakan untuk mengidentifikasi sapi
perah dan proses recording data dengan aplikasi berbasis android. Pada sistem recording data sapi ini terdiri dari dua buah aplikasi mobile, yaitu aplikasi rekam data sapi dan aplikasi tap tag NFC. Melalui aplikasi rekam data sapi akan ditampilkan halaman untuk mendaftarkan NFC tag sebagai identifier ear tag sapi. Pada aplikasi tap tag NFC akan menampilkan data sapi yang telah disimpan di database firebase. Berdasarkan hasil implementasi sistem yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan dapat membantu memudahkan Kelompok Tani Lembu Alam Serambi dalam melakukan proses recording data sapi perah.
Nurkholis, Dwi Rahmawati, Putri Rahayu Ratri (2021) melakukan sebuah penelitian dengan judul “Implementasi Sistem Recording Dan Aplikasi Pakan Berbsis Limbah Kulit Edamame Sebagai Upaya Pengembangan Kapasitas Usaha Peternakan Sapi Perah”. Tujuan dilakukannya pengabdian masyarakat ini yaitu untuk membantu masyarakat peternak dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas populasi ternak dan produksi hasil ternak, serta menjalin kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan yang didukung dengan penguasaan dan pemanfaatan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan harus selalu diperhatikan. Masyarakat perlu mengetahui betapa pentingnya untuk memahami manajemen perencanaab usaha peternakan.
Tahapan kegiatan dirancang selama 12 minggu yang didahului dengan kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan pihak desa Kemuning Lor. Persiapan dimaksudkan adalah penetapan sasaran kegiatan dan lokasi kegiatan. Hasil kegiatan pengabdian ini menunjukan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan peternakan sapi perah di desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Jember dalam hal perbaikan manajemen pengelolaan usaha peternakan dengan implementasi sistem recording dan aplikasi pakan berbasis limbah kulit edamame.
Landasan Teori
Peternakan Sapi Perah
Sapi perah yang dipelihara saat ini di Indonesia pada kebanyakan umumnya adalah jenis sapi FH atau Friesian Holstein. Sapi FH (Friesian Holstein) memiliki kemampuan dalam berproduksi susu mencapai lebih dari 6.000 per laktasinya. Sapi FH adalah jenis sapi perah yang produksi susunya tertinggi dibandingkan dengan jenis sapi perah yang lainnya.Produksi susu rata- rata di Indonesia adalah sebanyak 10 liter/ekor dalam sehari atau kurang lebih yaitu 3.050 kg per laktasi (Sudono, 2003).
Performan produksi susu sapi perah secara teknis dapat dipengaruhi antara lain yaitu manajemen pemberian pakan, tenaga kerja atau SDM (Sumber Daya Manusia), pengendalian penyakit ternak dan sistem perkandangan yang digunakan, selain itu juga pengelolaan reproduksi dan kondisi lingkungan yang ada (Sulistyowati dkk, 2008).
Manajemen Pemeliharaan
Manajemen dalam usaha sapi perah akan menentukan tingkat keberhasilan dari suatu usaha ataupun kerugian dari suatu usaha. Manajemen sebagai kunci kegiatan yang sepenuhnya bergantung kepada SDM atau kemampuan manusianya sebagai peran utama dalam penggelolaan kegiatan usaha. Keberhasilan manajemen usaha sapi perah dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu segi produksi, segi reproduksi, segi perekonomian, dan segi fasilitas yang ada (Sujono, 2010).
Menurut Sunarko dkk frisianfries recording(2009) tata laksana pada peternakan sapi mempunyai peranan yang sangat penting, menyangkut bagaimana perencanaan dan pemeliharaan sapi perah sehingga akan dapat tercapai produksi susu yang berkualitassangat baik. Kunci utama yang menitik
beratkan berhasilnya pemeliharaan sapi perah ialah pemeliharanya. Agar pemeliharaan sapi perah dapat berhasil, maka seorang pemelihara atau peternak harus mempunyai kepribadian sebagai berikut :
1. Mempunyai rasa sayang terhadap hewan ternak terutama sapi perah.
2. Mempunyai kemampuan dan ketekunan dalam bekerja yang berhubungan dengan sapi perah.
3. Mempunyai pengetahuan tentang teknis pemeliharaan sapi perah yang baik dan benar.
4. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah.
Pada pemeliharaan pedet peternak harus memberikan kepada pedet yang baru dilahirkan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Maulida (2013) seluruh responden dari total 13 responden yang merupakan peternak sapi perah rakyat yang melakukan pemberian kolostrum kepada pedetnya yang baru melahirkan.
Kolostrum merupakan susu yang keluar pertama kali setelah beranak yang berwarna kuning sedikit kental yang kemudian akan berubah menjadi susu biasa sesudah 4 sampai 5 hari. Kolostrum mengandung vitamin serta mineral yang jauh lebih besar daripadasusu biasa.
Pada aspek pengelolaan dalam pemeliharaan sapi salah satunya adalah peternak membersihkan sapi dua kali sehari sebelum pemerahan.. Kebersihan sapi sangat penting untuk menjaga kualitas darisusu dan kesehatan ternak itu sendiri. Pengeringan sapi laktasi dilakukan pada dua bulan sebelum sapi beranak. Hasil analisa menunjukkan bahwa 50% peternak memandikan sapi dengan cara menyiram dan membersihkan selurih bagian tubuh sapi. Peternak mengakui bahwa sapi perah harus dalam keadaan bersih dan senyaman mungkin pada saat dilakukan pemerahan. Pada kasus yang banyak terjadi di peternakan rakyat, hanya sebanyak 16 orang peternak atau 50%
peternakmelakukan penyiraman air pada tubuh sapi tanpa membersihkan seluruhtubuh (membersihkan sapi dengan cara menggosokkan bagian tubuh yang terkena kotoran sapi). Para peternakan kebanyakan menganggap bahwa hanya dengan cara menyiram menggunakan selang kotoran yang menempel pada sapi akan terbuang dengan sendirinya (Simamora, 2015).
Recording Pada Peternakan Sapi Perah
Recording merupakan segala jenis kegiatan pencatatan seperti kegiatan identifikasi, pencatatan silsilah, pencatatan produksi dan reproduksi, pencatatan manajemen pemeliharaan maupun pencatatan kesehatan ternak dalam populasi tertentu. Hasil dari kegiatan recording tersebut misalnya bisa berupa kartu ternak. Di beberapa wilayah di Indonesia, kegiatan recording sudah berjalan dengan baik, namun karena kurangnya sosialisasi menyebabkan masih kurangnya pengetahuan peternak akan fungsi danmanfaat dari pencatatan ternak. Manfaat recording antara lain: memudahkan pengenalan terhadap ternak dimana dengan mengetahui identitas dan ciri-ciri khusus ternak, serta mengetahui populasi ternak, memudahkan peternak mengingat kejadiankejadian penting pada ternaknya, memudahkan peternak mengambil keputusan ataupun tindakan nyata dalam penanganan, perawatan dan pengobatan pada ternak yang sakit berdasarkan catatan riwayat kesehatannya, memudahkan peternak melakukan seleksi ternak serta dapat mencegah terjadinya kawin sedarah atau inbreeding.
Pencatatan pada produksi susu tidak dilakukan per sapi melainkan per pemerahan sehingga produksi susu/ekor/pemerahan tidak diketahui secara pasti. Dengan adanya kartu produksi susu diharapkan produksi susu sapi per ekor dapat dipantau dengan baik sehingga memudahkan dalam peningkatan produktifitas. Menurut Hardjosubroto (1994), catatan produksi susu yang ideal
mencatat produksi pagi dan sore setiap hari, selama berlangsungnya periode laktasi. Hal demikian ini sudah lazim dilakukan oleh peternak ataupun perusahaan susu dengan jumlah sapi yang terbatas. Demikian pula untuk suatu Pusat Pembibitan Ternak, pencatatan selengkap ini merupakan suatu persyaratan mutlak demi ketepatan seleksinya.
Berikut jenis-jenis recording pada peternakan sapi perah:
a. Breeding Records
Breeding records atau catatan perkawinan merupakan salah satu sumber informasi penting dalam pengelolaan ternak perah. Oleh sebab itu, catatan ini tidak boleh hanya dimuat dalam satu buku catatan yang disimpan di lemari arsip melainkan harus ada juga duplikatnya di kandang sehingga dapat dilihat dengan mudah setiap saat. Catatan perkawinan yang lengkap dan akurat sangat diperlukan untuk menentukan kapan perkawinan dilakukan agar sapi dapat melahirkan sekali setahun, memberikan periode istrahat yang cukup bagi seekor sapi setiap satu periode laktasi dan menentukan kapan pemberian konsentrat dimulai sebelum laktasi berikutnya. Secara lebih lengkap kegunaan dari breeding record antara lain adalah :
1. Menentukan kapan seekor sapi mulai dikeringkan 2. menaksir kapan seekor sapi akan melahirkan
3. berguna dalam mengevaluasi fertilitas seekor pejantan 4. berguna dalam mendiagnosis masalah/penyakit reproduksi 5. menentukan kapan seekor sapi akan dikawinkan
6. menentukan kapan saatnya pemeriksaan kebuntingan dilakukan 7. berguna dalam merancang program pemberian pakan yang tepat, dan
8. berguna sebagai sumber informasi tentang tetua seekor pedet.
Breeding record yang baik harus memiliki ciri-ciri : datanya selalu diperbaharui (kept up-to-date) dan memuat semua informasi yang diperlukan.
Mengingat waktu sangat mahal bagi peternak perah maka recording harus praktis (simple) dikerjakan dan mudah digunakan. Breeding record harus disimpan di tempat yang bersih dan kering di tempat yang mudah dilihat dan dicapai dalam kandang serta dilewati beberapa kali dalam sehari sehingga peternak/pekerja diingatkan agar menuliskan langsung informasi/data yang baru diperoleh secepatnya.
b. Recording Produksi Susu
Record produksi yang baik dapat menaikkan nilai jual seekor atau sekelompok sapi perah. Hal ini terutama berlaku bagi sapi-sapi yang (registered dairy herds). Bila ada bukti-bukti bahwa seekor sapi berasal dari kelompok berproduksi tinggi maka nilai jualnya akan lebih tinggi. Informasi dari record produksi dapat digunakan sebagai dasar atau patokan dalam:
(1) mengalokasikan pemberian konsentrat bagi masing-masing sapi sesuai tingkat produksinya,
(2) mengevaluasi performans masing-masing sapi berdasarkan produksi harian atau bulanan,
(3) menentukan sapi yang akan diafkir dan
(4) menseleksi sapi pengganti (replacement heifers).
Sebagian peternak mengisi record produksi dengan data produksi harian. Catatan seperti ini sangat ideal karena adanya variasi harian dalam produksi susu dapat diikuti/diamati dan penyimpangan (abnormalitas) pada produksi dapat segera diketahui. Namun di sisi lain, pencatatan produksi susu
setiap hari sangat merepotkan karena memerlukan banyak waktu serta tenaga sehingga banyak peternak lebih menyukai pencatatan sekali sebulan dan mengamati produksi harian menggunakan weigh jar (wadah dengan volume yang sudah diketahui) atau dengan milk meter. Informasi mengenai prosuksi susu dapat diperoleh melalui dua cara yaitu dengan melakukan sendiri pengukuran produksi susu (biasanya jumlah produksi dan kadar lemak - kadang-kdang juga kandungan protein - susu) yang hasilnya disebut home-kept record atau oleh badan resmi yang hasilnya disebut official records. Seperti disebutkan sebelumnya, cara kedua yaitu pengukuran oleh badan resmi belum ada di Indonesia sehingga satu-satunya pilihan bagi peternak adalah home-kept record.
Pembuatan home-kept record seringkali gagal karena peternak tidak disiplin melakukan pencatatan. Pada awalnya peternak bisa saja sangat antusias mengisi catatan ini namum umumnya kemudian kehilangan minat setelah beberapa bulan. Oleh sebab itu adalah penting menghunjuk seorang petugas khusus, beserta seorang pendampingnya sebagai cadangan, untuk melakukan pencatatan ini dari hari ke hari. Dua contoh record produksi susu yang lazim digunakan disajikan di bawah ini. Contoh pertama adalah format yang hanya memuat jumlah produksi saja; sedangkan uji kandungan dan total prosuksi lemak susu tidak diikutkan. Format ini menyediakan tempat bagi produksi total bulanan masing-masing sapi sehingga memudahkan dalam menentukan total produksi susu seekor sapi dalam satu masa laktasi.
c. Recording Pakan
Untuk mengetahui berapa banyak keuntungan yang disumbangkan seekor ternak perah maka perlu diketahui bukan hanya produksi susunya tapi juga jumlah pakan yang dikonsumsinya. Selain itu, terutama untuk usaha ternak
perah berskala besar, juga perlu dibuatkan daftar tentang berapa banyak pakan yang seharusnya diberikan kepada masing-masing ternak perah. Dengan populasi ternak yang banyak, hampir tidak mungkin bagi seorang peternak mengingat jumlah pakan yang harus diberikan kepada masing-masing ternak perah setiap harinya. Biasanya daftar ini diubah setiap minggu sesuai dengan perubahan kebutuhan seekor ternak dikaitkan dengan tingkat produksi atau fase hidupnya. Daftar ini harus diisi sesuai dengan jumlah produksi susu masing-masing ternak perah. Jumlah konsentrat yang disebutkan dalam daftar harus betul-betuk ditimbang setiap pemberian pakan, sedangkan jumlah hijauan tidak perlu ditimbang setiap hari tapi cukup sekali sebulan agar jumlah pemberian hijauan dapat dikontrol.
Informasi yang perlu dicatat mengenai hal-hal yang terkait dengan bahan pakan yang digunakan di suatu peternakan sapi perah, antara lain:
1. Jenis hijauan
2. Bahan baku konsentrat yang diberikan pada ternak 3. Sumber bahan baku pakan
4. Harga/biaya pakan
5. Jumlah pakan yang diberikan/dikonsumsi ternak d. Recording Kesehatan
Sangat penting memiliki recording kesehatan bagi satu usaha ternak perah. Informasi yang perlu dicatat antara lain adalah uji TBC, uji abortus, uji mastitis, pemeriksaan kesehatan secara umum dan lain-lain. Seringkali dengan mempelajari atau mengamati catatan kesehatan alasan atau penyebab terjadinya suatu kelainan atau penyimpangan dapat diketahui.
Observasi harian harus dilakukan terhadap kondisi kesehatan setiap ekor sapi. Hasilnya dicatat dalam catatan kesehatan. Data tentang diagnosis dan pengobatan setiap masalah kesehatan yang dialami setiap sapi harus dimasukkan dalam catatan permanen sebagai informasi dasar dalam menilai kepekaan seekor sapi terhadap serangan penyakit tertentu. Demikian juga jenis dan waktu vaksinasi yang telah diterima seekor sapi perlu dicatat, termasuk tanggal vaksinasi ulang.
Informasi yang perlu dicatat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kondisi kesehatan ternak, antara lain:
1. Gejala sakit
2. Pemeriksaan dokter hewan 3. Vaksinasi
4. Pengobatan
e. Recording Silsilah Ternak
Lembaran latar belakang atau sejarah diisi dengan beberapa informasi tentang kehidupan seekor ternak perah antara lain, nama, nomor, performan, penyakit yang diderita atau pernah dialami dan alasan pengafkirannya atau penyebab kematiannya. Sedangkan lembaran silsilah diisi dengan data tentang silsilah seekor ternak perah.
Ear Tag
Ear tag adalah sejenis anting yang memiliki kode tertentu berupa angka ataupun huruf berfungsi sebagai tanda pengenal sapi, untuk memudahkan dalam melakukan recording, memudahkan pelaksanaan seleksi, dan memudahkan dalam monitoring dan tatalaksana pemeliharaan.. Ear tag biasanya di pasang di daun
telinga sapi karena telinga sapi merupakan bagian yang paling lunak untuk dipasang atau ditusuk dengan jarum dan merupakan bagian yang mudah dilihat. Pemasangan Ear tag biasanya pada telinga sebelah kiri. Pemasangan Ear tag ini dilakukan saat sapi masih berusia muda (pedet) yaitu usia 0 bulan sampai 8 bulan. Pemasangan pada pedet ini bertujuan untuk memperkecil kemungkinan sapi stres. Penomoran pada ear tag sapi ini terdiri dari tiga buah angka. Angka-angka ini menunjukkan tahun kelahiran dan nomor individu sapi.
Seperti pada gambar 2, angka tiga menunjukkan tahun kelahiran sapi yaitu tahun 2003 dan angka 12 menunjukkan nomor terdaftar hewan individu.
Kalung Identifikasi
Menurut Hardjosubroto (1994), identifikasi ternak berupa pemberian nomor pada ternak dengan disertai kartu identitas. Kartu identitas ternak bertujuan untuk mencatat semua informasi tentang nama dan nomor ternak, jenis kelamin, tanggal lahir (dan tanggal perkawinan induknya), kemurnian bangsanya, bapak (sire) dan induknya (dam), nama dan nomor kode pemilik beserta alamatnya. Kartu identitas yang sempurna memuat gambar sketsa atau foto dari ternak yang dibuat dari sisi kanan, kiri dan depan ternak.
Aspek Sikap
Seorang individu sangat erat hubunganya dengan sikapnya masing- masing sebagai ciri pribadinya. Sikap pada umumnya sering diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan individu untuk memberikan tanggapan pada suatu hal. Pengertian sikap dijelaskan oleh Saifudin Azwar (2010: 3) sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul dari sseorang individu terhadap objek yang kemudian memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu.
Gerungan (2004: 160) juga menguraikan pengertian sikap atau attitude sebagai suatu reaksi pandangan atau perasaan seorang individu terhadap objek tertentu. Walaupun objeknya sama, namun tidak semua individu mempunyai sikap yang sama, hal itu dapat dipengaruhi oleh keadaan individu, pengalaman, informasi dan kebutuhan masing- masing individu berbeda. Sikap seseorang terhadap objek akan membentuk perilaku individu terhadap objek.
Pengertian mengenai sikap juga disampaikan oleh Sarlito dan Eko (2009: 151), Sikap adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh seorang individu terhadap suatu objek. Objek yang disikapi individu dapat berupa benda, manusia atau informasi. Proses penilaian seorang terhadap suatu objek dapat berupa penilaian positif dan negatif. Pengertian sikap juga diuraikan oleh Slameto (1995: 191), sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari oleh individu dalam hidupnya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai sikap, maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu reaksi atau respon berupa penilaian yang muncul dari seorang individu terhadap suatu objek. Sikap juga dapat dikatakan sebagai suatu perwujudan adanya kesadaran terhadap lingkunganya.
Proses yang mengawali terbentuknya sikap adalah adanya objek disekitar individu memberikan stimulus yang kemudian mengenai alat indra individu, informasi yang yang ditangkap mengenai objek kemudian diproses di dalam otak dan memunculkan suatu reaksi. Penilaian yang muncul, positif atau negatif dipengaruhi oleh informasi sebelumnya, atau pengalaman pribadi individu.
Aspek Penyuluhan A. Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan UU no. 16 tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian
dijelaskan sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Sedangkan pengertian penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru. Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol dan isi pesan inilah yang memperoleh perlakuan. Bentuk perlakuan tersebut memilih, menata, menyederhanakan, menyajikan dan sebagainya, di lain pihak simbol dapat diartikan kode-kode yang digunakan pada pesan (Kusnadi, 2011).
Kegiatan penyuluhan akan berjalan lebih efektif bila sasaran suluh berada pada usia produktif (15-64 tahun). Pada usia ini petani dinilai cukup aktif dalam kegiatan bertani, dalam usia yang produktif akan lebih responsif dalam menerima inovasi dibandingkan dengan orang yang telah lanjut (Yunasaf dan Tasripin, 2012). Semakin tua umur seseorang (di atas 50 tahun), maka dia akan cenderung sulit menerima inovasi dan lebih memilih untuk mengikuti pola kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukan di masyarakat setempat (Mardikanto, 2009). Kelompok usia dibawah 40 tahun digolongkan sebagai petani muda, kelompok usia 40-50 tahun digolongkan sebagai petani usia sedang dan kelompok usia 50 ke atas digolongkan sebagai petani usia tua (Manyamsari dan
Mujiburrahmad, 2014)
B. Tujuan Penyuluhan Pertanian
Tujuan penyuluhan pertanian adalah memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern dalam system pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, tujuan penyuluhan adalah untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan merubah sikap petani dalam mengusahakan usaha taninya, kearah bertani lebih baik (better farming) berusaha tani lebih menguntungkan (better business) dan hidup lebih sejahtera (better living), membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera (better community), dan lingkungan hidup yang lebih terjamin kelestariannya (better environment). (UU. Nomor 16 Tahun 2006).
Tujuan utama penyuluhan pertanian adalah perubahan perilaku petani dan keluarganya sehingga diharapkan dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efektif dan efisien. (Padmanagara, 2012) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan adalah membantu dan memfasilitasi para petani beserta keluarganya untuk mencapai tingkat usaha tani yang lebih efisien/produktif, taraf kehidupan keluarga dan masyarakat yang lebih memuaskan melalui kegiatan- kegiatan yang terencana untuk mengembangkan pengertian, kemampuan, kecakapan mereka sendiri sehingga mengalami kemajuan ekonomi.
C. Sasaran Penyuluhan
Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K), sasaran penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:
1. Tujuan yang paling berhak mendapatkan manfaat;
2. Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha;
3. Sasaran antara penyuluhan adalah pemangku kepentingan yang terkaitdengan kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan,
dan penanaman serta generasi muda dan tokoh masyarakat.
(Mardikanto T., dan Sutami S., 1982) Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa sasaran penyuluhan pertanian sebenarnya tidak boleh hanya petani saja, melainkan seluruh warga masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki peran dalam kegiatan pembangunan pertanian.
Mereka itu, dapat dikelompokkan dalam 1. Sasaran Utama Penyuluhan Pertanian
Sasaran utama adalah sasaran penyuluhan pertanian yang secara langsung terlibat dalam kegiatan bertani dan pengelolaan usaha tani.
Termasuk dalam kelompok ini adalah petani dan keluarganya.
2. Sasaran penentu dalam penyuluhan pertanian
Sasaran penentu adalah bukan pelaksana kegiatan bertani dan berusaha tani, tetapi secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam penentuan kebijakan pembangunan pertanian dan menyediakan segala kemudahan yang diperlukan petani untuk pelaksanaan dan pengelolaan usaha taninya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
a) Pengusaha atau pimpinan wilayah yang memiliki kekuasaan mengambil keputusan kebijakan pembangunan pertanian dan sekaligus bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan di wilayah kerjanya masing-masing.
b) Tokoh-tokoh informal yang memiliki kekuasaan atau wibawa untuk menumbuhkan opini publik dan/atau yang dijadikan panutan oleh masyarakat setempat (tokoh keagamaan, tokoh adat, politikus, guru).
c) Para peneliti atau para ilmuwan sebagai pemasok informasi/teknologi yang diperlukan oleh petani, berupa inovasi tentang : teknik bertani, pengelolaan usahatani, dan pengorganisasian petani.
d) Lembaga perkreditan yang berkewajiban menyediakan kemudahan
kredit bagi petani (kecil) yang memerlukan ; pembelian sarana produksi dan
e) peralatan bertani, pengelolaan usahatani, termasuk upah tenaga dan biaya hidup keluarganyaselama musim pertanaman sampai panen.
f) Produsen dan penyalur saran produksi/peralatan bertani.
g) Pedagang dan lembaga pemasaran yang lainnya.
h) Pengusaha/industri pengolahan hasil-hasil pertanian.
3. Sasaran pendukung penyuluhan pertanian
Sasaran pendukung adalah pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung tidak memiliki hubungan kegiatan dengan pembangunan pertanian, tetapi dapat diminta bantuannya guna melancarkan penyuluhan pertanian.Termasuk dalam kelompok ini adalah:
a) Para pekerja sosial b) Seniman
c) Konsumen hasil-hasil pertanian d) Biro iklan
D. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan. Bahan untuk penyusunan materi penyuluhan pada dasarnya harus relevan dengan kebutuhan sasaran yang teridentifikasi.
Tujuannya yaitu agar materi yang tersusun menjadi efektif, dalam arti sesuai kebutuhan sasaran dan mampu menyelesaikan permasalahan aktual yang dihadapi petani sasaran (Permentan No. 16 Tahun 2006). Pengelompokan materi penyuluhan di bagi menjadi 3 yaitu :
1. Ilmu Teknik Pertanian.
Kegiatan pra panen, pasca panen, dan lain-lain
2. Ilmu Ekonomi Pertanian
Pengelolaan usaha tani yang lebih efisien
Penguasaan dan pemasaran hasil pertanian
Penggunaan atau pemanfaatan kemudahan kredit prod. Pertanian
Kelembagaan ekonomi pertanian : koperasi, dll
3. Ilmu Tata laksana Rumah Tangga Petani
Pengenalan tentang makna usaha tani bagi rumah tangga petani
Proses manajemen secara
Keseluruhan (penetapan tujuan, masalah, alternatif pemecahan masalah, dll).
Persiapan anggaran
Penerapan perencanaan usaha tani
Agar materi yang akan kita sampaikan benar-benar efektif (sesuai dengan kebutuhan sasaran), maka dalam melakukan pemilihan materi penyuluhan pertanian hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
1. Provitable, memberikan keuntungan yang nyata kepada sasaran
2. Complementer, dapat mengisi kegiatan-kegiatan komplementer dari kegiatan yang ada sekarang
3. Compability, tidak boleh bertentangan dengan adat istiadat dan kebudayaan masyarakat sasaran
4. Simplicity, sederhana, mudah dilaksanakan tidak memerlukan skill yang terlalu tinggi
5. Availibility, pengetahuannya, biaya, sarana yang diperlukan dapat disediakan oleh sasaran
6. Immediate aplicability, dapat dimanfaatkan dan segera memberikan hasil yang nyata
7. In Expensiveness, tidak memerlukan ongkos tambahan yang terlalu besar 8. Law risk, tidak mempunyai resiko yang besar dalam penerapannya
9. Spectaculer impact, impact dari penerapannya menarik dan menonjol 10. Expandible, dapat dilakukan dalam berbagai keadaan dan mudah
diperluas dalam kondisi yang berbeda-beda
Ringkasan dari materi penyuluhan pertanian perlu disiapkan dan dituangkan dalam bentuk “sinopsis”. Sinopsis berasal dari kata synopical yang artinya ringkas. Berdasarkan asal kata tersebut, sinopsis diartikan: ringkasan suatu materi tulisan yang panjang (baik fiksi maupun non-fiksi) dan sinopsis itu sendiri ditulis dalam bentuk narasi.
Tujuan penyusunan sinopsis yaitu untuk meringkas bahan-bahan materi penyuluhan sehingga menjadi lebih singkat, padat, mudah dipahami, dan terhindar dari bahan-bahan yang kurang relevan dengan topik yang telah ditetapkan. Sinopsis terdiri dari dua versi, yaitu:
1. Sinopsis yang ditulis untuk meringkas karya yang sudah ada atau sudah ditulis secara lengkap.
2. Sinopsis yang ditulis untuk persiapan menulis suatu gagasan yang akan dituangkan dalam bentuk fiksi maupun non-fiksi.
E. Metode Penyuluhan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) melalui Pasal 26 mengamanatkan bahwa penyuluhan dilakukan dengan pendekatan partisipatif melalui metode penyuluhan pertanian yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha.
Metode penyuluhan pertanian merupakan cara/teknik penyampaian
materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka tahu, mau, dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Permentan No:52, 2009). Metode ini bertujuan untuk:
1. mempercepat dan mempermudah penyampaian materi dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian;
2. meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian;
3. mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pertanian.
Metode penyuluhan pertanian merupakan cara dan prosedur yang digunakan oleh penyuluh/komunikator dalam menyampaikan pesan kepada sasaran agar terjadi perubahan perilaku dan kepribadian sasaran sebagaimana yang diharapkan (Wahjuti, 2014).
Berikut adalah pengelompokan metode penyuluhan :
1. Pendekatan Perorangan: Kunjungan Rumah, Kunjungan Usahatani, Inkuiri, Kontak Informal, Petani Model, dan Bendera Lapangan.
2. Pendekatan Kelompok: Ceramah, Demonstrasi Cara, Demonstrasi Hasil, Diskusi, Kontes / Perlombaan, Magang, Sekolah Lapangan, Hari lapangan petani (Farmers Field Day), Klinik, Widyawisata, Mimbar Sarasehan, Temu Wicara, Temu Usaha, dan Temu Karya.
3. Pendekatan Massal: Kampanye, Pameran, Brosur, Leaflet, Folder, Surat Kabar, Media Grafis, Siaran Radio, Siaran Televisi, Pemutaran Film, dan Internet.
Metode penyuluhan pertanian terdiri atas:
1. Teknik Komunikasi
a) Metode Penyuluhan Langsung Metode Penyuluhan Langsung dilakukan melalui tatap muka dan dialog antara penyuluh pertanian dengan pelaku utama dan pelaku usaha, antara lain: demonstrasi, kursus tani, obrolan sore.
b) Metode Penyuluhan Tidak Langsung Metode penyuluhan tidak langsung dilakukan melalui perantara (media komunikasi), antara lain:
pemasangan poster, penyebaran brosur/leaflet/folder/majalah, siaran radio, televisi, pemutaran slide dan film.
2. Jumlah Sasaran
a) Pendekatan Perorangan Penyuluhan Pertanian yang dilakukan secara perorangan, antara lain: kunjungan rumah/lokasi usaha, surat- menyurat, hubungan telepon.
b) Pendekatan Kelompok Penyuluhan Pertanian yang dilakukan secara berkelompok, antara lain: diskusi, karya wisata, kursus tani, pertemuan kelompok.
c) Pendekatan Massal Penyuluhan Pertanian yang dilakukan secara massal, antara lain: siaran radio, siaran televisi, pemasangan poster/spanduk, kampanye.
3. Indera Penerima dari SasaranIndera penerima digunakan oleh sasaran untuk menangkap rangsangan dalam kegiatan penyuluhan, semakin banyak indera pemerima yang digunakan maka akan semakin efektif penerimaan informasi penyuluhan. Metode penyuluhan pertanian berdasarkan indera penerima dari sasaran terdiri atas:
a) Indera Penglihatan Dalam metode ini materi penyuluhan pertanian diterima sasaran melalui indera penglihatan, antara lain: penyebaran bahan cetakan, slide, album foto.
b) Indera Pendengaran Dalam metode ini materi penyuluhan pertanian diterima sasaran melalui indera pendengaran, antara lain: hubungan telepon, obrolan sore, pemutaran tape recorder dan siaran pedesaan.
c) Kombinasi Indera Penerima Dalam metode ini materi penyuluhan pertanian diterima oleh sasaran melalui kombinasi antara indera penglihatan, indera pendengaran, penciuman serta perabaan, antara lain: demonstrasi cara/hasil, pemutaran film, pemutaran video dan siaran televisi.
F. Media Penyuluhan
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Kata tersebut berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Media pembelajaran adalah setiap alat, baik perangkat keras maupun perangkat lunak sebagai media komunikasi untuk memberikan kejelasan informasi (Kustiono, 2010).
Beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam proses penyuluhan dan pembelajaran dapat berupa simulator, model/alat peraga, flowchart, gambar, foto, bagan, diagram, media grafis, media interaktif, media audio visual dan lain- lain. Pengembangan media dimaksudkan untuk mempermudah tenaga pendidik dalam memberikan materi kepada sasaran suluh/didik, (Pritandhari dan Ratnawuri, 2015). Oleh sebab itu, pengembangan media pembelajaran sangat tergantung kepada tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.
Media yang terdiri dari gambar dan tulisan/kata-kata, baik elektronik maupun cetak, merupakan media yang efektif dalam proses penyuluhan karena lebih mudah dipahami dan menarik, gambar cocok untuk penyajian informasi ilustratif seperti tumbuhan atau hewan dan tulisan cocok untuk menyajikan data- data numerik (Van Den Ban dan Hawkins, 2008).
Media penyuluhan adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan pelaku utama dan pelaku usaha sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri pelaku utama dan pelaku usaha pertanian tersebut.
Fungsi Media Penyuluhan Pertanian
a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara petani dan penyuluh.
d. Memungkinkan petani belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
Pengelompokan media penyuluan dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Media penyuluhan pertanian berdasarkan panca indera :
a. Media benda sesungguhnya, rangsangan melalui seluruh pancaindera antara lain: spesimen, monster, sample.
b. Media Audio-Visual rangsangan melalui indera pendengaran dan indera penglihatan antara lain : film, siaran televisi, video.
c. Media Visual, melalui indera penglihatan antara lain : film, slide, foto, poster.
d. Media Audio, rangsangan melalui indera pendengaran antara lain : kaset rekaman, siaran radio
2. Media penyuluhan pertanian berdasarkan daya liput/jumlah sasaran.
a. Media Massal antara lain : siaran radio, siaran televisi dan media cetak.
b. Media Kelompok antara lain : film, slide, kaset rekaman,
transparansi.
c. Media individual antara lain : benda sesungguhnya, specimen.
3. Media penyuluhan pertanian Berdasarkan tingkat pengalaman belajar.
a. Media yang memberikan pengalaman belajar secara kongkrit melalui kehidupan masyarakat antara lain benda sesunguhnya, petak percontohan, spesimen.
b. Media yang memberi pengalaman belajar melalui benda/situasi tiruan antara lain : simulasi, permainan, model.
c. Media yang memberi pengalaman belajar melalui audio-visual aids (AVA) antara lain : film,slide, kaset dan rekaman.
d. Media yang memberi pengalaman belajar melalui kata-kata baik lisan atau tertulis antara lain : buku, majalah, ceramah.
Prosedur pemilihan media penyuluhan pertanian perlu mendapat perhatian sebagai berikut :
1. Tetapkan pesan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran yakni kebutuhan petani.
2. Rumuskan tujuan yang hendak dicapai yakni perubahan prilaku petani dengan aspek pengetahuan keterampilan dan sikap.
3. Lakukan pemilihan terhadap media penyuluhan yang tersedia, potensi lingkungan petani yang dapat dimanfaatkan sebagai media penyuluhan dan penilaian terhadap tahap adopsi sasaran
4. Perhitungan biaya yang diperlukan untuk persiapan pembuatan atau pengadan media penyuluhan.
5. Tetapkan media penyuluhan sesuai dengan metode penyuluhan yang telah ditetapkan.
6. Lakukan evaluasi pemilihan dan penggunaan metode
G. Evalusai Penyuluhan
Evaluasi merupakan metode untuk mengkaji keberhasilan suatu aktivitas tertentu, dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan lagi hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya (Nasution, 1990). Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), evaluasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah suatu alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya ditentukan secara sistematis dan seobyektif mungkin. Evaluasi penyuluhan pertanian digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti dalam perencanaan program, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan program untuk mencapai kebijaksanaan penyuluhan yang lebih efektif.
Tujuan evaluasi penyuluhan pertanian yaitu :
1. Untuk menentukan sejauh mana kegiatan penyuluhan pertanian dapat dicapai yang ditandai dengan perubahan perilaku petani yang menjadi sasaran didik dari kegiatan penyuluhan pertanian.
2. Didapat keterangan-keterangan dari lapangan yang dapat digunakan untuk penyesuaian program penyuluhan pertanian yang sedang berjalan.
3. Untuk mengukur keefektifan dari metode dan alat bantu yang digunakan dalam melaksanakan penyuluhan pertanian.
4. Untuk mendapatkan data laporan tentang hal-hal yang terjadi dilapangan.
5. Untuk memperoleh landasan bagi program penyuluhan pertanian.
6. Memberikan kepuasan bagi psikologis orang-orang yang terlibat di dalam program penyuluhan pertanian.
Objek yang di evaluasi dalam penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:
1. Petani/peternak/pekebun dan keluarganya yang terjangkau oleh kegiatan penyuluhan.
2. Karakteristik individu, sosial ekonomi, adopsi-inovasi, cosmopolitan, dan lainnya.
3. Kepemimpinan petani.
4. Partisipasi petani terhadap kelompoknya.
5. Tingkat perubahan perilaku.
6. Peningkatan kelas kelompok.
7. Pengguna aktif informasi.
8. Kemandirian.
Evaluasi penyuluhan merupakan suatu proses untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam program penyuluhan. Evaluasi penyuluhan lebih difokuskan pada peninjauan kembali proses penyuluhan dan menilai hasil penyuluhan serta dampak penyuluhan yang dikaitkan dengan kinerja SDM.
Langkah-langkah evaluasi pada dasarnya sama yaitu menetapkan obyek, menetapkan data atau informasi yang akan dikumpulkan, cara pengumpulannya, alat/instrumen yang digunakan, cara mengolah data/informasi serta melaporkan hasil-hasilnya. Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan sebagai berikut:
1. Memahami tujuan-tujuan penyuluhan yang akan dievaluasi. Unsur- unsurnya dalam tujuan penyuluhan antara lain:
a. sasaran (S)
b. perubahan perilaku yang dikehendaki (P) c. materi (M)
d. kondisi/situasi (K)
2. Menetapkan indikator-indikator untuk mengukur kemajuan-kamajuan yang dicapai. Indikator-indikatornya meliputi:
a. indikator perubahan kognitif
b. Indikator perubahan kemampuan afektif c. Indikator perubahan psikomotor
3. Membuat alat pengukur untuk mengumpulkan data, Alat pengukur yang dapat dipakai untuk mengukur data :
a. pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengetahuan (daya mengingat)
b. pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengertian
c. pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah
d. rating scale untuk mengukur ketrampilan atau kegiatan-kegiatan praktek
e. skala sikap f. skala minat
4. Menarik sampel (sampling) dan melakukan pengumpulan data 5. Melakukan analisis dan interpretasi data
6. Membuat alat pengukur/instrumen evaluasi harus memenuhi persyaratan alat ukur.
1) Kesahihan (validity)
sahih, bila alat ukur yang digunakan sesuai dengan obyek yang hendak diukur
a. alat ukur perubahan perilaku sikap, pengetahuan dan ketrampilan
b. alat ukur harus sahih untuk mengukur ’subyek materi” atau
informasi yang disuluhkan.
2) Keterandalan (reliability)
Kemampuan alat ukur, dapat digunakan orang lain dan memperoleh hasil yang sama dalam situasi dan kondisi apapun.
3) Obyektivitas
alat ukur harus obyektif kongkrit, jelas, hanya memiliki satu interpretasi untuk menganalisis.
4) Praktis (practicability)
Mudah digunakan efektif untuk bahan pengukuran dan bersifat efektif untuk menganalisis.
5) Sederhana (simple)
Tidak terlalu rumit/kompleks sehingga mudah di mengerti
Alur Pikir
IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH
Keadaan Sekarang
1. Proses pencatatan recording masih dilakukan oleh KUD
2. Kesadaran peternak untuk melakukan recording sangat rendah
Keadaan Yang Diharapkan
1. Peternak mampu melakukan recording ternak sapi perahnya secara mandiri 2. Peternak dapat melakukan recording
guna membantu manajemen peternakannya
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan recording ternak sapi perah di desa kemiri?
2. Bagaimana rancangan penyuluhan recording ternak sapi perah di desa kemiri?
3. Bagaimana sikap peternak di desa kemiri terhadap recording sapi perah yang telah dirancang?
Tujuan
1. Mengetahui desain recording ternak sapi perah di desa kemiri
2. Menyusun rancangan penyuluhan recording ternak sapi perah agar penerapannya efektif
3. Mengetahui sikap peternak di desa kemiri terhadap desain recording ternak sapi perah yang telah dirancang
Kajian
Pelaksanaan Recording Ternak Sapi Perah Di Kelompok Tani Mekar Asri Desa Kemiri Kecamatan Jabung Kabupaten Malang
Rancangan Penyuluhan
Sasaran Peternak Sapi Perah Di
Desa Kemiri
Materi
Pengenalan recording ternak sapi perah
Metode
Media
Evaluasi
Peningkatan Pengatahuan
Pelaksanaan Penyuluhan Evaluasi Hasil
Penyuluhan
BAB III
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu
Lokasi yang digunakan untuk penelitian tugas akhir ini bertempat di Desa Kemiri, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Penentuan lokasi penelitian di Desa Kemiri, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, karena di daerah tersebut memiliki potensi sapi perah yang perlu dikembangkan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2021 kurang lebih 3 bulan.
Metode Penelitian
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.
Dimana penelitian ini memilih pada analisis kuantitatif. Sugiyono (2018) menyatakan metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk mengambarkan dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode survey dipilih untuk mengetahui sikap peternak di desa kemiri kecamatan jabung dalam melaksanakan recording ternak sapi perahnya, menggunakan komputerisasi pada software Excell 2010 dan Statistical for Service Solution (SPSS) versi 20 untuk melakukan uji validitas dan juga reabilitas. Pada reabilitas item diuji dengan melihat Koefisien Alpha dengan melakukan Realibility Analysis yang ada di SPSS 20.
Populasi dan Sempel
Pada kajian ini populasi yang digunakan yaitu peternak di Desa Kemiri Kecamatan Jabung Kabupaten Malang Jawa Timur. Pengambilan sampel dari populasi penelitian dilakukan dengan teknik pengambilan Sampel Proporsional Random Sampling. Menurut Sugiyono (2017), Proporsional Random Sampling
yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan cara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut.
Jenis Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2018). Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sasaran melalui pengisian angket/kuesioner dan wawancara tambahan. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh sasaran penelitian. Kuesioner yang telah dipersiapkan peneliti berisi pertanyaan yang mendukung untuk menjaring kebutuhan data.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang sudah tersedia. Data yang ada sudah diolah dan siap digunakan untuk mendukung keperluan penelitian, contohnya profil desa, programa kecamatan, gambaran umum wilayah, data populasi masyarakat dan lain sebagainya.
Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Sugiyono (2014:21) metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi yaitu dengan menggunakan komputerisasi pada software Excell 2010 dan