• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

No. 46/08/17/III, 3 Agustus 2016

I NDEKS D EMOKRASI I NDONESIA (IDI) P ROVINSI B ENGKULU 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015 SEBESAR 73,60 DALAMSKALA0 SAMPAI100,ANGKA ININAIK DIBANDINGKANDENGAN IDIPROVINSI BENGKULU 2014SEBESAR71,70.

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Provinsi Bengkulu 2015

IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia.

Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu adalah Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

IDI bertujuan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat perkembangan demokrasi. Dari indeks tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai dengan ketiga aspek yang diukur. Di samping level nasional, IDI juga dapat memberikan gambaran perkembangan demokrasi di provinsi-provinsi seluruh Indonesia. IDI merupakan indikator yang tidak hanya melihat gambaran demokrasi yang berasal dari sisi kinerja pemerintah/birokrasi saja. Namun, juga melihat perkembangan demokrasi dari aspek peran masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga peradilan dan penegak hukum. Oleh karena itu, perkembangan IDI merupakan tanggung jawab bersama semua stakeholder, tidak hanya pemerintah saja.

Tingkat demokrasi dikelompokkan menjadi tiga kategori yakni “baik” (indeks >80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60). Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Bengkulu 2015 sebesar

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Bengkulu 2015 sebesar 73,60 dalam skala 0 sampai 100. Angka ini naik 1,9 poin dibandingkan dengan IDI 2014 sebesar 71,70. Kinerja demokrasi Indonesia Provinsi Bengkulu masih berada pada kategori “sedang”. Tingkat demokrasi dikelompokkan menjadi tiga kategori yakni “baik” (indeks >80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan

“buruk” (indeks < 60).

Kenaikan IDI dari 2014 - 2015 dipengaruhi perubahan dua aspek demokrasi yakni Hak-Hak Politik yang naik 4,47 poin (dari 63,98 menjadi 68,45) dan Lembaga-lembaga Demokrasi yang naik 1,45 poin (dari 74,16 menjadi 75,61) sedangkan aspek Kebebasan Sipil mengalami penurunan sebesar 0,99 poin (dari 79,49 menjadi 78,50).

Metodologi pengumpulan data IDI terdiri dari 4 sumber data yaitu : (1) review surat kabar lokal, (2) review dokumen (Perda, Pergub, dll), (3) Focus Group Discussion (FGD), dan (4) wawancara mendalam.

(2)

73,60 dari skala 0 sampai 100, angka ini naik 1,90 poin dibandingkan dengan IDI Tahun 2014 sebesar 71,70. Meskipun mengalami peningkatan, tingkat demokrasi di Provinsi Bengkulu secara umum masih dalam kategori sedang.

Perubahan IDI dari 2009 hingga 2015 mengalami fluktuasi (2009 sebesar 64,76; 2014 sebesar 71,70; dan 2015 sebesar 73,60 ). Nilai IDI Provinsi Bengkulu 2015 merupakan capaian tertinggi selama 7 tahun penghitungan IDI (2009-2015). Fluktuatifnya angka IDI adalah cermin dinamika situasi demokrasi di negara kita (khususnya Provinsi Bengkulu). IDI sebagai sebuah alat ukur perkembangan demokrasi yang khas Indonesia, memang dirancang untuk sensitif terhadap naik-turunnya kondisi demokrasi regional.

Karena IDI disusun berdasarkan evidence based (kejadian) sehingga potret yang dihasilkan merupakan refleksi realitas yang terjadi.

Grafik 1. Perkembangan IDI Bengkulu 2009 - 2015

2. Perkembangan Indeks Aspek IDI

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 78,5; aspek Hak-hak Politik sebesar 68,45; dan aspek Lembaga Demokrasi sebesar 75,61.

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Provinsi Bengkulu, 2009 - 2015 64.76

70.78 71.36

61.7 59.17

71.7 73.6

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

100 80 60 Baik

sedang

Buruk

0

94.26 94.40 94.10

77.76

71.57 79.49

78.50

54.03

64.35

59.47 48.93

49.28

63.98 68.45 44.70

51.29

61.63

61.79

59.28

74.16 75.61

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

100

80

60 Baik

Sedang

Buruk 0

Hak-hak Politik

Kebebasan Sipil

Lembaga Demokrasi

(3)

Pada tahun 2015 merupakan waktu dimana rentang nilai ketiga aspek paling rapat, yakni antara 68,45-78,50. Pada tahun-tahun sebelumnya rentang nilainya lebih lebar. Ini terjadi karena dua aspek demokrasi yang mengalami peningkatan pada 2015 yaitu aspek hak-hak politik sebesar 4,47 poin dan aspek lembaga demokrasi sebesar 1,45 poin. Sedangkan aspek kebebasan sipil sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 0,99 poin. Walaupun terjadi penurunan pada aspek kebebasan sipil namun pola sebaran kategori tidak berubah dengan tahun pengukuran sebelumnya secara umum tetap kategori

“sedang”. Perlu menjadi perhatian, pada aspek kebebasan sipil kendati terdapat perbaikan pada kebebasan berpendapat namun masih terdapat ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah dan masyarakat yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat. Sementara dari aspek lembaga demokrasi peran DPRD sebagai fungsi legislasi masih tetap cenderung rendah.

3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Provinsi Bengkulu

Menurut nilai indeks variabel IDI 2015 terdapat enam variabel yang mengalami penurunan indeks dan empat variabel mengalami kenaikan. Dari enam variabel yang mengalami penurunan, lima diantaranya merupakan penurunan yang cukup berarti. Penurunan terbesar pada indeks variabel kebebasan berkumpul dan berserikat.

Grafik 3 memperlihatkan variabel kebebasan berkumpul dan berserikat menurun dari kategori baik menjadi buruk, dari 100,00 pada 2014 menjadi 23,44 pada 2015. Indeks variabel lain yang menurun cukup berarti diantaranya peran birokrasi pemerintah daerah dan peran peradilan yang independen.

Tiga variabel yang mengalami kenaikan indeks adalah kebebasan berpendapat, peran partai politik dan peran DPRD sebagai fungsi anggaran masing-masing naik sebesar 86,12 poin, 25,71 poin dan 17,40 poin. Perkembangan indeks variabel secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Grafik 3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Provinsi Bengkulu, 2014-2015

4. Perkembangan Skor Indikator IDI

Perlu diketahui, mulai periode 2015 diterapkan 2 indikator baru komponen dari variabel “Peran Birokrasi Pemerintah Daerah”, sebagai langkah penyempurnaan agar lebih sensitif pada situasi

0 20 40 60 80 100

Kebebasan Berkumpul dan Berserikat

Kebebasan Berpendapat

Kebebasan Berkeyakinan

Kebebasan dari Diskriminasi

Hak Memilih dan Dipilih Partisipasi Politik dalam Pengambilan

Keputusan dan Pengawasan Pemilu yang Bebas

dan Adil Peran DPRD Peran Partai Politik

Peran Birokrasi Pemerintah Daerah

Peran Peradilan yang Independen

2014 2015

(4)

lapangan yang terkini. Dua indikator tersebut adalah indikator 25 (Kebijakan pejabat pemerintah daerah yang bersalah oleh keputusan PTUN) dan indikator 26 (Upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah Daerah).

Indikator pada IDI 2015 terdapat 16 indikator mencapai kinerja kategori “baik”(skor di atas 80) yaitu indikator 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 17, 18, 19, 20, 24, 25, 27, dan 28 (lihat Tabel 1 angka yang bercetak tebal). Pada tahun 2015 masih terdapat masalah kronis yakni kinerja demokrasi “buruk” (skor di bawah 60) sebanyak 6 indikator. Indikator-indikator yang termasuk dalam kategori tersebut adalah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat, persentase perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD Provinsi, demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan, perda yang merupakan inisiatif DPRD, rekomendasi DPRD kepada eksekutif, dan kegiatan kaderisasi yang dilakukan peserta pemilu. Oleh karena itu, indikator tersebut memerlukan perhatian khusus agar nilainya dapat membaik.

(5)

5. Tabel-tabel

(6)

Tabel 1. Perkembangan Skor Indikator 2014 dan 2015 IDI Provinsi Bengkulu

Nomor Indikator 2014 2015

A. ASPEK KEBEBASAN SIPIL

I. Kebebasan Berkumpul dan Berserikat

1 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan

berkumpul dan berserikat 100,00 12,50

2 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan

berkumpul dan berserikat 100,00 100,00

II. Kebebasan Berpendapat

3 Ancaman /penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan

berpendapat 0,00 83,33

4 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan

berpendapat 0,00 100,00

III. Kebebasan Berkeyakinan

5 Aturan tertulis yang membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama 95,65 83,70 6 Tindakan/pernyataan pejabat membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama 27,50 62,50 7 Ancaman/penggunaan kekerasan dari satu kelompok terkait ajaran agama 70,00 80,00

IV. Kebebasan dari Diskriminasi

8 Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis, kelompok 100,00 100,00 9 Tindakan/pernyataan pejabat yang diskriminatif dalam hal gender dst 77,50 62,50 10 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender 100,00 100,00

B. ASPEK HAK-HAK POLITIK V. Hak Memilih dan Dipilih

11 Hak memilih atau dipilih terhambat 100,00 100,00

12 Kurang fasilitas sehingga penyandang cacat tidak dapat menggunakan hak pilih 60,00 60,00

13 Kualitas Daftar Pemilih Tetap (DPT) 76,14 76,14

14 Voters turnout 79,28 79,28

15 % Perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD Propinsi 59.26 51,85 VI. Partisipasi politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan

16 Demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan 0,00 32,61

17 Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan 100,00 86,56 C. ASPEK LEMBAGA DEMOKRASI

VII. Pemilu yang Bebas dan Adil

18 Keberpihakan KPUD dalam penyelenggaraan pemilu 100,00 100,00

19 Kecurangan dalam penghitungan suara 93,67 93,67

VIII. Peran DPRD

20a Alokasi anggaran pendidikan 33,55

100,00

20b Alokasi Anggaran Kesehatan 100,00

21 Perda yang merupakan inisiatif DPRD 28,57 0,00

22 Rekomendasi DPRD kepada Eksekutif 0,00 0,00

IX. Peran Partai Politik

23 Kegiatan kaderisasi yang dilakukan partai peserta pemilu 14,29 42,86

24 % perempuan pengurus partai politik 100,00 100,00

X. Peran Birokrasi pemerintah Daerah

25 Penggunaan fasilitas pemerintah untuk kepentingan parpol 99,85 26 Keterlibatan PNS dalam kegiatan parpol peserta pemilu 100,00

25 Kebijakan pejabat pemerintah daerah yang dinyatakan bersalah oleh keputusan PTUN 92,11

26 Upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah 66,67

XI. Peran Peradilam yang Independen

27 Keputusan hakim yang kontroversial 100,00 81,25

28 Penghentian penyidikan yang kontroversial oleh jaksa atau polisi 100,00 100,00

(7)

Tabel 2. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Berdasarkan Aspek dan Provinsi, 2014-2015

Provinsi

IDI 2014 IDI 2015

IDI

Aspek Kebebasan

Sipil

Aspek Hak-hak Politik

Aspek Lembaga Demokrasi

IDI

Aspek Kebebasan

Sipil

Aspek Hak-hak Politik

Aspek Lembaga Demokrasi

Aceh 72,29 69,76 63,94 88,73 67.78 74.81 63.98 64.97

Sumatera Utara 68,02 79,86 61,97 62,75 69.01 82.02 62.17 63.52

Sumatera Barat 63,99 47,21 61,82 88,56 67.46 52.99 69.77 82.01

Riau 68,40 74,35 59,74 74,69 65.83 66.46 66.61 63.80

Jambi 71,15 78,23 54,01 89,48 70.68 75.89 62.12 77.72

Sumatera Selatan 74,82 86,09 63,57 78,53 79.81 96.06 78.79 61.00

Bengkulu 71,70 79,49 63,98 74,16 73.60 78.50 68.45 75.61

Lampung 71,62 72,06 63,69 83,66 65.95 71.99 63.19 62.74

Kep. Bangka Belitung 75,32 89,80 56,48 87,01 72.31 81.25 66.95 69.60

Kepulauan Riau 68,39 82,47 58,35 66,61 70.26 80.16 65.01 66.13

DKI Jakarta 84,70 91,72 73,94 92,97 85.32 89.64 83.19 83.26

Jawa Barat 71,52 83,95 65,22 65,89 73.04 79.10 81.89 51.37

Jawa Tengah 77,44 87,87 67,08 80,77 69.75 79.44 67.28 61.48

D.I.Yogyakarta 82,71 86,25 76,07 88,82 83.19 90.41 77.98 82.38

Jawa Timur 70,36 81,62 56,29 78,54 76.90 85.26 67.44 81.39

Banten 75,50 81,10 63,68 87,22 68.46 74.28 63.72 68.66

Bali 76,13 92,16 61,27 79,56 79.83 94.42 77.42 65.31

Nusa Tenggara Barat 62,62 58,73 62,08 68,38 65.08 51.59 61.11 88.36 Nusa Tenggara Timur 68,81 85,92 65,13 53,12 78.47 93.19 71.69 70.73 Kalimantan Barat 80,58 98,44 63,12 85,84 76.40 96.81 65.57 67.95 Kalimantan Tengah 79,00 92,93 66,42 81,48 73.46 85.07 68.31 67.05 Kalimantan Selatan 70,84 58,43 76,45 77,53 74.76 54.15 85.77 83.17 Kalimantan Timur 77,77 93,28 70,42 69,94 81.24 93.07 82.74 63.99

Kalimantan Utara - - - - 80.16 98.10 83.65 52.05

Sulawesi Utara 83,94 93,56 80,89 76,68 79.40 86.71 77.92 72.53

Sulawesi Tengah 74,36 86,56 59,01 83,42 76.67 94.60 68.85 66.53

Sulawesi Selatan 75,30 86,27 73,99 63,58 67.90 69.38 64.25 71.84 Sulawesi Tenggara 70,13 90,89 53,20 70,92 69.44 91.14 56.95 61.99

Gorontalo 73,82 82,19 63,67 79,41 76.77 81.35 69.97 81.81

Sulawesi Barat 76,69 90,22 63,64 80,39 68.25 81.88 61.16 62.37

Maluku 72,72 90,85 60,03 70,09 65.90 76.04 63.20 57.43

Maluku Utara 67,90 76,90 60,61 68,16 61.52 73.53 61.00 47.25

Papua Barat 65,65 97,93 39,29 66,93 59.97 92.33 39.48 51.81

Papua 62,15 85,69 42,51 63,75 57.55 82.72 41.81 50.87

INDONESIA 73,04 82,62 63,72 75,81 72.82 80.30 70.63 66.87

6. Penjelasan Teknis

(8)

Pembangunan demokrasi dan politik merupakan hal yang penting dan terus diupayakan oleh pemerintah. Namun, untuk mengukur pencapaiannya baik di tingkat daerah maupun pusat bukan sesuatu hal yang mudah. Pembangunan demokrasi memerlukan data empirik untuk dapat dijadikan landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang spesifik dan akurat. Untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan demokrasi politik di Indonesia maka sejak tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) bersama stakeholder lain seperti Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (KEMENKOPOLHUKAM), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI), United Nations Development Programme (UNDP) dan Tim Ahli.

Pengumpulan data IDI mengombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai tahapan yang saling melengkapi. Pada tahap pertama data kuantitatif dikumpulkan dari koding surat kabar dan dokumen tertulis seperti Perda atau peraturan dan surat keputusan kepala daerah, yang sesuai dengan indikator-indikator IDI. Temuan-temuan tersebut kemudian diverifikasi dan dielaborasi melalui focus group discussion (FGD) sebagai tahap pengumpulan data kedua, sekaligus menggali kasus- kasus yang tidak tertangkap di koding surat kabar/dokumen. Pada tahap ketiga data-data yang telah terkumpul tersebut diverifikasi melalui wawancara mendalam dengan narasumber yang kompeten memberikan informasi tentang indikator IDI. Semua tahapan pengumpulan data dilakukan oleh BPS Provinsi, diolah di BPS RI, dan diverifikasi oleh Dewan Ahli beserta mitra kerja lain pada semua tahapannya.

Komponen Penghitungan IDI 2009 - 2015

Aspek Variabel Indikator *)

1. Kebebasan Sipil 1. Kebebasan Berkumpul dan Berserikat 2 Indikator

2. Kebebasan Berpendapat 2 Indikator

3. Kebebasan Berkeyakinan 3 Indikator

4. Kebebasan dari Diskriminasi 3 Indikator

2. Hak-Hak Politik 5. Hak Memilih dan Dipilih 5 Indikator 6. Partisipasi Politik dalam Pengambilan

Keputusan dan Pengawasan Pemerintahan 2 Indikator 3. Institusi Demokratis 7. Pemilu yang Bebas dan Adil 2 Indikator

8. Peran DPRD 3 Indikator

9. Peran Partai Politik 2 Indikator

10. Peran Birokrasi pemerintah Daerah 2 Indikator

11. Peradilan yang Independen 2 Indikator

Catatan: *) = rincian indikator dapat dilihat pada Tabel 1

Dari sisi penghitungan Indeks, IDI harus melalui tiga tahapan proses yakni pertama, menghitung indeks akhir untuk setiap indikator; kedua, menghitung indeks provinsi; dan ketiga, menghitung indeks keseluruhan atau IDI Nasional. Ketiga tahapan ini secara hierarkhis terkait satu dengan yang lain. Indeks masing-masing indikator IDI (28 indikator) di setiap provinsi memberikan kontribusi dalam penghitungan indeks 11 variabel IDI, selanjutnya indeks 11 varibel memberikan kontribusi terhadap penghitungan indeks tiga aspek IDI. Komposit indeks ketiga aspek IDI inilah yang merefleksikan indeks demokrasi di masing-masing provinsi. Dan pada akhirnya komposit indeks provinsi menentukan IDI Nasional.

(9)

Untuk menggambarkan capaian tingkat demokrasi dalam IDI digunakan skala 0 – 100. Skala ini merupakan skala normatif di mana 0 adalah tingkat terendah dan 100 adalah tingkat tertinggi. Tingkat terendah (nilai indeks = 0) secara teoretik dapat terjadi bila semua indikator mendapatkan skor yang paling rendah (skor 0). Sebaliknya, tingkat tertinggi (nilai indeks = 100) secara teoritik dimungkinkan apabila seluruh indikator memperoleh skor tertinggi. Selanjutnya, untuk memberi makna lebih lanjut dari variasi indeks yang dihasilkan, skala 0 – 100 tersebut dibagi ke dalam tiga kategori tingkat demokrasi, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

Pada 2015 sejalan dengan dinamika demokrasi dan agar sensitif dengan kondisi lapangan terkini maka diterapkan dua indikator baru yakni indikator 25 “Kebijakan pejabat pemerintah daerah yang dinyatakan bersalah oleh keputusan PTUN” dahulu “Laporan dan berita penggunaan fasilitas pemerintah untuk kepentingan calon/parpol tertentu dalam pemilu legislatif” dan indikator 26 yakni

“Upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah” dahulu “Laporan dan berita keterlibatan PNS dalam kegiatan politik parpol pada pemilu legislatif”.

Gambar

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Provinsi Bengkulu, 2009 - 2015 64.7670.7871.3661.759.1771.7 73.620092010201120122013201420151008060BaiksedangBuruk0 94.26 94.40 94.10 77.76 71.57 79.49 78.50 54.03 64.35 59.47 48.93 49.28 63.98 68.4544.7051.2961.6361
Grafik 3 memperlihatkan variabel kebebasan berkumpul dan berserikat menurun dari kategori baik  menjadi  buruk,  dari  100,00  pada  2014  menjadi  23,44  pada  2015
Tabel 1. Perkembangan Skor Indikator 2014 dan 2015 IDI Provinsi Bengkulu
Tabel 2. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Berdasarkan Aspek dan Provinsi, 2014-2015  Provinsi  IDI 2014  IDI 2015  IDI  Aspek  Kebebasan  Sipil  Aspek  Hak-hak Politik  Aspek  Lembaga  Demokrasi  IDI  Aspek  Kebebasan Sipil  Aspek  Hak-hakPolitik  A

Referensi

Dokumen terkait

Angka IDI Kalimantan Utara 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 100,00; aspek Hak-hak Politik

Angka IDI 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 93,28; aspek Hak-hak Politik sebesar 70,42; dan

Angka IDI 2014 di Provinsi Riau merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan skor sebesar 74,35; aspek Hak-hak

Angka IDI Sulawesi Tenggara 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek “Kebebasan Sipil” dengan indeks sebesar 91,14; aspek

Angka IDI Sulawesi Utara 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 93,56; aspek Hak-hak Politik sebesar 80,89; dan

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan indeks 80,16; aspek Hak-hak Politik sebesar 65,01; dan aspek

Angka IDI Sulawesi Tenggara 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek “Kebebasan Sipil” dengan indeks sebesar 90,89; aspek

Angka IDI DKI Jakarta 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek kebebasan sipil sebesar 91,72; aspek hak-hak politik sebesar