• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangkut berbagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangkut berbagai"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI 1. PERILAKU SEKSUAL

Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual.

Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis.

Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks. Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual. Dimensi kultural menunjukan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.

Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam

8

(2)

kehidupan pribadi dan sosialnya. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati (Maulana, 2007)

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis.

Dalam hal ini, perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Dalam hal ini tingkah laku seksual diurutkan sebagai berikut:

1. Berkencan

2. Berpegangan tangan 3. Mencium pipi 4. Berpelukan 5. Mencium bibir

6. Memegang buah dada di atas baju 7. Memegang buah dada di balik baju 8. Memegang alat kelamin di atas baju 9. Memegang alat kelamin di bawah baju 10. Melakukan senggama

(Sarwono, 2006).

(3)

a) Hal yang Menyebabkan Timbulnya Perilaku Seksual

Menurut Sarwono (2006), secara garis besar perilaku seksual pada remaja disebabkan oleh:

1. Meningkatnya libido seksual

Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik.

2. Penundaan usia perkawinan

Dengan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat, dengan makin banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah, makin tertunda kebutuhan untuk mengawinkan anak-anaknya untuk bersekolah dulu sebelum mengawinkan mereka.

3. Tabu / larangan

Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah. Pada masyarakat modern bahkan larangan tersebut berkembang lebih lanjut pada tingkat yang lain seperti berciuman dan masturbasi, untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan mempunyai kecenderungan melanggar larangan tersebut.

4. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Remaja yang sudah mulai berkembang kematangan seksualnya secara lengkap kurang mendapat pengarahan dari orang tua mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang akibat-akibat

(4)

perilaku seks pranikah maka mereka sulit mengendalikan rangsangan-rangsangan dan banyak kesempatan seksual pornografi melalui media massa yang membuat mereka melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa mengetahui risiko-resiko yang dapat terjadi seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan infeksi menular seksual.

5. Pergaulan semakin bebas

Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap anak remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja. Oleh karena itu di samping komunikasi yang baik dengan anak, orang tua juga perlu mengembangkan kepercayaan anak pada orang tua.

b) Pola Perilaku Seksual Remaja a. Masturbasi

Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan pada bagian tubuh yang sensitive, namun tidak sama pada masing-masing orang, misalnya: puting payudara, paha bagian dalam, alat kelamin (bagi wanita terletak pada klitoris dan sekitar vagina; sedangkan bagi laki-laki terletak pada sekitar

(5)

kepala dan leher penis). Misalnya laki-laki melakukan masturbasi dengan meraba penisnya, remaja perempuan menyentuh klitorisnya hingga dapat menimbulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi pada remaja laki-laki.

Secara medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan.

Orang yang melakukannya tidak akan mengalami kerusakan pada otak atau bagian tubuh lainnya. Masturbasi juga tidak menimbulkan risiko fisik seperti mandul, impotensi, dan cacat asal dilakukan secara aman, steril, tidak menimbulkan luka dan infeksi.

Risiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologis seperti rasa bersalah, berdosa, dan rendah diri karena melakukan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama dan nilai-nilai budaya sehingga jika sering dilakukan akan menyebabkan terganggunya konsentrasi pada remaja tertentu.

b. Onani

Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang berpendapat bahwa onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah masturbasi dapat berlaku pada perempuan maupun laki-laki.

c. Petting

Petting adalah melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, jadi sebatas digesekkan saja ke alat kelamin perempuan.

(6)

Ada pula yang mengatakan petting sebagai bercumbu berat.

Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan seks. Walaupun tanpa melepaskan pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan karena sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim, karena ketika terangsang perempuan akan mengeluarkan cairan yang mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim.

d. Hubungan Seksual

Hubungan seksual yaitu masuknya penis ke dalam vagina.

Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang di dalamnya terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan.

c) Perilaku Seks Pranikah

Segala bentuk aktivitas seksual yang dilakukan sebelum menikah meliputi sentuhan seksual, membangkitkan gairah seksual, seks oral, seks anal, masturbasi dan hubungan heteroseksual ( Soetjiningsih, 2007)

d) Akibat Hubungan Seks Pranikah Risiko berhubungan seksual pra-nikah:

Selain dilarang agama, hubungan seks pra-nikah banyak mengandung risiko seperti:

(7)

a. Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), hal ini membuat remaja terpaksa menikah, padahal mereka belum siap mental, sosial, ekonominya.

b. Pengguguran kandungan (Aborsi), jika hal ini dilakukan oleh orang yang kurang terlatih dapat terjadi perdarahan bahkan bisa menyebabkan kematian.

c. Terkena penyakit menular seksual (IMS/HIV/AIDS), khususnya remaja yang sering berganti-ganti pasangan apalagi yang berhubungan seks dengan penjajah seks (Suhanda, 2006).

2. PERILAKU a. Pengertian

Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. perilaku terdiri dari persepsi (perception ), respon terpimpin (Guided Respon), mekanisme (Mechanisme), adopsi (Adoption) (Notoatmodjo, 2003).

Deterninan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari berbagai faktor baik internal maupun ekternal (lingkungan). Perilaku manusia dapat terlihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Secara lebih terperinci perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, sikap, keinginan, kehendak, minat dan motivasi.

(8)

b. Komponen Perilaku

Perilaku adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Perilaku hidup sehat didefinisikan sebagai perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan batasan ini, perilaku sehat dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan atau health maintanance Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku hidup sehat lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan lain. Dengan kata lain bagaimana seseorang mengelola

(9)

lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakat (Notoatmodjo 2003)

c. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980). Yang dikutip oleh Notoatmodjo (2000) menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors).

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonami dan sebagainya.

2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, bidan, poliklinik dan sebagainya.

Faktor ini pada hakekatnya mendukung akan memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.

3) Faktor-faktor penguat (reenforcing factors)

Faktor-faktor penguat ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas.

(10)

Termasuk juga undang-undang, peraturan-peraturan baik pusat maupun daerah yang terkait dengan kesehatan.

Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

b. Interest (ketertarikan) terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini sikap subyek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (penilaian) terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana subyek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.

e. Adoption, dimana subyek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian sebelumnya, Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap- tahap tersebut di atas, apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari pengetahuan, kesadaran, dan sikap tersebut, maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

(11)

3. INFEKSI MENULAR SEKSUAL ( IMS ) a. Pengertian

IMS adalah singkatan dari Infeksi Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina). IMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa IMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. Contohnya, baik HIV/AIDS dan Hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seks tapi keduanya tidak terlalu menyerang alat kelamin (Qomariyah, 2009)

Kebanyakan IMS membahayakan organ-organ reproduksi. Pada wanita, IMS menghancurkan diding vagina atau leher rahim, biasanya tanpa tanda-tanda infeksi. Pada pria, yang terinfeksi lebih dulu adalah saluran air kencing. Jika IMS tidak diobati dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal dari penis dan berakibat sakit pada waktu buang air kecil. IMS yang tidak diobati dapat mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian dalam dan menyebabkan kemandulan baik pada pria atau wanita. Ada beberapa bahaya IMS, yaitu:

1. Kebanyakan IMS dapat menyebabkan sakit 2. Beberapa IMS dapat menyebabkan kemandulan 3. Beberapa IMS dapat menyebabkan keguguran

(12)

4. PMS dapat menyebabkan kanker leher rahim

5. Beberapa IMS dapat merusak penglihatan, otak dan hati 6. IMS dapat menular kepada bayi

7. IMS dapat menyebabkan rentan terhadap HIV/AIDS 8. Beberapa IMS ada yang tidak bisa disembuhkan

9. Beberapa IMS seperti halnya HIV/AIDS dan Hepatitis B dapat menyebabkan kematian.

b. Tanda dan Gejala Umum Infeksi Menular Seksual

Terkadang, IMS tidak menunjukkan gejala sama sekali, sehingga kita tidak tahu kalau kita sudah terinfeksi. IMS dapat bersifat asymptomatic (tidak memiliki gejala) baik pada pria atau wanita.

Beberapa IMS baru menunjukkan tanda-tanda dan gejala berminggu- minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi.Pada wanita, IMS bahkan tidak dapat terdeteksi. Walaupun seseorang tidak menunjukkan gejala-gejala terinfeksi IMS, dan tidak mengetahui bahwa mereka terkena IMS, mereka tetap bisa menulari orang lain.

Orang yang terinfeksi HIV biasanya tidak menunjukkan gejala setelah bertahun-tahun terinfeksi. Tidak seorangpun dapat menentukan apakah betul atau tidak seseorang terinfeksi hanya berdasarkan penampilannya saja. Walaupun orang tersebut mungkin terlihat sehat, mereka masih bisa menularkan HIV kepada orang lain. Kadang, orang yang sudah terinfeksi HIV tidak sadar bahwa mereka mengidap virus tersebut, karena mereka merasa sehat dan bisa tetap aktif. Hanya tes

(13)

laboratorium yang dapat menunjukkan seseorang telah terinfeksi HIV atau tidak. IMS kadang tidak memiliki gejala. Akan tetapi tanda dan gejalanya secara umum meliputi :

1. Keluar Cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis.

Pada wanita, terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau kemerahmudaan.

Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.

2. Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya disebabkan oleh IMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh IMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.

3. Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut.

Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak.

4. Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelamin 5. Kemerahan di sekitar alat kelamin

6. Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar 7. Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak

berhubungan dengan menstruasi 8. Bercak darah setelah hubungan seksual

Karena bentuk dan letak alat kelamin laki-laki berada di luar tubuh, gejala IMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan. Tanda- tanda IMS pada laki-laki antara lain:

(14)

1. Berupa bintil-bintil berisi cairan,

2. Lecet atau borok pada penis/alat kelamin, 3. Luka tidak sakit;

4. Keras dan berwarna merah pada alat kelamin,

5. Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam, 6. Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin,

7. Rasa sakit yang hebat pada saat kencing, 8. Kencing nanah atau darah yang berbau busuk,

9. Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.

Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari. Jika ada gejala, biasanya berupa antara lain:

1) Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual, 2) Rasa nyeri pada perut bagian bawah,

3) Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,

4) Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya,

5) Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal, 6) Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual, 7) Bintil-bintil berisi cairan,

8) Lecet atau borok pada alat kelamin.

Kebanyakan IMS didapat dari hubungan seks yang tidak aman.

Yang dimaksud dengan seks yang tidak aman, adalah:

(15)

1. Melakukan hubungan seksual lewat vagina tanpa kondom (penis di dalam vagina)

2. Melakukan hubungan seksual lewat anus tanpa kondom (penis di dalam anus)

3. Hubungan seksual lewat oral atau karaoke (penis di dalam mulut tanpa kondom atau mulut menyentuh alat kelamin wanita)

Cara lain seseorang dapat tertular IMS juga melalui:

1. Darah

Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama, atau benda tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat tato.

2. Ibu hamil kepada bayinya

Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran. Setelah lahir, HIV bisa menular melalui menyusui.

Perempuan lebih rentan tertular IMS dibandingkan dengan laki- laki. Alasan utamanya adalah:

1. Saat berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh cairan sperma. Jika sperma terinfeksi oleh IMS, maka perempuan tersebut pun bisa terinfeksi

2. Jika perempuan terinfeksi IMS, dia tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak munculnya gejala dapat menyebabkan infeksi meluas dan menimbulkan komplikasi

(16)

3. Banyak orang khususnya perempuan dan remaja enggan untuk mencari pengobatan karena mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka menderita IMS.

(UNAIDS dan WHO 1998, Alan Guttmacher Institute 1998).

Jika dibiarkan saja tanpa ditangani, IMS dapat menghancurkan orang yang terinfeksi, seperti:

a. Kemandulan baik pria atau wanita b. Kanker leher rahim pada wanita c. Kehamilan di luar rahim

d. Infeksi yang menyebar

e. Bayi lahir dengan kelahiran yang tidak seharusnya, seperti lahir sebelum cukup umur, berat badan lahir rendah, atau terinfeksi IMS f. Infeksi HIV

c. Jenis Infeksi Menular Seksual

Ada banyak jenis IMS. Yang paling umum dan paling penting untuk diperhatikan adalah:

1. Gonore

a) Tipe: Bakterial ( Neisseria Gonorrhoeae )

b) Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.

c) Gejala: Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari

(17)

penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil.

d) Pengobatan: Antibiotik (Siprofloksasin, Ofloksasin, Tiamfenikol, Seftriakson, Kanamisin, Spektinomisin )

e) Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi:

Pada perempuan dapat menyebabkan Penyakit Radang Panggul, kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak.

f) Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Gonore dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfkesi pada proses persalinan

g) Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.

2. Klamidiasis

a) Tipe: Bakterial ( Clamydia Trachomatis)

b) Cara Penularan: Hubungan seks vaginal dan anal.

c) Gejala: Meliputi keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan

(18)

juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada testis.

d) Pengobatan: Antibiotik (Doksisiklin, Tetrasiklin, Eritromisin, Azitromisin)

e) Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi:

Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP), kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia akan menyebabkan epididymitis, kemandulan. Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut.

f) Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir: Lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir saat proses persalinan.

g) Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual secara vaginal maupun anal dengan orang yang terinfeksi Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko tertular penyakit ini.

(19)

3. Herpes Genital

a) Tipe: Viral (Virus Herpes Simplex -2)

b) Cara Penularan: Herpes menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral.

c) Gejala-gejala: Rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan paha,

d) Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk penyakit ini.

e) Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Orang yang terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV.

f) Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:

Perempuan yang mengalami episode pertama dari herpes genital pada saat hamil memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi cesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang serius.

(20)

g) Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi. Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat samasekali menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks

4. Sifilis

a) Tipe: Bakterial (Treponema Pallida)

b) Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, anal atau oral.

Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.

c) Gejala-gejala: Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau "chancres" yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.

d) Pengobatan: Antibiotik ( Penisilin )

e) Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian, Risiko terinfeksi HIV.

(21)

f) Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati, seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada janin yang dikandungnya.

Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25% dari kasus-kasus ini. 40-70%

melahirkan bayi dengan sifilis aktif. Jika tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.

g) Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi, Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks.

5. Hepatitis B (HBV) a) Tipe: Viral

b) Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai jarum suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat medis dan kedokteran gigi. melalui transfusi darah.

c) Gejala: Gejala yang muncul meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan diare.

Gejala-gejala yang ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi air kencing berwarna gelap, nyeri perut, kulit menguning dan mata pucat.

d) Pengobatan: Belum ada pengobatan

(22)

e) Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi:

Untuk orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang menjadi cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan.

f) Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Perempuan hamil dapat menularkan penyakit ini pada janin yang dikandungnya, bayi yang terinfeksi pada saat lahir menjadi karier kronik dan berisiko untuk tejadinya penyakit hati dan kanker hati

g) Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi khususnya seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani dan secret vagina paling mungkin dipertukarkan. Kondom dapat menurunkan risiko tetapi tidak dapat sama sekali menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari pemakaian narkoba suntik dan memakai jarum suntik bergantian vaksinasi disarankan untuk orang-orang yang berisiko terkena infeksi Hepatitis B.

6. Trikomoniasis

a) Tipe: Disebabkan oleh protozoa (Trichomonas vaginalis).

b) Cara Penularan: Trikomoniasis menular melalui kontak seksual.

Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.

(23)

c) Gejala-gejala: Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi, nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis

d) Pengobatan: Antibiotik (Metronidazol).

e) Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV.

f) Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:

Trikomoniasis pada perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.

g) Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi, Kondon dan berbagai metode penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain.

(24)

7. HIV/AIDS

a) Tipe: Viral (Human Immunodeficiency Virus)

b) Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat persalinan, atau saat menyusui.

c) Gejala-gejala: Umumnya tidak ada gejala saat terinfeksi pertama kali, Namun tanda dan gejal utama tampak pada seseorang yang sudah sampai pada tahapan AIDS yaitu: berat badan menurun lebih dari 10% dalam yaktu singkat, demam tinggi, diare, batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan), kelainan kulit/ iritasi, pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh.

d) Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat- obat anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi. Dan obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.

e) Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Hampir semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena komplikasi- komplikasi yang berhubungan dengan AIDS.

(25)

f) Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: 20- 30% dari bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan.

Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.

g) Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina paling mungkin dipertukarkan, Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan. Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik. Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima transfusi darah maupun produk darah

(26)

4. PENGETAHUAN a. Pengertian

Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya (Suriasumantri, 2003).

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera yang meliputi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan tentang IMS merupakan sarana penting dalam kesehatan remaja. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo,2003) yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Contoh : Remaja dapat menyebutkan macam-macam IMS

(27)

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Contoh : Remaja dapat menjelaskan alasan mengapa perlu mengadakan pencegahan IMS.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Contoh : Remaja dapat melakukan pencegahan IMS dengan tidak melakukan hubungan seks pranikah

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetap masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.

Contoh : Remaja dapat membedakan gejala infeksi awal dengan gejala yang lebih lanjut.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

(28)

Contoh : Remaja dapat menyusun rencana agar terhindar dari IMS dan dapat dilaksanakan secara terus menerus.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek Penilaian penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri ataumenggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Contoh : Dapat menafsirkan sebab-sebab kalangan remaja tidak mau berperan serta dalam pencegahan IMS

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1) Faktor internal Meliputi : a) Jasmani

Faktor jasmani diantaranya adalah keadaan indera seseorang.

b) Rohani

Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi efektif dan konatif individu.

2) Faktor Eksternal Meliputi : a) Pendidikan

(29)

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar.

Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.

b) Paparan media massa

Melalui bermacam-macam media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibanding dengan orang yang tidak terpapar informasi medi massa. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.

c) Status ekonomi

Tingkat status ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan.

Dimana dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah.

Hal ini juga berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan sekunder.

(30)

d) Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan dapat lebih biasa lebih mendapatkan informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.

e) Pengalaman

Pengalaman individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari tingkat kehidupan dalam proses perkembangannya. Misal sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik seperti seminar.

f) Akses layanan kesehatan

Mudah atau sulitnya mengakses layanan kesehatan tentunya akan berpengaruh terhadap pengetahuan dalam hal kesehatan.

(31)

B. KERANGKA TEORI

Berdasarkan uraian dalam tinjauan pustaka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :

Sumber : Modifikasi dari Notoatmojo, 2003 Gambar 2.1. Kerangka Teori

Faktor Pendahuluan / perangsang

(Predisposing factor)

 Pengetahuan

 Sikap

 Pendidikan

 Pekerjaan

 Pendapatan

 Kepercayaan

 Paparan informasi/

tontonan tentang Faktor Pemungkin (Enabling factor)

 Akses Media Informasi

 Pola Tinggal

 Tarif/biaya akses Informasi

 Peluang / Kemungkinan Faktor Penguat (Reinforcing factor)

 Sikap dan prilaku petugas kesehatan

 Pengawasan keluarga yang lemah

 Kehidupan beragama yang lemah

Prilaku seks pranikah

(32)

C. KERANGKA KONSEP

Gambar 2.2 Kerangka konsep

D. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka teori, hipotesis penelitian yang disusun adalah : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Infeksi Menular Seksual dengan prilaku seks pranikah mahasiswa di Program Studi DIII Kebidanan Semarang.

Variabel bebas: Variabel terikat:

Pengetahuan tentang IMS

Perilaku seks pranikah

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan penguatan (reinforcement) dapat membuat perilaku seperti apa yang diharapkan oleh pemberi penguatan (reinforcement)

Sebagai tambahan dari berbagai tindakan yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah limbah ini, proses gasifikasi memberikan kesempatan untuk mengonversi

• Formulir Pengajuan Perubahan Dana Investasi asli wajib diiisi dengan leng- kap dan ditandatangani oleh Pemegang Polis sesuai dengan tanda tangan yang tercantum dalam SPAJ dan

Informan ini menganggap bahwa penggunaan bahasa Inggris dalam iklan Nokia 2600 Classic membuat pesan lebih sampai pada remaja karena bahasa Inggris sangat

Motivasi yang didasari individu terlibat dalam organisasi memiliki keterkaitan dengan konsep diri; individu yang dimotivasi oleh suatu kebutuhan yang ingin dipenuhinya bertindak

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam menjelaskan perilaku pemilih, (1) Pendekatan Sosiologis (tradisional), melihat bahwa perilaku pemilih dipengaruhi oleh